Anda di halaman 1dari 25

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar belakang Hipertensi merupakan salah satu penyebab paling penting dari kematian dini karena erat kaitannya dengan resiko penyakit kardiovaskuler. Seorang pasien disebut hipertensi jika tekanan darah sistoliknya lebih tinggi atau sama dengan 140 mm Hg serta tekanan darah diastoliknya lebih tinggi atau sama dengan 90 mm Hg atau ketika seseorang sedang mengonsumsi obat antihipertensi untuk mengontrol tekanan darah. Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang. Berbagai penelitian telah menghubungkan antara berbagai faktor resiko terhadap timbulnya hipertensi. Hipertensi merupakan diagnosa primer yang umum di Amerika Serikat karena menyerang hampir 50 juta penduduk dimana sekitar 69% orang dewasa yang telah melewati 18 tahun sadar akan hipertensi yang mereka derita dan 58% dari mereka dirawat, tetapi hanya 31% yang terkontrol.3,4 Prevalensi hipertensi di benua Amerika lebih rendah dibandingkan di benua Eropa, dimana prevalensi hipertensi di Amerika Serikat 20,3% dan Kanada 21,4% sedangkan di beberapa Negara Eropa seperti Swedia 38,4%, Italia 37,7%, Inggris 29,6%, Spanyol 40% dan Jerman 55,3%. prevalensi (angka kejadian) hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8 28,6 % penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi Saat ini terdapat adanya kecenderungan bahwa masyarakat perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan dengan resiko penyakit hipertensi seperti stress, obesitas (kegemukan), kurangnya olah raga, merokok, alkohol, dan makan makanan yang tinggi kadar lemaknya. Ditinjau perbandingan antara perempuan dan laki-laki, ternyata perempuan lebih banyak menderita hipertensi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk perempuan. Prevalensi di Sumatera Barat 18,6% pria dan 17,4% perempuan, sedangkan daerah perkotaan di Jakarta (Petukangan) didapatkan 14,6% pria dan 13,7% perempuan.

Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada pada kembar monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda dan gejala hipertensi dengan kemungkinan komplikasinya. Secara umum masyarakat sering menghubungkan antara konsumsi garam dengan hipertensi. Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi (pengeluaran) kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal. Pada hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor lain yang berpengaruh. Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stress menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Hal ini secara pasti belum terbukti, akan tetapi pada binatang percobaan yang diberikan pemaparan tehadap stress ternyata membuat binatang tersebut menjadi hipertensi. Obesitas atau kegemukan di mana berat badan mencapai indeks massa tubuh > 27 (berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m) juga merupakan salah satu faktor resiko terhadap timbulnya hipertensi. Obesitas merupakan ciri dari populasi penderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak obesitas. Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah. Olah raga ternyata juga dihubungkan dengan pengobatan terhadap hipertensi. Melalui olah raga yang isotonik dan teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-45 menit/hari) dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Selain itu dengan kurangnya olah raga maka resiko timbulnya obesitas akan bertambah, dan apabila asupan garam bertambah maka resiko timbulnya hipertensi juga akan bertambah.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya gangguan atau kerusakan pada pembuluh darah turut berperan pada penyakit hipertensi. Faktor- 4 faktor tersebut antara lain merokok, asam lemak jenuh dan tingginya kolesterol dalam darah. Selain faktor-faktor tersebut di atas, faktor lain yang mempengaruhi terjadinya hipertensi antara lain alkohol, gangguan mekanisme pompa natrium (yang mengatur jumlah cairan tubuh), faktorrenin- angiotensin-aldosteron (hormon-hormon yang mempengaruhi tekanan darah). Penyakit hipertensi timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor sehingga dari seluruh faktor yang telah disebutkan diatas, faktor mana yang lebih berperan terhadap timbulnya hipertensi tidak dapat diketahui dengan pasti. Oleh karena itulah maka pencegahan penyakit hipertensi yang antara lain dapat dilakukan dengan menjalankan gaya hidup sehat menjadi sangat penting. Tingginya kunjungan kasus hipertensi pada Puskesmas Andalas dapat dilihat dari data yang diperoleh dari laporan tahunan Puskesmas Andalas, kunjungan kasus hipertensi dari bulan januari agustus tahun 2012 sebanyak 2.638, terjadi peningkatan kunjungan kasus hipertensi dari bulan ke bulan. Untuk menurunkan kasus hipertensi ini pemerintah telah melakukan upaya promotif, preventif, dan kuratif. Kegiatan ini dapat terlaksana salah satunya melalui program POSBINDU (pos pembinaan terpadu ).

