Anda di halaman 1dari 7

TUTORIAL KLINIK TONSILITIS KRONIS A.

PROBLEM Nama pasien : Intan pradima Umur Bangsal No RM Alamat Agama Berat badan Anamnesis Seorang wanita, berumur 13 tahun datang ke poliklinik THT dengan nyeri telan tenggorok dan merasa amandel membesar. Gejala ini dirasakan sejak 2 hari yang lalu. Pasien juga pernah mengalami sakit yang sama tapi setelah berobat ke puskeskesmas kemudian sembuh dan sekarang kambuh lagi. Pasien juga mengalami demam,bau yang tidak enak pada mulut, tidur mengorok, sering batuk dan flu tetapi kumat kumatan, tidak merasakan nyeri pada tenggorokan, pasien merasa tidak nyaman dengan keadaan ini seperti ada yang mengganjal. Tidak ada keluarga yang sakit sama seperti pasien. Pasien sebelumnya sudah pernah berobat ke puskesmas, riwayat trauma (-). Riwayat penyakit sekarang : Keluhan utama : nyeri telan ditenggorok Keluhan tambahan : amandel dirasakan membesar, badan terasa lesu, nafsu makan berkurang, kadang dirasakan pusing

: 13 tahun : cempaka :137988 : godekan RT3/RW2 : Islam : 45kg

Riwayat penyakit dahulu : riwayat penyakit serupa (+) riwayat trauma (-), riwayat batuk pilek (+), riwayat demam SMRS (+)

Riwayat penyakit keluarga : riwayat keluhan serupa pada keluarga

disangkal.

Pemeriksaan fisik : Vital sign : Kepala Bentuk : mesocepal Muka : pucat (-), udem (-) Mata : cekung (-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), discharge (-/-)

Tekanan darah: 120/80 mmHg Nadi Respirasi Tempratur : 84 x/menit : 20 x/menit : 37,10C

Keadaan umum : compos mentis

Mulut : bibir sianosis (-), mukosa pucat (-), lembab (+)

Torax Cor : S1-S2 reguler

Pulmo : vesikuler (+)

Abdomen

Inspeksi Auskultasi Perkusi Palpasi

: cembung : peristaltik (+) : timpani (+) : supel (+), nyeri tekan (-), pembesaran hepar/ lien (-),

turgor kulit cukup.

Ekstremitas : akral hangat pada keempat ekstremitas Status Lokalis

Telinga

: deformitas (-/-),nyeri tekan tragus (-/-), nyeri mastoid (-/-)

hematom (-/-), edema (-/-), otore (-/-), canalis akustikus eksternus (lapang/lapang), korpus alienum (-/-), membrana tympani : tampak intak Hidung : deformitas (-), deviasi septum nasal (-), nyeri tekan (-),

krepitasi (-), edema (-), discharge (-/-).

Tenggorok

: mukosa bukal warna merah muda, hiperemi (-), massa (-),

mukosa gusi warna merah muda, hiperemi (-), massa (-), palatum mole dan palatum durum hiperemi (-), edema (-), fistula (-), mukosa faring hiperemi (-), edema (-), granula (-), ulkus (-), tonsil T3-T3, hiperemis (+/ +), permukaan rata (+/+), uvula letak tengah, kripte tidak melebar, detritus (-), granula (-). B. HIPOTESIS Diagnosis banding Diagnosis : tonsilitis kronis, tonsilitis akut, faringitis : tonsilitis kronis

C. MASALAH YANG DIKAJI Bagaimana tindakan terapi pada tonsilitis kronis? D. ANALISIS MASALAH TONSILITIS Tonsilitis adalah peradangan umum dan pembengkakan dari jaringan tonsila yang biasanya disertai dengan pengumpulan leukosit, sel-sel epitel mati, dan bakteri pathogen dalam kripta. 1. Tonsilitis Kronis Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering terjadi dari semua penyakit tenggorokan yang berulang. Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronik adalah rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisk dan pengobatan

tonslitis akut yang tidak adekuat. Radang pada tonsil dapat disebabkan kuman Grup A Streptococcus beta hemolitikus, Pneumococcus, Streptococcus viridans dan Streptococcus piogenes. Gambaran klinis bervariasi dan diagnosa sebagian besar tergantung pada infeksi.

