Anda di halaman 1dari 8

UJI EFEKTIVITAS LARVASIDA FRAKSI ETIL ASETAT DAUN SELASIH (Ocimum basilicum L.

) TERHADAP LARVA Aedes aegypti Experiment of the larvicide effectiveness of the ethyl acetate fraction of basil leaves (Ocimum basilicum) to Aedes aegypti larvae Surya Aminah*, Aprilita Rina Yanti*, Widayanti* Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus Jakarta Abstract A study on the subject of the larvicide effectiveness of the ethyl acetate fraction from basil leaves to Aedes aegypti larvae has been done. The aim of the study was to find out the larvicide effectiveness of ethyl acetate fraction of basil leaves, which was assessed from the value of the LC50 and the correlation between increased concentration of the extract with the number of dead larvae per time unit. The tests was carried out on 120 instar IV Aedes aegypti larvae which was divided randomly into 6 groups: 1 negative control group (0.5% ethyl acetate), 4 groups treated by the fraction of ethyl acetate of basil leaves (0.25%; 0, 5%, 1%, 2%), and 1 positive control group (Temephos 0.01%). Each group contained 20 larvae, was replicated 4 times, and during the study, each group was fed boiled chicken liver. A 24-hours observation was made and the number of dead larvae in every group was counted every 4 hours. The result shows that the ethyl acetate fraction of basil leaves (Ocimum basilicum L.) kills Aedes aegypti effectively in LC50 551.19 ppm and there is a correlation between increased concentration of the extract with the number of dead larvae per time unit.. Keyword : Larvicide, ethyl acetae fraction, leaves of basil, Ocimum basilicum, Aedes aegypti Abstrak Telah dilakukan penelitian uji efektivitas fraksi etil asetat daun selasih (Ocimum basilicum) terhadap larva Aedes aegypti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas daya larvasida fraksi etil asetat daun selasih dinilai dari LC50 serta dari hubungan antara peningkatan konsentrasi dengan jumlah kematian larva per satuan waktu. Pengujian dilakukan terhadap 120 ekor larva Aedes aegypti instar IV yang dibagi secara acak menjadi 6 kelompok uji yaitu 1 kelompok kontrol negatif (etil asetat 0,5%), 4 kelompok perlakuan uji fraksi etil asetat daun selasih (0,25%; 0,5%; 1%; 2%) dan 1 kelompok kontrol positif (Temephos 0,01%). Masing-masing kelompok berisi 20 ekor larva dan dilakukan replikasi 4 kali dan diberi makan hati ayam rebus selama penelitian. Pengamatan dilakukan selama 24 jam dan setiap 4 jam dihitung jumlah larva yang mati pada masing-masing kelompok perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi etil asetat daun selasih (Ocimum basilicum L.) efektif dalam membunuh larva Aedes aegypti dengan nilai LC50 551,19 ppm dan ada hubungan antara peningkatan konsentrasi ekstrak dengan jumlah larva yang mati per satuan waktu. Kata kunci : Larvasida, Fraksi Etil Asetat, Daun selasih, Ocimum basilicum L., Aedes aegypti

*) Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

PENDAHULUAN Penyakit DBD adalah penyakit infeksi oleh virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, dengan ciri demam tinggi mendadak disertai manifestasi pendarahan dan bertendensi menimbulkan renjatan (shock) dan kematian (1). Salah satu cara untuk mencegah terjadinya penyakit DBD ini adalah yaitu dengan memutuskan rantai penularan yaitu dengan pengendalian vektor dengan cara kimia pestisida. Namun cara kimia ini dapat menimbulkan efek negatif berupa pencemaran lingkungan, karena bahan pestisida yang digunakan sulit terurai di alam. Oleh karena itu, diperlukan pestisida alternatif yang dapat mengendalikan nyamuk tanpa mencemari lingkungan yaitu pestisida nabati yang bahan dasarnya berasal dari bahan alami dan mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan binatang, residunya mudah hilang (2). Selasih merupakan salah satu tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan pestisida nabati, karena kandungan eugenol dan metil eugenolnya relatif tinggi (3). Kandungan eugenol, linalool, dan geraniol bersifat volatil, sehingga tanaman ini juga berefek larvasida (4). Dalam penelitian ini digunakan fraksi etil asetat dengan maksud untuk menarik senyawa-senyawa bagian semi polar dan mengetahui aktivitas larvasidanya sehingga penggunaannya sebagai pestisida nabati dapat terbukti secara ilmiah. METODE PENELITIAN 1. Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik, pipet, gelas ukur 1000cc, nampan plastik, 24 cawan petri (sebagai wadah uji), beker glass, kelambu (sebagai pelindung agar wadah uji tidak terkontaminasi), batang pengaduk kaca, evaporator rotary, kertas label, gunting, kertas saring, botol coklat gelap, corong kaca, cawan penguap, dan kompor listrik.

