Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN PENGERTIAN Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna hitam kecoklatan,

tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal adalah bahan perekat yang terdiri dari campuran zat perekat berwarna hitam atau gelap, yang dapat diperoleh di alam ataupun sebagai hasil produksi. Aspal sendiri dihasilkan dari minyak mentah yang dipilih melalui proses destilasi minyak bumi. Proses penyulingan ini dilakukan dengan pemanasan hingga suhu 350 oC dibawah tekanan atmosfir untuk memisahkan fraksi-fraksi ring. Sebagian besar campuran aspal terdiri dari 3 material yaitu :
1. Agregat kasar 2. Agregat Halus 3. Filler

MACAM-MACAM ASPAL Berdasarkan cara didapatkannya aspal dibedakan menjadi 4 yaitu : 1. Aspal alam Aspal alam yaitu aspal yang dihasilkan murni dari alam di Indonesia di pulau Buton. Asapal alam biasanya terbentuk karena adanya minyak bumi yang mengalir kepermukaan melalui retak-retak bumi akibat adanya proses alami selama seperti panas dingin sehingga bagian yang ringan dari aspal tadi terangkat sedangkan sisanya akan terendam dengna warna hitam kecoklatan. Aspal alam dapat dibedakan atas : Aspal gunung (Rock Asphalt) contoh : aspal dari pulau Buton Aspal danau (Lake Asphalt) contoh : aspal dari Bermudus Trinidat 2. Aspal buatan Aspal buatan dibedakan menjadi 2 yaitu : 1. Ter

Ter yaitu sisa pengolahan residu pengolahan aspal minyak. Ter merupakan hasil penyulingan batu bara tidak umum digunakan untuk perkerasan jalan karena lebih cepat mengeras, peka terhadap temperature dan beracun. Ter ini jarang dipakai 2. Aspal minyak Aspal minyak didapat dari proses penyulingan minyak yang mengandung aspal. Aspal minyak dengna bahan dasar aspal dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : 1. Aspal panas/semen/keras (aspal cement) merupakan aspal murni dengna kandungan aspal tens (kandungan murni molekul aspal) lebih dari 90% tidak dicampur dan tidak diencerkan. Aspal keras/panas (Asphalt Cement, Ac) adalah aspal yang digunakan dalam keadaan cair dan panas, aspal ini berbentuk padat pada keadaan penyimpanan temperatur ruang (25oC 30oC). Aspal semen terdiri dari beberapa jenis tergantung dari proses pembuatannya dan jenis minyak bumi asalnya. Pengelompokan aspal semen dapat dilakukan berdasarkan nilai penetrasi (tingkat kekerasan pada temperatur 25oC ataupun berdasarkan nilai

Visiositasnya. Di Indonesia aspal semen biasanya dibedakan berdasarkan nilai penetrasi. AC per 40/50 AC per 60/70 yaitu AC dengan penetrasi antara 40 - 50 yaitu AC dengan penetrasi antara 60 - 70

AC per 84/100 yaitu AC dengan penetrasi antara 85 - 100 AC per 120/150 yaitu AC dengan penetrasi antara 120 - 150 AC per 200/300 yaitu AC dengan penetrasi antara 200 - 300

Aspal semen dengan penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas (lalu lintas dengan volume tinggi) sedangkan aspal semen dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah bercuaca dengan lalu lintas ber volume rendah. Di Indonesia pada umumnya dipergunakan aspal semen dengan penetrasi (60/70 dan 80/100).

2. Aspal cair (cutback) Aspal cair adalah campuran antara aspal semen dengan bahan pencair dari hasil penyulingan dengan minyak bumi, dengan demikian cut back aspal berbentuk cair dalam temperatur ruang. Berdasarkan bahan pencairnya dan kemudahan menguap bahan pelarutnya, aspal cair dapat dibedakan atas :
1. Jika pengencer uji Bensin maka dinamakan aspal cair yang RAPID

CURING (RC) RC merupakan Cut Back aspal yang paling cepat menguap.
2. Jika pengencer uji Minyak tanah maka dinamakan aspal cair yang

MEDIUM CURING (MC)


3. Jika pengencer uji Solar maka dinakan aspal cair yang SLOW CURING

(SC). Aspal jenis ini merupakan cut back aspal yang paling lama menguap.

