Anda di halaman 1dari 28

Skenario 2 Dislokasi Bahu Seorang pemain sepakbola berusia 18 tahun jatuh saat main bola.

Lengan atas kanan tidak bisa digerakkan dan merasakan nyeri bahu yang luar biasa. Sendi bahu tampak deformitas dan hematom. Setelah difoto rontgen terdapat dislokasi articulatio glenohumeral. Step 1 : Klarifikasi istilah 1. Deformitas: Perubahan bentuk tubuh atau bagian tubuh secara umum. Defek yang ditandai dengan posisi bentuk abnormal dari suatu bagian tubuh. (1) 2. Nyeri: Pengalaman sensorik yang tak mengenakkan yang terjadi dalam jaringan(ujung syaraf tertentu). Perasaan sakit ditusuk atau yang lainnya pada permukaan seperti ditekan. (2) 3. Articulatio glenohumeral: Articulaito = sendi Glenohumeral = berkenaan dengan cavitas glenoidalis scapula dan humerus. Jadi, sendi yang berkenaan dengan os scapula (cavitas glenoidalis) dan humerus (caput humeri) atau lebih dikenal articulatio humeri. (1) 4. Hematom: Penggumpalan setempat ekstravasasi darah, biasanya membeku, di dalam rongga, ruang atau jaringan. (1) Pecahnya pembuluh darah yang tidak pada tempatnya sehingga terjadi pembengkakan akibat dari benturan yang keras atau bisa akibat dari rusaknya jaringan pembuluh darah. (2) 5. Dislokasi: Perpindahan atau pergeseran suatu bagian contohnya perpindahan caput sendi dari mangkuk sendi. (terlepasnya sendi dari tempatnya) (1) 6. Rontgen: Alat potret yang menggunakan sinar-x yang dapat menembus bagian tubuh dan dengan tidak disertai adanya luka luar. (1) 7. Sendi: Tempat antara tulang yang berbeda, sehingga bisa bergerak. (2)
1

Step 2 : Menemukan masalah 1. Mengapa pemain tersebut merasakan nyeri bahu? 2. Bagaimana seseorang bisa dikatakan dislokasi? 3. Struktur anatomi apa saja yang terlibat pada extremitas superior khususnya pada regio pectoralis dan regio brachium? 4. Apa penyebab deformitas dan hematom pada sendi bahu? 5. Bagaimana cara penanganan dari dislokasi? 6. Kelainan yang mungkin terjadi?

Step 3 : Analisis masalah 1. Pemain tersebut mengalami nyeri bahu Karena cedera pada bahu sehingga menyebabkan sendi terlepas atau bergeser kepala sendi dari mangkuknya. (1) Penyebab lainnya: a. Cedera olah raga Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan keeper pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain. b. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi. c. Terjatuh Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin d. Patologis Terjadinya tearligament dan kapsul articuler yang merupakan komponen vital penghubung . (3)

2. Seseorang bisa dikatakan dislokasi Dislokasi adalah keluarnya bongkol sendi dari mangkok sendi atau keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkoknya. Bila hanya sebagian yang bergeser disebut subluksasi dan bila seluruhnya disebut dislokasi. Sendi Bahu merupakan salah satu sendi besar yang paling sering berdislokasi.Ini disebabkan karena banyaknya rentang gerakan sendi bahu,mangkuk sendi glenoid yang dangkal serta adanya longgarnya ligament. Tanda-tanda Dislokasi sendi bahu yaitu: a. Sendi bahu tidak dapat digerakakkan b. Korban mengendong tangan yang sakit dengan yang lain c. Korban tidak bisa memegang bahu yang berlawanan d. Kontur bahu hilang, bongkol sendi tidak teraba pada tempatnya e. Lengkung bahu hilang f. Tidak dapat digerak-gerakkan g. Lengan atas sedikit abduksi h. Lengan bawah sedikit supinasi. (3)

3. Struktur anatomi yang terlibat pada extremitas superior pada regio pectoralis dan regio brachium :

A. Pada regio Pectoralis:

1) Ossa di regio pectoralis : a. b. Os clavicula Os scapula

2) Otot-otot diregio pectoralis: 1. Otot punggung: a. b. c. d. e. M.trapezius M.latissimus dorsi M.levator scapulae M.rhomboideus mayor M.rhomboideus minor

2.

Otot dada: a. b. c. d. M.subscapularis M.serratus anterior M.pectoralis miyor M.pectoralis minor

3.

