Anda di halaman 1dari 33

8/8/2012

1
Fungsi
jenis khusus dari relasi Fungsi
Definisi
MisalkanA dan B himpunan. Relasi biner f dari A ke B merupakan suatufungsi jika
untuk setiap elemen a di dalam A terdapat satu elemen tunggal b di dalamB
sedemikiansehingga (a,b) f. kita tulis f(a)=b. Jika f adalah fungsi dari A ke B, kita
menuliskanf : A B yang artinya f memetakan A ke B.
a b
f
Gambar yg merepresentasikan fungsi dari A ke B.
Jika f adalah fungsi dari A ke B, A disebut daerah asal (domain) dari f dan B disebut
daerah hasil ( range/codomain) dari f. Jika f(a) = b, maka b dinamakan bayangan
(image) dari a dan a dinamakan prabayangan (pre-image) dari b.
Contoh1
Relasi
f = { (1,u),(2,v),(3,w) }
dari A = {1,2,3} ke B = {u,v,w} adalah fungsi dari A ke B. Daerah asal dari f adalah A
dan daerah hasil adalah B.
Contoh2
Relasi
f = { (1,u),(2,v),(3,w)}
dari A = {1,2,3,4} ke B = {u,v,w} bukanfungsi dari A ke B, karena daerah asal dari
f{1,2,3} tidak sama dengan B.
Contoh 3
Relasi
f = {(1,u),(2,u),(3,v)}
dari A = {1,2,3} ke B = {u,v,w}adalah fungsi dari A ke B, meskipunu merupakan
bayangan dari dua elemen A.
Fungsi one to one (injective)
Fungsi f dikatakansatu-ke-satu(one-to-one) atauinjektif (injective) jika tidak ada dua
elemen himpunan A yang memiliki bayangan sama. Dengankata lain, jika a dan b adalah
anggota himpunan A, maka f(a) f(b) bilamana a b. Gambar di bawah ini
mengilustrasikanfungsi satu-ke-satu.
a 1
b
3
c
5
d
2
4
Contoh1.
Relasi
f = {(1,w),(2,u),(3,v)}
dari A = {1,2,3} ke B = {u,v,w,x} adalah fungsi satu-ke-satu
Contoh2.
Relasi
f = {(1,w),(2,u),(3,v)}
dari A = {1,2,3} ke B = {u,v,w} juga fungsi satu-ke-satu, tetapi relasi
f = {(1,u),(2,u),(3,v)}
dari A ={1,2,3} ke B = {u,v,w} bukanfungsi satu-ke-satu, karena f(1) = f(2)=u.
8/8/2012
2
Fungsi onto/ pada (surjective)
Fungsi f dikatakandipetakanpada(onto) atau surjektif (surjective) jika setiap elemen
himpunan B merupakan bayangan dari satuataulebih elemen himpunan A. Dengan kata
lain, fungsi f adalahpada bila semua elemen B merupakan daerah hasil dari f. Fungsi f
disebut fungsi pada himpunan B. Gambar di bawah ini mengilustrasikanfungsi pada.
a 1
b
3
c
d
2
Contoh 1
Relasi
f = {(1,u),(2,u),(3,v)}
dari A = {1,2,3} ke B = {u,v,w} bukan fungsi pada, karena w tidak termasuk ke dalam
daerah hasil dari f.
Contoh 2
Relasi
f = {(1,w),(2,u),(3,v)}
dari A = {1,2,3} ke B = {u,v,w}merupakan fungsi pada, karena semua elemen B termasuk
ke dalam daerah hasil f.
Fungsi berkoreponden satu-ke-satu (bijektif)
Fungsi f dikatakanberkorepondensatu-ke-satuataubijektif (bijection) jika ia satu-ke-satu
danjuga fungsi pada.
Contoh1
Relasi
f = {(1,u),(2,w),(3,v)}
dari A = {1,2,3} ke B = {u,v,w} adalah fungsi yang berkorespoden satu-ke-satu, karena f
adalahfungsi satu-ke-satumaupun fungsi pada.
Gambar berikut memperlihatkan perbedaanantara fungsi satu-ke-satu
tetapi bukanpada, fungsi pada tetapi bukan satu-ke-satu, bukan fungsi satu-ke-satu
maupun fungsi pada, dan bukanfungsi.
Invers / Balikan (f
-1
)
Jika f adalahfungsi berkoresponden satu-ke-satudari A ke B, maka kita dapat
menemukanbalikan(invers) dari f. Balikan fungsi dilambangkandengan f
-1
. misalkana
adalahanggota himpunan A dan b adalahanggota himpunan B, maka f
-1
(b) = a jika f(a)
= b.
Contoh1
Relasi
f = {(1,u),(2,w),(3,v)}
dari A = {1,2,3} ke B = {u,v,w} adalah fungsi yang berkoresponden satu-ke-satu.
Balikanfungsi f adalah
f
-1
= {(u,1),(w,2),(v,3)}
karena fungsi merupakan bentuk khusus dari relasi, kita juga dapat melakukan komposisi
dari dua buah fungsi. Misalkang adalah fungsi dari himpunan A ke himpuna B, dan f
adalah fungsi dari himpunan B ke himpuna C. Komposisi f dan g, dinotasikandengan f o g,
adalah fungsi dari A ke C yang didefinisikanoleh
(f o g)(a) = f (g(a))
Contoh1
Diberikanfungsi
g = {(1,u),(2,u),(3,v)}
yang memetakan A = {1,2,3} ke B {u,v,w}, dan fungsi f = {(u,y),(v,x),(w,z)}
yang memetakan B = {u,v,w} ke C {x,y,z}. Fungsi komposisi dari A ke C adalah
f o g = {(1,y),(2,y),(3,x)}
Komposisi Fungsi
8/8/2012
1
Prinsip Dasar Menghitung
Dua prinsip dasar yang digunakan dalam menghitung (counting) yaitu
aturan pejumlahan dan aturan perkalian.
Prinsip Penjumlahan
Jika suatu himpunan A terbagi kedalam himpunan bagian A1, A2,
, An, maka jumlah unsur pada himpunan A akan sama dengan
jumlah semua unsur yang ada pada setiap himpunan bagian A1,
A2, , An.
Secara tidak langsung, pada prinsip penjumlahan, setiap himpunan bagian
A1, A2, , An tidak saling tumpang tindih (saling lepas). Untuk himpunan
yang saling tumpang tindih tidak berlaku lagi prinsip penjumlahan
Contoh 1 :
Seorang guru SD di daerah, mengajar murid kelas 4, kelas 5
dan kelas 6. Jika jumlah murid kelas 4 adalah 25 orang dan
jumlah murid kelas 5 adalah 27 orang serta jumlah murid kelas
6 adalah 20 orang, maka jumlah murid yang diajar guru tersebut
adalah 25 + 27 + 20 = 72 murid.
Contoh 2 :
Seorang mahasiswa ingin membeli sebuah motor. Ia
dihadapkan untuk memilih pada satu jenis dari tiga merk
motor, Honda 3 pilihan, Suzuki 2 pilihan, dan Yamaha 2
pilihan. Dengan demikian, mahasiswa tersebut mempunyai
mempunyai pilihan sebanyak 3 + 2 + 2 = 7 pilihan.
Prinsip Perkalian
Misalkan sebuah prosedur dapat dipecah dalam dua
penugasan. Penugasan pertama dapat dilakukan dalam n1
cara, dan tugas kedua dapat dilakukan dalam n2 cara setelah
tugas pertama dilakukan. Dengan demikian, dalam mengerjakan
prosedur tersebut ada (n1 x n2) cara.
Secara tidak langsung, pada prinsip perkalian, bisa terjadi saling
tumpang tindih (tidak saling lepas).
Contoh 1 :
Berapa banyak string dengan panjang tujuh yang mungkin
terbentuk dari dua bit
(0 dan 1)
Jawab :
Setiap suku pada string tersebut mempunyai dua cara
pemilihan, yaitu 0 atau 1. Dengan demikia, pada pemilihan
string dengan panjang tujuah dapat dilakukan dengan :
2 x 2 x 2 x 2 x 2 x 2 x 2 = 27
= 128 cara.
Contoh 2 :
Seorang guru SD di daerah, mengajar murid kelas 4, kelas 5 dan
kelas 6. Misalkan, jumlah murid kelas 4 adalah 25 orang dan
jumlah murid kelas 5 adalah 27 orang serta jumlah murid kelas 6
adalah 20 orang. Jika guru tersebut ingin memilih tiga orang
murid dari anak didiknya, dimana seorang murid dari setiap
kelas, maka guru tersebut mempunyai 25 x 27 x 20 = 13.500
cara dalam memilih susunan tiga murid tersebut.
8/8/2012
2
Prinsip Inklusi-Eksklusi
Ketika dua proses dikerjakan dalam waktu yang sama,
kita tidak bisa menggunakan prinsip penjumlahan untuk
menghitung jumlah cara untuk memilih salah satu dari dua
proses tersebut. Untuk menghitung proses tersebut, kita harus
mengenal prinsip inklusi-eksklusi.
Contoh :
Berapa banyak byte yang dapat disusun oleh 8-bit, yang dimulai dengan 11
atau berakhir dengan 00?
Jawab :
Misalkan,
A adalah himpunan byte yang dimulai dengan 11,
B adalah himpunan byte yang diakhiri dengan 00,
A B adalah himpunan byte yang berawal dengan 11 dan berakhir dengan
00, dan
A B adalah himpunan byte yang berawal dengan 11 atau berakhir dengan
00
Maka jumlah kemungkinan byte yang dapat disusun pada himpunan A
adalah
(1)(1)(2)(2)(2)(2)(2)(2) = 26
Tulis, |A| = 26
= 64
Sementara itu, jumlah kemungkinan byte yang dapat disusun pada
himpunan B
adalah (2)(2)(2)(2)(2)(2)(1)(1) = 26
Jadi, |B| = 26 = 64,
Dengan cara yang sama, jumlah kemungkinan byte yang dapat
disusun pada himpunan A B adalah (1)(1)(2)(2)(2)(2)(1)(1) = 24
Sehingga |A B| = 24 = 16. maka
|A B| = |A| + |B| |A B|
= 64 + 64 16
= 112.
Dengan demikian, jumlah byte yang dapat disusun oleh 8-bit,yang dimulai
dengan 11 atau berakhir dengan 00 adalah 112 buah.
Permutasi dan Kombinasi
Permutasi
Suatu permutasi merupakan susunan yang mungkin dibuat dengan
memperhatikan urutan.
Misalkan diberikan suatu himpunan A dengan jumlah anggota
adalah n, maka susunan terurut yang terdiri dari r buah anggota
dinamakan permutasi-r dari A, ditulis P(n, r).
Dengan kata lain, permutasi merupakan bentuk khusus aplikasi
prinsip perkalian.
Agar lebih jelas dalam perhitungannya, perhatikan penjelasan berikut ini :
1. Jika r > n, jelas bahwa P(n, r) = 0, karena tak mungkin menyusun r
anggota dari A yang hanya terdiri dari n buah anggota dimana n < r.
2. Jika r n,
Dari n anggota A maka urutan pertama yang dipilih dari n objek
adalah dengan n cara. Urutan kedua dipilih dari n 1 objek, adalah
dengan n 1 cara, karena satu anggota telah terpilih. Urutan ketiga
dipilih dari n 2 objek, adalah dengan n 2 cara, karena dua anggota
telah terpilih. Hal ini dilakukan terus menerus sehingga urutan terakhir
dipilih dari n r + 1 objek yang tersisa. Menurut kaidah perkalian,
pemilihan objek dalam susunan r buah objek dari n buah objek dapat
dilakukan dengan :
n(n 1) (n 2) (n r + 1) cara
Dengan demikian, permutasi r objek dari n buah objek adalah jumlah
kemungkinan urutan r buah objek yang dipilih dari n buah objek, dengan r
n, pada setiap kemungkinan penyusunan r buah objek tidak ada urutan
objek yang sama, yaitu :
8/8/2012
3
Kombinasi
Misalkan r merupakan unsur bilangan bulat tak negatif. Yang
dimaksud dengan kombinasi r dari suatu himpunan B yang
terdiri dari n anggota (objek) yang berbeda adalah jumlah
himpunan bagian dari B yang memiliki anggota r buah objek.
Interpretasi yang lain tentang kombinasi adalah menyusun
(memilih) objek sejumlah r dari n buah objek yang ada.
Contoh 1 :
MisalkanA = {p, q, r }, tentukan semua himpunan bagian dari A yang memiliki
kardinalitas dua.
Jawab :
Himpunan bagian tersebut antara lain : {p, q}, {p, r}, dan {q, r}. Jadi kita
mempunyai tiga kombinasi :
pq, pr, dan qr
Pada himpunan, urutan unsur pada himpunan tidak diperhatikan. Dengan
demikian, kombinasi 2 dari himpunan A (penyusunan dua huruf tanpa
memperhatikan urutan) adalah
3, yaitu pq, pr, dan qr. Ini berbeda, pada saat kita mendefinisikan permutasi
(urutan diperhatikan), penyusunan tersebut dapat dilakukan dengan enam buah
cara, yaitu pq, pr, qr, qp, rp,dan rq.
Kombinasi Dengan Pengulangan
Misalkan terdapat r buah bola yang semua warnanya sama dan n buah
kotak.
i. Masing-masing kotak hanya boleh diisi paling banyak satu buah
bola.
Jumlah cara memasukkan bola: C(n, r).
ii. Jika masing-masing kotak boleh lebih dari satu buah bola (tidak ada
pembatasan jumlah bola)
Maka jumlah cara memasukkan bola: C(n + r 1, r).
C(n + r 1, r) = C(n + r 1, n 1).
Contoh :
20 buah apel dan 15 buah jeruk dibagikan kepada 5 orang anak, tiap
anak boleh mendapat lebih dari 1 buah apel atau jeruk, atau tidak sama
sekali. Berapa jumlah cara pembagian yang dapat dilakukan?
Jawab :
n = 5, r1 = 20 (apel) dan r2 = 15 (jeruk)
Membagi 20 apel kepada 5 anak: C(5 + 20 1, 20) cara,
Membagi 15 jeruk kepada 5 anak: C(5 + 15 1, 15) cara. Jumlah cara
pembagian kedua buah itu adalah
C(5 + 20 1, 20) C(5 + 15 1, 15) = C(24, 20) C(19, 15)
8/8/2012
4
Koefisien Binomial
Misalkan n merupakan bilangan bulat positif, dengan teorema binomial,
perpangkatan berbentuk (x + y)n dapat dijabarkan dalam bentuk segitiga
Pascal berikut ini :
(x+ y)0 = 1 1
(x+ y)1 = x + y 1 1
(x+ y)2 = x2 + 2xy + y2 1 2 1
(x+ y)3 = x3 + 3x2y + 3xy2 + y3 1 3 3 1
(x+ y)4 = x4 + 4x3y + 6x2y2 + 4xy3 + y4 1 4 6 4 1
(x+ y)5 = x5 + 5x4y + 10x3y2 + 10x2y3 + 5xy4 + y5
1 5 10 10 5 1
Secara umumdiperoleh rumus sebagai berikut :
n
Contoh :
Jabarkan (2x + y)3.
Jawab :
Misalkan a = 2x dan b = y,
(a + b)3 = C(3, 0) a3 + C(3, 1) a2b1 + C(3, 2) a1b2 + C(3, 3) b3
= 1 (2x)3 + 3 (2x)2 (y) + 3 (2x) (y)2 + 1 (y)3
= 8 x3 + 12x2 y + 6x y2 y3
8/8/2012
1
Algoritma dan Bilangan Bulat
Teknik Elektro 1
Algoritma
Apa itu Algoritma ?
Algoritma adalah Urutan logis langkah-langkah
penyelesaian masalah yang disusun secara
sistematis.
Menulis algoritma bisa dengan menggunakan
kalimat deskriptif yang menjelaskan kejadian
secara runtut, dengan flowchart atau dengan
Pseudocode.
Teknik Elektro 2
Pseudocode
Ada 3 bagian struktur suatu algoritma, yaitu :
1. Bagian Judul (header)
2. Bagian Deklarasi
3. Bagian Algoritma
Teknik Elektro 3
Struktur teks Agoritma :
PROGRAM nama_program
{penjelasan tentang algoritma yg beisi uraian
singkat mengenai masalah yg akan diselesaikan}
DEKLARASI
{Semua nama yg dipakai, nama
tipe,konstanta,var,prosedur,dan fungsi
diumumkan disini}
ALGORITMA
{Semua langkah/aksi algoritma dituliskan disini}
Teknik Elektro 4
procedure CariElemenTerbesar(input a
1
, a
2
, ..., a
n
: integer,
output maks : integer)
{ Mencari elemen terbesar di antara elemen a
1
, a
2
, ..., a
n
. Elemen
terbesar akan disimpan di dalam maks.
Masukan: a
1
, a
2
, ..., a
n
Keluaran: maks
}
Deklarasi
k : integer