1.2. Rumusan masalah 1.2.1. Apa yang menyebabkan faktor peningkatan kunjungan hipertensi di Puskesmas Andalas 1.2.2. Langkah- langhkah apa saja yang dilakukan untuk menurunkan kasus kunujungan hipertensi di Puskesmas Andalas 1.3. Tujuan penulisan 1.3.1. Melakukan identifikasi masalah yang ada di wilayah kerja Puskesmas Andalas 1.3.2. Menetapkan prioritas masalah yang ada di Puskesmas Andalas 1.3.3. Menganalisis penyebab factor peningkatan kunjungan hipertensi di Puskesmas Andalas 1.3.4. Menetuka alternatife pemecahan factor peningkatan kunjungan hipertensi di Puskesmas Andalas 1.3.5. Terbentuknya POSBINDU (Pos Peminaan Terpadu di wilayah kerja Puskesmas Andalas) 1.4. Manfaat penulisan Dengan penulisan makalah ini dapat memberikan masukan kepada ihak puskesmas dalam upaya Puskesmas dalam upaya faktor peningkatan kunjungan hipertensi di Puskesmas Andalas

BAB II ANALISIS SITUAS 2.1. Keadaan Geografis Puskesmas Andalas terletak di kelurahan Andalas dengan luas 8.15 km2 dengan batas-batas sebagai berikut: Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Barat Sebelah Timur : Kecamatan Padang Utara, Kuranji : Kecamatan Padang Selatan : Kecamatan Padang Barat : Kecamatan Lubuk Begalung, Pauh

Puskesmas Andalas meliputi 10 kelurahan sebagai wilayah kerjanya. Kesepuluh kelurahan tersebut adalah: 1. Kelurahan Sawahan 2. Kelurahan Jati Baru 3. Kelurahan Jati 4. Kelurahan Sawahan Timur 5. Kelurahan Simpang Haru 6. Kelurahan Andalas 7. Kelurahan Kubu Marapalam 8. Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah 9. Kelurahan Parak Gadang Timur 10. Kelurahan Ganting Parak Gadang

Gambar 2.1

Peta wilayah kerja Puskesmas Andalas

2.2. Keadaan demograf Data kependudukan Kecamatan Padang Timur menurut kelurahan di bawah wilayah kerja Puskesmas Andalas dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan sasaran kesehatan di Puskesmas Andalas dapat dilihat di Tabel 3.2.

Tabel 2.1 Distribusi Penduduk menurut Kelurahan Tahun 2011 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kelurahan Kelurahan Sawahan Kelurahan Jati Baru Kelurahan Jati Kelurahan Sawahan Timur Kelurahan Simpang Haru Kelurahan Andalas Kelurahan Kubu Marapalam Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah Kelurahan Parak Gadang Timur Kelurahan Ganting Parak Gadang Jumlah Jumlah jiwa 5,438 6,798 10,207 6,646 4,274 9,785 6,309 10,964 8,217 13,294 81,932

Sumber data : Laporan Tahunan Puskesmas Andalas Tahun 2011 Dari Tabel 3.1 dapat dilihat distribusi penduduk dengan jumlah penduduk yang paling tinggi adalah di Kelurahan Ganting Parak Gadang dan jumlah penduduk yang paling sedikit di kelurahan Simpang Haru dibandingkan dengan jumlah penduduk di seluruh kelurahan wilayah kerja Puskesmas Andalas.

