Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan tidak pernah sepi dari kritik dan masalah, seakan tidak ada habis-habisnya masalah yang melilit dunia pendidikan. Orang tidak habishabisnya mengkritik dan menyalahkan dunia pendidikan. Atas fenomena yang kadang bukan merupakan tanggung jawab dunia pendidikan. Dalam Tri Pusat Pendidikan, pusat pendidikan pertama dan utama adalah alam keluarga, pusat pendidikan kedua adalah alam perguruan atau sekolah dan pusat pendidikan ketiga adalah alam masyarakat. Pendidikan anak dimulai dan terutama berlangsung dari lingkungan keluarga. Pendidikan di keluarga dilakukan orang tua sedini mungkin dan dititikberatkan pada pendidikan agama, etika dan pembentukan akhlak. Agama mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, bagi jiwa yang sedang gelisah, agama memberi jalan dan siraman penenang hati.1 Pendidikan di perguruan atau sekolah, menitik beratkan pada pendidikan yang memupuk dan mengembangkan kecerdasan anak. Sedangkan pendidikan di masyarakat menitikberatkan pada pendewasaan dan pengembangan kemampuan anak dalam bermasyarakat. Dalam rencana pembangunan lima tahunan juga ditegaskan bahwa pendidikan adalah menjadi tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah serta diusahakan agar dapat dimiliki oleh seluruh rakyat sesuai dengan kemampuan masing-masing individu.2 Menurut Achmadi mengemukakan bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan terutama yang merupakan konsekuensi dari

Zakiyah Daradjat, Peranan Agama dan Kesehatan Mental, Gunung Agung, Jakarta, 1983, hal. 61.
2

Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hal. 57. 1

lahirnya anak-anak mereka, oleh karena itu orang tua harus bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak mereka.3 Sebagai lembaga pendidikan yang pertama dan utama itu, maka orang tua wajib memberikan pendidikan secara praktis kepada anak-anak baik pendidikan agama maupun pendidikan umum. Kepragmatisan proses pembelajaran di rumah baik pendidikan agama maupun pendidikan umum jelas terlihat dari bagaimana orang tua misalnya menyuruh anaknya melaksanakan sholat, membaca AlQuran, membantu orang tua, menyuruh anak bersopan santun kepada orang dan lain-lain. Bahkan orang tua selalu memulai pembelajaran dengan cara keteladanan dari diri sendiri. Dengan demikian keluarga bukan hanya merupakan persekutuan hidup bersama antara orang tua dan anak, tetapi merupakan tempat berlangsungnya pendidikan dasar. Pendidikan keluarga sangat penting dalam proses pembentukan kepribadian anak, karena orang tua merupakan pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak, maka dari itu pendidikan orang tua yang diberikan kepada anaknya harus di mulai sejak lahir ke dunia ini, misalnya sewaktu bayi, ia diajari untuk makan, minum, berbicara dan sebagainya. Ini merupakan permulaan pendidikan yang dilakukan orang tua kepada anaknya, tindakan selanjutnya akan selalu meniru apa yang dikerjakan orang tua. Keluarga merupakan perjalanan hidup anak sejak kecil yang merupakan basis agama yaitu berdasarkan agama diperoleh dalam keluarga secara training dalam batin dalam hubungannya antara orang tua dan anaknya. Dengan demikian keberhasilan anak belajar di kelas banyak terpengaruh oleh bagaimana situasi keluarga, membantu proses belajar, sehingga orang tua besar peranannya dalam menciptakan situasi keluarga mempengaruhi anak dalam mengembangkan kemandiriannya. Untuk itu maka dalam penulisan skripsi ini penulis kemukakan alasan-alasan sebagai berikut : 1. Suasana keluarga akan banyak berpengaruh terhadap fisik dan mental anak. Anak akan menjadi pemberani, penakut, mandiri, pemalas, manja itu adalah banyak dipengaruhi oleh faktor keluarga dan terutama orang tua. Jika segala
3

Achmadi, Ilmu Pendidikan suatu Pengantar, CV. Saudara, Salatiga, 1984, hal.