Algoritma:
maksa
1
for k2 to n do
if a
k
> maks then
maksa
k
endif
endfor
Teknik Elektro 5
Bilangan Bulat
Bilangan bulat adalah bilangan yang tidak
mempunyai pecahan desimal, misalnya 8, 21,
8765, -34, 0
Berlawanan dengan bilangan bulat adalah
bilangan riil yang mempunyai titik desimal,
seperti 8.0, 34.25, 0.02.
Teknik Elektro 6
8/8/2012
2
Sifat Pembagian pada Bilangan Bulat
Misalkan a dan b bilangan bulat, a = 0.
a habis membagi b (a divides b) jika terdapat
bilangan bulat c sedemikian sehingga b = ac.
Notasi: a | b jika b = ac, c eZ dan a = 0.
Contoh 1: 4 | 12 karena 124 = 3 (bilangan bulat) atau
12 = 4 3. Tetapi 4 | 13 karena 134 = 3.25 (bukan
bilangan bulat).
Teknik Elektro 7
Teorema Euclidean
Teorema 1 (Teorema Euclidean). Misalkan m
dan n bilangan bulat, n > 0. Jika m dibagi
dengan n maka terdapat bilangan bulat unik q
(quotient) dan r (remainder), sedemikian
sehingga
m = nq + r (1)
dengan 0 s r < n.
Teknik Elektro 8
Contoh 2.
(i) 1987/97 = 20, sisa 47:
1987 = 97 20 + 47
(ii) 22/3 = 8, sisa 2:
22 = 3(8) + 2
tetapi 22 = 3(7) 1 salah
karena r = 1 (syarat 0 s r < n)
Teknik Elektro 9
Pembagi Bersama Terbesar (PBB)
Misalkan a dan b bilangan bulat tidak nol.
Pembagi bersama terbesar (PBB greatest common
divisor atau gcd) dari a dan b adalah bilangan bulat
terbesar d sedemikian hingga d | a dan d | b.
Dalam hal ini kita nyatakan bahwa PBB(a, b) = d.
Teknik Elektro 10
Contoh 3.
Faktor pembagi 45: 1, 3, 5, 9, 15, 45;
Faktor pembagi 36: 1, 2, 3, 4, 9, 12, 18, 36;
Faktor pembagi bersama 45 dan 36: 1, 3, 9
PBB(45, 36) = 9.
Teknik Elektro 11
Teorema 2. Misalkan m dan n bilangan bulat, dengan
syarat n > 0 sedemikian sehingga
m = nq + r , 0 s r < n
maka PBB(m, n) = PBB(n, r)
Contoh 4: m = 60, n = 18,
60 = 18 3 + 12
maka PBB(60, 18) = PBB(18, 12) = 6
Teknik Elektro 12
8/8/2012
3
Algoritma Euclidean
Tujuan: algoritma untuk
mencari PBB dari dua buah
bilangan bulat.
Penemu: Euclides, seorang
matematikawan Yunani yang
menuliskan algoritmanya
tersebut dalam buku,
Element.
Teknik Elektro 13
Lukisan Euclides versi lain
Teknik Elektro 14
Teknik Elektro 15
Misalkan m dan n adalah bilangan bulat tak negatif dengan
m > n. Misalkan r0 = m dan r1 = n.
Lakukan secara berturut-turut pembagian untuk memperoleh