Tabel 2.2 Daftar Sasaran Kesehatan Puskesmas Andalas Tahun 2011 Kelurahan Sawahan Jati Baru Jati Sawahan Timur 7 BAYI BALITA BUMIL BULIN BUTEKI WUS 153 161 250 128 749 786 1223 629 168 177 275 142 160 169 262 135 306 322 500 256 1571 1650 2567 1321 PUS 1076 1130 1758 904 LANSIA 531 558 868 446

Kubu Marapalam Andalas

152

741

167

160

304

1560

1069

527

221

1081 1226

243 275

232 263

442 500

2268 2572

1554 1762

766 869

Kubu Dalam 250 Parak Karakah Parak Gadang 188 Timur Simpang Haru 141 Ganting Parak 251 Gadang Jumlah 1895

922

207

198

376

1934

1325

653

689 1229

155 276

148 263

282 502

1446 2579

991 1766

489 871

9275

2085

1990

3790

19468 13335 6578

Sumber data: Laporan Tahunan Puskesmas Andalas Tahun 2011 2.3. Sarana Dan Prasarana 2.3.1 Sarana dan Prasarana Kesehatan Wilayah Kerja Puskesmas Andalas sangat luas, oleh karena itu untuk melayani masyarakat, Puskesmas Andalas memiliki 1 buah Puskesmas induk, dan 8 buah Puskesmas pembantu dan 1 buah Poskeskel yang tersebar di wilayah kerja Puskesmas Andalas, yaitu : 1. Puskesmas Pembantu Andalas Barat 2. Puskesmas Pembantu Parak Karakah 3. Puskesmas Pembantu Tarandam 4. Puskesmas Pembantu Ganting Selatan 5. Puskesmas Pembantu Jati Gaung 6. Puskesmas Pembantu Sarang Gagak 7. Puskesmas Pembantu Kubu Dalam 8. Puskesmas Pembantu Kampung Durian

Untuk kelancaran tugas pelayanan terhadap masyarakat, Puskesmas Andalas mempunyai: 1 buah kendaraan roda empat (Puskel) 5 buah kendaraan roda dua

Sarana kesehatan lain yang ada di wilayah kerja Puskesmas Andalas yaitu: 8

Rumah Sakit Pemerintah Rumah Sakit Swasta Klinik Swasta Dokter Praktek Umum Dokter Praktek Spesialis Bidan Praktek Swasta Kader aktif Pos KB Posyandu Balita Posyandu Lansia

:3 :6 :6 : 51 Orang : 15 Orang : 30 Orang : 352 Orang : 12 Pos : 88 Buah : 8 buah

2.3.2 Sarana dan Prasarana Umum Puskesmas Andalas memiliki beberapa sarana dan prasarana umum di wilayah kerjanya. Sarana dan prasarana di Puskesmas Andalas dapat dilihat di Tabel 3.3. Tabel 2.3 Sarana dan Prasarana Umum di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Variabel TK SD Negeri SD Swasta SMP/MTsN SMA/SMK Perguruan Tinggi Rumah Ibadah Salon Pasar Jumlah 33 buah 35 buah 13 buah 11 buah 15 buah 4 buah 112 buah 34 buah 2 buah

Sumber data : Laporan Tahunan Puskesmas Andalas Tahun 2010

3.4

Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi Penduduk wilayah kerja Puskesmas Andalas sebagian besar beragama Islam dengan

