Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS PENDEK SEORANG ANAK DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE DERAJAT II DENGAN EFUSI PLEURA DAN STATUS

GIZI BAIK

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Anak di RSUD dr. H. Soewondo, Kendal

Disusun oleh : Afandi 01.207.5343 Pembimbing : dr. Sri Mulyani, Sp.A

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG 2012 HALAMAN PENGESAHAN

Nama NIM Fakultas Judul Bagian Pembimbing

: Afandi : 01.207.5343 : Kedokteran : Laporan Kasus Panjang Seorang Anak dengan Bronkopneumoni dan Status Gizi Baik : Ilmu Kesehatan Anak : dr. Sri Mulyani, Sp.A

Kendal, 24 April 2012 Pembimbing Penulis

Dr. Sri Mulyani, Sp.A

Afandi

BAB I LAPORAN KASUS IDENTITAS Nama Penderita : An. A Umur Jenis Kelamin Pendidikan Alamat Masuk RS Keluar RS No. RM Nama Ayah Umur Pendidikan Agama Pekerjaan Alamat Nama Ibu Umur Pendidikan Agama Pekerjaan Alamat : Islam : Ibu rumah tangga, Tani : Rembes 5/3 sidodadi patean kendal : Islam : Tani : Rembes 5/3 sidodadi patean kendal : Ny. N : 45 tahun : SMP : 13 tahun : laki-laki : SMP : Rembes 5/3 sidodadi patean kendal : Tanggal 19 April 2012 : Tanggal 21 April 2012 : 392199 : Tn. P : 48 tahun : SMP

DATA DASAR Alloanamnesis dengan Ibu penderita dilakukan pada tanggal 20 April 2012 pukul 16.30 WIB di ruang Bangsal Anak Dahlia serta didukung dengan catatan medis. Riwayat Penyakit Sekarang Sebelum Masuk Rumah Sakit 7 hari yang lalu pasien mengeluh panas dingin, mual, mimisan sebanyak sembilan kali selanjutnya anak diperiksakan ke puskesmas dan diberi obatobatan. Setelah lima hari mengonsumsi obat, keluhan panas dingin belum ada perbaikan, mual (+), mimisan (+), dan perut bagian atas nyeri (+). Keluhan lain seperti, pilek (-), kejang (-), mencret (-), BAB (+), BAK (+), makan/minum (+/+) namun sedikit-sedikit. Saat Di Rumah Sakit Anak dibawa ke UGD tanggal 19 maret 2012 jam 8.30 wib, dengan keluhan panas naik turun, mual (+), mimisan (+) satu kali, dan perut bagian atas nyeri (+). Keluhan lain seperti, pilek (-), kejang (-), mencret (-), BAB (+), BAK (+), makan/minum (+/+) namun sedikit-sedikit, Oleh dokter jaga UGD disarankan untuk rawat inap. Setelah Masuk Rumah Sakit 1 hari dirawat di rumah sakit anak masih mengeluh panas naik turun, mual (+), mimisan (-), dan perut bagian atas nyeri (+). Keluhan lain seperti, pilek (-), kejang (-), mencret (-), BAB (+), BAK (+), makan/minum (+/+) namun sedikit-sedikit Riwayat Penyakit Dahulu Pasien sebelumnya tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya Pharingitis Pneumonia Pertusis Malaria : tidak pernah : tidak pernah Bronchitis: tidak pernah : tidak pernah : tidak pernah

Enteritis : tidak pernah Gegar otak Kejang : tidak pernah Cacingan : tidak pernah : tidak pernah