r0 = r1q1 + r2 0 s r2 s r1,
r1 = r2q2 + r3 0 s r3 s r2,

rn 2 = rn1 qn1 + rn 0 s rn s rn1,
rn1 = rnqn + 0

Menurut Teorema 2,

PBB(m, n) = PBB(r0, r1) = PBB(r1, r2) = =
PBB(rn 2, rn 1) = PBB(rn 1, rn) = PBB(rn, 0) = rn

Jadi, PBB dari m dan n adalah sisa terakhir yang tidak nol dari
runtunan pembagian tersebut
Teknik Elektro 16
Diberikan dua buah bilangan bulat tak-negatif m dan n (m > n).
Algoritma Euclidean berikut mencari pembagi bersama terbesar
dari m dan n.

Algoritma Euclidean
1. Jika n = 0 maka
m adalah PBB(m, n);
stop.
tetapi jika n = 0,
lanjutkan ke langkah 2.
2. Bagilah m dengan n dan misalkan r adalah sisanya.
3. Ganti nilai m dengan nilai n dan nilai n dengan nilai r, lalu
ulang kembali ke langkah 1.
Teknik Elektro 17

procedure Euclidean(input m, n : integer,
output PBB : integer)
{ Mencari PBB(m, n) dengan syarat m dan n bilangan tak-
negatif dan m n
Masukan: m dan n, m n dan m, n 0
Keluaran: PBB(m, n)
}
Kamus
r : integer

Algoritma:
while n = 0 do
r m mod n
m n
n r
endwhile
{ n = 0, maka PBB(m,n) = m }
PBB m


Teknik Elektro 18
Contoh 4. m = 80, n = 12 dan dipenuhi syarat m > n

8 12 6 80 + =
4 8 1 12 + =
0 4 2 8 + =

Sisa pembagian terakhir sebelum 0 adalah 4, maka PBB(80, 12) =
4.
8/8/2012
4
Kombinasi Lanjar
PBB(a,b) dapat dinyatakan sebagai kombinasi lanjar
(linear combination) a dan b dengan dengan
koefisien-koefisennya.
Contoh 6: PBB(80, 12) = 4 ,
4 = (-1) 80 + 7 12.
Teorema 3. Misalkan a dan b bilangan bulat positif,
maka terdapat bilangan bulat m dan n sedemikian
sehingga PBB(a, b) = ma + nb.
Teknik Elektro 19
Contoh 7: Nyatakan PBB(21, 45) sebagai kombinasi lanjar dari
21 dan 45.
Solusi:
45 = 2 (21) + 3
21 = 7 (3) + 0
Sisa pembagian terakhir sebelum 0 adalah 3, maka PBB(45,
21) = 3
Substitusi dengan persamaanpersamaan di atas
menghasilkan:
3 = 45 2 (21)
yang merupakan kombinasi lanjar dari 45 dan 21
Teknik Elektro 20
Relatif Prima
Dua buah bilangan bulat a dan b dikatakan relatif
prima jika PBB(a, b) = 1.
Contoh 9.
(i) 20 dan 3 relatif prima sebab PBB(20, 3) = 1.
(ii) 7 dan 11 relatif prima karena PBB(7, 11) = 1.
(iii) 20 dan 5 tidak relatif prima sebab PBB(20, 5) = 5 = 1.
Teknik Elektro 21
Jika a dan b relatif prima, maka terdapat bilangan
bulat m dan n sedemikian sehingga
ma + nb = 1
Contoh 10. Bilangan 20 dan 3 adalah relatif prima
karena PBB(20, 3) =1, atau dapat ditulis
2 . 20 + (13) . 3 = 1 (m = 2, n = 13)
Tetapi 20 dan 5 tidak relatif prima karena PBB(20, 5) =
5 = 1 sehingga 20 dan 5 tidak dapat dinyatakan dalam
m . 20 + n . 5 = 1.
Teknik Elektro 22
Aritmetika Modulo
Misalkan a dan m bilangan bulat (m > 0). Operasi
a mod m (dibaca a modulo m)
memberikan sisa jika a dibagi dengan m.
Notasi: a mod m = r sedemikian sehingga
a = mq + r, dengan 0 s r < m.
m disebut modulus atau modulo, dan hasil
aritmetika modulo m terletak di dalam himpunan {0,
1, 2, , m 1}.
Teknik Elektro 23
Contoh 11. Beberapa hasil operasi dengan
operator modulo:
(i) 23 mod 5 = 3 (23 = 5 4 + 3)
(ii) 27 mod 3 = 0 (27 = 3 9 + 0)
(iii) 6 mod 8 = 6 (6 = 8 0 + 6)
(iv) 0 mod 12 = 0 (0 = 12 0 + 0)
(v) 41 mod 9 = 4 (41 = 9 (5) + 4)
(vi) 39 mod 13 = 0 (39 = 13(3) + 0)
Penjelasan untuk (v): Karena a negatif, bagi |a|
dengan m mendapatkan sisa r. Maka a mod m =
m r bila r = 0. Jadi | 41| mod 9 = 5, sehingga
41 mod 9 = 9 5 = 4.
Teknik Elektro 24
8/8/2012
5
Kongruen
Misalnya 38 mod 5 = 3 dan 13 mod 5 = 3, maka
dikatakan 38 13 (mod 5)
(baca: 38 kongruen dengan 13 dalam modulo 5).
Misalkan a dan b bilangan bulat dan m adalah
bilangan > 0, maka a b (mod m) jika m habis
membagi a b.
Jika a tidak kongruen dengan b dalam modulus m,
maka ditulis a / b (mod m) .
Teknik Elektro 25
Contoh 12.
17 2 (mod 3) ( 3 habis membagi 17 2 = 15)
7 15 (mod 11)
(11 habis membagi 7 15 = 22)
12 / 2 (mod 7)
(7 tidak habis membagi 12 2 = 10 )
7 / 15 (mod 3)
(3 tidak habis membagi 7 15 = 22)
Teknik Elektro 26
a b (mod m) dalam bentuk sama dengan dapat
dituliskan sebagai
a = b + km (k adalah bilangan bulat)
Contoh 13.
17 2 (mod 3) 17 = 2 + 5 3
7 15 (mod 11) 7 = 15 + (2)11
Teknik Elektro 27
a mod m = r dapat juga ditulis sebagai
a r (mod m)
Contoh 14.
(i) 23 mod 5 = 3 23 3 (mod 5)
(ii) 27 mod 3 = 0 27 0 (mod 3)
(iii) 6 mod 8 = 6 6 6 (mod 8)
(iv) 0 mod 12 = 0 0 0 (mod 12)
(v) 41 mod 9 = 4 41 4 (mod 9)
(vi) 39 mod 13 = 0 39 0 (mod 13)
Teknik Elektro 28
Teorema 4. Misalkan m adalah bilangan bulat
positif.
1)Jika a b (mod m) dan c adalah sembarang
bilangan bulat maka
(i) (a + c) (b + c) (mod m)
(ii) ac bc (mod m)
(iii) a
p
b
p
(mod m) , p bilangan bulat tak-negatif
2) Jika a b (mod m) dan c d (mod m), maka
(i) (a + c) (b + d) (mod m)
(ii) ac bd (mod m)
Teknik Elektro 29 Teknik Elektro 30
Bukti (hanya untuk 1(ii) dan 2(i) saja):
1(ii) a b (mod m) berarti:
a = b + km
a b = km
(a b)c = ckm
ac = bc + Km
ac bc (mod m)