presentase sebesar 96% dan keadaan ekonomi masyarakat Andalas merupakan kelompok menengah kebawah.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Hipertensi 3.1.1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg. Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik. 3.1.2. Etiologi Hipertensi Penyebab hipertensi hanya dapat ditetapkan pada sekitar 10%-15% pasien. Penting untuk mempertimbangkan penyebab khusus pada setiap kasus karena beberapa di antara mereka perlu dilakukan pembedahan secara definitif : kontriksi arteri ginjal, koarktsi aorta, feokromositoma, penyakit Chushing, dan aldosteroneisme primer. Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer. 3.1.3. Factor resiko terjadinya hipertensi Ada banyak faktor risiko hipertensi, beberapa diantaranya dapat dikendalikan dan dikontrol. Umur, jenis kelamin dan genetik merupakan faktor risiko yang tidak dapat dikontrol. Sementara obesitas, kurang olahraga, merokok, alkohol dan stres emosional merupakan faktor risiko yang dapt dikontrol. Adapun faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan hipertensi antara lain sebagai berikut : 1. Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan a. Umur Tekanan darah akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur seseorang. Ini disebabkan karena dengan bertambahnya umur, dinding pembuluh darah mengalami perubahan struktur. Jumlah sel otot polos berkurang dan jaringan elastin makin bertambah. Akibat perubahan itu, elastisitas dinding berkurang dan tahanan tepi akan meningkat sehingga dapat menyebabkan tekanan darah meningkat pula. 10

b. Jenis Kelamin Pria lebih banyak mengalami kemungkinan hipertensi daripada wanita. Hipertensi berdasarkan kelompok ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada wanita seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok, kelebihn berat badan), depresi dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada pria lebih berhubungan dengan pekerjaan, seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan pengangguran. c. Genetik (Keturunan) Kecenderungan seseorang untuk menderita hipertensi dapat terjadi bila dalam keluarganya ada hipertensi karena hipertensi dapat diturunkan secara genetik. Demikian pula dengan kembar monozigot (satu sel telur) apabila salah satunya adalah penderita hipertensi. 2. Faktor risiko yang dapat dikendalikan a. Merokok dan Minum Alkohol Rokok meninggikan tekanan darah hanya untuk sementara waktu. Peningkatan tersebut tersebut tidak bertahan lama dan rokok tidak dapat dipersalahkan sebagai penyebab tingginya tekanan darah pada setiap orang yang mengidap hipertensi. Akan tetapi rokok mempunyai beberapa pengaruh langsung yang membahayakan jantung. Apabila pembuluh arah yang ada pada jantung sudah dalam keadaan tegang karena tekanan darah tinggi, maka rokok dapat menimbulkan bencana. Oleh karena itu, hipertensi dan rokok, walaupun hanya beberapa batang sehari, sama sekali jangan dipadukan. Minum alkohol lebih dari takaran yang sedang benar-benar meninggikan tekanan darah dan dapat mempercepat pengaruh penyakit tersebut. b. Obesitas Kelebihan berat badan dan obesitas merupakan faktor risiko dari beberapa penyakit degenerasi dan metabolit. Lemak tubuh, khususnya lemak pada perut berhubungan erat dengan hipertensi. Obesitas juga merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner dan merupakan faktor risiko independen yang artinya tidak dapat dipengaruhi oleh faktor risiko lain. c. Kurang Olahraga Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi. Kurang melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah 11

maka akan memudahkan terjadinya hipertensi. d. Stres Emosional Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivasi syaraf simpatik yang akan meningkatkan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Meskipun dapat dikatakan bahwa stres emosional benar-benar meninggikan tekanan darah untuk jangka waktu yang singkat, reaksi tersebut lenyap kembali seiring dengan menghilangnya penyebab stres. Yang menjadi masalah adalah jika stres bersifat permanen, maka seseorang akan mengalami hipertensi terus-menerus sehingga stres menjadi suatu resiko. Kemarahan yang ditekan dapat meningkatkan tekanan darah karena ada pelepasan adrenalin tambahan oleh kelenjar adrenal yang terus-menerus dirangsang.

3.1.4. Patofisiologi Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang

vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan 12

peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).