114.

usaha pendidikan secara aplikatif yang dilakukan oleh orang tua dalam mengembangkan aktivitas kemandirian yang ada pada anak yaitu dengan memberikan motivasi, bimbingan, menciptakan suasana keluarga yang baik dan pengawasan, maka akan ada pengaruh yang positif bagi perkembangan dan pertumbuhan anak.4 2. Waktu yang dipergunakan anak sudah barang tentu banyak di rumah daripada di sekolah, sehingga suasana keluarga secara tidak langsung dapat berpengaruh pada belajar, maka suri tauladan, bimbingan, pengawasan orang tua mempunyai peranan penting agar mereka dapat melaksanakan kegiatan belajar secara optimal dan tidak bergantung pada orang lain (mandiri). Berdasarkan uraian dan permasalahan di atas, mengilhami penulis mengambil judul penelitian, Studi Korelasi Aplikasi Pendidikan Keagamaan Keluarga Terhadap Kemandirian Belajar Anak Pada Siswa MI NU Sabilul Maarif Islamiyah Klumpit Gebog Kudus Tahun 2003.

B. Penegasan Istilah Agar terhindar dari kesalahpahaman akan pengertian judul di atas, maka penulis perlu memberikan batasan dan penjelasan sebagai berikut : 1. Studi Korelasi Studi korelasi adalah kegiatan meneliti tentang hubungan timbal balik antara dua pihak, yang apabila salah satu pihak baik, maka pihak lainpun baik dan sebaliknya bila salah satu kurang baik, maka yang lain tidak baik pula. 5 2. Aplikasi Pendidikan Keagamaan Keluarga Aplikasi menurut Nana Sujana adalah kesanggupan dan mengabstraksikan suatu konsep, ide, rumus hukum dalam situasi yang baru.6

Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Islam, Bulan Bintang, 1993, hal. 71.

Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1993, hal. 461.
6

Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru, 1989, hal.

5.

Sedangkan

yang

dimaksud

dengan

pendidikan

adalah

proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.7 Pendidikan adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dengan tujuan memelihara dan mengembangkan fitrah serta potensi (sumber daya) insani menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil).8 Pendidikan juga berarti upaya manusia untuk memanusiakan manusia. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi dibandingkan dengan makhluk lain ciptaan-Nya disebabkan memiliki kemampuan berbahasa dan akal pikiran atau rasio, sehingga manusia mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia yang berbudaya.9 Sedangkan keagamaan berarti yang mempunyai ciri atau sifat agama.10 Keagamaan juga diartikan segala sesuatu mengenai ajaran agama.11 Keluarga adalah ibu, dengan anak-anaknya.12 Menurut Thamrin Nasution dan Nurhalijah Nasution keluarga (orang tua) adalah orang yang bertanggung jawab dalam satu keluarga atau rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari lazim disebut Bapak-Ibu.13 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1996, cet. 3, hal. 10. Achmadi, Islam Paradigma Ilmu Pendidikan, Aditya Media, Yogyakarta, 1992, hal. 16. Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Sinar Baru Bandung, 1991, Cet. 2, hal. 1. Tim Penyusun Kamus, Proyek Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1990, hal. 400. WJS. Poewadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, Jakarta, 1976, hal. 763.
12 11 10 9 8 7

Ibid, hal. 471.

Thamrin Nasution dan Nurhalijah Nasution, Peranan Orang Tua dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak, PT. BPK. Gunung Mulia, Jakarta, 1989, hal. 81.

