Anda di halaman 1dari 14

Masalah Kenajisan babi

1
Masalah Kenajisan Babi
Mata Kuliah :Perbandingan Madzhab
DosenPengampu :Ali Trigiyatno, M.Ag










Disusunoleh :
Achmad Munif : 201109009




SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
Masalah Kenajisan babi
2
KATA PENGANTAR
Allhamdulillah, segala puji hanya semata-mata bagi Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah bagi kita semua sehingga kita biasa menjalankan aktifitas
yang mudah-mudahan diridhoi oleh Allah SWT.
Dan semoga shalawat serta salam tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi agung
Muhammad SAW yang mana beliau adalah rohmatul umat sohibussafa`ah, serta mudah-
mudahan shalawat beliau sampai kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya dan orang-orang
menjalankan syari`atnya amiin allhuma amiin.
Al-Qur`an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan sekaligus menjadi
pedoman bagi umat muslim dimana sudah pasti didalamnya terkandung semua pedoman
hidup yang perlu dikaji difahami dan diaplikasikan serta dapat mempelajari hal-hal yang
berkaitan dengan pemberian.
Maha Adil dan Maha Suci Allah, Tuhan yang tidak bisa kita kenali dengan indera dan
akal pikiran, Tuhan yang tidak bisa dipahami pemerintahan dan kerajaan-Nya oleh jiwa raga
manusia. Cukuplah Allah SWT bagi saya, dan Dia sebaik baik tempat berserah diri.Segala
kekurangan dan kehilafan adalah milik kita sebagai manusia biasa dan kesempurnaan adalah
milik Allah SWT, maka apabila terdapat kesalahan pada penyusunan makalah ini saya mohon
maaf yang sebesar besarnya.

Penulis

Masalah Kenajisan babi
3
A. Pendahuluan
Babi adalah sejenis hewan ungulata yang bermancung panjang danberhidung leper dan
merupakan hewan yang aslinya berasal dari Eurasia.Kadang juga dikenali sebagai khinzir
(perkataan Arab). Babi adalahomnivora, yang berarti mereka mengkonsumsi baik daging
maupun tumbuh-tumbuhan.Selain itu, babi adalah salah satu mamalia yang paling pintar,dan
dilaporkan lebih pintar dan mudah dipelihara dibandingkan dengananjing dan kucing.
Babi adalah binatang yang paling jorok dan kotor, Suka memakan bangkaidan
kotorannya sendiri & kotoran manusia pun dimakannya. Sangat sukaberada pada tempat yang
kotor, tidak suka berada di tempat yang bersih dankering. Babi hewan pemalas dan tidak suka
bekerja (mencari pakan), tidaktahan terhadap sinar matahari, tidak gesit, tapi makannya rakus
(lebih sukamakan dan tidur), bahkan paling rakus di antara hewan jinak lainnya. Jikatambah
umur, jadi makin malas dan lemah (tidak berhasrat menerkam danmembela diri). Suka dengan
sejenis dan tidak pencemburu. A.V. Nalbandovdan N.V. Nalbandov (Buku : Adaptive
physiology on mammals and birds).
Umumnya para ulama menyamakan hukum babi dengan anjing. Sehingga yang
berpendapat seluruh anggota badan anjing najis mughaladzah akan menajiskan pula seluruh
badan babi. Begitu juga dengan yang lain
1
. Dalil yang digunakan adalah Firman Allah taala :
E^^)4OEON:^OU4O4-^1E^-4
O.-4=4jOC@O4gC^-.4`4
Eg-qgO))OO4g*.-W^}EO7
C;-4OOEN^44l14NE=^)
gO^OU4N_Ep)-.-EOOENv1gOO^_
@
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan
binatang yang disebut selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa sedang dia
tidak menginginkannya dan tidak melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Baqarah: 173)