2. Gambaran Klinis Gejala dan tanda yang sering ditemukan adalah nyeri tenggorok, rasa mengganjal pada tenggorokan, tenggorokan terasa kering, nyeri pada waktu menelan, bau mulut , demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di sendi-sendi, tidak nafsu makan dan rasa nyeri di telinga (otalgia). Rasa nyeri di telinga ini dikarenakan nyeri alih (referred pain) melalui n. Glossopharingeus (n.IX). Gambaran klinis pada tonsilitis kronis bervariasi, dan diagnosis pada umunya bergantung pada inspeksi. Pada umumnya terdapat dua gambaran yang termasuk dalam kategori tonsilitis kronis, yaitu: 1. Tonsilitis kronis hipertrofikans, yaitu ditandai pembesaran tonsil dengan hipertrofi dan pembentukan jaringan parut. Kripta mengalami stenosis, dapat disertai dengan eksudat, seringnya purulen keluar dari kripta tersebut. 2. Tonsilitis kronis atrofikans, Yaitu ditandai dengan tonsil yang kecil (atrofi), di sekelilingnya hiperemis dan pada kriptanya dapat keluar sejumlah kecil sekret purulen yang tipis. Dari hasil biakan tonsil, pada tonsilitis kronis didapatkan bakteri dengan virulensi rendah dan jarang ditemukan Streptococcus beta hemolitikus. 3. Pengelolaan Antibotika spektrum luas, antipiretik dan obat kumur yang mengandung desinfektan. Pada keadaan dimana tonsilitis sangat sering timbul dan pasien merasa sangat terganggu, maka terapi pilihan adalah pengangkatan tonsil

(tonsilektomi) 4. . Komplikasi Radang kronis tonsil dapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitarnya berupa Rhinitis kronis, Sinusitis atau Otitis media secara perkontinuitatum. Komplikasi jauh terjadi secara hematogen atau limfogen dan dapat timbul endokarditis, arthritis, miositis, nefritis, uveitis, irdosiklitis, dermatitis, pruritus, urtikaria dan furunkulosis. II. TONSILEKTOMI 1. Definisi Tonsilektomi adalah tindakan mengangkat tonsil palatina seutuhnya bersama jaringan patologis lainnya, sehingga fossa tonsilaris bersih tanpa meninggalkan trauma yang berarti pada jaringan sekitarnya seperti uvula dan pilar.

Gambar. Klasifikasi ukuran tonsil 2. Indikasi Tonsilektomi A. Indikasi absolut: 1. Timbulnya kor pulmonale karena obstruksi jalan nafas yang kronis 2. Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan sindroma apneu waktu tidur 3. Hipertofi berlebihan yang menyebabkan disfagia dengan penurunan berat badan penyerta 4. Biopsi eksisi yang dicurigai keganasan (limfoma)

5. Abses perotinsiler yang berulang atau abses yang meluas pada ruang jaringan sekitarnya 6. Tonsilitis kronis walaupun tanpa eksaserbasi akut tapi merupakan fokal infeksi 7. Karier difteri 8. Tonsilitis yang menyebabkan kejang demam. B. Indikasi relatif: 1. Serangan tonsilitis akut berulang (yang terjadi walau telah diberi penatalaksanaan medis yang adekuat). 2. Tonsilitis yang berhubungan dengan biakan streptokokus yang menetap dan patogenik (karier). 3. Hiperplasia tonsil dengan obstruksi fungsional. 4. Hiperplasia dan obstruksi yang menetap enam bulan setelah infeksi mononukleosis. 5. Riwayat demam rematik dengan kerusakan jantung yang berhubungan dengan tonsilitis rekurens kronis dan pengendalian antibiotika yang buruk. 6. Radang tonsil kronis menetap yang tidak memberikan respon terhadap penatalaksanaan medis. 7. Hipertrofi tonsil dan adenoid yang berhubungan dengan abnormalitas orofasial dan gigi geligi yang menyempitkan jalan nafas bagian atas. 8. Tonsilitis berulang atau kronis yang berhubungan dengan adenopati servikal persisten. 4.3. Kontraindikasi a. Penyakit darah: leukemia, anemia aplastik, hemofilia dan purpura b. Penyakit sistemik yang tidak terkontrol: diabetes melitus, penyakit jantung dan sebagainya. B. Kontraindikasi relatif: a. Palatoschizis

A. Kontraindikasi absolut:

b. Anemia (Hb <10 gr% atau HCT <30%) c. Infeksi akut saluran nafas atau tonsil (tidak termasuk abses peritonsiler) d. Poliomielitis epidemik e. Usia di bawah 3 tahun (sebaiknya ditunggu sampai 5 tahun) 4.4. Jenis-jenis Tonsilektomi Jenis-jenis tonsilektomi diantaranya: 1. Tonsilektomi metode Dissection - Snare 2. Tonsilektomi metode Sluder Ballenger 3. Tonsilektomi metode Kriogenik 4. Tonsilektomi metode elektrokoagulasi 5. Tonsilektomi menggunakan sinar laser 4.5. Komplikasi 1. Perdarahan 2. Infeksi 3. Nyeri pasca bedah 4. Trauma jaringan sekitar tonsil 5. Perubahan suara 6. Komplikasi lain Biasanya sebagai akibat trauma saat operasi yaitu patah atau copotnya gigi, luka bakar di mukosa mulut karena kateter, dan laserasi pada lidah karena mouth gag. E. PENYELESAIYAN MASALAH

Anda mungkin juga menyukai