13

Yang dimaksud aplikasi pendidikan keagamaan keluarga di sini adalah penerapan pendidikan secara praktis yang diberikan oleh keluarga terutama adalah orang tua yang mempunyai ciri sifat atau ciri agama menurut ajaran agama Islam. Untuk berikut : a. Penerapan pendidikan keagamaan keluarga. b. Membimbing dalam aplikasi pendidikan kegamaan keluarga. c. Memerintah hal yang baik dalam aplikasi pendidikan keagamaan keluarga d. Memberi contoh dalam aplikasi pendidikan keagamaan keluarga. e. Metode aplikasi pendidikan keagamaan keluarga. f. Sarana prasarana aplikasi pendidikan keagamaan keluarga. g. Penanaman jiwa keagamaan. 3. Kemandirian Belajar Menurut Herman Helstein, kemandirian belajar dalam uraian keadaan menandakan sesuatu seperti ketergantungan dan kebebasan, penelitian dan pertanggungjawaban, kemandirian menunjukkan dirinya dalam pengambilan sikap dan bukan abstraksi.14 Menurut J.I.G, Kemandirian (kematangan pribadi) dapat didefinisikan sebagai keadaan kesempurnaan dan keutuhan kedua unsur tersebut dalam kesatuan pribadi. Dengan perkaatan lain, manusia mandiri adalah pribadi dewasa yang sempurna.15 Belajar adalah upaya untuk perubahan pengetahuan, nilai dan sikap serta ketrampilan yang pada gilirannya akan ada hubungannya dalam tingkah laku.16 memudahkan penulisan dalam menggunakan variabel pendidikan keagamaan keluarga, maka penulis mengajukan indikator sebagai

Herman Holstein, Murid Belajar Mandiri, CV Remaja Karya, Bandung, 1986, hal. XIII. J.I.G.M. Drast S.J, Sekolah Mengajar atau Mendidik, Penerbit Kanisius, Universitas Sanata Dharma, hal. 39. Dekdikbud, Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah Dasar, Jakarta, 1996, Bagian 2, hal. 88.
16 15

14

Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan dan perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Kemandirian belajar yang dimaksudkan disini adalah belajar anak selama berada di sekolah maupun di rumah. Untuk memudahkan dalam mengukur variabel kemandirian belajar di sekolah mampu di rumah, maka diajukan indikator-indikator sebagai berikut : a. Mengerjakan tugas-tugas sekolah tanpa bantuan dan perintah orang lain. b. Mempersiapkan perlengkapan sekolah tanpa bantuan dan perintah orang lain c. Belajar dengan terjadwal tanpa bantuan dan perintah orang lain. d. Memotivasi diri untuk belajar. Jadi yang dimaksud judul tersebut adalah penerapan pendidikan keagamaan secara praktis di dalam keluarga dan hubungannya terhadap kegiatan belajar anak, baik di sekolah maupun di rumah secara mandiri pada siswa MI NU Sabilul Maarif Islamiyah Klumpit Gebog Kudus.

C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan penjelasan istilah di atas, penulis dalam penelitian ini mengambil pokok-pokok masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana aplikasi pendidikan keagamaan di keluarga pada siswa MI NU Sabilul Maarif Islamiyah Klumpit Gebog Kudus. 2. Bagaimana kemandirian belajar anak di sekolah pada siswa MI NU Sabilul Maarif Islamiyah Klumpit Gebog Kudus. 3. Adakah hubungan yang positif antara aplikasi pendidikan keagamaan keluarga dengan kemandirian belajar anak pada siswa MI NU Sabilul Maarif Islamiyah Klumpit Gebog Kudus.

D. Tujuan Penelitian Yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui aplikasi pendidikan keagamaan di keluarga pada siswa MI NU Sabilul Ma'arif Islamiyah Klumpit Gebog Kudus. 2. Untuk mengetahui kemandirian belajar anak Ma'arif Islamiyah Klumpit Gebog Kudus. 3. Untuk mengetahui adakah hubungan antara aplikasi pendidikan keagamaan di keluarga dengan kemandirian belajar anak pada siswa MI NU Sabilul Ma'arif Islamiyah Klumpit Gebog Kudus. pada siswa MI NU Sabilul

E. Rumusan Hipotesis Hipotesis berasal dari kata hypo yang artinya di bawah dan thesa artinya kebenaran.17 Hipotesis adalah suatu teori sementara yang kebenarannya masih diuji (di bawah kebenaran).18 Hipotesis tersebut sebagai tuntutan sementara dalam penyelidikan untuk mencari jawaban yang benar. Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka dirumuskan sebagai berikut: ada hubungan antara aplikiasi pendidikan keagamaan di keluarga dengan kemandirian belajar siswa MI NU Sabilul Ma'arif Islamiyah Klumpit Gebog Kudus. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi aplikasi pendidikan keagamaan di keluarga, maka semakin tinggi pula kemandirian belajar anak di sekolah pada siswa MI NU Sabilul Ma'arif Islamiyah Klumpit Gebog Kudus.