Otot bahu: a. b. c. d. e. f. M.deltoideus M.subscapularis M.supra spinatus M.infraspinatus M.teres minor M.teres mayor Manset Rotator

3) Articulatio pada regio pectoralis: a. b. c. Art. Acromioclavicularis Art. Glenohumeral Art. Sternoclavicularis

4) Persyarafan pada regio pectoralis: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. Plexus brachialis, pars supraclavicularis Plexus barchialis, pars infraclavicularis A.axillaris N.cutaneus brachii medialis N.cutaneus antebrachii medialis N.cutaneus brachii lateralis superior N.musculocutaneus N.radialis N.medianus N.axillaris A.brachialis V.cephalica

m. V.axillaris n. V.subsclavia

5) a.

Ligamen pada regio pectoralis: Lig.coracoacromiale

6) a.

Ossa pada regio brachii: os. Humerus

B. Regio brachii

1) Otot-otot pada regio brachii: ventral (fleksor) a. M.coracobrachialis b. M.biceps brachii c. M.brachialis Dorsal (ekstensor) a. M.triceps brachii b. M.anconeus N.radialis N.musculocutaneus

2) Articulatio pada regio brachii: a. Art.humeri 3) Persyarafan pada regio brachii: a. b. c. d. V.cephalica V. Basalica A.brachialis A.collateralis media

4) Ligamen pada regio brachii: a. b. c. Lig.glenohumerale Lig.humerale transversum Lig.coracohumerale.(4)

4. Penyebab deformitas dan hematom sendi bahu a. Deformitas : gangguan mekanis, trauma, mekanisme sendi terganggu. terdapat kelainan bentuk misalnya hilangnya tonjolan tulang normal, misalnya deltoid yang rata pada dislokasi bahu, Perubahan panjang ekstremitas, Kedudukan yang khas pada dislokasi tertentu, misalnya dislokasi posterior sendi panggul kedudukan sendi panggul endorotasi, fleksi dan abduksi. b. Hematom : benturan keras, rusaknya jaringan pembuluh darah(a. Axillaris, a. Brachialis). (7)

5. Cara penanganan deformitas, hematom, dislokasi Pertongan pertama yang dapat diberikan adalah dengan menerapkan prinsip RICE yaitu Rest, ice,compression dan elevation. Rest artinya bahu harus di istirahatkan misalnya dengan menggunakan gendongan bahu (arm sling) Ice atrinya diberikan kompres es pada sendi yang terkena. Compression artinya kantung es ditempelkan ke bahu menggunakan elastic bandage/kain yang dikatakan melingkar bahu sehingga terasa efek penekanan. Elevation artinya menempelkan posisi bahu lebih tinggi dari jantung. RICE di terapkan untuk meminimalisasi pembengkakan yang terjadi akibat pergeseran sendi bahu, selanjutnya sendi bahu pasien harus dikembalikan keposisi semula dengan suatu tindakan reponsisi. Pada pasien yang dulu pernah mengalami dialokasi,traksi sederhana pada lengan dapat berhasil. Untuk reduksi dislokasi yang terjadi pertama kali, pasien harus banyak diberi sedasi atau di anastesi dan dalam posisi terlentang. Traksi ditingkatkan perlahan-lahan pada lengan dengan bahu yang sedikir berabduksi, sementara itu asisten melakukan traksi-lawan yang kuat pada tubuh (handuk yang dililitkan sekitar dada pasien, dibawah axila, bermanfaat). Kalau anastesi merupakan kontraindikasi, posisi tengkurap dengan lengan tergantung, dapat memudahkan reduksi. Metode Kocher kadang-kadang digunakan. Siku ditekuk 90 derajat dan dipertahankan dekat dengan tubuh, traksi tidak boleh diterapkan. Lengan perlahan-lahan diputar sampai 75 derajat ke lateral, kemudian ujung siku itu diangkat kedepan, dan akhirnya lengan diputar ke medial. Sinar-X dilakukan untuk memastikan reduksi tidak menyebabkan fraktur. Bila pasien sepenuhnya sadar, abduksi aktif dengan pelan-pelan diuji untuk
6

menyingkirkan suatu cedera syaraf axila. Lengan di istirahatkan dalam kain gendong selama satu atau dua minggu dan gerakan aktif kemudian dimulai, tetapi kombinasi abduksi dan rotasi lateral harus dihindari sekurang-kurangnya selama 3 minggu. Selama periode ini, gerakan siku dan jari dipraktekkan setiap hari. 1. Dengan pembiusan umum a. Metode Hippocrates penderita dibaringkan dilantai, anggota gerak ditarik ke atas dan caput humerus ditekan dengan kaki agar kembali ke tempatnya. b.Metode Kocher Penderita berbaring ditempat tidur dan ahli bedah berdiri di samping penderita.

