Anda di halaman 1dari 14

PEDOMAN TEKNIS PENGUATAN PEMBIBITAN DAERAH Tahun 2012

DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK


DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012

KATA PENGANTAR

Penguatan pembibitan daerah merupakan program untuk optimalisasi penyediaan benih dan/atau bibit ternak oleh Unit Pelaksana Teknis daerah (UPTD) dalam rangka mendukung penyediaan benih dan/atau bibit ternak unggul dalam jumlah yang cukup, mudah diperoleh dan dijangkau serta terjamin kontinuitasnya. Untuk keberhasilan program ini perlu adanya persiapan yang memadai baik di tingkat pusat maupun daerah sampai tingkat UPTD. Dalam rangka koordinasi dan pelaksanaan pembinaan di lapangan, Direktorat Perbibitan Ternak menyusun Pedoman Teknis Penguatan Pembibitan Daerah tahun 2012. Pedoman Teknis ini perlu ditindaklanjuti dan dijabarkan ke dalam Pedoman Pelaksanaan di tingkat provinsi, disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah, serta disinkronkan dengan kebutuhan, sehingga terjadi keterkaitan yang sinergis antara daerah yang bersangkutan dengan pusat.

Jakarta,

Agustus 2012

DIREKTUR PERBIBITAN TERNAK

ABUBAKAR

ii

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................... DAFTAR ISI ............................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... ......................................................................... BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan .................................................................. BAB II. PERSYARATAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH ............... BAB III. PELAKSANAAN KEGIATAN A. Penggunaan Dana ....................................................... .................................................................. ii iii iv 1 1 2 3 4 4 4 5 5 5 6 6 7 8 8 8 9

B. Proporsi Penggunaan Dana ..................................................... BAB IV. TATA LAKSANA PEMBIBITAN / PEMBENIHAN ........................ A. PRASARANA B. SARANA ......................................................................... ............................................................. ..................................................................................

C. PROSES PRODUKSI

D. BIOSEKURITY .. ........................................................................ BAB V. PELESTARIAN LINGKUNGAN .................................................... BAB VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PELAPORAN ..................... A. Pembinaan dan Pengawasan .................................................... B. Pelaporan .................................................................................. BAB VII.PENUTUP ....................................................................................

iii

DAFTAR LAMPIRAN

iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan Peternakan ditentukan oleh 5 (lima) Dimensi Peternakan yang saling terkait, yaitu dimensi Perbibitan, Budidaya, Pakan, Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner. Dimensi yang pertama adalah perbibitan yang perlu mendapatkan perhatian utama guna mendukung Kebijakan Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK) 2014 yang merupakan salah satu program prioritas Kementerian Pertanian. Penyediaan benih dan bibit ternak unggul, selain dilakukan oleh swasta (perusahaan) dan masyarakat, juga menjadi tanggung jawab pemerintah. Hal ini sesuai dengan UU No. 18 tahun 2009, Pasal 13 ayat (2), yaitu Pemerintah berkewajiban untuk melakukan pengembangan usaha pembenihan dan/atau pembibitan dengan melibatkan peran serta masyarakat untuk menjamin ketersediaan benih dan bibit. Pembibitan pemerintah dilakukan oleh Unit Pembibitan Ternak (UPT) dan UPTD (Daerah). Pemenuhan kebutuhan bibit dalam negeri melalui : (i) penjaringan, dilakukan dengan menjaring ternak masyarakat sesuai standar untuk dikembangkan lebih lanjut melalui proses pengujian oleh UPT/UPTD; dan (ii) penyediaan oleh UPT/UPTD, produksi bibit yang memenuhi standar disebarkan kepada masyarakat (VBC/koperasi/swasta). UPT Perbibitan yang melakukan penyediaan benih, adalah B/BIB Nasional, BIB Daerah dan BET, sedangkan penyediaan bibit ternak dilakukan oleh BPTU/UPTD, yang kesemua itu harus saling bersinergi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan benih dan bibit ternak. Pada kenyataannya bahwa benih dan bibit ternak masih selalu mengalami permasalahan yang sama dari tahun ke tahun yaitu tidak tersedianya benih dan bibit ternak baik dalam jumlah maupun mutunya. Mengingat hal tersebut diperlukan kegiatan penguatan kelembagaan unit pembibitan Daerah dalam rangka meningkatkan optimalisasi fungsi UPT Perbibitan Daerah sehingga upaya menyediakan benih dan bibit ternak unggul dalam jumlah yang cukup, mudah diperoleh dan dijangkau serta terjamin kontinuitasnya dapat terwujud. Dalam rangka mendukung ketersediaan benih dan bibit ternak berkualitas dalam jumlah yang cukup, mudah diperoleh dan dijangkau serta terjamin kontinuitasnya dengan mengoptimalkan sumberdaya lokal, maka perlu dilakukan kegiatan Penguatan Unit Pembibitan Daerah.

B. Maksud Dan Tujuan 1. Maksud Kegiatan Maksud dilakukan kegiatan Penguatan Unit Pembibitan Daerah yaitu meningkatnya produksi benih dan bibit ternak yang berkualitas dengan mengoptimalkan sumberdaya lokal. 2. Tujuan Kegiatan Mengoptimalkan fungsi Unit Pembibitan Daerah (BIBD/UPTD) dalam penyediaan benih dan atau bibit ternak berkualitas dengan menerapkan prinsip-prinsip perbibitan.