1
Pernyataan itu juga di jelaskan oleh Teungku Muhammad Hasbi Ash-shiddieqy dalam bukunya Hukum-hukum
fiqih islam Cet. 1. Semarang: Pustaka Rizki Putra. Hal. 17. Dan Al Ustaz H. Idris Ahmad S.H. Fiqih Syafii, Fiqih
Islam menurut Mazhab Syafii .Cetakan kelima. Jakarta: Karya indah. Hal. 24.
Masalah Kenajisan babi
4
B. Ragam Pendapat Ulama
Para ulama berbeda pendapat dalam menetapkan bagian mana saja dari tubuh
anjing/babi yang bisa menerbitkan najis berat tersebut. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
Rahimahullah berkata: Adapun anjing, para ulama terbagi atas tiga pendapat:
Asy Syafii dan Jumhur (mayoritas) ulama serta salah satu dari dua riwayat (pendapat)
Imam Ahmad berpendapat bahwa najisnya adalah umum untuk seluruh badan dan
bulunya, dan mencuci dengan cara seperti ini juga berlaku secara umum.
Pendapat yang Masyhur dari Imam Malik dan Dawud berpendapat bahwa hukum
tersebut hanya sebatas untuk lidah dan mulut anjing, anjing adalah suci termasuk
liurnya,
2
mereka memandang bahwa perkara mencuci ini adalah dalam rangka
taabbudi (ibadah) bukan semata-mata karena najis.
3
Perkara ibadah hanya dibatasi
pada nash dan tidak melebihinya karena tidak adanya illah (alasan hukum).
Madzhab Malikiyah juga ber pendapat bahwa secara mutlak tidak ada kenajisan pada
semua jenis hewan bahkan hewan anjing dan babi sekalipun dan sesuatu yang lahir
dari keduanya dianggap suci.
4

madzhab yang masyhur dari Abu Hanifah berpendapat bahwa Bahwa air liurnya
adalah najis, dan bulunya adalah suci, ini merupakan riwayat yang didukung oleh
mayoritas pengikutnya, dan ini juga riwayat lain dari Ahmad. Inilah pendapat yang
lebih kuat. (Majmu al Fatawa, 5/51)
Madzhab Hanafiyah juga berpendapat bahwa tidak ada kenajisan dalam diri hewan
kecuali hanya babi saja.
5

Pendapat lain yang sedikit senada dengan pendapat Madzhab Malikiyah juga di
kemukakan oleh A. Hassan dkk dalam bukunya yang berjudul soal jawab tentang berbagai
masalah agama di sebutkan bahwa : daging babi itu menurut quran haram dimakan tetapi
tidak ada keterangan yang mengatakan wajib dicuci badan, pakaian, atau tempat shalat yang

2
Abdurrahman bin Muhammad audh al-Jaziriy. Kitab al-Fiqh Ala al-Madzahib al-Arbaah. Beirut Lebanon:
Daru Ihya al-Turats al-Araby. Juz l. Hal. 20
3
M. Quraish Shihab. Menjawab 1001 Soal Keislaman yang patut anda ketahui. 2008. Jakarta: Lentera Hati. Hal.
802
4
Abdurrahman bin Muhammad audh al-Jaziriy.Op.cit., Hal. 16
5
Ibid.,Hal. 16
Masalah Kenajisan babi
5
terkena babi. Dalam hal ini ia alasanya ialah Daging babi serupa racun. Racun haram
dimakan, tetapi tidak ada keterangan yang menyatakan itu najis yang mesti dicuci. Begitu
juga arak.
6

Adapun daging babi itu najis dalam syara, masuk bagian kedua, yaitu najis yang tidak
boleh dimakan dan bukan najis menurut bahasa, karena manusia tidak memandang babi najis,
melainkan orang islam, lantaran diharamkan oleh agamanya.
7

C. Dalil-Dalil Masing-Masing Dan Metode Istinbathnya
Dalil yang digunakan Asy Syafii dan Ahmad serta Jumhur (mayoritas) ulama:
Dalil yang digunakan kelompok ini adalah : Bahwasanya Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam diundang ke rumah satu kaum lalu beliau memenuhi undangan tersebut,
kemudian baginda diundang ke rumah satu kaum yang lain namun beliau tidak memenuhinya.
Lalu ketika ditanyakan hal ini, beliau menjawab: Sesungguhnya pada rumah si fulan itu ada
anjing. Lalu dikatakan lagi: Dalam rumah si fulan (undangan pertama) ada kucing.
Rasulullah Saw menjawab: Sesungguhnya kucing bukan najis.
Keterangan hadits :
Hadits diatas diriwayatkan oleh Daraquthni, dan juga oleh imam Ahmad, al-Hakim,
al-Uqaili dalam al-Dhuafa dan al-Baihaqi dalam Sunan al-Kubra; semua dari jalan
Isa bin al-Musayyab, dari Abi Zurah, daripada Abi Hurairah.
Al Imam Daruqutni dan al Hakim memandang bahwa isnad hadits ini baik, tetapi di
dhaifkan oleh Syaikh Adl Ahmad Abd al-Mawjud dan Syaikh Ali Muhammad
Mawudh ketika mentakhrij hadis tersebut.
Berkata al-Hakim: Dan Isa bin al-Musayyab berseorangan daripada Abi Zurah
kecuali bahawasanya beliau benar (shaduq) dan tidak tidak dicela secara pasti.
Namun ini kemudiannya diikuti dengan komentar al-Zahabi: Berkata Abu Daud
(tentang Isa bin al-Musayyab): Dhaif. Berkata Abu Hatim: Tidaklah dia kuat.
Imam Ash ShananiRahimahullah berkata : perintah membasuh bejana adalah
karena liurnya anjing, hal ini menunjukkan dhahir (isyarat nyata) bahwa Mulut anjing adalah