2. Bahan Daun selasih (Ocimum basilicum L.) yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun segar yang berwarna hijau tua dengan usia tanaman lebih kurang 3 bulan. Daun ini diperoleh dari Pasar Senen, Jakarta dan telah dideterminasi di laboratorium Pusat Penelitian BiologiLIPI Bidang Botani Cibinong, Jawa Barat. Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah larva instar IV yang diperoleh dari penetasan dan pemeliharaan telur Aedes aegypti yang berasal dari Laboratorium Entomologi Institut Pertanian Bogor. Pelarut yang digunakan untuk maserasi daun selasih (Ocimum basilicum L.) adalah etanol 96% yang telah di destilasi, dan untuk fraksinasi digunakan pelarut etil asetat yang telah di destilasi. Sebagai pembanding digunakan Temephos 0,01%, serta berbagai reagen kimia untuk penapisan fitokimia. CARA KERJA 1. Pembuatan fraksi etil asetat daun selasih Sebanyak 2000 gr daun selasih segar yang sebelumnya telah dibersihkan dan dicuci dengan air mengalir ditimbang dan dipotong-potong, kemudian dimasukkan ke dalam botol kaca tertutup rapat. Kemudian dimaserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96 % yang sudah didestilasi. Simplisia diremaserasi setiap 3 hari sekali selama 9 hari dan disaring dengan kain flanel. Filtrat yang didapat dipekatkan dengan rotary evaporator lalu dilanjutkan dengan menggunakan waterbath pada suhu 60oC hingga diperoleh ekstrak kental. Kemudian ekstrak kental difraksinasi dengan pelarut etil asetat lalu filtrat yang didapat dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator yang kemudian dilanjutkan dengan

menggunakan waterbath pada suhu 60oC hingga diperoleh ekstrak kental.

2. Pemeriksaan karakteristik ekstrak Meliputi pemeriksaan organoleptis (warna, bau, dan rasa), perhitungan rendemen, pemeriksaan susut pengeringan, serta skrining fitokimia untuk mengetahui senyawa yang terkandung dalam simplisia yang meliputi : minyak atsiri, minyak lemak, alkaloid, tanin, gula pereduksi, flavonoid, saponin, kumarin, emodol, fenol, steroid, dan terpenoid. 3. Rancangan Percobaan Sebanyak 120 ekor larva Aedes aegypti instar IV dipilih secara acak dan dibagi dalam 6 kelompok perlakuan secara merata dengan masing-masing empat kali pengulangan. Kelompok perlakuan tersebut terdiri dari : a. KKN : Kelompok kontrol negatif (etil asetat 0,5% dalam aquadest) b. KKP : Kelompok kontrol positif (Temephos 0,01%) c. KE1 : Kelompok eksperimen 1 (fraksi etil asetat daun selasih 0,25%) d. KE2 : Kelompok eksperimen 2 (fraksi etil asetat daun selasih 0,5%) e. KE3 : Kelompok eksperimen 3 (fraksi etil asetat daun selasih 1%) f. KE4 : Kelompok eksperimen 4 (fraksi etil asetat daun selasih 2%) Masing-masing kelompok dilakukan pengamatan selama 24 jam dengan menghitung jumlah kematian larva setiap 4 jam. Larva yang mati merupakan larva yang tenggelam ke dasar cawan petri, tidak bergerak, meninggalkan larva lain yang dapat bergerak dengan jelas dan tidak berespon terhadap sentuhan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Dari 2000 gram daun selasih segar yang dimaserasi dengan etanol 96% kemudian dilanjutkan dengan fraksinasi dengan menggunakan pelarut etil asetat diperoleh ekstrak kental sebanyak 23,26 gram dengan nilai rendemen 1,16%. Ekstrak yang diperoleh berupa

ekstrak kental dengan warna hijau pekat, bau khas aromatik dan rasa agak pahit. Susut pengeringannya adalah sebesar 0,72%. Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa fraksi etil asetat daun selasih positif mengandung minyak atsiri, minyak lemak, alkaloid, dan steroid. Grafik dari hasil pengamatan uji efektivitas larvasida fraksi etil asetat daun selasih ini dapat dilihat pada gambar berikut ini :

25
KKN ( Etil asetat 0,5% dalam aquadest )

Mortalitas larva (ekor)

20 15 10 5 0 4 8 12 16 20 24

KKP ( Temephos 0,01% )

KE 1 ( 0,25% )

KE 2 (0,5% )

KE 3 (1%)

KE 4 (2%)

Waktu (jam) Gambar 1. Grafik Mortalitas Rata-rata Larva Persatuan Waktu Dilihat dari grafik mortalitas larva dapat diketahui bahwa nilai mortalitas larva Aedes aegypti semakin meningkat seiring semakin meningkatnya konsentrasi dan waktu perlakuan. Hal ini mengindikasikan adanya senyawa toksik dalam ekstrak yang jumlahnya semakin meningkat mengikuti kenaikan konsentrasi ekstrak. Bila dihubungkan dengan efektivitas konsentrasi dan waktu perlakuan, maka efektivitas perlakuan terjadi pada konsentrasi 2% dimulai dari 4 jam pertama. Hal ini dapat disimpulkan demikian karena pada konsentrasi dan waktu tersebut mortalitas larva telah mencapai 91,67% hampir mendekati mortalitas larva pada kontrol positif (Temephos 0,01%) yang sebesar 93,33%. Sedangkan pada kontrol negatif, tidak terjadi kematian larva. Hal ini menunjukkan bahwa kematian yang terjadi pada