2(i) a b (mod m) a = b + k1m
c d (mod m) c = d + k2m +
(a + c) = (b + d) + (k1
+ k2
)m
(a + c) = (b + d) + km ( k = k1
+ k2
)
(a + c) = (b + d) (mod m)
8/8/2012
6
Contoh 15.
Misalkan 17 2 (mod 3) dan 10 4 (mod 3), maka
menurut Teorema 4,
17 + 5 = 2 + 5 (mod 3) 22 = 7 (mod 3)
17 . 5 = 5 2 (mod 3) 85 = 10 (mod 3)
17 + 10 = 2 + 4 (mod 3) 27 = 6 (mod 3)
17 . 10 = 2 4 (mod 3) 170 = 8 (mod 3)
Teknik Elektro 31
Teorema 4 tidak memasukkan operasi pembagian
pada aritmetika modulo karena jika kedua ruas
dibagi dengan bilangan bulat, maka kekongruenan
tidak selalu dipenuhi.
Contoh 16:
10 4 (mod 3) dapat dibagi dengan 2
karena 10/2 = 5 dan 4/2 = 2, dan 5 2 (mod 3)
14 8 (mod 6) tidak dapat dibagi dengan 2,
karena 14/2 = 7 dan 8/2 = 4, tetapi 7 / 4 (mod
6).
Teknik Elektro 32
Latihan
Jika a b (mod m) dan c d (mod m) adalah
sembarang bilangan bulat maka buktikan bahwa
ac bd (mod m)
.
Teknik Elektro 33
Solusi
a b (mod m) a = b + k
1
m
c d (mod m) c = d + k
2
m
maka
ac = (b + k
1
m)(d + k
2
m)
ac = bd + bk
2
m + dk
1
m + k
1
k
2
m
2
ac = bd + Km dengan K = bk
2
+ dk
1
+ k
1
k
2
m
ac bd (mod m) (terbukti)
Teknik Elektro 34
1
Aljabar Boolean
Matematika Diskrit
1
Definisi Aljabar Boolean
Misalkan terdapat
- Dua operator biner: + dan
- Sebuah operator uner: .
- B : himpunan yang didefinisikan pada operator +, , dan
- 0 dan 1 adalah dua elemen yang berbeda dari B.
Tupel
(B, +, , )
disebut aljabar Boolean jika untuk setiap a, b, c e B berlaku
aksioma-aksioma atau postulat Huntington berikut:
2
3
1. Closure: (i ) a + b e B
(i i) a b e B

2. Identi tas: (i ) a + 0 = a
(i i) a 1 = a

3. Komutat if: (i ) a + b = b + a
(i i) a b = b . a

4. Distributif:(i) a (b + c) = (a b) + (a c)
(i i) a + (b c) = (a + b) (a + c)

5. Komplemen
1
: (i) a + a = 1
(i i) a a = 0
Untuk mempunyai sebuah aljabar Boolean,
harus diperlihatkan:
1. Elemen-elemen himpunan B,
2. Kaidah operasi untuk operator biner dan
operator uner,
3. Memenuhi postulat Huntington.
4
Aljabar Boolean Dua-Nilai
Aljabar Boolean dua-nilai:
- B = {0, 1}
- operator biner, + dan
- operator uner,
- Kaidah untuk operator biner dan operator uner:

a b a b a b a + b a a
0 0 0 0 0 0 0 1
0 1 0 0 1 1 1 0
1 0 0 1 0 1
1 1 1 1 1 1

5 6
Cek apakah memenuhi postulat Huntington:
1. Closure : jelas berlaku
2. Identitas: jelas berlaku karena dari tabel dapat kita lihat bahwa:
(i) 0 + 1 = 1 + 0 = 1
(ii) 1 0 = 0 1 = 0
3. Komutatif: jelas berlaku dengan melihat simetri tabel operator
biner.
2
7
4. Distributif: (i) a (b + c) = (a b) + (a c) dapat ditunjukkan
benar dari tabel operator biner di atas dengan membentuk tabel
kebenaran:


a
b c b + c a (b + c) a b a c (a b) + (a c)
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 1 0 0 0 0
0 1 0 1 0 0 0 0
0 1 1 1 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 1 1 0 1 1
1 1 0 1 1 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1

8
(ii) Hukum distributif a + (b c) = (a + b) (a + c) dapat
ditunjukkan benar dengan membuat tabel kebenaran dengan
cara yang sama seperti (i).

5. Komplemen: jelas berlaku karena Tabel 7.3 memperlihatkan
bahwa:
(i) a + a = 1, karena 0 + 0= 0 + 1 = 1 dan 1 + 1= 1 + 0 = 1
(ii) a a = 0, karena 0 0= 0 1 = 0 dan 1 1 = 1 0 = 0

Karena kelima postulat Huntington dipenuhi, maka terbukti bahwa
B = {0, 1} bersama-sama dengan operator biner + dan operator
komplemen merupakan aljabar Boolean.
Ekspresi Boolean
9
- Misalkan (B, +, , ) adalah sebuah aljabar Boolean. Suatu
ekspresi Boolean dalam (B, +, , ) adalah:
(i) setiap elemen di dalam B,
(ii) setiap peubah,
(iii) jika e1 dan e2 adalah ekspresi Boolean, maka e1 + e2, e1
e2, e1 adalah ekspresi Boolean
Contoh: 0
1
a
b
a + b
a b
a (b + c)
a b + a b c + b, dan sebagainya
Mengevaluasi Ekspresi Boolean
10
- Contoh: a (b + c)

jika a = 0, b = 1, dan c = 0, maka hasil evaluasi ekspresi:

0 (1 + 0) = 1 1 = 1

- Dua ekspresi Boolean dikatakan ekivalen (dilambangkan
dengan =) jika keduanya mempunyai nilai yang sama untuk
setiap pemberian nilai-nilai kepada n peubah.
Contoh:
a (b + c) = (a . b) + (a c)
11
Contoh. Perlihatkan bahwa a + ab = a + b .
Penyelesaian:

a b a ab a + ab a + b
0 0 1 0 0 0
0 1 1 1 1 1
1 0 0 0 1 1
1 1 0 0 1 1

- Perjanjian: tanda titik () dapat dihilangkan dari penulisan
ekspresi Boolean, kecuali jika ada penekanan:
(i) a(b + c) = ab + ac
(ii) a + bc = (a + b) (a + c)
(iii) a 0 , bukan a0
Prinsip Dualitas
12
- Misalkan S adalah kesamaan (identity) di dalam aljabar
Boolean yang melibatkan operator +, , dan komplemen,
maka jika pernyataan S* diperoleh dengan cara mengganti
dengan +
+ dengan
0 dengan 1
1 dengan 0
dan membiarkan operator komplemen tetap apa adanya,
maka kesamaan S* juga benar. S* disebut sebagai dual dari
S.
Contoh.
(i) (a 1)(0 + a) = 0 dualnya (a + 0) + (1 a) = 1
(ii) a(a + b) = ab dualnya a + ab = a + b
3
Hukum-hukum Aljabar Boolean
13
1. Hukum identitas:
(i) a + 0 = a
(ii) a 1 = a

2. Hukum idempoten:
(i) a + a = a
(ii) a a = a

3. Hukum komplemen:
(i) a + a = 1
(ii) aa = 0

4. Hukum dominansi:
(i) a 0 = 0
(ii) a + 1 = 1

5. Hukum involusi:
(i) (a) = a

6. Hukum penyerapan:
(i) a + ab = a
(ii) a(a + b) = a

7. Hukum komutatif:
(i) a + b = b + a
(ii) ab = ba

8. Hukum asosiatif:
(i) a + (b + c) = (a + b) + c
(ii) a (b c) = (a b) c

9. Hukum distributif:
(i) a + (b c) = (a + b) (a + c)
(ii) a (b + c) = a b + a c

10. Hukum De Morgan:
(i) (a + b) = ab
(ii) (ab) = a + b

11. Hukum 0/1
(i) 0 = 1
(ii) 1 = 0


14
Contoh 7.3. Buktikan (i) a + ab = a + b dan (ii) a(a + b) = ab
Penyelesaian:
(i) a + ab = (a + ab) + ab (Penyerapan)
= a + (ab + ab) (Asosiatif)
= a + (a + a)b (Distributif)
= a + 1 - b (Komplemen)
= a + b (Identitas)
(ii) adalah dual dari (i)
Fungsi Boolean
15
- Fungsi Boolean (disebut juga fungsi biner) adalah pemetaan
dari B
n
ke B melalui ekspresi Boolean, kita menuliskannya
sebagai
f : B
n
B
yang dalam hal ini B
n
adalah himpunan yang beranggotakan
pasangan terurut ganda-n (ordered n-tuple) di dalam daerah
asal B.
16
- Setiap ekspresi Boolean tidak lain merupakan fungsi
Boolean.

- Misalkan sebuah fungsi Boolean adalah
f(x, y, z) = xyz + xy + yz

Fungsi f memetakan nilai-nilai pasangan terurut ganda-3
(x, y, z) ke himpunan {0, 1}.
Contohnya, (1, 0, 1) yang berarti x = 1, y = 0, dan z = 1
sehingga f(1, 0, 1) = 1 0 1 + 1 0 + 0 1 = 0 + 0 + 1 = 1 .
17
Contoh. Contoh-contoh fungsi Boolean yang lain:
1. f(x) = x
2. f(x, y) = xy + xy+ y
3. f(x, y) = x y
4. f(x, y) = (x + y)
5. f(x, y, z) = xyz

- Setiap peubah di dalam fungsi Boolean, termasuk dalam
bentuk komplemennya, disebut literal.