6
A. Hasan, soal-jawab tentang berbagai masalah agama. Cet l, Bandung: CV.Diponegoro, 1997, Jilid l, Hal. 35-
36
7
Ibid, Hal. 39
Masalah Kenajisan babi
6
najis (karena tempat melekatnya air liur). Ketika dia menjilati seluruh badannya maka itu
menjadi qiyas (atas kenajisan seluruh badannya). (Subulus Salam, 1/22).
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dasra-dasar istibath kelompok ini
yaitu berupa hadits dan qiyas. Wallahu Alam bish shawab.
Dalil yang digunakan Masyhur dari Imam Malik dan Dawud:
Mereka berdalil dengan firman Allah Swt :
El4^OU4*OEC .-O4` EgOq +O W
~ EgOq N7 e4:j1-C-
4`4 +;^U4 =}g)` ^EjO-4OO_^-
4-)lggUN` O}g4+O+jE> 4
N7E^U4 +.- W W-OU7 .4
=}'=O^` 7^OU4 W-NO7^O-4
4;-- *.- gO^OU4N W W-OE>-4
-.- _ Ep) -.- 7C)O= =Og4^-
^j
Mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang Dihalalkan bagi mereka?". Katakanlah:
"Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang
telah kamu ajar dengan melatih nya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang
telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan
sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya). dan bertakwalah kepada
Allah, Sesungguhnya Allah Amat cepat hisab-Nya. (Al Maidah : 4)
Dalam Hal ini A. Hassan juga mempunyai dalil, dalil yang digunakan yaitu babi
menurut ayat al-Quran haram dimakan, dan tidak ada keterangan yang mengatakan najisnya.
Allah berfirman:
;e4`@ONO N7^OU4 O4-^1E^-
NO.-4 N^4O4 jOC@O4gC^-
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi,(Q. Al-Maidah 3)
Masalah Kenajisan babi
7
Haram dalam ayat tersebut tidak menunjukkan kepada kenajisannya, begitu juga arak
dan lain sebagainya seperti racun umpamanya, haram dimakan tetapi tidak najis untuk
dipegang.
Dalam asas islam bahwa suatu barang itu asalnya suci dan halal, maka tidak ada
pernyataan najis atau haram kalau tidak ada keterangan yang mengharamkan atau yang
menajiskan. Dalam firman Allah:
;~4 O 7 E` 4OEO 7^OU4
^_
Sesungguhnya Allah Telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, (Q.
Al-Anam, 119)
8

An-Nawawi juga mengatakan: pendapat yang rajih menurut dalil, ialah kita cukup
membasuh sesuatu yang dinajiskan babi sekali saja dengan tidak memakai tanah. Alasanya,
mengingat bahwa asal suatu hukum ialah tidak wajib mengerjakan sesuatu sehingga datang
dalil syari yang mewajibkan.
9

Kelompok ini memaknai Al-quran secara letterlek mengenai masalah kenajisan babi,
sehingga mereka menganggap bahwa tidak ada dalil atau hadits yang menerangkan/
menyatakan bahwa babi itu najis secara keseluruhan. Dan ini menjadi dasar mereka
menetapkan bahwa kenajisan itu hanya ada pada lidah dan mulutnya saja.
Dalil yang digunakan Madzhab yang masyhur dariAbu Hanifah:
Berikut ini diantara pernyataan ulama yang memegang pendapat ini :
Berkata Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah: Jika anjing menjilat ke dalam wadah yang
berisi makanan kering, hendaklah dibuang bagian yang terkena jilatan dan sekelilingnya,
sedangkan yang sisanya masih tetap bisa digunakan. Ada pun bulu anjing, menurut pendapat
yang kuat adalah yang menyebutnya najis. (Fiqhus Sunnah, 1/28).