Tahapan-tahapan reposisi menurut kocher: a. Sendi siku dalam posisi fleksi 90 derajat dan dilakukan traksi sesuai garis humerus b. Lakukan rotasi kearah lateral c. Lengan di adduksi dan sendi siku dibawa mendekati tubuh kearah garis tengah d. Lengan dirotasi ke medial sehingga tangan jatuh didaerah dada

2. Tanpa pembiusan umum Metode simpson metode ini sangat baik. Caranya penderita dibaringkan tengkurap sambil bagian lengannya yang mengalami lukasio keluar dari tepi tempat tidur, menggantung ke bawah. Kemudian diberikan beban yang diikatkan pada lengan bawah dan pergelangan tangan, biasanya dengan dumbbell dengan berat tergantung dari kekuatan otot si penderita. Si penderita disuruh rileks untuk beberapa jam, kemudian bonggol sendi akan masuk dengan sendirinya.

Penanganan setelah reposisi: Setelah reposisi berhasil,maka lengan harus difiksasi didaerah thorax selama 3-6 minggu dan reposisi tidak dilakukan dapat terjadi dislokasi rekuren. (5)

6. Kelainan yang mungkin terjadi: a. Frozen soulder : rasa nyeri yang mengakibatkan keterbatasan lingkup gerak sendi pada bahu. Timbul akibat trauma atau perlahan tanpa ada tanda-tanda atau riwayat trauma tertentu b. Tenosivitas/tenovaginatis : proses peradangan sarung tendo serta jaringan disekitarnya. Biasanya gerakan lengan menjadi terbatas. c. Kaku sendi : kekakuan pada bahu. Terjadi kehilangan rotasi lateral yang secara otomatis membatasi abduksi. Terapinya yaitu dengan melakukan gerakan perlahan. d. Kerusakan pembuluh darah : akibat dari trauma pada saat mengalami kecelakaan atau karena tekanan caput humeri. (5)

Step 4 : Skema

Laki-laki 18 tahun

Anamnesis

Pemeriksaan fisik

Diagnosa sementara

Jatuh, nyeri, lengan atas kanan tidak bisa digerakkan.

Deformitas sendi bahu dan hematom.

Diagnosa

Rontgen

Pemeriksaan penunjang

Fraktur

Dislokasi bahu

Extremitas superior

Lengan atas (Regio pectoralis dan regio brachium)

Kelainan atau gangguan

Dislokasi bahu

Struktur anatomi

Gejala

Penanganan

Ligamentum
Deformitas Os Nervus Vascularisasi Hematom

Penyebab
Penangan an Penyebab Penangan an
9

Step 5 : Sasaran belajar 1. Histologi tulang pada regio pectoralis dan regio brachium 2. Patofisiologi dislokasi 3. Origo insertio regio pectoralis dan regio brachium beserta fungsinya.

Step 7 : Diskusi 1. Histologi tulang Tulang adalah jaringan hidup yang struktur nya dapat berubah bila mendapat tekanan. Seperti jarigan ikat lain, tulang terdiri atas sel-sel, serabut-serabut, dan matriks. Tulang bersifat keras oleh matriks ekstraselularnya mengalami klasifikasi, dan mempunyai derajat elastisitas tertentu akibat adanya serabut-serabut organik. Selain itu, tulang juga disebut sebagai suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel : osteoblas, osteosit, dan osteoklas. Osteoblas sendiri membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteosid melalui satu proses yang disebut osifikasi. Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. Sedangkan osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorpsi. Fungsi tulang : 1. Tulang membentuk rangka penunjang; 2. Tulang sebagai pelindung tubuh atau fungsi protektif, misalnya tengkorak dan columna vertebralis melindungi otak dan medulla spinalis dari cedera; 3. Tulang juga sebagai tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakan kerangka tubuh; 4. Tulang berperan sebagai pengungkit seperti yang dapat dilihat pada tulang panjang ekstremitas 5. Tulang juga merupakan tempat penyimpanan utama untuk garam calcium