F. Metode Penelitian Dalam mengadakan suatu penelitian, metode sangat penting untuk membantu memecahkan masalah yang sedang diteliti. Karena metode adalah suatu cara yang harus dilakukan dalam menentukan populasi pengumpulan data,

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), Rineka Cipta, Jakarta, 1990, Edisi IV, hal. 68.
18

17

Ibid, hal. 69

pengolahan data dan analisis data, sehingga dapat dicapai tujuan yang telah ditentukan yaitu kesimpulan penelitian. 1. Obyek penelitian Obyek penelitian ini adalah aplikasi pendidikan keagamaan keluarga dan hubungannya terhadap kemandirian belajar anak pada siswa MI NU Sabilul Maarif Islamiyah Klumpit Gebog Kudus. 2. Populasi dan sampel a. Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.19 Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi Adapun yang menjadi populasi pada penelitian ini dalah semua siswa MI NU Sabilul Ma'arif Islamiyah Klumpit Gebog Kudus yang berjumlah 183 siswa. b. Sampel adalah sebagian yang diambil dari seluruh obyek yang diteliti yang dianggap mewakili terhadap populasi yang diambil.20 Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel sebesar 38 %. Hal ini berdasarkan apa yang telah dikatakan oleh Suharsimi Arikunto Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subyeknya besar dapat diambil antara 10-15 %, atau 25 % atau lebih21 POPULASI SISWA MI NU SABILUL MA'ARIF ISLAMIYAH KLUMPIT GEBOG KUDUS No 1 2 3 4 5 6 Jumlah
19

Kelas I II III IV V VI

Populasi 35 siswa 27 siswa 29 siswa 25 siswa 32 siswa 35 siswa 183 siswa

Sampel 5 siswa 5 siswa 10 siswa 10 siswa 20 siswa 20 siswa 70 siswa

Suharsimi Arikunto, Op. Cit, hal. 115. Ibid, hal. 117. Ibid, Hal. 120.

20

21

3. Teknik Sampling Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik proportional random sampling, yang maksudnya dalam pengambilan sampel itu berdasarkan tingkatan kelas dan memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk menjadi sampel. 4. Metode Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang diperlukan dan dapat

dipertanggungjawabkan, maka digunakan metode sebagai berikut : a. Metode angket atau kuesioner (questionnaires) Metode angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.22 Metode angket ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang aplikasi pendidikan keagamaan di keluarga dan kemandirian belajar anak di sekolah. Adapun yang menjadi responden adalah siswa kelas satu sampai enam. b. Metode Dokumentasi Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang

berhubungan dengan penelitian melalui benda-benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.23 Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tertulis seperti jumlah dan keadaan anak, guru dan karyawan dan laporan dari MI NU Sabilul Maarif Islamiyah Klumpit Gebog Kudus. c. Metode Interview Interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewancara (interview) untuk memperoleh informasi diri terwawancara (interview).24 Metode ini penulis gunakan untuk melengkapi pada data metode angket dan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan sejarah berdirinya MI
22

Suharsimi Arikunto, Op. Cit, hal. 140. Ibid, hal. 149. Ibid,hal. 145.

23

24

10

NU Sabilul Maarif Islamiyah Klumpit Gebog Kudus. Adapun yang menjadi responden adalah kepala sekolah. 4. Metode Observasi Observasi adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh indra.25 Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan keadaan letak geografis dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di MI NU Sabilul Maarif Islamiyah Klumpit Gebog Kudus.