8
A. Hasan, soal-jawab tentang berbagai masalah agama. Cet l, Bandung: CV.Diponegoro, 1997, Jilid l, Hal. 33-
34
9
Teungku Muhammad Hasbi Ash-shiddieqy dalam bukunya Hukum-hukum fiqih islam Cet. 1. Semarang:
Pustaka Rizki Putra. Hal. 17.
Masalah Kenajisan babi
8
Perkataan Sayid Sabiq yang mengatakan bulu, artinya adalah seluruh badan Anjing, karena
tubuh anjing tertutupi oleh bulunya.
D. Kritik Terhadap Dalil Dan Istidlalnya
Malikiyah - berkata, setiap sesuatu yang hidup itu suci secara aini, bahkan anjing
atau babi sekalipun, dan Hanafi setuju atas kesucian anjing selama anjing itu masih hidup, itu
pendapat yang rajih, tetapi Imam Hanafi mengatakan najis air liur pada saat masih
hidup tergantung pada kenajisan daging setelah kematiannya. Jika anjing atau babi itu masuk
ke sumur dan keluar masih dalam keadaan hidup, dan mulutnya tidak mengenai air serta tidak
merubah sifat-sifat air ,maka hukum air tersebut tetap dihukumi suci dan tidak menajiskan.
10

Hadits yang digunakan malikiyah adalah Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Sucinya bejana di antara kalian yaitu apabila anjing menjilatnya adalah dengan dicuci
tujuh kali dan awalnya dengan tanah. (HR. Muslim no. 279)
Dalam hadits lain dikatakan,

Apabila anjing menjilat (bejana). (HR. Muslim no. 279)


Seluruh hadits yang menjelaskan hal ini, semuanya menggunakan
lafazh walagho (minum dengan ujung lidah) dan tidak menyebutkan anggota tubuh yang
lainnya. Kalau bagian tubuh anjing lainnya mau dikatakan najis, maka ini hanya bisa
dilakukan melalui qiyas (analogi).
Berikut beberapa qiyas yang bisa dilakukan, namun hal ini disanggah oleh Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah.
Pendapat Imam Syafii, Semua jenis hewan itu hukumnya suci, kecuali anjing dan
babi dan sesuatu yang keluar dari keduanya atau salah satu dari keduanya. Baik itu keturunan
(anak), kotoran ataupun air kencingnya. Karena keduanya merupakan najis aini. Hal ini
sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam surat al-Anam ayat 145:
~ } O) .4` =/^q O)
`OO4` _O>4N gNC +OE;C4C

10
Abdurrahman bin Muhammad audh al-Jaziriy, Op.cit., hal.20
Masalah Kenajisan babi
9
) p ]O74C O4-^14` u 4`E1
~OOE` u = OCjO6=
+O^^) +w;_jO u Og Eg-q
)OO4g *.- gO) _ ^}E O7C;-
4OOEN ^4 4 l14N Ep) C+4O
EOOEN _OgOO ^j)
Katakanlah: "Tiadalah Aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang
diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau
darah yang mengalir atau daging babi - Karena Sesungguhnya semua itu kotor - atau
binatang yang disembelih atas nama selain Allah. barangsiapa yang dalam keadaan
terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka
Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha penyayang".
Bahkan najis anjing dan babi lebih berat dari pada najis-najis yang lainnya
(mughaladhah), menurut DR. Musthafa dieb al-Bigha dalam kitabnya At-Tadzhib fi Adillat
Matn Al-Ghayat wa at-Taqrib menyatakan bahwa bejana yang terkena jilatan anjing dan
babi harus dibasuh tujuh kali dan salah satunya dicampur dengan debu.
11
Hal ini sebagaiman
diterangkan dalam hadit:

E. Tarjih Dengan Menyebutkan Alasan-Alasannya


Memperhatikan keterangan dan penjelasan dalil-dalil diatas dapat disimpulkan bahwa
Pendapat pertama lebih rajih (unggul) dengan alasan-alasan sebagai berikut:
Ditemukan di dalam badan anjing/babi beberapa bagian yang lebih najis dan lebih
kotor dari mulut dan lidahnya.