Contoh: Fungsi h(x, y, z) = xyz pada contoh di atas terdiri
dari 3 buah literal, yaitu x, y, dan z.
18
Contoh. Diketahui fungsi Booelan f(x, y, z) = xy z, nyatakan h
dalam tabel kebenaran.
Penyelesaian:

x y z f(x, y, z) = xy z
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0

4
Komplemen Fungsi
19
1. Cara pertama: menggunakan hukum De Morgan
Hukum De Morgan untuk dua buah peubah, x1 dan x2, adalah

Contoh. Misalkan f(x, y, z) = x(yz + yz), maka
f (x, y, z) = (x(yz + yz))
= x + (yz + yz)
= x + (yz) (yz)
= x + (y + z) (y + z)
20
2. Cara kedua: menggunakan prinsip dualitas.
Tentukan dual dari ekspresi Boolean yang merepresentasikan f,
lalu komplemenkan setiap literal di dalam dual tersebut.

Contoh. Misalkan f(x, y, z) = x(yz + yz), maka
dual dari f: x + (y + z) (y + z)

komplemenkan tiap literalnya: x + (y + z) (y + z) = f

Jadi, f (x, y, z) = x + (y + z)(y + z)
Bentuk Kanonik
21
- Ada dua macam bentuk kanonik:
1. Penjumlahan dari hasil kali (sum-of-product atau SOP)
2. Perkalian dari hasil jumlah (product-of-sum atau POS)

Contoh: 1. f(x, y, z) = xyz + xyz + xyz SOP
Setiap suku (term) disebut minterm

2. g(x, y, z) = (x + y + z)(x + y + z)(x + y + z)
(x + y + z)(x + y + z) POS

Setiap suku (term) disebut maxterm

- Setiap minterm/maxterm mengandung literal lengkap
22
Minterm Maxterm
x y z Suku Lambang Suku Lambang
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
xyz
xyz
xy z
xy z
x yz
x yz
x y z
x y z
m0

m1
m2

m3
m4

m5
m6
m7
x + y + z
x + y + z
x + y+z
x + y+z
x+ y + z
x+ y + z
x+ y+ z
x+ y+ z
M0

M1

M2
M3
M4

M5
M6
M7

23
Contoh 7.10. Nyatakan tabel kebenaran di bawah ini dalam bentuk
kanonik SOP dan POS.

Tabel 7.10
x y z f(x, y, z)
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
1

24
Penyelesaian:
(a) SOP
Kombinasi nilai-nilai peubah yang menghasilkan nilai fungsi
sama dengan 1 adalah 001, 100, dan 111, maka fungsi
Booleannya dalam bentuk kanonik SOP adalah

f(x, y, z) = xyz + xyz + xyz

atau (dengan menggunakan lambang minterm),

f(x, y, z) = m1 + m4 + m7 = (1, 4, 7)
5
25
(b) POS
Kombinasi nilai-nilai peubah yang menghasilkan nilai fungsi
sama dengan 0 adalah 000, 010, 011, 101, dan 110, maka
fungsi Booleannya dalam bentuk kanonik POS adalah

f(x, y, z) = (x + y + z)(x + y+ z)(x + y+ z)
(x+ y + z)(x+ y+ z)

atau dalam bentuk lain,

f(x, y, z) = M0 M2 M3 M5 M6 = [(0, 2, 3, 5, 6)
26
Contoh 7.11. Nyatakan fungsi Boolean f(x, y, z) = x + yz dalam
bentuk kanonik SOP dan POS.
Penyelesaian:
(a) SOP
x = x(y + y)
= xy + xy
= xy (z + z) + xy(z + z)
= xyz + xyz + xyz + xyz


yz = yz (x + x)
= xyz + xyz

Jadi f(x, y, z) = x + yz
= xyz + xyz + xyz + xyz + xyz + xyz
= xyz + xyz + xyz + xyz + xyz

atau f(x, y, z) = m1 + m4 + m5 + m6 + m7 = E (1,4,5,6,7)
27
(b) POS
f(x, y, z) = x + yz
= (x + y)(x + z)

x + y = x + y + zz
= (x + y + z)(x + y + z)

x + z = x + z + yy
= (x + y + z)(x + y + z)

Jadi, f(x, y, z) = (x + y + z)(x + y + z)(x + y + z)(x + y + z)
= (x + y + z)(x + y + z)(x + y + z)

atau f(x, y, z) = M0M2M3 = [(0, 2, 3)
Konversi Antar Bentuk Kanonik
28
Misalkan
f(x, y, z) = E (1, 4, 5, 6, 7)

dan f adalah fungsi komplemen dari f,

f (x, y, z) = E (0, 2, 3) = m0+ m2 + m3

Dengan menggunakan hukum De Morgan, kita dapat memperoleh
fungsi f dalam bentuk POS:

f (x, y, z) = (f (x, y, z)) = (m0 + m2 + m3)
= m0 . m2 . m3
= (xyz) (xy z) (xy z)
= (x + y + z) (x + y + z) (x + y + z)
= M0 M2 M3
= [ (0,2,3)

Jadi, f(x, y, z) = E (1, 4, 5, 6, 7) = [ (0,2,3).

Kesimpulan: mj = Mj
29
Contoh. Nyatakan
f(x, y, z)= [ (0, 2, 4, 5) dan
g(w, x, y, z) = E(1, 2, 5, 6, 10, 15)

dalam bentuk SOP dan POS

Penyelesaian:
f(x, y, z) = E (1, 3, 6, 7)

g(w, x, y, z)= [ (0, 3, 4, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14)
30
Contoh. Carilah bentuk kanonik SOP dan POS dari f(x, y, z) = y +
xy + xyz
Penyelesaian:
(a) SOP
f(x, y, z) = y + xy + xyz
= y (x + x) (z + z) + xy (z + z) + xyz
= (xy + xy) (z + z) + xyz + xyz + xyz
= xyz + xyz + xyz + xyz + xyz + xyz + xyz

atau f(x, y, z) = m0+ m1 + m2+ m4+ m5+ m6+ m7

(b) POS
f(x, y, z) = M3 = x + y + z
6
Bentuk Baku
Tidak harus mengandung literal yang lengkap.
Contohnya,
f(x, y, z) = y + xy + xyz (bentuk baku SOP)
f(x, y, z) = x(y + z)(x + y + z) (bentuk baku POS)
31
Aplikasi Aljabar Boolean
32
1. Jaringan Pensaklaran (Switching Network)

Saklar: objek yang mempunyai dua buah keadaan: buka dan tutup.

Tiga bentuk gerbang paling sederhana:

1. a x b
Output b hanya ada jika dan hanya jika x dibuka x

2. a x y b
Output b hanya ada jika dan hanya jika x dan y dibuka xy

3. a x
c
b y

Output c hanya ada jika dan hanya jika x atau y dibuka x + y
33
Contoh rangkaian pensaklaran pada rangkaian listrik:

1. Saklar dalam hubungan SERI: logika AND

Lampu

A B


Sumber tegangan



2. Saklar dalam hubungan PARALEL: logika OR

A
Lampu

B


Sumber Tegangan

34
2. Rangkaian Logika

Gerbang AND Gerbang OR Gerbang NOT (inverter)

y
x
xy
y
x
x+ y x'
x
35
Contoh. Nyatakan fungsi f(x, y, z) = xy + xy ke dalam rangkaian
logika.

Jawab: (a) Cara pertama

x'
x
y
xy
x
y
x'y
xy+x'y
36
(b) Cara kedua


(c) Cara ketiga
x'
xy
x y
x'y
xy+x'y
x'
xy x
y
x'y
xy+x'y
7
37
Gerbang turunan

Gerbang NAND Gerbang XOR


Gerbang NOR Gerbang XNOR
x
y
(xy)'
x
y
(x+y)'
x
y
+ x y
x
y
+ (x y)'
38





x'
y'
x'y'
ekivalen dengan
x
y
(x+y)'
x'
y'
x' + y'
ekivalen dengan
x
y
(xy)'
x
y
(x + y)'
ekivalen dengan
x
y
(x + y)'
x + y
Penyederhanaan Fungsi Boolean
39
Contoh. f(x, y) = xy + xy + y

disederhanakan menjadi

f(x, y) = x + y

Penyederhanaan fungsi Boolean dapat dilakukan dengan 3 cara:
1. Secara aljabar
2. Menggunakan Peta Karnaugh
3. Menggunakan metode Quine Mc Cluskey (metode Tabulasi)
1. Penyederhanaan Secara Aljabar
40
Contoh:
1. f(x, y) = x + xy
= (x + x)(x + y)
= 1 (x + y )
= x + y

2. f(x, y, z) = xyz + xyz + xy
= xz(y + y) + xy
= xz + xy

3. f(x, y, z) = xy + xz + yz = xy + xz + yz(x + x)
= xy + xz + xyz + xyz
= xy(1 + z) + xz(1 + y) = xy + xz
2. Peta Karnaugh
41
a. Peta Karnaugh dengan dua peubah
y
0 1

m0 m1 x 0 xy xy

m2 m3 1 xy xy


b. Peta dengan tiga peubah


yz
00

01

11

10

m0 m1 m3 m2 x 0 xyz xyz xyz xyz

m4 m5 m7 m6 1 xyz xyz xyz xyz

42
Contoh. Diberikan tabel kebenaran, gambarkan Peta Karnaugh.

x y z f(x, y, z)
0 0 0 0
0 0 1 0
0 1 0 1
0 1 1 0
1 0 0 0
1 0 1 0
1 1 0 1
1 1 1 1


yz
00

01

11

10
x 0 0 0 0 1
1 0 0 1 1


8
43
b. Peta dengan empat peubah


yz
00

01

11

10
m
0
m
1
m
3
m
2
wx 00 wxyz wxyz wxyz wxyz
m
4
m
5
m
7
m
6
01 wxyz wxyz wxyz wxyz
m
12
m
13
m
15
m
14
11 wxyz wxyz wxyz wxyz
m
8
m
9
m
11
m
10
10 wxyz wxyz wxyz wxyz