10

Tulang terdiri atas dua bentuk, tulang kompakta dan tulang tulang spongiosa. Tulang kompakta tampak sebagai masa yang padat. Tulang spongiosa terdiri atas anyaman trabekula. Trabekula tersusun sedemikian rupa sehingga tahan akan tekanan dan tarikan yang mengenai tulang. A. Klasifikasi Tulang Tulang dapat diklasifikasikan secara regional atau berdasarkan bentuk umumnya. Kalsifikasi tulang secara regional diringkas di dalam tabel 1. Tulang dapat dikelompokkan berdasarkan bentuk umumnya: (a) tulang panjang, (b) tulang pendek, (c) tulang pipih, (d) tulang irregular, dan (e) tulang sesamoid a. Tulang Panjang Tulang-tulang panjang ditemukan pada ekstremitas (contoh: humerus, femur, ossa metacarpi, ossa metatarsi, dan phalanges). Panjangnya lebih besar dari lebar nya. Tulang ini mempunyai corpus berbentuk tubular, diaphysis, dan biasanya dijumpai epiphysis pada ujung-ujungnya. Selama masa pertumbuhan, diaphysis dipisahkan dari epiphysis oleh cartilago epiphysis. Bagian diaphysis yang terletak berdekatan dengan cartilago epiphysis disebut metaphysis. Corpus mempunyai cavitas medullaris dibagian tengah yang berisi sumsum tulang (medulla ossium). Bagian luar corpus terdiri atas tulang kompakta yang diliputi oleh selubung jaringan ikat yaitu periosteum. Ujung-ujung tulang panjang terdiri tas tulang spongiosa yang dikelilingi oleh selapis tulang kompakta. Facies articularis ujungujung tulang diliputi cartilago hyalin. b. Tulang Pendek Tulang-tulang pendek ditemukan pada tangan dan kaki (contohnya, os scaphoideum, os lunatum, talus, dan calcaneus). Bentuk tulang ini umumnya segiempat dan terdiri atas tulang spongiosa yang dikelilingi oleh selapis tulang tipis tulang kompakta. Tulang-tulang pendek diliputi periosteum dan facies articularis diliputi oleh cartilago hyalin. c. Tulang Pipih Tulang pipih ditemukan pada tempurung kepala (contohnya, os frontale dan os parietale). Bagaian dalam dan luar tulang ini terdiri atas lapisan tipis tulang kompakta, disebut tabula, yang dipisahkan oleh selapis tulang spongiosa, disebut diploe. Scapula termasuk didalam kelompok tulang ini walaupun irregular.
11

d. Tulang Irregular Tulang-tulang irregular merupakan tulang yang tidak termasuk didalam kelompok yang telah disebutkan diatas (contoh, tulang-tulang tengkorak, vertebrae, dan os coxae). Tulang ini tersusun atas selapis tipis tulang kompakta dibagian luarnya dan bagian dalamnya dibentuk oleh tulang spongiosa. e. Tulang Sesamoid Tulang sesamois merupakan tulang kecil yang ditemukan pada tendo0tendo tertentu, tempat terdapat pergeseran tendo pada permukaan tulang. Sebagian besar tulang sesamoid tertanam di dalam tendo dan permukaan bebasnya diliputi oleh cartilago. Tulang sesamoid yang terbesar adalah patella, yang terdapat pada tendo musculus quadriceps femoris. Contoh lain dapat ditemukan pada tendo musculus flexor pollicis brevis dan musculus flexor hallucis brevis. Fungsi tulang sesamoid adalah mengurangi friksi pada tendo, dan merubah arah tarikan tendo. (6) B. Perkembangan Tulang Tulang berkembang dengan dua cara: membranosa dan endochondral. Pada cara yang pertama, tulang berkembang langsung dari membrana jaringan ikat; pada cara kedua, mulamula dibentuk model tulang rawan dan kemudian diganti oleh tulang. Untuk keterangan lebih rinci mengenai perubahan selular yang terjadi, dapat dibaca pada bukau teks histologi atau embriologi. Tulang tempurung kepala berkembang dengan cepat secara membranosa pada janin sehingga dapat melindungi otak yang sedang berkembang dibawahnya. Pada waktu bayi lahir, beberapa daerah kecil diantara tulang-tulang tersebut tetap bersifat membran. Hal ini penting secara klinik karena memungkinkan tulang-tulang melakukan sejumlah gerakan tertentu sehingga tengkorak dapat berubah bentuk sewaktu turun melewati jalan lahir. Tulang panjang ekstremitas berkembang secara osifikasi endochondral. Osifikasi ini merupakan proses yang lambat dan baru selesai pada usia 18-20 tahun atau bisa lebih lama lagi. Pusat pembentukan tulang yang ditemukan pada corpus disebut diaphysis; sedangkan pusat pada ujung-ujung tulang disebut epiphysis. Lempeng rawan pada masing-masing ujung, yang terletak antara epiphysis dan diaphysis pada tulang yang sedang tumbuh disebut