3.1.5. Tanda dan gejala Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : ( Edward K Chung, 1995 ) 1. Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur. 2. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. 3.2. Posbindu 3.2.1. Definisi posbindu adalah pos pembinaan terpadu yang dibuat untuk mengecek kesehatan para lansia (lanjut usia).Tujuan posbindu PTM adalah agar masyarakat lebih mudah dan murah dalam mendeteksi faktor resiko PTM secara dini , melalui cara yang dapat dipertanggung jawabkan secara medis 3.2.2. Kegiatan pusbindu Kegiatan yang dilaksanakan di Posbindu diantaranya : 1. Pendataan Sasaran

13

Dilaksanakan satu tahun sekali tiap bulan Januari 2. Pemeriksaan kesehatan Dalam Upaya meningkatkan derajat kesehatan usia lanjut maka setiap satu bulan sekali diadakan pemeriksaan kesehatan meliputi: - Pemeriksaan tekanan darah - Penimbangan berat badan - Pemberian obat-obatan bila diperlukan 3. Penyuluhan Dilaksanakan setiap 1 bulan sekali 4. Olah raga / kesehatan Jasmanai Olah raga yang yang dilakukan di Posbindu yaitu senam Lansia, jalan kaki, senam dilaksnakan setiap satu minggu sekali 5. Pengajian Untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dilakukan pembinaan mental melalui pengajian yang dilaksanakan setiap hari jumat 6. Keterampilan Untuk mengembangkan hoby dan bakat para usia lanjut jenis keterampilan yang dilaksanakan diantaranya memasak, payet baju, merenda dari benang wol. 7. Rekreasi Untuk mengurangi kejenuhan dan membuat susana menyenangkan dilakukan rekreasi melalui rekreasi wisata alam yang dilakukan setiap 6 bulan sekali 8. Bakti Sosial Kegiatan yang dilaksanakan diantaranya kerja bakti dilingkungan Posbindu setempat, juga menumbuhkan rasa kesetiakawanan social antara lain menengok anggota yang sakit atau meninggal dunia dengan memberikan bantuan sumbangan. 9. Pemberian makanan tambahan Diberikan pada waktu pemeriksaan rutin 10. Pemeriksaan HB

14

Untuk mendeteksi penyakit anemia pada usia lanjut dilakukan 6 bulan sekali dengan petugas Labolatorium dari Puskesmas Tamansari 11. Pembinaan Pada Keluaraga Lansia Selain Usia lanjut itu sendiri juga diadakan pembinaan pada keluarga yang mempunyai anggota Lansia sebagai upaya keluarga untuk meningkatkan kemampuannya mengatasi masalah kesehatan Lansia 12. Latihan Kesenian Latihan kesenian yang pada dasarnya hiburan untuk para lansia itu sendiri, diantarana di Posbindu Dahlia diadakan latihan kesenian tradisional berupa latihan Reog dan Rebana.

3.2.3. Tujuan posbindu Tujuan pokok dari pelayanan Posbindu adalah : 1) Memperlambat angka kematian kelompok masyarakat lansia 2) Meningkatkan pelayanan kesehatan kelompok masyarakat lansia 3) Meningkatkan kemampuan kelompok masyarakat lansia untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dari kegiatan-kegiatan lain yang menunjang kemampuan hidup sehat. 4) Pendekatan dan pemerataan pelayan kesehatan pada kelompok masyarakat lansia dalam usa meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan pada penduduk berdasarkan letak geografis. 5) Meningkatkan pembinaan dan bimbingan peran serta kelompok masyarakat lansia dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat.

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Identifikasi Masalah Proses identifikasi masalah dilakukan melalui observasi serta wawancara dengan kepala puskesmas, pemegang program, kader-kader Posyandu dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Andalas. Kegiatan ini dilakukan mulai tanggal 30 Desember 2012 hingga 26 Januari 2013. Beberapa permasalahan yang ditemui di Puskesmas Andalas Padang adalah: 1. Tingginya Angka Kunjungan Hipertensi Dibandingkan dengan Penyakit generatif lainnya 15

Hipertensi merupakan 10 penyakit tidak menular di Puskesmas Andalas Padang. Dari bulan ke bulan angka cenderung terjadi peningkatan. Peningkatan kasus hipertensi dapat dilihat dari tabel dan grafik berikut. 4.1. table hipertensi data puskesmas Andalas tahun 2012 NO JENIS B U L A N JUMLAH 2.638 531