44
Contoh. Diberikan tabel kebenaran, gambarkan Peta Karnaugh.

w x y z f(w, x, y, z)
0 0 0 0 0
0 0 0 1 1
0 0 1 0 0
0 0 1 1 0
0 1 0 0 0
0 1 0 1 0
0 1 1 0 1
0 1 1 1 1
1 0 0 0 0
1 0 0 1 0
1 0 1 0 0
1 0 1 1 0
1 1 0 0 0
1 1 0 1 0
1 1 1 0 1
1 1 1 1 0


yz
00

01

11

10
wx 00 0 1 0 0
01 0 0 1 1
11 0 0 0 1
10 0 0 0 0

45
Teknik Minimisasi Fungsi Boolean dengan Peta Karnaugh

1. Pasangan: dua buah 1 yang bertetangga

yz
00

01

11

10
wx 00 0 0 0 0
01 0 0 0 0
11 0 0 1 1
10 0 0 0 0


Sebelum disederhanakan: f(w, x, y, z) = wxyz + wxyz
Hasil Penyederhanaan: f(w, x, y, z) = wxy

Bukti secara aljabar:

f(w, x, y, z) = wxyz + wxyz
= wxy(z + z)
= wxy(1)
= wxy
46
2. Kuad: empat buah 1 yang bertetangga

yz
00

01

11

10
wx 00 0 0 0 0
01 0 0 0 0
11 1 1 1 1
10 0 0 0 0


Sebelum disederhanakan: f(w, x, y, z) = wxyz + wxyz + wxyz + wxyz
Hasil penyederhanaan: f(w, x, y, z) = wx
47
Bukti secara aljabar:

f(w, x, y, z) = wxy + wxy
= wx(z + z)
= wx(1)
= wx

yz
00

01

11

10
wx 00 0 0 0 0
01 0 0 0 0
11 1 1 1 1
10 0 0 0 0

48
Contoh lain:

yz
00

01

11

10
wx 00 0 0 0 0
01 0 0 0 0
11 1 1 0 0
10 1 1 0 0


Sebelum disederhanakan: f(w, x, y, z) = wxyz + wxyz + wxyz + wxyz
Hasil penyederhanaan: f(w, x, y, z) = wy
9
49
3. Oktet: delapan buah 1 yang bertetangga

yz
00

01

11

10
wx 00
0 0 0 0
01
0 0 0 0
11
1 1 1 1
10
1 1 1 1


Sebelum disederhanakan: f(a, b, c, d) = wxyz + wxyz + wxyz + wxyz +
wxyz + wxyz + wxyz + wxyz

Hasil penyederhanaan: f(w, x, y, z) = w
50
Bukti secara aljabar:

f(w, x, y, z) = wy + wy
= w(y + y)
= w

yz
00

01

11

10
wx 00 0 0 0 0
01 0 0 0 0
11 1 1 1 1
10 1 1 1 1

51
Contoh 5.12. Andaikan suatu tabel kebenaran telah diterjemahkan ke dalam
Peta Karnaugh. Sederhanakan fungsi Boolean yang bersesuaian sesederhana
mungkin.

yz
00

01

11

10
wx 00 0 1 1 1
01 0 0 0 1
11 1 1 0 1
10 1 1 0 1


Jawab: (lihat Peta Karnaugh) f(w, x, y, z) = wy + yz + wxz
52
Contoh 5.13. Minimisasi fungsi Boolean yang bersesuaian dengan Peta
Karnaugh di bawah ini.

yz
00

01

11

10
wx 00 0 0 0 0
01 0 1 0 0
11 1 1 1 1
10 1 1 1 1

Jawab: (lihat Peta Karnaugh) f(w, x, y, z) = w + xyz
53
Jika penyelesaian Contoh 5.13 adalah seperti di bawah ini:

yz
00

01

11

10
wx 00 0 0 0 0
01 0 1 0 0
11 1 1 1 1
10 1 1 1 1


maka fungsi Boolean hasil penyederhanaan adalah

f(w, x, y, z) = w + wxyz (jumlah literal = 5)

yang ternyata masih belum sederhana dibandingkan f(w, x, y, z) = w + xyz
(jumlah literal = 4).
54
Contoh 5.14. (Penggulungan/rolling) Sederhanakan fungsi Boolean yang
bersesuaian dengan Peta Karnaugh di bawah ini.

yz
00

01

11

10
wx 00 0 0 0 0
01 1 0 0 1
11 1 0 0 1
10 0 0 0 0


Jawab: f(w, x, y, z) = xyz + xyz ==> belum sederhana
10
55
Penyelesaian yang lebih minimal:

yz
00

01

11

10
wx 00 0 0 0 0
01 1 0 0 1
11 1 0 0 1
10 0 0 0 0


f(w, x, y, z) = xz ===> lebih sederhana
56
Contoh 5.11. Sederhanakan fungsi Boolean f(x, y, z) = xyz + xyz + xyz +
xyz.

Jawab:
Peta Karnaugh untuk fungsi tersebut adalah:

yz
00

01

11

10
x 0 1
1 1 1 1

Hasil penyederhanaan: f(x, y, z) = yz + xz
57
Contoh 5.15: (Kelompok berlebihan) Sederhanakan fungsi Boolean yang
bersesuaian dengan Peta Karnaugh di bawah ini.

yz
00

01

11

10
wx 00 0 0 0 0
01 0 1 0 0
11 0 1 1 0
10 0 0 1 0

Jawab: f(w, x, y, z) = xyz + wxz + wyz masih belum sederhana.
58
Penyelesaian yang lebih minimal:

yz
00

01

11

10
wx 00 0 0 0 0
01 0 1 0 0
11 0 1 1 0
10 0 0 1 0


f(w, x, y, z) = xyz + wyz ===> lebih sederhana
59
Contoh 5.16. Sederhanakan fungsi Boolean yang bersesuaian dengan Peta
Karnaugh di bawah ini.

cd
00

01

11

10
ab 00 0 0 0 0
01 0 0 1 0
11 1 1 1 1
10 0 1 1 1

Jawab: (lihat Peta Karnaugh di atas) f(a, b, c, d) = ab + ad + ac + bcd
60
Contoh 5.17. Minimisasi fungsi Boolean f(x, y, z) = xz + xy + xyz + yz

Jawab:
xz = xz(y + y) = xyz + xyz
xy = xy(z + z) = xyz + xyz
yz = yz(x + x) = xyz + xyz

f(x, y, z) = xz + xy + xyz + yz
= xyz + xyz + xyz + xyz + xyz + xyz + xyz
= xyz + xyz + xyz + xyz + xyz

Peta Karnaugh untuk fungsi tersebut adalah:

yz
00

01

11

10
x 0 0 1 1 1
1 0 1 1 0

Hasil penyederhanaan: f(x, y, z) = z + xyz
11
61
Peta Karnaugh untuk lima peubah

000 001 011 010 110 111 101 100
00
m0 m1 m3 m2 m6 m7 m5 m4
01
m8 m9 m11 m10 m14 m15 m13 m12
11
m24 m25 m27 m26 m30 m31 m29 m28
10
m16 m17 m19 m18 m22 m23 m21 m20


Garis pencerminan
62
Contoh 5.21. (Contoh penggunaan Peta 5 peubah) Carilah fungsi sederhana
dari f(v, w, x, y, z) = E (0, 2, 4, 6, 9, 11, 13, 15, 17, 21, 25, 27, 29, 31)
Jawab:
Peta Karnaugh dari fungsi tersebut adalah:



xyz
000

001

011

010

110

111

101

100





vw
00

1

1

1

1





01

1

1

1

1







11

1

1

1

1





10

1

1


Jadi f(v, w, x, y, z) = wz + vwz + vyz
Kondisi Dont care
63
Tabel 5.16
w x y z desimal
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
dont care
dont care
dont care
dont care
dont care
dont care

64
Contoh 5.25. Diberikan Tabel 5.17. Minimisasi fungsi f sesederhana
mungkin.

Tabel 5.17
a b c d f(a, b, c, d)
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
X
X
X
X
X
X
X
X

65
Jawab: Peta Karnaugh dari fungsi tersebut adalah:



cd
00

01

11

10
ab
00
1 0 1 0
01 1 1 1 0
11 X X X X
10 X 0 X X

Hasil penyederhanaan: f(a, b, c, d) = bd + cd + cd
66
Contoh 5.26. Minimisasi fungsi Boolean f(x, y, z) = xyz + xyz + xyz +
xyz. Gambarkan rangkaian logikanya.

Jawab: Rangkaian logika fungsi f(x, y, z) sebelum diminimisasikan adalah
seperti di bawah ini:

x y z
x'yz
x'yz'
xy'z'
xy'z
12
67
Minimisasi dengan Peta Karnaugh adalah sebagai berikut:

yz
00

01

11

10

x 0

0


0

1

1

1

1


1

0

0


Hasil minimisasi adalah f(x, y, z) = xy + xy.