11
DR. Musthafa dieb al-Bigha. At-Tadzhib fi Adillat Matn Al-Ghayat wa at-Taqrib. Beirut: Darul Fikri. Hal. 34-
35
Masalah Kenajisan babi
10
Asal di dalam hukum adalah talil, maka dibawa kepada yang umum.
Sekarang tampak bahwa najisnya anjing/babi adalah najis mikroba, maka sudah tidak
menjadi hukum yang bisa dicari illahnya, hanyalah hukumnya berdasarkan hikmah
yang jelas.Imam Asy Syafii berkata, seluruh anggota badan anjing berupa
tangannya, telinganya, kakinya, atau anggota badan apapun jika masuk ke dalam
wadah, maka wadah tersebut dicuci tujuh kali setelah menumpahkan isi (air) di dalam
wadah.
12

Dalam fiqh empat mazhab al Jaziri disebutkan tentang penetapan kalangan syafiiyah
bahwa seluruh badan anjing/ babi adalah najis. karena tingkah babi tidak jauh beda
dengan anjing.
13

Sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh imam muslim dalam haditsnya, dari Nabi saw
bersabda:

Dan pendapat ini pula yang dipegang oleh sebagian besar ulama kalangan Hanbaliyah. (Lihat
Fiqh al-Islami wa Adilatuhu,1/305, Mughni Al-Muhtaj, 1/78, Kasy-syaaf Al-Qanna` 1/ 208,
Al-Mughni 1/52)
Kelompok pertama ini berargumen dengan hadits : Jika Seekor Anjing minum di
bejana kalian, maka cucilah tujuh kali. (Mutafaqqun alaih)
Mereka mengatakan : Perintah dalam hadits untuk membasuh bejana ketika anjing
menjilatnya menunjukkan bahwa apa yang terbit dari anjing/babi adalah benar-benar
najis yang berat. Jika tidak demikian, tentu Nabi cukup memerintahkan untuk
membuang sisa air yang diminum anjing/babi tersebut. Sehingga kalangan yang
memegang pendapat ini menyatakan, adalah tidak mungkin najisnya anjing/babi
hanya berasal dari mulut dan air liurnya saja. Sebab sumber air liur itu dari badannya.
Maka badannya itu juga merupakan sumber najis. Termasuk air yang keluar dari tubuh
itu juga, baik kencing, kotoran dan juga keringatnya. Lagi pula anjing memiliki

12
Di kutip dari freeware Bulughul Marom yang diterjemahkan dari kitab Taudhihul Ahkam min Bulughil Marom
karya Syaikh Abdullah Al Bassam hafizhohullah.
13
Abdurrahman bin Muhammad audh al-Jaziriy. Kitab al-Fiqh Ala al-Madzahib al-Arbaah. Beirut Lebanon:
Daru Ihya al-Turats al-Araby. Juz l. Hal.20
Masalah Kenajisan babi
11
kebiasaan menjilat-jilat tubuhnya, sehingga tubuhnya terlumuri oleh liurnya yang
najis.
Prof. Thobaroh berkata di dalam bukunya ruhuddin al islamiy, di antara hukum
islam adalah menjaga badan dari najisnya anjing/babi. Ini adalah mukjizat ilmiah bagi Islam
yang telah mendahului ilmu kedokteran modern, dimana telah ditetapkan bahwa anjing/babi
menularkan kebanyakan dari penyakit kepada manusia. Sebab anjingmengandung cacing pita
yang dapat menyebabkan penyakit kronis berbahaya bagi manusia. Telah ditetapkan bahwa
seluruh jenis anjing tidak terlepas dari cacing pita ini, maka harus dijauhi dari seluruh hal
yang berhubungan dengan makanan dan minuman manusia.
14



14
Di kutip dari freeware Bulughul Marom yang diterjemahkan dari kitab Taudhihul Ahkam min Bulughil
Marom karya Syaikh Abdullah Al Bassam hafizhohullah.
Masalah Kenajisan babi
12
PENUTUP
KESIMPULAN
Para ulama berbeda pendapat dalam menetapkan bagian mana saja dari tubuh
anjing/babi yang bisa menerbitkan najis berat tersebut.
Asy Syafii dan Jumhur (mayoritas) ulama serta salah satu dari dua riwayat (pendapat)
Imam Ahmad berpendapat bahwa najisnya adalah umum untuk seluruh badan dan
bulunya.
Pendapat yang Masyhur dari Imam Malik dan Dawud berpendapat bahwa hukum
tersebut hanya sebatas untuk lidah dan mulut anjing.
madzhab yang masyhur dari Abu Hanifah berpendapat bahwa Bahwa air liurnya
adalah najis, dan bulunya adalah suci.
Dari ketiga pendapat diatas qaul yang lebih rajih/unggul yaitu pendapat kelompok pertama,
yang menyatakan bahwa semua badan anjing atau babi dihukumi najis.
SARAN
Saya selaku penulis, hanyalah manusia biasa yang banyak salah tentunya, dan kami
meminta partisipasi dari pembaca untuk mengoreksi dan mengkritisi makalah ini.
Untuk itu saya sangat membuka lebar-lebar pintu kritik dan saran yang membangun untuk
materi makalah selanjutnya.