12

lempeng epiphysis. Metaphysis merupakan bagian diaphysis yang bebatasan dengan lempeng epiphysis. C. Komponen sel a. Osteoblas a. Merupakan sel pembentuk tulang b. Berfungsi membentuk protein matriks tulang c. Terdapat pada permukaan tulang d. Sel berderet-deret dalam satu lapisan pada permukaan jaringan tulang yang sedang tumbuh sebagai sel berbentuk kuboid atau silindris pendek yang saling berhubunganmelalui tonjolantonjolan pendek e. Intinya terdapat pada bagian puncak sel dengan kompleks golgi di bagian basal f. Sitoplasma tampak basofil karena banyak mengandung ribonukleoprotein yang menandakan aktifitas sintosis protein b. Osteosit a. Merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang b. Berfungsi memelihara matriks tulang c. Sel dengan ukuran kecil d. Berasal dari osteoblas e. Terdapat didalam lakuna (rongga-rongga didalam matriks) f. Menghasilkan alkali fosfatase yang diperlukan untuk

melepaskan fosfat dalam pembentukan garam kalsium g. Tidak dapat mitosis dan repair c. Osteoklas a. Merupakan sel raksasa dengan ukuran berkisar antara 20m100m dengan jumlah inti sampai mencapai 50 buah b. Berfungsi resorpsi dan remodelling jaringan tulang yang rusak c. Terdapat pada lekukan lakuna howship dan dipermukaan tulang d. Mensekresi enzim untuk memudahkam pencernaan kolagen dan melarutkan kristal garam kalsium

13

D.Karakteristik dari Tulang Rawan 1. Tulang rawan yang merupakan jaringan ikat , dengan matriks ekstrasel yang keras 2. Fungsi : menahan stres mekanik , menyangga jaringan lunak 3. Tidak mengandung pembuluh darah, pembuluh limfa dan saraf 4. Perikondrium yang merupakan selubung dari jaringan ikat padat yang mengelilingi tulang rawan. Kecuali Tulang rawan pada sendi tidak memiliki perikondrium, difusi oksigen dan nutrien dari cairan sinovia 5. Mengandung pembuluh darah yang berfungsi untuk memasok nutrisi dan oksigen ke tulang rawan, serta mengandung pembuluh limfa dan saraf. Terdiri dari : a. Sel kondrosit 1) Fungsinya mensintesis dan mensekresi matrik ekstrasel 2) Sel Kondrosit terdapat di dalam rongga-rongga matriks lakuna b. matriks ekstrasel = substansi dasar (glikosaminoglikan dan proteoglikan) c. serat kolagen dan serat elastin(8)
14

6. Jenis-jenis tulang rawan karena adanya variasi sesuai kebutuhan fungsional a. Tulang Rawan Hialin 1) Paling umum dijumpai dan dipelajari. 2) Berwarna putih kebiruan dan bening, tembus pandang(semitransparant) seperti kaca dengan sifat fleksibel kadang-kadang elastic (di jumpai pada hialin tertentu).(9) 3) Pada Embrio terbentuk sebagai kerangka sementara , berangsur-angsur menjadi tulang sejati. 4) Terdapat pada permukaan sendi gerak, dinding saluran pernapasan yang besar (hidung, laring, trakea, bronkus), tempat persendian rusuk dengan sternum dan lempeng epifisis= berperan bagi pertumbuhan memanjang di tulang. 5) Matriks sel 40% terdiri atas kolagen, yang terbenam dalam jel berhidrasi yang solid dari proteoglikan dan glikoprotein struktural. Serta

glikosaminoglikan sulfat adhesif yaitu kondronektin 6) Proteoglikan tulang rawan mengandung kondroitin 4 sulfat, kondroitin 6 sulfat, keratan sulfat. Berhubungan dengan asam hialuronat, berinteraksi dengan kolagen. 7) Konsistensi tulang rawan tergantung pada ikatan air pada

glikosaminoglikan yang bermuatan negatif yang berfungsi sebagai peredam goncangan 8) Perikondrium Selabung tulang rawan kecuali tulang sendi. Kaya serat kolagen typeI mengandung banyak kondroblas menjadi kondrosit (fibrosit) 9) Kondrosit tidak mengandung pembuluh darah, Kondrosit bernapas dalam tekanan oksigen yang rendah. Metabolisme glukosa (terurai dari glikolisis anaerob) menghasilkan asam laktat. Fungsi kondrosit tergantung pada keseimbangan hormon yang sesuai. Pertumbuhan kondrosit melalui 2 proses: a. Pertumbuhan interstital = pembelahan mitosis dari kondrosit b. Pertumbuhan aposisional =deferensiasi sel-sel perikondrium. (fibroblas) kemudian

15

b.