PENYAKIT JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGTS 1 2 Hipertensi Diabetes mellitus 3 Penyakit jantung 42 50 64 35 49 37 67 40 337 45 340 75 378 85 304 52 357 63 290 52 367 78 265 81

384

Peningkatan kasus hipertensi pada Puskesmas Andalas ini dihubungkan dengan faktor lifestyle yang tidak sehat. Dikarenakan angka kejadian hipertensi yang terus meningkat setiap bulan, perlu rasanya terbentuknya POSBINDU. Terbentuknya

POSBINDU ini diharapkan proses skrining dan temuan kasus serta penatalaksanaan penyakit tidak menular ini bisa ditatalakasana, sehingga komplikasi dan angka kematian dapat dikurangkan .

Grafik 4.1. hipertensi data dari Puskesmas Andalas tahun 2012

16

400 350 300 250 hipertensi 200 150 100 50 0 januari februari maret april mei juni juli agustus diabetes peny. Jantung

2. Tingginya kasus DBD Insiden kasus DBD yang masih tinggi untuk tahun 2011 sebanyak 180 kasus / 100.000 penduduk. Kemudian untuk tahun 2012 bulan Januari hingga Agustus telah ditemukan 103 kasus DBD. Hal ini disebabkan oleh Kurang intensifnya sosialisasi petugaskesehatan mengenai penularan, pencegahan, dan bahaya penyakit DBD. Sebenarnya untuk penyuluhan mengenai DBD, dulu rutin dilakukan di sekolah-sekolah melalui integrasi dengan program UKS, BIAS, di posyandu, dan ditempat-tempat umum seperti mesjid. Namun sejak tahun 2009 program-program penyuluhan tentang DBD ini menjadi berkurang, dikarenakan keterbatasan sumber daya manusia dan dana yang ada di Puskesmas Andalas. Dengan keterbatasan yang ada, petugas kesehatan d Puskesmas Andalas masih berusaha untuk melakukan penyuluhan tentang DBD kemasyarakat, melalui pembagian leaflet-leaflet ke masyarakat, walaupun masih kurang intensif, kurangnya peran serta masyarakat dalam mensukseskan program kebersihan lingkungan seperti gotong royong dan terhentinya program Jumat bersih, masih kurangnya partisipasi masyarakat dalam melaksanakan program 3M Plus, masih susahnya mengubah perilaku masyarakat seperti kebiasaan masyarakat yang menggantung pakaian, membiarkan genangan air lama pada tempat-tempat disekitar rumah, yang dapat menjadi tempat peristirahatan nyamuk, terhentinya program penyuluhan intensif di seluruh sekolah SD dan SLTP se-Kecamatan Padang Timur, tidak terlaksananya lagi program JUMANTIK berkala, sejak 5 tahun ini, masih banyaknya barang17

barang bekas yang menjadi sumber perindukan nyamuk serta masih banyaknya selokan (saluran air) yang airnya tidak mengalir dan tertutup. Grafik 4.2. peningkatan kasis DBD dari tahun ke tahun

kasus DBD
160 140 120 100 80 60 40 20 0 2008 2009 2010 2011 2012 kasus DBD

Sumber dari laporan tahunan Puskesmas Andalas Padang tahun 2011-2012

Tabel 4.2. jumlah kasus DBD puskesmas andalas NO TAHUN LAKI- LAKI PEREMPUAN KASUS MENINGGAL

1 2 3 4 5

2008 2009 2010 2011 2012

52 53 47 85 70

50 83 35 55 56

102 125 82 140 126

0 0 0 1 1

Sumber dari laporan tahunan puskesmas andalas tahun 2008- 2012

3. Partisipasi Masyarakat (D/S) masih rendah Sasaran balita di wilayah puskesmas andalas adalah 1.613 balita dengan targetan kunjungan balita ke posyandu yang harus dicapai adalah sebanyak 70%Dari grafik dan tabel terliahat sbelum mencapai target, bayi 58,9.