Masalah Kenajisan babi
13
DAFTAR PUSTAKA
DR. Musthafa dieb al-Bigha. At-Tadzhib Fi Adillat Matn Al-Ghayat Wa At-Taqrib.Beirut:
Darul Fikri
DR. Musthafa al-Khin dan DR. Musthafa al-Bigha. Al-Fiqh Al-Manhaji Ala Madzhab Al-
Imam Al-Syafii. Dimasyqa: Darul Qalam
Hassan dkk.. Soal-jawab Tentang Berbagai Masalah Agama, Cet. 1. Bandung: CV.
Diponegoro. 1997 Jilid l
Al-Hafidz Ibn Hajar Al-Asqalany. Bulughul Maram Min Adilat Al-Ahkam, Surabaya: Toko
Kitab Al-Hidayah. Beserta E-Booknya Bulughul Maram Min Adilat Al-Ahkam. Versi
3.01
Abi Abdil Muthi Muhammad Ibn Umar Ibn Ali Nawawie. Nihayatu Az-Zain Fi Irsyadi Al-
Mubtadiin. Beirut Lebanon: Darul Fikri
Abdurrahman bin Muhammad Audh al-Jaziriy. Kitab Al-Fiqh Ala al-Madzahib Al-Arbaah.
Beirut Lebanon: Daru Ihya al-Turats al-Araby. Juz l
http://ad-dai.blogspot.com/2011/03/masalah-kenajisan-anjing.html. di akses pada tanggal
07/04/2012 jam 12:12
M. Quraish Shihab. Menjawab 1001 Soal Keislaman Yang Patut Anda Ketahui. Jakarta:
Lentera Hati. 2008
Google. fakta-ilmiah-tentang-keharaman-babi./ yogapw.wordpress.com. Di akses pada
tanggal 02-04-2012
http://rumaysho.com/hukum-islam/thoharoh/2982-apakah-seluruh-tubuh-anjing-itu-najis.html.
di akses pada tanggal 10/04/2012 10:57
Teungku Muhammad Hasbi Ash-shiddieqy. Hukum-hukum Fiqih Islam. Cet. 1. Semarang:
Pustaka Rizki Putra. 1997
Al Ustaz H. Idris Ahmad S.H. Fiqih Syafii, Fiqih Islam menurut Mazhab Syafii.Cet kelima.
Jakarta: Karya indah. 1984
Muhammad Bagir Al-Habsyi. Fiqih Praktis, Menurut Al-Quran, As-Sunnah, Dan Pendapat
para Ulama. Cet. Pertama. Bandung: Penerbit Mizan. 1999
Masalah Kenajisan babi
14
Biografi Singkat Pemakalah
Achmad Munif lahir pada tanggal 21 Mei 1988 di suatu desa, tepatnya di
desa pegangon kec, karangdadap kab, Pekalongan, Jawa Tengah, Indonesia.
Anak ke enam dari H. Jamal dan Hj. Rukayah.
Pendidikan formalnya ditempuh di MI Bustanul Iman Pegandon (angkatan
2001), kemudian hijrah dari tempat kelahiran untuk melanjutkan
pendidikannya di suatu desa yang terpencil tepatnya di desa Tremas kec,
Arjosari kab, Pacitan jawa timur hingga tamat aliyah pada tahun 2008 M.
Saat ini penulis sedang mengenyam pendidikan di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Pekalongan(STAIN) jurusan Syariah Ahwal Asy-Syakhshiyyah program S1 angkatan 2009.
Pemuda ini memiliki keinginan untuk menjadi seorang yang berguna dan bermanfaat untuk
masyarakat setempat sebagaimana hadits Nabi:


Selain itu berkeinginan besar dan usaha untuk suatu hari nanti dapat menginjakan kakinya di
tanah suci Mekkah.Motto hidupnya hidup didunia
hanya sekali dengan tekad dan kepercayaan terhadap Allah SWT penulis selalu
berusaha untuk tidak menyia-nyiakan setiap waktu yang diberikan untuknya.

Anda mungkin juga menyukai