Tulang Rawan Elastis Terdapat Pada aurikula telinga, dinding CAE, tuba eustachii, epiglotis, tlng rawan kuneiformis di laring. Ciri-ciri identik dgn Tulang Rawan hialin, tapi mengandung serat elastin halus membentuk jalinan, dan kolagen type II. Pebedaan dengan tulang raawan hialin adalah dari warna kekuningan dan sifat yang lebih gelap dari seratnya, serta dari kefleksibelan dan sifat elastisnya .Tulang rawan juga memiliki perikondrium.

c.

Fibrokartilago Merupakan jaringan intermediat antara jaringan ikat padat dan tulang rawan hialin. Kondrositnya berjumlah satu-satu atau dalam kelompok isogen, yang tersusun dalam barisan panjang yang dipisahkan oleh serat kolagen tipe 1 kasar, tidak ada perikondrium yang menyelubunginya. Banyak ditemukan pada diskus intervertebralis, Simpisis pubis, serta perlekatan ligamen pada tulang rawan dari tulang. (9)

16

TULANG RAWAN Bagian Kerangka Kerangka Aksial Tengkorak Cranium Wajah Tulang-tulang pendengaran Hyoid Vertebrae Sternum Costae Kerangka apendikular Gelang bahu Clavicula Scapula Extremitas superior Humerus Radius Ulna Ossa Carpalia Ossa Metacarpalia Phalanges Gelang panggul Os Coxae Extremitas inferior Femur Patella Fibula Tibia Ossa tarsalia Ossa metatarsalia Phalanges 2 2 2 2 14 10 28 2 2 2 2 16 10 28 2 2 8 14 6 1 26 1 24 Jumlah Tulang

17

E. JENIS JARINGAN TULANG

Secara histologis tulang dibedakan menjadi 2 komponen utama, yaitu : a. Tulang muda/tulang primer b. Tulang dewasa/tulang sekunder

Kedua jenis ini memiliki komponen yang sama, tetapi tulang primer mempunyai serabut-serabut kolagen yang tersusun secara acak, sedang tulang sekunder tersusun secara teratur.

a. Jaringan Tulang Primer Dalam pembentukan tulang atau juga dalam proses penyembuhan kerusakan tulang, maka tulang yang tumbuh tersebut bersifat muda atau tulang primer yang bersifat sementara karena nantinya akan diganti dengan tulang sekunder. Jaringan tulang ini berupa anyaman, sehingga disebut sebagai woven bone. Merupakan komponen muda yang tersusun dari serat kolagen yang tidak teratur pada osteoid. Woven bone terbentuk pada saat osteoblast membentuk osteoid secara cepat seperti pada pembentukan tulang bayi dan pada dewasa ketika terjadi pembentukan susunan tulang baru akibat keadaan patologis. Selain tidak teraturnya serabut-serabut kolagen, terdapat ciri lain untuk jaringan tulang primer, yaitu sedikitnya kandungan garam mineral sehingga mudah ditembus oleh sinar-X dan lebih banyak jumlah osteosit kalau dibandingkan dengan jaringan tulang sekunder. Jaringan tulang primer akhirnya akan mengalami remodeling menjadi tulang sekunder (lamellar bone) yang secara fisik lebih kuat dan resilien. Karena itu pada tulang orang dewasa yang sehat itu hanya terdapat lamella saja. b. Jaringan Tulang Sekunder Jenis ini biasa terdapat pada kerangka orang dewasa. Dikenal juga sebagai lamellar bone karena jaringan tulang sekunder terdiri dari ikatan paralel kolagen yang tersusun dalam lembaran-lembaran lamella. Ciri khasnya : serabut-serabut kolagen yang tersusun dalam lamellae(lapisan) setebal 3-7m yang sejajar satu sama lain dan melingkari konsentris saluran di tengah yang dinamakan Canalis Haversi. Dalam Canalis Haversi ini berjalan pembuluh

18

darah, serabut saraf dan diisi oleh jaringan pengikat longgar. Keseluruhan struktur konsentris ini dinamai Systema Haversi atau osteon. Sel-sel tulang yang dinamakan osteosit berada di antara lamellae atau kadang-kadang di dalam lamella. Di dalam setiap lamella, serabut-serabut kolagen berjalan sejajar secara spiral meliliti sumbu osteon, tetapi serabut-serabut kolagen yang berada dalam lamellae di dekatnya arahnya menyilang. Di antara masing-masing osteon seringkali terdapat substansi amorf yang merupakan bahan perekat. Susunan lamellae dalam diaphysis mempunyai pola sebagai berikut : Tersusun konsentris membentuk osteon. 1. Lamellae yang tidak tersusun konsentris membentuk systema interstitialis. 2. Lamellae yang malingkari pada permukaan luar membentuk lamellae circumferentialis externa. 3. Lamellae yang melingkari pada permukaan dalam membentuk lamellae circumferentialis interna. (9)

