Pendahuluan Istilah kanker berasal dari bahasa latin yang artinya adalah kepiting. Penyakit keganasan, kanker, diibaratkan seperti capit-capit lengan kepiting oleh seorang Hippocrates, yang mengamati bahwa penyakit kanker dapat menyebar didalam tubuh dan biasanya berakhir pada kematian. Apakah sel kanker itu? Secara umum sel kanker didefinisikan sebagai sel yang tidak normal, yang tumbuh serta berkembang biak secara cepat dan tidak terkendali. Sel kanker tidak perduli dengan keterbatasan zat makanan, ruang dan fakta kalau mereka harus berbagi dengan sel-sel normal yang ada disekitarnya. Lebih jauh dari itu, mereka mengabaikan perintah untuk berhenti berbiak oleh tubuh yang bersangkutan. Sel tubuh yang normal juga tumbuh, membelah diri dan pada saat tertentu mereka akan mati. Akan tetapi pada sel kanker, mereka terus tumbuh, memperbanyak diri dan berusaha menghindari kematiannya (apoptosis), lebih buruknya lagi kecepatan pertumbuhan sel kanker jauh melebihi sel-sel yang normal. Secara garis besar kanker dibagi menjadi dua kelompok, kanker jinak dan kanker ganas. Kanker jinak (benign) memiliki kecenderungan untuk tumbuh lebih lambat dari kanker ganas dan mereka tidak menyebar keorgan lain didalam tubuh. Sedangkan kanker ganas (malignant) memiliki pertumbuhan sel yang sangat cepat, dapat menginvasi serta menghancurkan jaringan disekitarnya dan pada fase tertentu akan menyebar ke organ-organ lain didalam tubuh. Pertanyaannya adalah, bagaimana sel kanker ini dapat tumbuh dan berjalan lebih cepat dari sel normal, yang pada akhirnya mereka akan mencari pembuluh- darah atau -lymph untuk selanjutnya menyebar ke organ tertentu didalam tubuh (metastasis). Ada tiga tipe gen yang bertanggung jawab atas proses seperti yang tersebut diatas, yaitu: gen-gen yang jahat (oncogenes), gen-gen yang baik (tumor suppressor genes) dan gen-gen yang berfungsi memperbaiki gen lain yang rusak (mismatch-repair genes).
Ahmad Faried
Sel Berjalan (The Crawling Cells) Terbentuknya sel kanker dan kemampuannya untuk berjalan, metastasis, adalah suatu proses yang sangat kompleks, yang melibatkan benyak gen didalamnya. Pada perjalanannya, satu sel kanker harus melepaskan diri dari kelompoknya (primary
tumor) untuk mengadakan invasi kedaerah sekitarnya, berusaha menembus pembuluh lymph atau secara langsung mencari pembuluh darah, berjuang melawan proses
pertahanan tubuh (host immune defense), berhenti diorgan tujuannya dan memulai berkembang biak di lingkungan barunya (secondary tumor).1 Dari sekian banyak oncogene yang berperan dalam proses metastasis, Ras-superfamily dari small GTP-binding proteins merupakan yang paling banyak dipelajari. Ras-superfamily terdiri dari 130 members diantaranya Ras, Rho, Arf/Sar 1 dan Rab/Ran-subfamilies.2 Semua aspek dari sel berjalan, invasi, termasuk didalamnya polarisasi dari sel, remodeling cytoskeletal dan penerimaan signal-signal keganasan dari luar sel dikendalikan oleh Rho-GTPases.3 Rho-GTPases subfamily terdiri dari monomeric GTP-binding proteins dengan berat molekul rendah, ~20-30 kilo-Dalton (kDa), yang pada sel fibroblast normal juga sangat dibutuhkan untuk sel bermigrasi, akan tetapi over-ekspresi dari protein-protein ini akan merangsang sel-sel epitel untuk bermigrasi pula.4 Rho Protein Ada tiga kelas Rho family yang paling banyak dipelajari, RhoA, Rac1 dan CDC42, yang merupakan central dogma dari icon sel berjalan. Rho sendiri memiliki tiga isoforms di dalam human genome: RhoA, RhoB dan RhoC, tetapi ketiganya memiliki fungsi yang berbeda dalam keganasan. RhoA dan RhoC merupakan aktor utama dalam proliferasi dan transformasi sel menjadi ganas, sementara itu RhoB merupakan tumor suppressor
microtubule dynamic.5 Layaknya seperti manusia, sel kanker juga memiliki kerangka,
otot dan indra peraba, yang kombinasi dari semuanya akan membuat sel kanker dapat berjalan kearah yang dia inginkan (Gambar 1).
Ahmad Faried
Gambar 1. The crawling cell (Ridley AJ. J Cell Sci. 2001; 114: 2713-22). Rho Protein dan Kanker Hal yang paling nyata dari keterlibatan RhoA dan RhoC dalam membuat sel menjadi ganas adalah apabila kita mempelajarinya langsung pada pasien dengan kanker ganas. Ekspresi berlebihan dari RhoA dan RhoC kami temukan pada pasien kanker esophagus stadium lanjut, dimana keberadaanya berhubungan dengan parameter klinis seperti: kedalaman invasi masa tumor, distant metastasis, invasi ke pembuluh lymph dan pembuluh darah. Disamping itu pasien-pasien yang positif memiliki ekspresi yang berlebihan dari RhoA ini akan memiliki prognosis yang jauh lebih buruk.6,7 Sementara itu RhoC diidentifikasikan oleh Merajver group (The University of Michigan
Cancer Center, Ann Arbor, MI, USA) sebagai marker keganasan bagi pasien kanker
payudara. Inflamatory breast cancer (IBC) adalah phenotype yang sangat invasive dan memiliki kemampuan metastasis yang tinggi, Merajver et al., mendapatkan bahwa RhoC terekspresi pada lebih dari 90% penderita IBC dibandingkan yang non-IBC.8 Gambar 2., menunjukan ekspresi dari Rho-family di cancer cell nest. Uniknya dari kedua Rho protein ini, RhoA dan RhoC, tidak didapatkan kerusakan gen (mutation) didalamnya. Ekspresi yang berlebihan dari Rho-family disebabkan karena regulasi yang salah di Rho-regulatory proteinnya (yang perlu ATP untuk aktifitasnya).