68
Contoh 5.28. Berbagai sistem digital menggunakan kode binary coded
decimal (BCD). Diberikan Tabel 5.19 untuk konversi BCD ke kode Excess-
3 sebagai berikut:

Tabel 5.19
Masukan BCD Keluaran kode Excess-3
w x y z f1(w, x, y, z) f2(w, x, y,z) f3(w, x, y, z) f4(w, x, y, z)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0

69
(a) f1(w, x, y, z)
yz
00

01

11

10
wx 00
01 1 1 1
11 X X X X
10 1 1 X X

f1(w, x, y, z) = w + xz + xy = w + x(y + z)


(b) f2(w, x, y, z)
yz
00

01

11

10
wx 00 1 1 1
01 1
11 X X X X
10 1 X X

f2(w, x, y, z) = xyz + xz + xy = xyz + x(y + z)
70
(c) f3(w, x, y, z)
yz
00

01

11

10
wx 00 1 1
01 1 1
11 X X X X
10 1 X X

f
3
(w, x, y, z) = yz + yz


(d) f
4
(w, x, y, z)

yz
00

01

11

10
wx 00 1 1
01 1 1
11 X X X X
10 1 X X

f
4
(w, x, y, z) = z
71
x y z w
f3
f4
f2
f1
72
Contoh 7.43
Minimisasi fungsi Boolean berikut (hasil penyederhanaan
dalam bentuk baku SOP dan bentuk baku POS):

f(w, x, y, z) = E (1, 3, 7, 11, 15)

dengan kondisi dont care adalah d(w, x, y, z) = E (0, 2, 5)
13
73
Penyelesaian:
Peta Karnaugh dari fungsi tersebut adalah:

00 01 11 10
00
01
11
10
X 1 1 X
0 X 1 0
0 0 1
0 0 1 0
0
yz
wx


Hasil penyederhanaan dalam bentuk SOP

f(w, x, y, z) = yz + wz (SOP) (garis penuh)

dan bentuk baku POS adalah

f(w, x, y, z) = z (w + y) (POS) (garis putus2)
Metode Quine-McCluskey
Metode Peta Karnaugh tidak mangkus untuk jumlah
peubah > 6 (ukuran peta semakin besar).
Metode peta Karnaugh lebih sulit diprogram dengan
komputer karena diperlukan pengamatan visual
untuk mengidentifikasi minterm-mintermyang akan
dikelompokkan.
Metode alternatif adalah metode Quine-McCluskey .
Metode ini mudah diprogram.
74
75
Contoh 7.46
Sederhanakan fungsi Boolean f(w, x, y, z) = E (0, 1, 2, 8, 10, 11, 14, 15).

Penyelesaian:
(i) Langkah 1 sampai 5:

(a) (b) (c)

term w x y z term w x y z term w x y z

0 0 0 0 0 \ 0,1 0 0 0 - 0,2,8,10 - 0 - 0
0,2 0 0 - 0 \ 0,8,2,10 - 0 - 0
1 0 0 0 1 \ 0,8 - 0 0 0 \
2 0 0 1 0 \ 10,11,14,15 1 - 1 -
8 1 0 0 0 \ 2,10 - 0 1 0 \ 10,14,11,15 1 - 1 -
8,10 1 0 - 0 \
10 1 0 1 0 \
10,11 1 0 1 - \
11 1 0 1 1 \ 10,14 1 - 1 0 \
14 1 1 1 0 \
11,15 1 - 1 1 \
15 1 1 1 1 \ 14,15 1 1 1 - \

Bentuk prima yang terpilih adalah:

0,1 yang bersesuaian dengan term wxy
0, 2, 8, 10 yang bersesuaian dengan term xz
10, 11, 14, 15 yang bersesuaian dengan term wy

Semua bentuk prima di atas sudah mencakup semua minterm dari fungsi Boolean semula. Dengan
demikian, fungsi Boolean hasil penyederhanaan adalah f(w, x, y, z) = wxy + xz + wy.
76
(i) Langkah 6 dan 7:

minterm

Bentuk prima 0 1 2 8 10 11 14 15

\ 0,1
\ 0,2,8,10
\ 10,11,14,15

* * * * * *
\ \ \ \ \ \ \ \



Penyelesaian:

(i) Langkah 1 sampai 5:

(a) (b) (c)

term w x y z term w x y z term w x y z

1 0 0 0 1 \ 1,9 - 0 0 1 8,9,10,11 1 0 - -
4 0 1 0 0 \ 4,6 0 1 - 0 8,10,9,11 1 0 - -
8 1 0 0 0 \ 8,9 1 0 0 - \
8,10 1 0 - 0 \
6 0 1 1 0 \
9 1 0 0 1 \ 6,7 0 1 1 -
10 1 0 1 0 \ 9,11 1 0 - 1 \
10,11 1 0 1 - \
7 0 1 1 1 \
11 1 0 1 1 \ 7,15 - 1 1 1
11,15 1 - 1 1
15 1 1 1 1 \

77
Contoh 7.47
Sederhanakan fungsi Boolean f(w, x, y, z) = E (1,4,6,7,8,9,10,11,15)

78
(i) Langkah 6 dan 7

minterm

Bentuk prima 1 4 6 7 8 9 10 11 15

\ 1,9
\ 4,6
6,7
7,15
11,15
\ 8,9,10,11

* * * *
\ \ \ \ \ \ \



Sampai tahap ini, masih ada dua mintermyang belum tercakup dalam bentuk prima terpilih,
yaitu 7 dan 15. Bentuk prima yang tersisa (tidak terpilih) adalah (6,7), (7,15), dan (11, 15). Dari
ketiga kandidat ini, kita pilih bentuk prima (7,15) karena bentuk prima ini mencakup minterm7
dan 15 sekaligus.
14
Sekarang, semua minterm sudah tercakup dalambentuk prima terpilih. Bentuk prima yang terpilih adalah:

1,9 yang bersesuaian dengan term xyz
4,6 yang bersesuaian dengan term wxz
7,15 yang bersesuaian dengan term xyz
8,9,10,11 yang bersesuaian dengan term wx

Dengan demikian, fungsi Boolean hasil penyederhanaan adalah f(w, x, y, z) = xyz + wxz + xyz + wx.