Riwayat Penyakit Keluarga Anggota keluarga tidak ada yang sakit seperti ini, namun ada tetangga dekat pasien yang sakit seperti ini dan dirawat di rumah sakit tapi sekarang sudah sembuh. Riwayat Sosio Ekonomi Pasien adalah anak kedua dari dua bersaudara. Pasien tinggal bersama ayah dan ibunya. Biaya pengobatan ditanggung sendiri. Penghasilan ratarata perbulan kedua orang tua Rp 4.000.000,00. Kesan ekonomi : Cukup. Riwayat Perinatal Pemeriksaan kehamilan : teratur, 1x/bulan selama kehamilan di bidan. Penyakit kehamilan : disangkal. Perdarahan selama kehamilan : pernah, tapi dapat ditangani oleh bidan. Obat yang diminum selama kehamilan : obat-obatan dari bidan. Vaksinasi selama kehamilan : tetanus toxoid Kesan : riwayat pemeliharaan prenatal baik Riwayat Kelahiran Persalinan Jenis persalinan Usia dalam kandungan Berat badan lahir Panjang badan Kesan : kelahiran normal Riwayat Imunisasi : lahir spontan di Bidan : normal spontan : aterm : 3400 gram : 48 cm

BCG DPT Polio Hepatitis B Campak Hepatitis A

: 1x, umur 2 bulan : 3x, umur 2, 4, 6 bulan : 5x, umur 0, 2, 4, 6, 18 bulan, 5 tahun : 4x, umur 0, 2, 4, 6 bulan : 9 bulan : 1x, 2 tahun

Kesan : riwayat imunisasi dasar lengkap Riwayat Gizi ASI : diberikan sejak lahir sampai umur 1,5 tahun. : diberikan pada umur 6 bulan diberikan Susu formula : diberikan susu formula pada usia 1,5 tahun Makanan pendamping ASI makanan pendamping ASI secara bertahap berupa bubur susu sampai usia 8 bulan, bubur pisang sampai usia 1 tahun, nasi tim sampai usia 2 tahun, dan selanjutnya diberikan makanan keluarga Status Gizi menurut Z-score Berat Badan Usia : 32kg : 13 tahun Tinggi badan : 136 cm

Kesan : status gizi baik Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Pertumbuhan : Berat badan lahir 3400 gram, panjang badan lahir 48 cm, berat badan sekarang 32 kg, tinggi badan sekarang 136 cm. Perkembangan :

1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 5 bulan

: tersenyum, menatap : tertawa : memegang benda : miring : tengkurap

6 bulan : mendekati orang yang dikenal 7 bulan : duduk dengan dibantu 8 bulan : duduk tanpa dibantu 9 bulan : merangkak 10 bulan : berusaha berjalan 12 bulan : berdiri, berjalan pelan-pelan 1,5 tahun : bicara dengan kata-kata pendek 2 tahun : bicara menyusun 2 kata, naik turun tangga Kesan : riwayat pertumbuhan dan perkembangan anak dalam batas normal sesuai usia PEMERIKSAAN FISIK Tanggal 20 April 2012 pukul 16.30 WIB (di Ruang Anak) Status Present Jenis kelamin : Laki-laki Usia Berat badan Panjang badan Tanda vital : Nadi Frek.nafas Suhu Tensi KU/Kesadaran Kepala Rambut : 60 x/menit isi cukup, irama regular, equalitas sama pada keempat ekstremitas : 24 x/menit : 38o C : 90/60 mmhg : sedang / komposmentis : mesocephal, : hitam, lurus, tidak mudah dicabut : 13 tahun : 32 kg : 136 cm

Mata

: conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor, reflek cahaya (+/+), mata cekung (-/-), mata kering (-/-), edema palpebra (-)

Telinga Hidung Mulut Leher Jantung Inspeksi Palpasi Perkusi

: ukuran normal, discharge (-/-), nyeri (-/-), bengkak (-/-) : simetris, nafas cuping hidung ( - ), sekret (-/-) : bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-) : simetris, pembesaran kelenjar limfe (-), kaku kuduk (-) : iktus kordis tidak tampak : iktus kordis teraba di sela iga IV linea midclavikula sinistra, tidak kuat angkat : Redup : ICS II linea parasternal kiri : ICS III linea parasternal kiri : ICS IV linea sternalis kanan Batas atas Pinggang Batas kanan