6. Patofisiologi dislokasi

A. Dislokasi posterior Dislokasi posterior jarang terjadi dan biasanya disebabkan oleh kekerasan langsung pada bagian depan sendi. Inspeksi pada pasien dengan dislokasi bahu, terlihat lengkung bahu hilang karena tuberculum majus humeri tidak lagi menonjol ke lateral di bawah musculus deltoideus. Caput humeri yang terletak subglenoidalis di dalam spatium quadrangularis dapat merusak nervus axillaris, yang diperlihatkan dengan lumpunya musculus deltoideus dan hilangnya sensibilitas kulit di atas setengah bagian bawah deltoid. Pergeseran humerus ke bawah dapat juga menegangkan dan mencederai nervus radialis.

19

B. Dislokasi Anterior Dislokasi yang paling sering terjadi pada sendi mayor. Biasanya terjadi karena rotasi ekternal secara paksa dan ekstensi dari bahu. Caput humerus kemudian terdorong kedepan dan sering menyebabkan robekan pada kartilago glenoid labrum dan kapsul dari batas anterior kavum glenoid. Lebih jarang dislokasi ini juga dapat terjadi pada pasien yang terjatuh dengan bertumpu pada tangan dan sendi bahu dalam posisi ekstensi. Pada dislokasi ini caput humerus mengalami pergeseran kearah medial ke glenoid, tepat dibawah processus korakoid. Pada dislokasi berulang kapsul dan labrum sering terlepas dari anterior glenoid. Tetapi pada beberapa kasus labrum tetap utuh dan kapsul serta ligamentum glenohumeral keduanya terlepas atau terentang kearah anterior dan inferior. Selain itu mungkin ada identasi pada bagian posterolateral caput humerus yaitu suatu fraktur kompresi akibat caput humerus menekan lingkar glenoid anterior setiap kali mengalami dislokasi.

20

Klasifikasi Dislokasi Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Dislokasi congenital : Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan. 2. Dislokasi patologik : Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang. 3. Dislokasi traumatic : Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa. Berdasarkan tipe kliniknya dibagi : a) Dislokasi Akut Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan pembengkakan di sekitar sendi. b) Dislokasi Kronik c) Dislokasi Berulang Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibanya, sendi itu akan mudah mengalami dislokasi kembali. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint. Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan. (5)

21

7. Origo dan insertio pada regio pectoralis dan regio brachium. Regio Pectoralis Otot M.pectoralis mayor Origo Insertio Fungsi Adduksi dan

Pars clavicula, Perm Sulcus anterior, clavicula, medial intertubercularis pars Lateral,

Endorotasi humerus

sternum, menarik scapula ke I-VI dan ventar dan caudal

sternocostalis, perm cartiga anterior

apenevrosis m.obliqus eksternus abdominis

M.pectoralis minor

Costa III-IV dekat Tapi cartilago cost alisnya

medial Fleksi dengan

scapula menariknya

proc.coracoideus scapulae

ke caudal dan ventral dinding thorax

M.sbuclavius

Peralihan costa 1 ke Permukaaan cartilago costalisnya

caudal Menarik clavicula ke medial

1/3 tengah clavicula

M.serratus anterior

Permukaan

luar Permukaan

vebtral Menarik scapula ke ventral, scapula rotasi

bagian lateral costa I- tepi medial scapula VIII Fossa subscapularis M.subscapularis M.deltoideus Tuberculum humeri 1/3 lateral clavicula, Tuberositas acromion dan spina deltoideus humeri scapula

minus Endorotasi

dan

adduksi lengan atas Anterior: Fleksi dan endorotasi Tengah: abduksi Posterior: ekstensi

dan eksorotasi M.supraspinatus Fossa supraspinatus Facies sup.tuberculum majus humeri M.infraspinatus Fossa infraspinatus Facet tuberculum tengah Eksorotasi majus atas
22

