DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 2012
PENDAHULUAN
Katarak adalah penyakit gangguan penglihatan yang dicirikan oleh adanya penebalan lensa secara gradual dan progresif. Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan di dunia saat ini. Hal ini, sangat disayangkan karena sebenarnya katarak memiliki morbiditas visual yang bersifat reversibel. Sehingga, deteksi dini, monitor ketat, dan intervensi pembedahan harus dilakukan dengan adekuat. Banyak orang tidak wapada terhadap katarak karena perubahan penglihatan terjadi secara perlahan.
Katarak merupakan salah satu penyebab utama kebutaan di dunia saat ini. Data dari World Health Organization (WHO), saat ini ada sekitar 135 juta penduduk dunia yang memiliki penglihatan lemah dan 45 juta orang menderita kebutaan di seluruh dunia. Berdasarkan jumlah tersebut, 90% diantaranya berada di negara berkembang dan sepertiganya berada di Asia Tenggara. Di Indonesia diketahui bahwa prevalensi kebutaan berkisar sebesar 1,2% dari jumlah penduduk dan katarak menduduki peringkat pertama dengan persentase terbanyak yaitu 0,7%.
LAPORAN KASUS
1. Identitas pasien Nama Umur Jenis kelamin Agama Alamat Pekerjaan Tanggal pemeriksaan : Ny. I : 28 tahun : Perempuan : Islam : Dompu : Penggembala Sapi : 28 Februari 2012
Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien mengeluhkan penglihatan kabur sejak 3 bulan yang lalu, yang dirasakan semakin lama semakin kabur. Pasien sering merasa silau, dan sering menabrak benda disekitarnya. Pandangan seperti melihat terowongan disangkal, keluhan sakit kepala disertai rasa sakit pada mata dan mual muntah juga disangkal oleh pasien. Pasien mengaku tidak merasa nyeri dan berair pada matanya, pasien merasa tetap kabur pada saat melihat dekat dan jauh. Mata merah (-), gatal (-), kotoran mata (-). Pasien merupakan seorang penggembala sapi yang sering bekerja diterik matahari, dan keluhannya ini telah mengganggu aktivitasnya. Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat penyakit serupa (-), riwayat diabetes mellitus (-), riwayat hipertensi (-), riwayat batuk lama (-), riwayat trauma pada mata (-), riwayat opname (-). Riwayat Pengobatan: Untuk mengobati penyakitnya pasien sering menggunakan obat-obatan
tradisional, karena tidak membaik pasien kemudian berobat ke RSUD Dompu, yang kemudian dirujuk ke RSUP NTB. Riwayat penggunaan xytrol (+). Riwayat Penyakit Keluarga dan Sosial: Pasien mengakui tidak ada keluarga dan tetangganya yang memiliki keluhan serupa. Riwayat alergi: Riwayat alergi makanan (-), alergi obat-obatan (-), dan asma (-).
3. Pemeriksaan Fisik Status Generalis KU Keadaan sakit Kesadaran/GCS Keadaan gizi : Baik : Sedang : Compos mentis/E4V5M6 : Cukup
Pemeriksaan Tanda Vital Tekanan darah Nadi Frekuensi Napas Suhu : 110/70 mmHg : 84 kali/menit : 18 kali/menit : 36,6oC
Status Lokalis Pemeriksaan Visus Gerakan bola mata 1/300 Baik ke segala arah Tidak terasa nyeri Palpebra superior Edema Hiperemi Bulu mata Arah pertumbuhan Margo palpebra Normal Krusta (-) Normal Krusta (-) Mata kanan 1/300 Baik kesegala arah Tidak terasa nyeri Mata kiri
N N
N N
Hiperemi (-) Folikel (-) Injeksi konjungtiva (-) Injeksi silier (-)
Hiperemi (-) Folikel (-) Injeksi konjungtiva (-) Injeksi silier (-) Jernih Permukaan cembung Infiltrasi (-) Normal Warna coklat Bentuk normal Bentuk Reguler Ukuran 3,5 mm Reflek langsung dan tak langsung (+) Keruh
Konjungtiva bulbi
Kornea
COA Iris
Pupil
Bentuk Reguler Ukuran 3,5 mm Reflek langsung dan tak langsung (+)
Lensa
Keruh
Sulit dievaluasi
Sulit dievaluasi
4. Gambar pasien
IDENTIFIKASI MASALAH Daftar masalah yang terjadi pada pasien adalah : 1. Penglihatan kabur 2. Silau 3. Lensa mata keruh
ANALISA KASUS 1. Subjektif Penglihatan kabur perlahan-lahan Penglihatan kabur dapat disebabkan oleh kelainan yang timbul di sepanjang jaras optik dan jaras visual neurologik. Jadi, harus dipertimbangkan adanya kelainan refraksi, pengeruhan atau gangguan media mata atau perdarahan dalam vitreus dan gangguan fungsi retina, nervus optikus atau jaras visual intrakranial. Pada pasien terjadi penglihatan kabur yang perlahan-lahan. Beberapa penyakit yang memberikan gejala klinis ini adalah katarak, miopia progresif, glaukoma kronis dan retinopati diabetik. Katarak merupakan diagnosis yang paling mungkin diderita oleh pasien ini, karena dari anamnesis pasien mengeluhkan pandangan kabur dan ditambah dengan hasil pemeriksaan fisik yaitu lensa mata keruh. Miopia progresif dapat disingkirkan sebagai diagnosis banding karena pada pemeriksaan visus, visus pasien tidak membaik dengan penggunaan pinhole. Untuk glaukoma kronis juga dapat disingkirkan karena pada pemeriksaan tonometer schiozt, tekanan bola mata pasien dalam batas normal, TIOD = 17,3 mmHg dan TIOS=14,6 mmHg. Sedangkan untuk retinopati diabetik kemungkinannya menurun karena pasien menyangkal adanya riwayat DM, namun hal ini masih perlu dikonfirmasi lagi. Silau pada katarak, pasien akan mengeluh rasa silau karena terjadinya pembiasan yang tidak teratur oleh karena lensa yang keruh.