18

4. Rendahnya Case Detection Rate (CDR) Tuberculosis Berdasarkan laporan tahunan pada Puskesmas Andalas tahun 2011 didapatkan bahwa masih rendahnya CDR TB (case Detection Tuberculisis), yaitu 51 % dimana hal ini masih dibawah target. Tahun 2012 terjadi sedikit peningkatan yaitu CDR TB meningkat menjadi 57 %, namun hal ini masih dibawah target yang diharapkan yaitu sebesar 70 Perilaku tidak merokok di dalam rumah masih rendah

Perilaku masyarakat untuk tidak merokok di dalam rumah masih belum mencapai target yang ditetapkan. Semua kelurahan masih menunjukkan angka yang masih rendah. Hal ini disebabkan masih minimnya pengetahuan masyarakat mengenai efek rokok terhadap kesehatan anggota keluarganya. Masyarakat masih beranggapan jika efek rokok hanya berefek terhadap kesehatan si perokok. Dalam survei PHBS ini masih banyak kepala rumah tangga yang masih merokok di dalam rumah ketika berada bersama anggota keluarga lainnya.

100 80 60 40 20 0

95.9 89.5 81.480.480.2 69.8 60.9

LINAKES AIR BERSIH Target : 65% JAMBAN TIMBANG JENTIK

30.4 20.216.8

AKTIFITAS
ASI EKS CTPS BUAH/SAYUR TDK MEROKOK

Grafik. Survei PHBS di Puskesmas Andalas Tahun 2011 Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Andalas Tahun 2011

19

Tabel.4.3 Pencapaian Indikator PHBS di setiap Kelurahan tahun 2011 Kelurahan Indikator I 1 96,4% II 98,6 % 2. 60,1 % 3. 80,3% 80,2 % 4. 94% 92,5 % 5. 20,5 % 6. 7. 97% 78% 37,2 % 96% 82,2 % 8. 24,6 % 9. 51% 36,8 % 72,9 % 25,3% 24,5% 21,3 % 19,6 % 60,6% 65% 31,9% 31,9% 19,2% 19,4% 21% 20,2% 20,2 % 59,1% 74,3% 69% 76% 41,2% 35% 28,9 % 80,3% 80% 79% 79,5% 84% 99% 100% 81,4% 80,2% 29% 33,3% 28% 24,3% 26,5 % 81% 80,2% 85,3% 83,1% 78% 94% 83% 100% 85% 91% 75,4% 75% 69% 60% 58,4 % 81,2% 79,6% 80,2% 78,2% 65% 59% 69,2 % 92,3% 80,4% 60,9% 60,9 % 80,4% III 90,5% IV 95% V 91% VI 90,4% VII 90,4% VIII 98% IX 95% X 95%

69,5% 81,5%

59,8% 60,6%

20

10.

15,5 %

14,9 %

20,2%

16,2 %

12,9 %

12,9%

17,2%

16,8 %

16,8%

12,5%

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Andalas Tahun 2011

Keterangan Indikator: 1. Persalinan kesehatan 2. 3. 4. 5. 6. 7. Memberi ASI eksklusif Penimbangan balita tiap bulan Menggunakan air bersih Mencuci tangan dengan sabun Menggunakan jamban sehat Membrantas jentik dirumah sekali seminggu 8. 9. Makan buah dan sayur setiap hari Melakukan aktivitas fisik setiap hari 5. 6. 7. 8. Kelurahan Simpang Haru Kelurahan Andalas Kelurahan Kubu Marapalam Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah 9. Kelurahan Parak Gadang Timur Keterangan Kelurahan: 1. 2. 3. 4. Kelurahan Sawahan Kelurahan Jati Baru Kelurahan Jati Kelurahan Sawahan Timur ditolong tenaga