G. Analisa Data Untuk dapat mengukur setiap variabel yang telah dijabarkan dalam indikator-indikator dan untuk mendukung dalam penganalisaan data, maka penulis kategorikan tiap-tiap variabel sebagai berikut : 1. Variabel aplikasi pendidikan keagamaan di keluarga a. Untuk jawaban A score 3 b. Untuk jawaban B score 2 c. Untuk jawaban C score 1 2. Variabel kemandirian belajar anak a. Untuk jawaban A score 3 b. Untuk jawaban B score 2 c. Untuk jawaban C score 1 Kemudian untuk langkah selanjutnya adalah perhitungan statistik : a. Perhitungan Prosentase Frekwensi Dalam rumus ini untuk mengetahui variasi aplikasi pendidikan keagamaan di keluarga dan kemandirian belajar anak. Rumus : F P = N X 100

25

Suharsimi Arikunto, Op. Cit, hal. 136.

11

Keterangan: P F N : Prosentasi : Frekuensi : Jumlah Individu

b. Perhitungan Chi Kuadrat Rumus ini adalah untuk mengetahui hubungan antara aplikasi pendidikan keagamaan di keluarga dengan kemandirian belajar anak. Rumus :26 ( fo fh )2 X = fh Dilanjutkan dengan rumus : X2 KK = X2 + N Keterangan : X2 fo fh : Chi Kuadrat : Frekuensi yang diperoleh : Frekuensi yang diharapkan
2

KK : Koefisien kontingensi N : Jumlah keseluruhan subyek

Dilanjutkan dengan rumus :27 KK Phi () = 1 KK2 atau = N X2

26

Suharsimi Arikunto, Op. Cit, hal. 278. Ibid, hal. 281-282.

27

12

H. Sitematika Penulisan Skripsi Skripsi ini penulis susun terdiri dari bagian besar yang merupakan rangkaian dari bab-bab yang ada pada setiap bab yang terdiri dari sub bab : 1. Rangkaian Muka, memuat tentang judul, nota persetujuan pembimbing, pengesahan, motto, persembahan, pengantar, daftar isi, dan daftar tabel. 2. Bagian Isi/ Batang Tubuh memuat tentang : BAB I. Pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, penegasan istilah, rumusan hipotesis, tujuan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II. Aplikasi pendidikan keagamaan keluarga dan kemandirian belajar anak, berisi tentang pertama aplikasi pendidikan keagamaan keluarga meliputi; pengertian aplikasi pendidikan keagamaan keluarga, peranan aplikasi pendidikan keagamaan keluarga, aplikasi pendidikan keagamaan di dalam keluarga dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan pendidikan keagamaan keluarga. Kedua kemandirian belajar anak, meliputi; pengertian kemandirian belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, ciri-ciri

kemandirian, dan prinsip-prinsip mandiri dalam belajar. Ketiga hubungan antara aplikasi pendidikan keagamaan di keluarga dengan kemandirian belajar anak.. BAB III. Laporan hasil penelitian, berisi tentang; pertama gambaran umum tentang MI NU Sabilul Islamiyah Klumpit Gebog Kudus, meliputi sejarah singkat berdirinya, letak geografis, struktur organisasi, keadaan guru, siswa dan karyawannya, kedua data tentang aplikasi pendidikan keagamaan di keluarga, dan ketiga data tentang kemandirian belajar anak sekolah. BAB IV. Analisis data, terdiri dari; pertama analisis tentang variasi aplikasi pendidikan keagamaan di keluarga, kedua analisis tentang variasi kemandirian belajar anak di sekolah, dan ketiga analisis tentang hubungan antara aplikasi pendidikan keagamaan di keluarga dengan kemandirian belajar anak di sekolah.

13

BAB V. Penutup, bab ini berisi mengenai kesimpulan, saran-saran, dan kata penutup. 3. Bagian akhir memuat daftar pustaka, lampiran-lampiran dan riwayat pendidikan penulis.

DAPATKAN SKRIPSI LENGKAP DENGAN SMS KE 08970465065 KIRIM JUDUL DAN ALAMAT EMAIL SERTA KESIAPAN ANDA UNTUK MEMBANTU OPRASIONAL KAMI GANTI OPRASIONAL KAMI 50rb SETELAH FILE TERKIRIM SITUS: http://www.lib4online.com/p/bentuk-file.html

Anda mungkin juga menyukai