2. Objektif Lensa berwarna putih keruh Leukokoria dapat disebabkan agregasi-agregasi protein dan abnormalitan epitel pada lensa, pertumbuhan sel ganas dalam retina yang eksofitik, atau juga dapat terjadi karena abses yang meluas. Ada beberapa penyakit yang dapat memberikan manifestasi leukokoria, yaitu katarak, retinoblastoma dan endoftalmitis. Katarak merupakan diagnosis yang paling mungkin pada pasien ini, karena dilihat dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan gejala-gejala yang mengarah ke katarak, seperti penglihatan yang kabur secara peerlahan dan lensa yang keruh. Endoftalmitis dapat disingkirkan karena pada pasien kotoran mata (-), mata merah (-), dan nyeri (-). Sedangkan untuk retinoblastoma juga kemungkinannya kecil karena secara epidemiologi lebih banyak terjadi pada anak <3 tahun, dan pada pemeriksaan USG didapatkan retina-vitreus dalam batas normal.
3. Assessment Diagnosis : Katarak Juvenil 4. Planning Usulan pemeriksaan lanjutan Pemeriksaan gula darah Funduskopi Tatalaksana Satu-satunya pengobatan untuk katarak adalah pembedahan. pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan lensa dan menggantinya dengan lensa buatan a. Pengangkatan lensa - Intracapsular Cataract Extraction (ICCE) Pembedahan dilakukan dengan mengangkat lensa in toto, yakni mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsulnya, melalui insisi limbus superior 140-160o. - Extracapsular Cataract Extraction (ECCE)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. - Fakoemulsifikasi Merupakan tehnik ekstrakapsular yang menggunakan getarangetaran ultrasonik untuk mengangkat nukleus dan korteks melalui insisi limbus yang kecil (2-5 mm). b. Penanaman lensa baru Pasien yang telah menjalani pembedahan katarak biasanya akan mendapatkan lensa buatan sebagai pengganti lensa yang telah diangkat. Lensa buatan ini merupakan lempengan plastik yang disebut lensa introkular, biasanya lensa intraokular dimasukkan ke dalam kapsul lensa dalam mata. KIE a. Pasien dan keluarganya dimotivasi untuk mau menjalani operasi. b. Pasien dianjurkan menggunakan pelindung mata (kaca mata hitam) untuk melindungi dari paparan dari luar seperti d e b u d a n s i n a r ultraviolet. c. P a s i e n dapat melihat jelas kembali apabila
RINGKASAN AKHIR
Pasien wanita berusia 28 tahun datang ke RSUP NTB dengan keluhan penglihatan kabur sejak 3 bulan yang lalu, pasien juga mengeluhkan silau jika terkena sinar. Pada pemeriksaan fisik didapatkan: VOD : 1/300 dan VOS 1/300, tidak membaik dengan pinhole, lensa keruh, TIOD 17,3 mmHg dan TIOS 14,6 mmHg. Dari pemeriksaan USG didapatkan vitreus-retina secara anatomis dalam batas normal. Pasien didiagnosis dengan katarak juvenil. Rencana tatalaksana adalah dilakukan tindakan operasi, yaitu dilakukan pengangkatan lensa dan penanaman lensa yang baru. Prognosis pasien baik.
DAFTAR PUSTAKA -
Riordan, Paul dkk. 2010. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum, Jakarta; EGC Perdami.2006. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum & Mahasiswa Kedokteran, Perdami Iljas, S. 2007. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Olver J, Cassidy L. 2005. Ophtalmology as A Glance. Hongkong: SNP Bestset typesetter Ltd