Batas kiri bawah : ICS IV linea midclavicularis kiri Auskultasi : suara jantung I dan II normal, suara tambahan (-) Paru-paru Inspeksi Palpasi Auskultasi nyaring(-/-) Perkusi : redup pada paru kanan dan sonor pada paru kiri Abdomen Inspeksi Palpasi : cembung : supel(-), nyeri tekan (+) perut kanan bagian atas, turgor cukup, hepar teraba membesar, lien tidak teraba, dalam batas normal, asites (-) Perkusi Auskultasi : timpani : peristaltik (+) normal : pada saaat inspirasi dada kanan tertinggal : sterm fremitus kanan melemah pada paru kanan pada : suara dasar vesikuler paru kanan melemah Suara tambahan : wheezing (-/-), ronkhi basah halus

saat bernapas dada kanan tertinggal

Genital Ekstremitas

: tidak ada kelainan

Superior Sianosis Akral dingin Capillary refill Gerakan Turgor kulit Edema Lengan kiri di temukan petechie PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Darah Rutin Pemeriksaan Darah Rutin Tanggal 19 April 2012 Leukosit Hemoglobin Hematokrit Trombosit Leukosit Hemoglobin Hematokrit Trombosit Leukosit Hemoglobin Hematokrit Trombosit : 5,0 UL(4.000-11.000) : 14,3 g/dl (11-18 g/dl) : 40,5 % (32-54 %) : 90.000 (120.000-500.000) : 6,8 UL(4.000-11.000) : 14,9 g/dl (11-18 g/dl) : 42,2 % (32-54 %) : 83.000 (120.000-500.000) : 6,9 UL(4.000-11.000) : 13,7 g/dl (11-18 g/dl) : 39 % (32-54 %) : 121.000 (120.000-500.000) -/-/< 2 Bebas Cukup -/< 2 Bebas

Inferior -/-

Cukup -

Pemeriksaan Darah Rutin Tanggal 20 April 2012

Pemeriksaan Darah Rutin Tanggal 21 April 2012

Pemeriksaan enzim hati Pemeriksaan SGPT dan SGPT Tanggal 20 April 2012

SGPT SGOT

: 195 ul (12 40) : 274 ul ( 15-35 )

Hasil Rontgen Thorak Pemeriksaan pada tanggal 19 april 2012 Tampak kesuraman homogen pada hemithorak kanan Kesan : Efusi pleura dekstra DIAGNOSA BANDING Dengue Hemoragic fever Demam chikungunya Dengue hemoragic fever Status Gizi Status Gizi Kurang Status Gizi Sedang Status Gizi Baik Efusi pleura Hematothorak Efusi pleura Flail chest DIAGNOSA SEMENTARA Dengue hemoragic fever Status Gizi Baik Efusi pleura USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG X-foto Thorak lateral Pemeriksaan enzim hati PENATALAKSANAAN Non medikamentosa

Diit 3x bubur halus Medikamentosa Infus Ringer laktat 20 tetes permenit Injeksi cefotaxim 3x500 mg P/O sanmol syrup 2x1 cth Trolid 3x cth Corlif 2x1 cth Urdafak 3x50mg Tranfusi trombosit concentrat2 unit 70cc Monitoring Pantau keadaan umum dan TTV Edukasi Menjelaskan kepada orang tua tentang penyakit anak Memberi tahu kepada orang tua agar tetap tenang PROGNOSIS Qua ad vitam Qua ad sanam : ad bonam : ad bonam

Qua ad fungsionam : ad bonam

PERJALANAN PENYAKIT
Hari ke-1 Perawatan Tanggal Keluhan 19-4-2012 Hari ke-2 Perawatan 20-4-2012

Hari ke-3 Perawatan 21-4-2012

panas naik turun, mual (+), panas naik turun, mual panas naik turun, mual mimisan (+), dan perut bagian (-), mimisan (-), dan (-), mimisan (-), dan atas nyeri (+). Keluhan lain perut bagian atas nyeri perut bagian atas nyeri seperti, sesak nafas (+) pilek (-), (+). Keluhan lain seperti, (-). Keluhan lain kejang (-), mencret (-), BAB (+), sesak nafas (+) pilek (-), seperti, sesak nafas (+) BAK (+), makan/minum (+/+) kejang (-), mencret (-), pilek (-), kejang (-), namun sedikit-sedikit BAB (+), BAK (+), mencret (-), BAB (+), (+/+) BAK makan/minum sudah banyak (+), (+/+) makan/minum sudah mulai banyak

