UNIVERSITAS PAMULANG-2012
KEBIJAKAN STABILISASI
FISKAL PENAWARAN
MONETER
PASIF AKTIF (NONDISKRESIO (DISKRESION NER) ER)
KONTRAKTIF
KEBIJAKAN FISKAL
Kebijakan fiskal (fiscal policy) atau disebut juga kebijakan anggaran (budgetary policy) adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah melalui manipulasi instrumen fiskal seperti pengeluaran pemerintah (G) dan/atau pajak (T) yang ditujukan untuk mempengaruhi tingkat permintaan agregat di dalarn perekonomian. Kebijakan fiskal dapat dibedakan ke dalam kebijakan fiskal aktif atau diskresioner (discretionary fiscal policy) dan kebijakan fiskal yang pasif atau nondiskresioner (nondiscretionary fiscalpolicy).
KEBIJAKAN MONETER
Kebijakan moneter (monetary policy) adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah atau otoritas moneter dengan menggunakan peubah jumlah uang beredar (money supply) dan tingkat bunga (interest rates) untuk mempengaruhi tingkat permintaan agregat (aggregate demand) dan mengurangi ketidakstabilan di dalam perekonomian. Dengan kebijakan moneter, pemerintah juga dapat melakukan pengendalian terhadap jumlah uang beredar, kredit dan sistem perbankan.
Dalam implementasinya, kebijakan moneter bisa bersifat : 1. Ekspansioner (expansionary monetary policy) yaitu kebijakan moneter yang dilakukan melalui peningkatan uang beredar (Ms) dan/atau penurunan tingkat bunga(i) dengan tujuan untuk meningkatkan permintaan agregat di dalam perekonomian; ataupun 2. Kontraksioner (contractionary monetary policy) yaitu kebijakan moneter yang dilakukan melalui pengurangan jumlah uang beredar (Ms) dan/atau peningkatan tingkat bunga (i) dengan tujuan untuk mengurangi permintaan agregat di dalam perekonomian.
Secara teoritis, terdapat 4 pilihan bauran kebijakan moneter dan skal, yaitu:
(i) Kebijakan skal longgar dan kebijakan moneter longgar; (ii) Kebijakan skal longgar dan kebijakan moneter ketat; (iii) Kebijakan skal ketat dan kebijakan moneter longgar; dan
Masing-masing otoritas memiliki dua pilihan kebijakan, yaitu: kebijakan ketat maupun kebijakan longgar (a tight or a loose policy). Ketika keduanya bersamasama memilih kebijakan pengetatan maka tingkat inasi cenderung rendah dan jumlah lapangan kerja juga rendah (pengangguran tinggi), sedangkan ketika kedua otoritas kebijakan memutuskan untuk bersama-sama membuat kebijakan yang longgar maka tingkat inasi cenderung tinggi dan angka pengangguran cenderung rendah.
Sementara itu, apabila salah satu otoritas kebijakan membuat kebijakan pengetatan sedangkan yang lain membuat kebijakan pelonggaran atau sebaliknya, maka tingkat pengangguran dan inasi cenderung berada pada tingkat sedang.
Pembiayaan skal desit yang berlebihan dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan laju inasi yang sangat tinggi (hyper ination). Sebaliknya, kebijakan moneter yang terlalu ketat dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah perlu bertindak aktif terhadap ketidakstabilan ekonomi yang terjadi. Pada saat perekonomian lesu, sebagai akibat dari banyaknya sumber daya yang menganggur, ia perlu dirangsang dengan serangkaian kebijaksanaan yang mampu mendorong pertumbuhan dan sekaligus mengurangi tingkat pengangguran. Sebaliknya pada saat perekonomian overheating, pemerintah juga perlu bertindak aktif untuk mendinginkan mesin ekonomi yang memanas, dalam istilah ekonomi makro, kebijaksanaan pemerintah yang bersifat aktif ini disebut sebagai discretionary policy atau Keynesian leaning againsts the wind.
Pertanyaannya, apakah stabilisasi ekonomi sepenuhnya dapat dicapai dengan kebijaksanaan yang bersifat aktif ini? Jawabnya: mungkin iya, mungkin juga tidak.
Kebijaksanaan pemerintah yang aktif dapat tidak berfungsi apabila terjadi hambatan-hambatan sebagai berikut. Pertama, apabila terdapat selang waktu (lag) yang panjang dari saat perekonomian tidak stabil hingga dampak dari kebijaksanaan dapat berfungsi seperti yang diinginkan. Kedua, apabila kredibilitas dari kebijaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah rendah. Ketiga, apabila terdapat ekspektasi rasional (rational expectation) dalam perilaku ekonomi masyarakat.