kelompok perlakuan tidak disebabkan oleh faktor lain selain oleh adanya senyawa toksik yang terkandung dalam ekstrak (5). Dari hasil analisis probit menunjukkan bahwa fraksi etil asetat daun selasih mempunyai harga LC50 sebesar 551,19 ppm (0,05%) yang artinya bahwa pada konsentrasi fraksi etil asetat daun selasih 551,19 ppm tersebut mampu menyebabkan kematian larva Aedes aegypti sebesar 50%. Perolehan LC50 ini menunjukkan fraksi etil asetat daun selasih berefek toksik pada larva karena senyawa dengan nilai LC50 kurang dari 1000 ppm dikatakan mempunyai aktifitas biologis (bioaktifitas) (6). Adanya kandungan senyawa minyak atsiri, alkaloid, dan steroid dalam fraksi etil asetat daun selasih diduga berefek toksik pada larva. Senyawa penyusun minyak atsiri daun selasih yang diduga berfungsi sebagai larvasida adalah eugenol dan methyl clavical. Eugenol berfungsi sebagai larvasida dengan cara kerja sebagai racun kontak melalui permukaan tubuh larva. Racun kontak akan masuk dalam tubuh larva melalui kutikula sehingga apabila insektisida kontak langsung pada kulit maka sedikit demi sedikit molekul insektisida akan masuk ke dalam tubuh larva. Seiring dengan bertambahnya waktu maka akumulasi dari insektisida yang masuk ke tubuh larva dapat menyebabkan kematian. Sementara itu, methyl clavical sebagai larvasida diduga bekerja dengan cara mengganggu kerja susunan syaraf larva (7). Selain minyak atsiri, senyawa lain yang diduga berfungsi sebagai larvasida adalah alkaloid dan steroid. Alkaloid dapat merangsang kelenjar endokrin untuk menghasilkan hormon ekdison; peningkatan hormon tersebut dapat menyebabkan kegagalan metamorfosis (8). Steroid pada tumbuhan memiliki fungsi protektif, misalnya fitoekdison yang memiliki struktur mirip dengan hormon molting (pergantian kulit) serangga sehingga kandungan steroid dapat menghambat proses molting larva jika termakan (9).

Berdasarkan hasil pada uji ANOVA dengan SPSS didapat nilai P<0,05 yakni 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara peningkatan konsentrasi dengan banyaknya larva yang mati persatuan waktu. KESIMPULAN Fraksi etil asetat daun selasih (Ocimum basilicum L.) efektif dalam membunuh larva Aedes aegypti dengan nilai LC50 551,19 ppm dan terdapat hubungan antara peningkatan konsentrasi dengan banyaknya larva yang mati persatuan waktu.

SARAN Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dari fraksi etil asetat daun selasih (Ocimum basilicum L.) dalam bidang formulasi, toksisitas dan hal terkait lainnya dari senyawa tersebut sehingga memungkinkan dalam penggunaannya sehari-hari sebagai larvasida.

DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim. 2001. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue dan Demam Berdarah. Jakarta: Ditjen PPM dan PL Depkes RI. 2. Kardinan, A. 2000. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi Kanisius, Yogyakarta: Agromedia Pustaka. hal 10 3. Kardinan, A. 2003. Tanaman Pengusir Dan Pembasmi Nyamuk. Depok: Agromedia Pustaka 4. Dinata, A. 2005. Tanaman Sebagai Pengusir Nyamuk, http://www.pikiran-

rakyat.com/cetak/2005/0205/17/cakrawala/penelitian01.html diakses pada tanggal 1 Juni 2011 5. Shahabuddin, Ellijonnahdi, Panggeso, Y. 2002. Penggunaan Ekstrak Akar Tuba (Deriis elliptica (Roxb). Benth) Sebagai Larvasida Untuk Mengendalikan Larva Nyamuk Aedes

sp. Vektor Penyakit Demam Berderah. Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian Universitas Tadulako 6. Irwan, A, Noer, K, Rusdiana.2007. Uji aktifitas ekstrak saponin fraksi n-Butanol dari kulit batang kemiri (Aleurites moluccana WILLD) pada larva nyamuk Aedes aegypty. Kalimantan Selatan: Fakultas MIPA universitas Lambung Mangkurat. 7. Iffah H, Dattu. et. al. 2008. Pengaruh Ekstrak Kemangi (Ocimum basilicum forma citratum) terhadap Perkembangan Lalat Rumah (Musca domestica L.). Alumnus Program S1. Fakultas Kedokteran Hewan. IPB 8. Aminah N.S., Singgih H., Soetiyono P., Chaorul. 2001. S. rarak, D. metel dan E. Prostata Sebagai Larvasida Aedes aegypti. Cermin Dunia Kedokteran No. 131 9. Hopkins, W. G. and N. P. A.HOner. 2004. Introduction to Plant Physiology. Third Edition. John Wiley and Sons, Inc. Ontario

Anda mungkin juga menyukai