Ahmad Faried
Gambar 2. Ekspresi RhoA di kanker esophagus ( A)6 dan ekspresi RhoC di IBC (B).8
TE-2 RhoA
TE-2 RhoC
Gambar 3. BALB/c nude (nu/nu) mice disuntik hasil transfeksi gen RhoA dan RhoC.9
Ahmad Faried
Kami melakukan tehnik transfeksi gen (memaksa suatu sel untuk menghasilkan gen yang kita inginkan dan dalam percobaan ini kami menggunakan pMX-IRES-GFP yang mengandung
green
fluorescence
protein
sebagai
ekspresi
vector-nya)
untuk
menghasilkan bentuk aktif dari RhoA, RhoC dan bentuk non-aktif dari RhoA. Hasil in vitro menunjukan bahwa dengan menggunakan tehnik proliferation- dan
migration-assay, bentuk aktif RhoA dan RhoC meningkatkan kemampuan sel berbiak
dan berjalan lebih cepat dari sel yang hanya ditransfeksikan dengan bentuk nonaktifnya. Hal ini juga terbukti pada hewan percobaan yang disuntikan bentuk aktif dari kedua protein ini lalu dibandingkan dengan tikus kontrolnya (mock), Tabel 1.9 Kesimpulan dari study ini, kami menemukan bahwa RhoA lebih berperanan dalam pertumbuhan sel kanker dibandingkan RhoC, sementara itu RhoC lebih berperan dalam menginduksi metastasis jauh (seperti paru-paru dan liver). Aktifasi keduanya akan menyebabkan oncogene-lain aktif bersama-sama mereka (down-stream effectors). Rho protein berkemampuan untuk merubah sel menjadi phenotype yang lebih ganas.
Table 1. The experimental metastatic results and primary tumor volume Cell line Mock TE-2 RhoA TE-2 RhoC TE-2 dnRhoA No. Tumour 0/5 5/5. 5/5. 0/5. No. lung metastasis 0/5 0/5 4/5. 0/5 No. Mice 5 5 5 5 MeanSD tumour volume 0 164.535.5 mm 9719 mm 0 A/C : 0.03*
P -Value
Penutup Dewasa ini semakin banyak informasi yang kita ketahui tentang penyakit keganasan, salah satunya peranan Rho-GTPases, yang berefek dalam pertumbuhan tidak terkontrol, merangsang sel untuk berjalan dan menyebar ke luar daerah asalnya. Pengetahuan dasar tentang keganasan ini akan merangsang pemikiran para peneliti dan praktisi kedokteran untuk dapat memutus mata rantai proses keganasan dan mengembangkan obat-obatan yang dapat mentarget jalur-jalur keganasan ini.
Ahmad Faried
Daftar Pustaka: 1. 2. 3. 4. 5. Fidler I.J. Critical factors in the biology of human cancer metastasis. Cancer Res 1990; 50: 6130-6138. Takai Y, Sasaki T, Matozaki T. Small GTP-binding proteins. Physiol Rev 2001; 81: 153-208. Sahai E, Marshall C.J. Rho-GTPases and cancer. Nat Rev Cancer 2002; 2: 133-142. Ridley A.J, Comoglio P.M, Hall A. Regulation of scatter factor/hepatocyte growth factor responses by Ras, Rac, Rho in MDCK cells. Mol Cell Biol 1995; 15: 1110-1122. Faried A, Nakajima M, Sohda M, et al. Role of Rho GTPase and its malignancy potential of human ESCC cells. Presented in the 4th International Symposium on
Cancer Research and Therapy (Nov 19-20, 2004, Tokyo, Japan) and the 9th Gunma Gene Transfer meeting (Jan 25, 2005, Gunma, Japan).
6. Faried A, Nakajima M, Sohda M, et al. Correlation between RhoA overexpression and tumour progression in esophageal squamous cell carcinoma. Eur J Surg Oncol 2005; 31: 410-414. 7. Faried A, Faried Usman N, et al. Clinical and prognostic significance of rhoA and
rhoC genes expression in esophageal squamous cell carcinoma. Submitted: Br J Cancer 2007.
8. Kleer C.G, van Golen K.L, Zhang Y, et al. Characterization of RhoC expression in benign and malignant breast disease: a potential new marker for small breast carcinomas with metastatic ability. Am J Pathol 2002; 160: 579-584. 9. Faried A, Faried L.S, Kimura H, et al. RhoA and RhoC proteins promote both cell proliferation and cell invasion of human ESCC cell lines in vitro and in vivo. Eur J
Korespondensi: Ahmad Faried, MD., PhD. Postdoctoral fellow, Department of General Surgical Science, Graduate School of Medicine, Gunma University, Japan Email: afaried@med.gunma-u.ac.jp Website: www.ahmadfaried.com