Berdasarkan jenis pelarut : RC dari Ac + Premium MC dari Ac + Bensin SC dari + Solar

3. ASPAL EMULSI Aspal emulsi adalah suatu campuran aspal dengan air dan bahan pengemulsi (bensin, minyak tanah, solar)i berdasarkan muatan listrik yang dikandungnya aspal emulsi. Sifat aspal emulsi lebih encer daripada aspal cair. Berdasarkan Muatan Listrik ada perbedaan : 1. ASPAL EMULSI KATIONIK Bersifat asam, butiran aspal bermuatan + 2. ASPAL EMULSI ANIONIK Bersifat alkali, butiran aspal bermuatan 3. ASPAL EMULSI NON IONIK Aspal emulsi yang tidak mengalami ionisasi dan tidak bermuatan listrik.

Berdasarkan Kecepatan Mengerasnya dibedakan sebagai berikut : 1. RAPID SETTING (RS) Aspal yang mengandung sedikit bahan pengemulsi sehingga pengikatan terjadi cepat, aspal cepat memadat. 2. MEDIUM SETTING (MS) Bahan pengemulsinya minyak tanah, pemadatan dan pengeringan lambat. 3. SLOW SETTING (SS) Pengemulsinya solar, paling lambat memadat atau mengerasnya.

BAB II PENGUJIAN ASPAL Subyek Topik : Pengujian Aspal : Titik Lembek Aspal

1.1 TUJUAN 1.1.1 Tujuan Instruksional Umum Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui serta memahami sifat-sifat fisik, mekanik dan teknologi aspal sebagai bahan perkerasan jalan dengan benar. 1.1.2 Tujuan Instruksional Khusus Setelah melakukan percobaan ini, anda dapat : a. Menentukan titik lembek aspal b. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian titik lembek aspal dengna benar. c. Menggunakan peralatan dengan terampil. 1.2 DASAR TEORI Yang dimaksud dengan titik lembek adalah suhu pada saat bola baja dengan berat tertentu mendesak turun suatu lapisan aspal yang tertahan dalam cincin berukuran tertentu sehingga aspal tersebut menyentuh plat dasar. Penentu titik lembek (softening point) dilakukan antara lain untuk mengetahui sampai suhu berapa aspal dapat dihamparkan dan tertahan dari pengaruh suhu tanpa menjadi leleh. 1.3 PERALATAN DAN BAHAN a. Termometer b. Cincin kuningan c. Bola baja d. Alat pengarah bola e. Bejana Gelas f. Dudukan benda uji g. Penjepit h. Pengukur waktu (stopwatch) i. Pemanas atau hotplate

1.4 PROSEDUR PELAKSANAAN a. Masukkan es batu ke dalam beker glass, letakkan dudukan benda uji pada beker glass,letakkan termometer air pada dudukan benda uji,ukur suhu air es hingga berada pada suhu 0oC. b. Panaskan aspal hingga suhu 150oC menggunakan kompor gas. c. Olesi plat kaca dengan deterjen seluas diameter ring baja,lalu letakkan ring baja di atas plat kaca pada bagian yang telah diolesi deterjen. d. Tuangkan aspal yang telah dipanaskan ke dalam masing-masing ring baja rata,lalu dinginkan selama 30 menit. e. Pasang pengarah bola pada ring baja,lalu letakkan bola baja pada ring baja. f. Angkat dudukan benda uji dan letakkan ring baja pada dudukan,lalu letakkan kembali dudukan pada beker glass. g. Letakkan beker glass pada dudukan beker glass,letakkan burner dibawah dudukan beker glass. h. Ukur suhu awal air es 0oC (pada percobaan ini suhu awal sebesar 5oC). i. Nyalakan burner, amati termometer tiap kenaikan suhu 5 oC, catat waktu yang dibutuhkan untuk kenaikan suhu tiap 5oC. j. Analisis data yang diperoleh.