79



minterm

Bentuk prima 1 4 6 7 8 9 10 11 15

\ 1,9
\ 4,6
6,7
\ 7,15
11,15
\ 8,9,10,11

* * * *
\ \ \ \ \ \ \ \ \

80
VS
?
1
TEORI GRAF TEORI GRAF
Pendahuluan Pendahuluan
Graf adalah diagram yang
digunakan untuk menggambarkan
berbagai struktur yang ada.
Contoh :
Struktur Organisasi, Peta, Diagram
Rangkaian Listrik.
Tujuan :
Sebagai visualisasi objek-objeknya
agar mudah dimengerti.
Dasar Dasar--Dasar Graf (1) Dasar Graf (1)
Suatu Graf terdiri dari 2 himp. yang
berhingga, yaitu himp. titik-titik tak
kosong (simbol V(G)) dan himp.
garis-garis (simbol E(G)).
Setiap garis berhubungan dg satu
atau dua titik. Titik-titik tsb disebut
Titik Ujung.
Garis yang berhubungan dg satu titik
disebut Loop.
Dasar Dasar--Dasar Graf (2) Dasar Graf (2)
Dua garis yang menghubungkan titik
yang sama disebut Garis Paralel.
Dua titik dikatakan berhubungan
bila ada garis yg menghubungkan
keduanya.
Titik yang tidak punya garis yang
berhubungan dengannya disebut
Titik Terasing.
Dasar Dasar--Dasar Graf (3) Dasar Graf (3)
Graf Kosong adalah graf yang
tidak punya titik dan garis.
Graf Berarah adalah graf yang
semua garisnya memiliki arah
(Directed Graph / Digraph).
Graf Tak Berarah adalah graf yang
semua garisnya tidak memiliki arah.
Contoh 1. Contoh 1.
Ada 7 kota (A,,G) yang diantaranya
dihubungkan langsung dg jalan darat.
Hubungan antar kota didefinisikan
sebagai berikut :
A terhubung dg B dan D
B terhubung dg D
C terhubung dg B
E terhubung dg F
Buatlah graf yang menunjukkan keadaan
transportasi di 7 kota tersebut !
2
Contoh 2. Contoh 2.
Gambarlah graf dengan titik-titik dan
garis berikut :
V(G) = { v1,v2,v3,v4 }
E(G) = { e1,e2,e3,e4,e5 }
Titik-titik ujung garis adalah :
Garis Titik Ujung
e1
e2
e3
e4
e5
{v1,v3}
{v2,v4}
{v1}
{v2,v4}
{v3}
Graf Tak Berarah Graf Tak Berarah
Graf Sederhana adalah graf yang
tidak memiliki Loop ataupun Garis
Paralel.
Contoh 3. Contoh 3.
Gambarkan semua graf sederhana
yang dapat dibentuk dari 4 titik
{a,b,c,d} dan 2 garis !
Graf Tak Berarah Graf Tak Berarah
Graf Lengkap dengan n titik (simbol
Kn) adalah graf sederhana dengan n
titik di mana setiap 2 titik yang
berbeda selalu dihubungkan dengan
suatu garis.
Banyaknya garis dalam suatu graf
lengkap dengan n titik adalah
buah
2
) 1 ( n n
Contoh 4. Contoh 4.
Gambarkan K2 , K3 , K4 , K5 , K6
Graf Tak Berarah Graf Tak Berarah
Graf Bipartite adalah graf G yang
himp. titiknya/V(G) dapat dibagi
menjadi 2 himp yaitu Va dan Vb.
Setiap garis dlm G menghubungkan
titik di Va dengan titik di Vb.
Semua titik dalam Va atau Vb tidak
saling berhubungan.
Apabila setiap titik di Va berhubungan
dengan setiap titik di Vb maka
disebut Graf Bipartite Lengkap.
Komplemen Graf Komplemen Graf
Komplemen suatu graf G (simbol )
dengan n titik adalah suatu graf dengan :
1. Titik-titik sama dengan titik-titik G.
2. Garis-garis adalah komplemen garis-
garis G terhadap Graf Lengkapnya (Kn)
Titik-titik yang dihubungkan dengan garis
pada G menjadi tidak terhubung dalam
Sebaliknya, tiitik-titik yang tidak
terhubung pada G menjadi terhubung
dalam
G
G
G
G
G
3
Sub Graf Sub Graf
Misalkan G adalah graf. Graf H dikatakan
subgraf dari G bila dan hanya bila :
1. V(H) V(G)
2. E(H) E(G)
3. Setiap garis dalam H memiliki titik
ujung yang sama dengan garis
tersebut dalam G
Derajat Derajat
Misal titik v adalah suatu titik dalam graf G.
Derajat titik v (simbol d(v)) adalah
jumlah garis yang berhubungan dengan
titik v.
Derajat titik yang berhubungan dengan
sebuah loop adalah 2.
Derajat total suatu graf G adalah jumlah
derajat semua titik dalam G.
Derajat total suatu graf selalu genap.
Dalam sembarang graf jumlah titik yang
berderajat ganjil selalu genap.
Path dan Sirkuit (1) Path dan Sirkuit (1)
Misalkan G adalah suatu graf, v0 danvn adalah 2
titik di dalam G.
Walk dari titik v0 ke titik vn adalah barisan
titik-titik berhubungan dan garis secara
berselang-seling diawali dari titik v0 dan
diakhiri pada titik vn.
Path dari titik v0 ke titik vn adalah walk dari
titik v0 ke titik vn yang semua garisnya
berbeda.
Panjang walk atau path = jumlah garis yang
dilalui
Path dan Sirkuit (2) Path dan Sirkuit (2)
Path sederhana dari titik v0 ke
titik vn adalah path dari titik v0 ke
titik vn yang semua titiknya
berbeda.
Sirkuit adalah path yang dimulai
dan diakhiri pada titik yang sama.
Sirkuit sederhana adalah sirkuit
semua titiknya berbeda kecuali
untuk titik awal dan titik akhir.
Sirkuit Euler (1) Sirkuit Euler (1)
Sirkuit Euler adalah sirkuit di
mana setiap titik dalam graf G
muncul paling sedikit satu kali
dan setiap garis muncul tepat
satu kali.
Sirkuit Euler (2) Sirkuit Euler (2)
Latar Belakang :
Masalah 7 Jembatan yang menghubungkan 4
kota.
Apakah mungkin seseorang berjalan
mengunjungi kota yang dimulai dan diakhiri
pada tempat yang sama dengan melintasi 7
jembatan masing-masing tepat satu kali ?
A
j1
B
C
D
j3
j2
j4
j5
j6
j7
4
Teorema Teorema
Graf G memiliki Sirkuit Euler
bila dan hanya bila G adalah graf
yang terhubung dan semua
titik dalam G mempunyai
derajat genap.
Graf Terhubung dan Tidak Terhubung Graf Terhubung dan Tidak Terhubung
Misalkan G adalah suatu graf
2 titik dalam G ,v1 dg v2
terhubung bila ada walk dari v1
ke v2.
Graf G dikatakan
Terhubung setiap 2 titik dalam G
terhubung.
Tidak terhubung ada 2 titik
dalam G yang tidak terhubung.
Sirkuit Hamilton Sirkuit Hamilton
Suatu graf terhubung G memiliki
Sirkuit Hamilton bila ada sirkuit
yang mengunjungi setiap titiknya
tepat satu kali (kecuali titik awal
dan titik akhir).
Contoh Contoh
Gambar di bawah menyatakan peta kota
A..G dan jalan-jalan yang menghubungkan
kota-kota tsb. Seorang salesman akan
mengunjungi tiap kota masing-masing 1
kali dari kota A kembali lagi ke kota A.
Carilah rute perjalanan yang harus dilalui
salesman tsb !
A
B C
D
E
F
G
j1
j2
j3
j4
j5
j6
j7
j8
j9
j10
j11
Sirkuit Hamilton vs Euler Sirkuit Hamilton vs Euler
Perbedaan Sirkuit Euler dengan
Sirkuit Hamilton :
Dalam Sirkuit Euler semua garis harus
dilalui tepat satu kali, sedangkan
semua titiknya boleh dikunjungi
lebih dari sekali.
Dalam Sirkuit Hamilton semua
titiknya harus dikunjungi tepat satu
kali dan tidak harus melalui semua
garis.
Graf Berarah (Digraph) Graf Berarah (Digraph) -- 11
Contoh graf G berikut :
Titik v1 adalah titik awal e1, titik
v2 adalah titik akhir e1. Arah garis
dari v1 ke v2.
v1 v2
v3
v4
e1
e3
e2
e4
v5
5
Graf Berarah (Digraph) Graf Berarah (Digraph) -- 22
Jumlah garis yang keluar dari titik v1
disebut derajat keluar (out degree),
simbol
Jumlah garis yang masuk ke titik v1
disebut derajat masuk (in degree),
simbol
) (
1
v d

) (
1
v d

v1 v2
v3
v4
e1
e3
e2
e4
v5

i
i
i
i
v d v d ) ( ) (
Path Berarah dan Sirkuit Berarah Path Berarah dan Sirkuit Berarah
Dalam graf berarah, perjalanan harus
mengikuti arah garis.
Suatu graf yang tidak memuat sirkuit
berarah disebut ASIKLIK.
Contoh :
v1
v2
v3
v4
Contoh Contoh
Tentukan path berarah terpendek
dari titik v5 ke titik v2 !
v8
v1
v5
v2
v6
v7
v3
v4
Pohon (Tree) Pohon (Tree)
Struktur Pohon adalah salah satu
kasus dalam graf.
Penerapannya pada Teori Struktur
Data.
Graf G disebut Pohon G
merupakan graf sederhana yang
tidak memuat sirkuit dan
terhubung.
Pohon (2) Pohon (2)
Daun adalah titik di dalam Pohon
yang berderajat 1.
Titik dalam Pohon yang berderajat > 1
disebut Titik Cabang.
Teorema
Suatu pohon dengan n titik memiliki
(n-1) garis
Pohon Rentang Pohon Rentang
Pohon Rentang dari graf
terhubung G adalah subgraf G yang
merupakan pohon dan memuat
semua titik dalan G.
6
Contoh Contoh
Cari pohon rentang dari graf G !
v4
v2
v3
v1
v5
v6
v7
v8
Graf Berlabel Graf Berlabel
Graf Berlabel : graf tanpa garis
paralel yang setiap garisnya
berhubungan dengan bilangan riil
positif yang menyatakan bobot
garis tersebut.
Simbol : w(e).
Total Bobot : jumlah bobot semua
garis dalam graf.
Bobot suatu garis dapat mewakili
jarak, biaya, panjang,
kapasitas, dll.
Pohon Rentang Minimum Pohon Rentang Minimum
Masalah : mencari pohon rentang
dengan total bobot seminimal
mungkin.
Metode : Algoritma Kruskal
Algoritma Kruskal (1) Algoritma Kruskal (1)
Mula-mula urutkan semua garis dalam
graf dari yang bobotnya terkecil sampai
terbesar.
G : graf mula-mula dg n titik,
T : Pohon Rentang Minimum,
E : himpunan semua garis dlm G
Algoritma Kruskal (2) Algoritma Kruskal (2)
Algoritma :
1. Isi T dengan semua titik dalam G tanpa
garis.
2. m = 0
3. Selama m < (n-1) lakukan :
a. Pilih garis e dalam E dg bobot
terkecil. Jika ada beberapa garis,
pilih salah satu.
b. Hapus garis e dari E.
c. Jika garis e ditambahkan ke T tidak
menghasilkan sirkuit, maka
I. Tambahkan e ke T.
II. m = m+1 (Nilai m dinaikkan satu).
Lintasan Terpendek Lintasan Terpendek
Mencari path dengan total bobot
paling minimal dari sebuah graf
berlabel.
Metode : Algoritma Djikstra
7
Algoritma Djikstra Algoritma Djikstra
V = {v1, v2, , vn} titik awal : v1, titik akhir : vn
L(j) = jumlah bobot lintasan terpendek dari v1 ke vj
w(i,j) = bobot garis dari titik v1 ke titik vj
T = himp. titik yg sudah terpilih dlm alur lintasan
terpendek
ALGORITMA ALGORITMA
1. T = { }
L(v1) = 0
L(v2) = L(v3) = = L(vn) = ~
Algoritma Djikstra Algoritma Djikstra
2. Selama vn T lakukan :
a. Pilih titik vk V T dengan L(vk) terkecil
T = T { vk }
b. Untuk setiap vj V T hitung :
L(vj) = min[ L(vj) , L(vk) + w(vk,vj) ]
3. Telusuri alur path minimum mulai dari titik akhir
(vn) sampai titik awal (v1)

Anda mungkin juga menyukai