KU

Sadar Cukup Tampak gizi baik 60 x/mnt 24 x/mnt 38oC 90/60 mmhg

Sadar Cukup Tampak gizi baik 82 x/mnt 26 x/mnt 36,8oC 100/60 mmhg

Sadar Cukup Tampak gizi baik 111x/mnt 33x/mnt 36,1oC 110/60 mmhg Leukosit:6,9 UL (4.000-11.000) g/dl (11-18 g/dl)

TTV N RR T tensi Hasil lab

Leukosit: 5,0UL (4.000-11.000) Hemoglobin: 14,3 g/dl (11-18 g/dl) Hematokrit (32-54 %) Trombosit: 90.000 : 40,5 %

Leukosit: 6,8 UL(4.000-11.000) Hemoglobin (11-18 g/dl) Hematokrit (32-54 %) Trombosit : : 42,2 %

: 14,9 g/dl Hemoglobin:13,7 Hematokrit (32-54 %) 83.000 Trombosit: 121.000

: 39 %

(120.000-500.000) Rontgen Thorak : efusi pleura


Assessment Demam hemoragic fever grade II dengan efusi pleura

(120.000-500.000)

(120.000-500.000)

Demam hemoragic fever grade II dengan efusi pleura

Demam hemoragic fever grade II dengan efusi pleura

Terapi

Infus Ringer laktat tetes permenit

20

Infus Ringer laktat 20 tetes permenit Injeksi cefotaxim 3x500 mg P/O sanmol syrup 2x1 cth Trolid 3x cth Corlif 2x1 cth Urdafak 3x50mg Diit 3x bubur lunak

Injeksi cefotaxim 3x500 mg P/O sanmol syrup 2x1 cth Trolid 3x cth Tranfusi trombosit concentrat2 unit 70cc
Diit 3x bubur lunak

BAB II PEMBAHASAN Dengue Hemoragic Fever Infeksi Virus Dengue pada manusia mengakibatkan spektrum manifestasi klinis yang luas mulai dari demam dengue, demam hemoragic fever, dengue shock syndrome. Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue disebabkan virus Dengue yang termasuk kelompok B Artropod Virus dan mempunyai empat jenis serotipe yakni Den 1, Den 2, Den 3 dan Den 4. Cara Penularan Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue yakni manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty. Nyamuk ini dapat mengundang virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar air liur dapat berkembang biak selama 810 hari sebelum dapat ditularkan kembali pada manusia pada saat gigitan berikutnya. Di tubuh manusia virus memerlukan waktu masa tunas 4-7 hari sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia ke nyamuk hanya dapat

terjadi pada saat manusia mengalami viremia yakni 2 hari sebelum demam terjadi dan 5 hari setelah demam timbul. Patogenesis Patogenesis DBD dan DSS masih merupakan masalah kontroversial. Dua teori yang banyak dianut pada DBD dan DSS adalah hipotesis infeksi sekunder atau hipotesis immune enhacement. Hipotesis ini menyatakan secara langsung bahwa pasien yang mengalami infeksi yang kedua kalinya dengan serotipe virus dengue yang heterolog mempunyai resiko yang berat yang lebih besar untuk menderita DBD. Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan mengenai virus lain yang akan menginfeksi dan kemudian membentuk komplek antigen antibodi yang kemudian akan berikatan dengan Fc reseptor dari membran sel leukosit terutama makrofag. Sebagai tanggapan terhadap infeksi tersebut terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga mengakibatkan hipovolemia dan syok. Klinis Gejala klinis berikut harus ada yaitu : Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari. Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan : Uji torniquet positif Ptekie, ekimosis, purpura Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi Hematemesis dan melena Pembesaran hati Syok ditandai dengan nadi cepat, lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah. Laboratoris Trombositopenia ( 100.000 /mm5 atau kurang) Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler dengan manifestasi sebagai berikut : Peningkatan hematokrit > 20 % Penurunan hematokrit >20 % dari nilai standart, setelah dilakukannya penggantian volume plasma. Dua kriteria klinis ditambah satu kriteria laboratoris cukup untuk menegakkan diagnosa sementara DBD. Dalam memonitor hematokrit harus diingat kemungkinan yang ada seperti telah adanya anemia, perdarahan berat atau telah dilakukannya penggantian volume plasma. Efusi pleura dan terjadinya hipoalbuminemi dapat memperkuat terjadinya kebocoran plasma. Derajad Penyakit Derajat penyakit DBD dapat diklasifikasikan dalam 4 derajad : Derajad I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu satunya manifestasi perdarahan ialah uji torniquet Derajad II : Seperti derajad I disertai perdarahan spontan di kulit dan perdarahan lain. Derajad III : Didapatkan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan nadi menurun atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembab

dan anak tampak gelisah. Derajad IV : Syok berat ditandai dengan nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak dapat diukur. Pada kasus ini penderita menderita DSS (dengue shock syndrome) ditandai dengan 2 kriteria klinis diantaranya : - Demam tinggi terus menerus tanpa sebab yang jelas selama 4 hari - Uji torniquet yang positif Ditandai dengan 2 kriteria laboratoris yakni : Trombositopenia 64.000/mm5 Hemokonsentrasi 40 % Pada penderita juga didapatkan efusi pleura dengan PEI 29,4 % pada foto thorax RLD. Diagnosis Banding Pada awal perjalanan penyakit diagnosis banding mencakup infeksi bakteri, virus, atau infeksi parasit seperti demam tifoid, campak, influenza, hepatitis, demam chikungunya, leptospirosis dan malaria. Idiopatic Trombositopenia Purpurae sulit dibedakan dengan DHF derajad II oleh karena ditemukan demam disertai dengan perdarahan dibawah kulit. Komplikasi Encepalopati Dengue Kelainan ginjal berupa gagal ginjal akut apabila terjadi pada fase terminal sebagai akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Udem paru Dengue Shock Syndrome (DSS) Syok merupakan keadaan kegawatan. Cairan pengganti adalah pengobatan yang utama, yang berguna untuk memperbaiki kekurangan volume plasma. Pasien anak akan cepat mengalami syok dan sembuh kembali segera dalam 28 jam. Pada penderita SSD dengan tensi tak terukur dan tekanan nadi <20 mmHg segera berikan cairan kristaloid sebanyak 20 ml/kg BB/jam selama 30 menit, bila syok teratasi turunkan menjadi 10 ml/kg BB. Penggantian Volume Plasma Segera Pengobatan awal cairan intravena larutan ringer laktat 20 ml/kg BB. Tetesan diberikan secepat mungkin maksimal 30 menit. Pada anak dengan berat badan lebih, diberi cairan sesuai BB ideal dan umur 10 mm/kg BB/jam, bila tidak ada perbaikan pemberian cairan kristaloid ditambah cairan koloid. Apabila syok belum teratasi setelah 60 menit beri cairan kristaloid dengan tetesan 10 ml/kg BB/jam bila tidak ada perbaikan stop pemberian kristaloid dan beri cairan koloid (dekstran 40 atau plasma) 10 ml/kg BB/jam. Pada umumnya pemberian koloid tidak melebihi 30 ml/kg BB. Maksimal pemberian koloid 1500 ml/hari, sebaiknya tidak diberikan pada saat perdarahan. Setelah pemberian cairan resusitasi

kristaloid dan koloid syok masih menetap sedangkan kadar hematokrit turun, diduga sudah terjadi perdarahan; maka dianjurkan pemberian tranfusi darah segar. Apabila kadar hematokrit tetap > tinggi, maka berikan darah volume kecil (10 ml/kg BB/jam) dapat diulang sampai 30 ml/kg BB/24 jam. Setelah keadaan klinis membaik, tetesan infus dikurangi bertahap sesuai keadaan klinis dan kadar hematokrit. Pemberian Oksigen Terapi oksigen 2 lt/menit harus selalu diberikan pada semua pasien syok. Dianjurkan pemberian oksigen dnegan mempergunakan masker tetapi harus diingat pula pada anak seringkali menjadi semakin gelisah apabila dipasang masker oksigen. Monitoring Tanda vital kadar hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi secara teratur untuk menilai hasil pengobatan. Hal-hal yang harus diperhatikan pada monitoring adalah : Nadi, tekanan darah, respirasi, dan temperatur harus dicatat setiap 1530 menit atau lebih sering, sampai syok dapat teratasi. Kadar hematokrit harus diperiksa tiap 4-6 jam sekali sampai keadaan klinis pasien stabil. Jumlah dan frekuensi diuresis.