1.5 PENGAMBILAN DATA Tabel 5.1 Data Hasil uji titik lembek aspal Menit ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kenaikan suhu (oC) Percobaan A Percobaan B o 5 5o o 10 10o 15o 15o 20o 20o 25o 25o 30o 30o o 35 35o 40o 40o 46o 45o

1.6 ANALISIS DATA Aspal benda uji pertama (A) menyentuh permukaan dudukan benda uji pada suhu 46 oC. Aspal benda uji kedua (B) mnyentuh permukaan dudukan benda uji pada suhu 46 OC. Nilai Titik Lembek Aspal Rata-Rata = = = 46 oC 1.7 KESIMPULAN a. Nilai titk lembek aspal maksimum sebesar 60oC Dari praktikum yang dilakukan,diperoleh nilai titik lembek aspal rata-rata sebesar 46oC. Hal ini berarti nilai titik lembek aspal masih masuk dalam standar titik lembek aspal. 1.8 GAMBAR PERALATAN
o

C
o

1.1 Termometer

1.2 cincin kuningan dan bola baja

1.3 Dudukan benda uji

1.4 Bejana gelas

Subyek Topik

: Pengujian Aspal : Berat Jenis Aspal

2.1 TUJUAN 2.1.1 Tujuan Instruksional Umum Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui serta memahami sifat-sifat fisik, mekanik dan teknologi aspal sebagai bahan perkerasan jalan dengan benar. 2.1.2 Tujuan Instruksional Khusus Setelah melakukan percobaan ini anda dapat : a. Menentukan nilai berat jenis aspal keras dengan piknometer. b. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian berat jenis aspal dengan benar. c. Membandingkan antara berat aspal dan berat air suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu. d. Menggunakan peralatan dengan terampil. 2.2 DASAR TEORI Relatif density (kadang-kadang masih disebut berat jenis) aspal tanpa campuran, biasanya berkisar 1,025 1,035 pada suhu 46 C. Makin keras aspaal umumnya berat jenisnya semakin tinggi. Berat jenis dapat dipengaruhi oleh perubahan suhu dan pemuaian yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan volume. Nilai berat jenis aspal dibutuhkan untuk membuat bermacam-macam variasi campuran aspal atau untuk jenis-jenis pengujian aspal lainnya. 2.3 PERALATAN DAN BAHAN a. Termometer aspal b. Piknometer + tutup c. Timbangan elektrik d. Air suling 2.4 PROSEDUR PELAKSANAAN
a. Persiapkan alat dan material b. Timbang piknometer beserta tutup menggunakan timbangan elektrik, catat hasil penimbangan. c. Masukkan air ke dalam piknometer, tutup bagian atas piknometer. d. Timbang piknometer + tutup + air menggunakan timbangan elektrik, catat hasil penimbangan. e. Buang air, lalu keringkan piknometer. f. Masukkan aspal hingga kira-kira botol (tepat garis strip angka 5).

g. Setelah diisi aspal lalu di diamkan lebih dari 40 menit. h. Lalu timbang piknometer yang sudah terisi dan aspal secara bergantian. i. Kemudian catat hasil penimbangan. j. Kemudian isi piknometer yang berisi aspal dengan air sampai penuh. k. Timbang piknometer yang berisi aspal dan air, kemudian catat hasil penimbangan. l. Buang aspal dan air dan bersihkan piknometer.

2.5 DATA HASIL PERCOBAAN


Tabel 1.5 Data Pengujian Berat Jenis Aspal

Bahan Uji Piknometer + penutup (A) Piknometer + air + penutup (B) Piknometer + aspal + penutup (C) Piknometer + aspal + air + penutup (D)

Berat A 29,4 gram 79,7 gram 67,3 gram 80,7 gram

Berat B 27,8 gram 77,8 gram 59,4 gram 78,9 gram

2.6 ANALISIS DATA BERAT JENIS A = (CA) ( B A ) ( D C ) = (67,3 29,4) (79,7 29,4) (80,7 - 67,3) = 1,027 mg BERAT JENIS B = (CA) (BA)(DC) = (59,4 27,8) (77,8-27,8) (78,9-59,4) = 1,036 mg BERAT JENIS RATA-RATA = 1,027 1,036

2 = 1,0315 mg 2.7 KESIMPULAN Dari praktikum yang dilakukan, diperoleh nilai berat jenis aspal 1,0315. Ini berarti nilai tersebut masih mendekati standar berat jenis aspal. Hal ini dimungkinkan karena pengaruh kadar aspal. Catatan : Nilai standar berat jenis kurang lebih 1,03. 2.8 GAMBAR PERALATAN.