10. Tidak merokok didalam rumah

10. Kelurahan Gt. Parak Gadang

21

4.2. Prioritas masalah Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program Puskesmas tidak memungkinkan untuk diselesaikan sekaligus atau seluruhnya, sehingga perlu dilakukan prioritas masalah yang merupakan masalah terbesar. Dalam hal ini metode yang kami gunakan adalah teknik scoring. Dari masalah tersebut akan dibuat plan of action untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu pelayanan. Kriteria nilai yang digunakan adalah sebagai berikut : Urgensi: merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan

Nilai 1 : tidak penting Nilai 2 : kurang penting Nilai 3 : cukup penting Nilai 4 : penting Nilai 5 : sangat penting

Solusi

Nilai 1 : tidak mudah Nilai 2 : kurang mudah Nilai 3 : cukup mudah Nilai 4 : mudah Nilai 5 : sangat mudah

Biaya

Nilai 1 : tidak mahal Nilai 2 : kurang mahal Nilai 3 : cukup murah Nilai 4 : murah Nilai 5 : sangat murah

Kemungkinan meningkatkan mutu

Nilai 1 : sangat rendah Nilai 2 : rendah 22

Nilai 3 : cukup sedang Nilai 4 : tinggi Nilai 5 : sangat tinggi

Table4.4. Penilaian Prioritas Masalah Di Puskesmas Andalas Identifikasi Masalah Meningkatnya Angka Kunjungan hipertensi tinggi Tingginya Kasus DBD Partisipasi 3 masyarakat (D/S) masih rendah 4 Rendahnya Case Detection (CDR) tuberculosis 5 Perilaku Tidak Merokok Di Dalam Rumah Masih Rendah 3 2 2 3 10 V 4 3 2 4 13 III 3 2 2 4 11 IV 4 3 4 4 15 I Kemungkina Urgensi n Intervensi Biaya Mutu Skor Total

No

Prioritas

14

II

Dari tabel penilaian prioritas masalah di atas, kami mengambil prioritas yang pertama untuk Plan Of action yaitu meningkatnya angka kunjungan hipertensi tinggi penulis menganggap perlu untuk upaya pengendalian kasus hipertensi melalui kegiatan posbindu di wilayah kerja puskesmas andalas.

23

4.3. Analisis sebab masalah Analisis Sebab Akibat Berdasarkan penilaian prioritas, yang menjadi prioritas masalah di Puskesmas Andalas adalah masih tingginya angka kejadian hipertensi di Kecamatan Padang Timur sebagai wilayah kerja Puskesmas Andalas. Dari hasil observasi dan diskusi dengan pimpinan Puskesmas dan petugas Puskesmas maka didapatkan beberapa sebab dari masalah yang terjadi.

1. Manusia: Warga Masyarakat: Masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit, pengobatan dan pencegahan hipertensi. Masih banyak masyarakat yang melakukan pola hidup yang tidak sehat seperti suka mengonsumsi makanan tinggi kolesterol, merokok dan kurang berolahraga. Banyak penderita hipertensi yang tidak mematuhi nasihat medis sehingga pengobatan penyakitnya tidak maksimal. Hal ini terlihat dari jumlah kunjungan penderita hipertensi di Puskesmas Andalas pada bulan Januari - Agustus 2012 yang mencapai 2638 kasus. Hal ini menunjukkan bahwa banyak pasien yang melakukan pengulangan berobat.

Kader: Keterbatasan jumlah kader kesehatan yang aktif pada masing-masing wilayah. Banyak kader yang tidak aktif dalam menjalankan tugas.

Tenaga Kesehatan: Kurangnya motivasi petugas Puskesmas dalam usaha mengubah pola perilaku masyarakat karena dirasakan sangat sulit.

2. Metode: Penyuluhan yang dilakukan kurang interaktif dan komunikatif (komunikasi satu arah). 24

Masih kurangnya jumlah penyuluhan mengenai hipertensi, baik di dalam Puskesmas Andalas maupun di posyandu-posyandu serta tempat-tempat umum. 3. Material: Kurangnya media penyuluhan berupa poster dan pamflet mengenai hipertensi di Puskesmas Andalas maupun di tempat-tempat umum.

25

Anda mungkin juga menyukai