Kriteria memulangkan pasien Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik Nafsu makan membaik Tampak perbaikan secara klinis Hematokrit stabil Tiga hari setelah syok teratasi Jumlah trombosit > 50.000/ml Tidak dijumpai distres pernapasan (disebabkan oleh efusi pleura asidosis)

EFUSI PLEURA Efusi pleura merupakan suatu gejala yang serius dan dapat mengancam jiwa penderita.Efusi pleura yaitu suatu keadaan terdapatnya cairan dengan jumlah berlebihan dalam rongga pleura.Efusi pleura dapat di sebabkan antara lain karena tuberkulosis,neo plasma atau karsinoma,gagal jantung,pnemonia,dan infeksi virus maupun bakteri Efusi pleura dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu : a.) Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediastinum, sindroma Meig (tumor ovarium) dan sindroma vena cava superior. b.) Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus), bronkiektasis, abses amoeba subfrenik yang menembus ke rongga pleura. c.) Adanya trauma yaitu truma tumpul, laserasi, luka tusuk pada dada, rupture esofagus karena muntah hebat atau karena alat tindakan esofagoskopi. Tanda dan gejala Pada efusi pleura lazim ditemukan adanya keluhan nyeri dada dan sesak. Rasa nyeri membuat penderita membatasi pergerakan rongga dada dengan ber-napas dangkal atau tidur miring ke sisi yang sakit. Sesak napas dapat ringan atau berat, tergantung pada proses pembentukan efusi, jumlah cairan efusi pleura, dan kelainan yang mendasari timbulnya efusi (Zen, 2006) Menurut Sylvia A. Price tanda dan gejala dari efusi pleura Dispnea yang bervariasi sesuai proses efusi pleura tersebut, nyeri pleuritik biasanya mendahului efusi sekunder akibat penyakit pleura, trakea bergeser menjauhi sisi yang mengalami efusi, pada efusi yang berat ruang interkostal menonjol, pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena, Perkusi meredup di atas efusi pleura, suara napas berkurang diatas efusi pleura, vokal premitus meredup. Penatalaksanaan a.. Torakosentesis Aspirasi cairan pleura (torakosentesis) berguna sebagai sarana untuk diagnostik maupun terapeutik. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru disela iga garis aksilaris posterior untuk mencegah terjadinya shock biasanya cairan dikeluarkan tidak melebihi 1000-1500 cc

BAB III KESIMPULAN

Pada pasien anak A yang berusia 13 tahun di diagnosa Dengue Hemoragic Fever dengan efusi pleura adalah tepat, karena dari anamnesa awal ditemukan data-data yang dapat mengarah pada diagnosa Dengue Hemoragic Fever dengan efusi pleura, antara lain adanya panas naik turun, mual (+), mimisan (+), dan perut bagian atas nyeri (+) sesak nafas (+). Pada pemeriksaan fisik dan Pemeriksaan laboratorium darah mengarah pada Dengue Hemoragic Fever, sedangkan pemeriksaan X-foto thorak didapatkan kesan efusi pleura Berdasarkan pada pemeriksaan tersebut menunjukkan diagnosa penderita kearah Dengue Hemoragic Fever dengan efusi pleura dan status gizi baik. BAB IV DAFTAR PUSTAKA

- Pusponegoro, H.D. dkk, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, Edisi I, 2004, IDAI, hal 99-108 - Hadinegoro, S. R. H. dkk, Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia, Depkes RI, 2006 - Soedarmo, S. S. dkk, Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis, Edisi 2, 2008, IDAI, hal 155-181

Anda mungkin juga menyukai