Friedman berpendapat bahwa dalam kasus dimana ekspektasi masyarakat adalah rasional, bank sentral seyogyanya menjalankan Fixed rule policy. Dengan kebijaksanaan ini, maka unsur ketidakpastian yang melekat pada feedback rule policy dapat dihilangkan dan stabilitas ekonomi akan dapat dicapai. Dalam kasus ini, maka fixed rule policy akan bersifat superior terhadap feedback rule policy. Bank sentral konsisten pada kebijaksanaan moneter yang didasarkan pada pertumbuhan uang beredar yang tetap. Apabila masyarakat tidak mempunyai ekspektasi rasional, maka saran Keynes akan lebih baik karena lebih efisien dibandingkan dengan saran Friedman. Dalam kasus dimana ekspektasi masyarakat tidak rasional, maka discretionary policy bersifat superior terhadap fixed rule policy. Pemerintah akan cenderung mendorong uang beredar apabila pertumbuhan ekonomi menurun dan sebaliknya.
Kebijakan dilakukan menurut aturan jika pembuat kebijakan mengumumkan sebelumnya bagaimana kebijakan akan merespons berbagai situasi dan berkomitmen untuk mengikutinya melalui pengumuman ini. Kebijakan dilakukan dengan kebijaksanaan jika pembuat kebijakan bebas menanggapi peristiwa ketika mereka muncul dan memilih apapun kebijakan yang pembuat kebijakan anggap perlu pada waktu itu. Perbedaan antara aturan vs kebijakan berbeda dari perdebatan antara kebijakan pasif vs aktif. Kebijakan dapat dilakukan menurut aturan dan bisa baik pasif atau aktif.
Suatu aturan kebijakan aktif dapat menspesifikasi : Pertumbuhan uang = 3% + (Tingkat Pengangguran 6%) Aturan ini mencoba menstabilkan perekonomian dengan meningkatkan pertumbuhan uang ketika perekonomian mengalami resesi.
Utang Nasional
Utang pemerintah adalah akumulasi semua defisit tahunan yang lalu. Tahun 2012, utang pemerintah RI sekitar Rp 1.990,66 triliun
Konsumen melihat ke depan beranggapan bahwa pajak lebih rendah sekarang berarti pajak lebih tinggi nantinya, membuat konsumsi tidak berubah. Pemotongan pajak hanyalah penundaan pajak Menurut pandangan Richardian, pemotongan pajak yang didanai oleh utang akan meningkatkan pendapatan sekarang, tetapi tidak mengubah pendapatan atau konsumsi seumur hidup seseorang. Ketika pemerintah meminjam untuk membayar belanjanya saat ini ( G lebih tinggi), konsumen rasional melihat ke depan pada pajak masa depan yang dibutuhkan untuk mendukung utang ini. Menurut pendapat ini, konsumen mendasarkan pengeluaran mereka tidak hanya pada pendapatan sekarang, tetapi juga pada pendapatan masa depan yang mereka harapkan
Kebijakan defisit anggaran tidak meningkatkan permintaan karena peningkatan pendapatan disalurkan ke tabungan untuk berjaga-jaga terhadap peningkatan beban pajak di masa yang akan datang. Dengan demikian defisit anggaran tidak efektif.
PANDANGAN NEOKLASIK
Kelompok Neoklasik menyimpulkan bahwa kebijakan defisit anggaran cenderung merugikan perekonomian. Menurut mereka hubungan kekerabatan antargenerasi renggang. Mereka mengetahui bahwa kebijakan defisit anggaran di masa sekarang berarti memberikan beban pajak kepada anak cucu mereka, tetapi mereka tetap melaksanakannya.
Karena mereka tidak peduli terhadap peningkatan beban pajak anak cucu mereka di masa yang akan datang, mereka menjawab kebijakan defisit anggaran mereka dengan peningkatan konsumsi di masa sekarang. Jika kondisi perekonomian sudah dalam kesempatan kerja penuh (full employment), maka peningkatan konsumsi mengakibatkan pengurangan tabungan dan meningkatnya suku bunga. Peningkatan suku bunga selanjutnya menyebabkan turunnya investasi (crowding out) dan pendapatan nasional.
Satu argumen dari pandangan tradisional adalah masyarakat miopia : mereka melihat penurunan pajak sebagai alasan untuk meningkatkan konsumsi mereka karena kemakmuran baru ini. Mereka tidak melihat bahwa ketika kebijakan fiskal ekspansif didanai melalui obligasi, mereka akan harus membayar pajak lebih banyak di masa depan karena obligasi hanyalah penundaan-pajak.
KESIMPULAN
Ada hubungan timbal balik antara kebijakan defisit anggaran dan variabel moneter. Kebijakan fiskal mempengaruhi instrumen kebijakan moneter. Kebijakan moneter mempengaruhi instrumen kebijakan fiskal. Hubungan timbal balik antara instrumen fiskal dan moneter bersifat saling menetralkan dampak ekonomi yang dihasilkan. Jika dampak moneter defisit anggaran bersifat ekspansif, maka dampak ekspansi moneter akan bersifat kontraktif. Sedikit atau banyak kebijakan defisit anggaran mempengaruhi suku bunga, kurs, dan tingkat harga (inflasi).