Abduksi lengan atas

lengan

humeri

M.teres minor

Bagian cranial tepi Facet lateral d tuberculum humeri

inferior Fiksasi caput humeri majus dalam cavitas

glenoidalis scapulae Endorotasi dan

M.teres mayor

Perm.dorsal angulus Sulcus inferior scapula intertubercularis humeri medial

adduksi lengan atas

Regio Brachii Otot Origo Insersio Fungsi

M.biceps brachii

Caput

longum: Tuberositas radii

Fleksi bawah supinasi

dengan dan

Tuberculum supraglenoidalis Caput brevis:

proc.coracoideus M.brachialis Sebelah perm.anterior humerus M.coracobrachialis Proc.coracoideus 1/3 perm.medial humerus M.triceps brachii Caput tuberculum infraglenoidalis Caput lateral: longum: Ujung tengah Membantu fleksi dan adduksi distal, Proc.coraconoideus dan tuberositas ulna Fleksi bawah lengan

lengan atas proksimal Ekstensi lengan

olecranon ulna dan bawah fascia lengan bawah

post.humerus, proksimal sulcus,n.radialis

23

Caput

medial:

post.humerus distal sulcus n.radialis M.anconeus Epicondilus lateralis humeri Perm.lateral olecranon Membantu triceps

Ligamen Ligamen atau ligamentum adalah pita mengkilap dan fleksibel dari jaringan ikat yang menghubungkan tulang dengan tulang.Ligamen berbeda dengan tendon karena ligamen menghubungkan tulang dengan tulang, sedangkan tendon melekatkan otot ke tulang.Tendon membawa stimulus listrik atau neurologis, sedangkan ligamen tidak. (1) Ada beberapa ligamen penting di bahu. Ligamen adalah struktur jaringan lunak yang menyambungkan tulang ke tulang. kapsul sendi adalah kantung yang kedap air yang mengelilingi sendi. Di bahu, kapsul sendi dibentuk oleh sekelompok ligamen yang menghubungkan humerus ke glenoidale. Ligamen ini adalah sumber utama stabilitas untuk bahu, mereka membantu memegang bahu di tempatnya dan menjaga dari dislokasi. Ligamen ini adalah ligamentum glenohumerale, dan ligamentum lain yang menghubungkan ke coracoid akromion adalah ligamentum coracoacromiale. ligamentum ini dapat menebal dan menyebabkan Sindrom rotator. Ligamen-ligamen yang memperkuat articulatio glenohumeral adalah ligamentum glenoidalis,ligamentum coracoacromiale, serta kapsul sendi melekat pada cavitas glenoidalis dan collum anatomicum humeri. Ligamentum yang memperkuat antara lain: 1) ligamentum coracohumerale, yang membentang dari procesus coracoideus yang sampai tuberculum humeri. 2) ligamentum coracoacromiale, yang membemtang dari procesus coracoideus sampai acromion. 3) ligamentum glenohumerale, yang membentang dari tepi cavitas glenoidalis ke colum anatobicum, dan ada 3 buah yaitu: a) ligamentum glenohumerale superior, yang melewati articulatio sebelah cranial

24

b) Ligamentum glenohumerale medius, yang melewati articulatio sebelah ventral c) Ligamentum glenohumerale inferius, yang melewati articulatio sebelah inferius. (7)

25

Daftar Pustaka 1. Dorland, W.A Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC. 2.Yasyin, Sulchan. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya: Amanah 3. Kumpulan kuliah Ilmu Bedah, Bagian Bedah staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Bina Rupa Aksara. 1995. Jakarta 4. Rutz, Reinhard U & Rein Hard Pabst. 2005. Sobota Edisi 21. Jakarta: EGC. 5.Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: Yarsif Watampone. 2007. 6. Sylvia, A.Price. 2006. Patofisologi. Jakarta : EGC 7. Snell, Richard S. Anatomi Klinik Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 8. Rohmani, Afiana.2013. Modul Ajar Histologi. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang, dikutip dari Junqueira, Luize. 2005. Histologi Dasar Atlas dan Teks. Jakarta:EGC 9.Maximow, Alexander A. 1953 . A Textbook of Histology. Philadelphia USA:W.B.Sanders Company

26

LAPORAN HASIL DISKUSI TUTORIAL KELOMPOK 2 DISLOKASI BAHU BLOK 3 SKENARIO 2

Tutor: dr. Andra Novitasari Moderator : 1. M. Mirza Fajar H. 2. Annisa Fasichatul L.S Anggota: 1. M. Luthfi H. 2. Pujangga Puspito Y.D. 3. M. Rizky Irza 4. Nurrul Lathiefa R. H 5. Putri Alfiyanti F. 6. Tiara Perdana Putri 7. Deviana Mutiara A. 8. Adhi Pradana W. (H2A012046) (H2A012008) (H2A012056) (H2A012020) (H2A012059) (H2A012075) (H2A012017) (H2A012065) (H2A012047) (H2A012010)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2013

27

28

Anda mungkin juga menyukai