2.1 termometer aspal

2.2 Piknometer

2.3 timbangan elektrik

Subyek Topik 3.1 REFERENSI

: Pengujian Aspal : Penetrasi Aspal

a. AASTHO T-133-74 b. ASTM C-188-44 c. PEDC Bandung, Pengujian Bahan, Edisi 1983 3.2 TUJUAN 3.2.1 Tujuan Instruksional Umum Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan memahami sifat fisik, mekanika, dan teknologi aspal serta pengaruhnya terhadap perkerasan jalan dengan benar. 3.2.2 Tujuan Intruksional Khusus Setelah melakukan percobaan ini, akan didapat : a. Menentukan Nilai Penetrasi Aspal b. Menggunakan alat uji dengan terampil 3.3 DASAR TEORI Penentuan penetrasi adalah suatu cara untuk mengetahui konsistensi aspal. Konsistensi aspal merupakan derajat kekentalan aspal yang sangat dipengaruhi oleh suhu. Untuk aspal keras atau lembek penentuan konsistensi dilakukan dengan penetrometer. Konsistensi dinyatakan dengan angka penetrasi, yaitu masuknya jarum penetrasi dengan beban tertentu ke dalam benda uji aspal pada suhu 25 C selama 5 detik. Peneterasi dinyatakan dengan angka dalam satuan 1/10 mm. Bila jarum penetrasi masuk sedalam 10mm, dikatakan aspal tersebut mempunyai angka penetrasi 100. Jadi semakin tinggi angka penetrasi semakin lembek aspal tersebut. Penentuan konsistensi dengan cara ini efektif terhadap aspal dengan angka penetrasi berkisar 50200. 3.4 PERALATAN DAN UJI BENDA a. Peralatan 1. Termometer Air 2. Termometer Aspal

3. Cawan 4. Nampan 5. Penetrometer 6. Benda Uji 7. Aspal beton 3.4 PROSEDUR PELAKSANAAN a. Persiapkan alat dan material b. Panaskan aspal hingga suhu 120C,lalu tuang aspal kedalm masing-masing cawan aluminium dalam selang waktu 10 menit hingga batas 1cm di bawah tinggi cawan. b. Dinginkan aspal yang telah dituang 1 jam pada suhu ruangan 25C. c. Rendam aspal yang telah didinginkan kedalam nampan yang telah diisi air selama 1 jam. d. Menguji benda uji menggunakan penetrometer dengan cara menekan tombol pada penetrometer selama 5 detik. e. Analisis data yang diperoleh. 3.5 PENGAMBILAN DATA Tabel 3.5 Data Penetuan Waktu Uji Penestrasi Benda Uji 1 2 Waktu Tuang Waktu Pendinginan Waktu Perendaman 11.36-12.36 11.46-1246 Waktu Uji

10.36 10.46

10.36-11.36 10.46-11.46

12.56 13.06

Tabel 5.3 Data Hasil Uji Penetrasi Benda Uji I & II NO UJI 1 2 3 4 5 6 CAWAN I 119 117 149 139 120 118 CAWAN II 118 140 118 116 120 129

7 8 9 10

129 121 120 139

126 134 131 130

3.6 ANALISA DATA Nilai Penetrasi Benda Uji I = 119+117+149+139+120+118+129+121+120+139 = 116,1 10 Nilai Penetrasi benda Uji II = 118+140+118+116+120+129+126+134+131+130 = 126,2 10 Nilai Penetrasi Aspal rata-rata = 116,1+126,2 = 121,15 2 3.7 KESIMPULAN Nilai Penestrasi aspal pada umumnya untuk perkerasan jalan adalah 60/70. Dari praktikum yang dilakukan diperoleh nilai aspal rata-rata sebesar 121,15 mm. Hal ini berarti nilai penetrasi aspal tidak masuk dalam standart penetrasi aspal sehingga kurang bagus untuk perkerasan jalan. 3.8 GAMBAR PERALATAN

3.1 Penetrometer

3.2 cawan

3.3 hotplate

Anda mungkin juga menyukai