BAB II PERSYARATAN UNIT PELAKSANA TEHNIS DAERAH

Unit pelaksana tehnis yang dipilih dalam kegiatan penguatan pembibitan daerah adalah Balai Insiminasi Buatan Daerah (BIBD) dan/atau unit pembibitan daerah yang memenuhi persyaratan : 1. Balai Insiminasi Buatan Daerah (BIBD) : a. BIBD yang merupakan UPTD provinsi; b. BIBD yang masih beroperasi memproduksi semen; c. memproduksi semen ternak spesifik daerah atau ternak lokal atau asli lainnya; d. peralatan untuk memproduksi semen masih kurang; e. memerlukan bull atau pejantan. 2. Unit Pelaksana Tehnis/ unit pembibitan daerah : a. Unit pembibitan daerah yang merupakan UPTD provinsi; b. melaksanakan pembibitan ternak baik ternak ruminansia ( sapi potong/ sapi perah/ kambing / domba) maupun ternak nonruminansia (babi/kuda/itik/ayam) lokal; c. melaksanakan prinsip-prinsip perbibitan dalam memproduksi bibit sesuai Good Breeding Praktise masing-masing komoditi; d. berpotensi untuk dikembangkan sebagai unit pembibitan; e. memerlukan sarana /peralatan pendukung.

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN

Dana penguatan Unit Pelaksana Tehnis Daerah tahun 2012 dialokasikan dalam bentuk dana Tugas Pembantuan DIPA Satuan Kerja Dinas Peternakan Provinsi tahun 2012. Tata cara pengajuan, penyaluran, penggunaan dan pertanggungjawaban dana dilakukan berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku. A. Penggunaan Dana Dana yang dialokasikan berkisar 2.000.000.000,-., digunakan untuk : antara Rp. 500.000.000,s/d

1. Pembelian bibit sesuai komoditi yang dikembangkan; 2. Sarana pendukung antara lain peralatan kandang, sarana recording, peralatan Lab, mesin tetas, rehap kandang, pakan, obat-obatan dan sarana pembibitan lainnya. 3. Biaya operasional termasuk peningkatan kemampuan SDM, Operasional Kegiatan B. Proporsi Penggunaan Dana Pemanfaatan dana yang dialokasikan dengan proporsi penggunaannya sebagai berikut : 1. Sekitar 80% dari dana yang diterima digunakan untuk pembelian bibit dan sarana pendukung; 2. Sekitar 20% untuk biaya operasional.

BAB IV TATALAKSANA PEMBIBITAN/PEMBENIHAN

Sebagai unit pembibitan pemerintah BIBD diharapkan memproduksi semen dari pejantan lokal dan pejantan asli, sedangkan UPTD memproduksi ternak asli atau lokal spesipik daerah. Untuk memproduksi benih atau semen yang bermutu BIBD/UPTD mengacu kepada Pedoman Pembibitan Yang Baik (GBP) masing-masing komoditi ternak yang mengatur tentang : A. PRASARANA. 1. Lokasi, sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang ( RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan memenuhi Upaya Kelestarian Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL/UPL) 2. Lahan, yang dipergunakan untuk pembibitan harus memenuhi persyaratan bebas dari microorganisme yang membahayakan kesehatan manusia dan kesehatan hewan. 3. Air, harus tersedia air yang cukup untuk minum dan membersihkan kandang. 4. listrik, tersedia sumber tenaga listrik yang memadai dan terjamin pasokannya. 5. Jalan, mempunyai akses transportasi untuk sarana produksi B. SARANA 1. Bangunan, jenis dan desain bangunan harus sesuai dengan peruntukan dan kapasitasnya. 2. Peralatan, jenis spesifikasinya sesuai dengan peruntukannya C. PROSES PRODUKSI 1. Bibit, komoditi bibit yang dikembangkan harus bibit asli atau lokal yang memenuhi persyaratan mutu. Produksi benih atau bibit yang diedarkan harus memenuhi persyaratan mutu dan kesehatan hewan. 2. Pakan, pakan yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan dan persyaratan mutu pakan. Pakan yang telah dimasukan kelokasi pembibitan , sisanya tidak boleh dikeluarkan dari lokasi pembibitan. 3. Pemeliharaan bibit, sistem pemeliharaan secara intensif disesuaikan jenis dan umur ternaknya. D. BIOSEKURITI Untuk mencegah kemungkinan terjadinya kontak/penularan bibit penyakit hewan pada ternak, dilakukan tindakan sebagai berikut : (1) lokasi pembibitan

harus memiliki pagar untuk memudahkan kontrol keluar masuknya individu, kendaraan, barang serta mencegah masuknya hewan lain; (2) Setiap individu sebelum masuk ke unit kandang harus melalui ruang sanitasi untuk disemprot dengan desinfeksi. atau mencelupkan kaki ke bak cuci yang telah diberi disinfektans, (3) pengunjung yang hendak masuk lokasi pembibitan harus meminta izin dan mengikuti peraturan yang ada.

BAB V PELESTARIAN LINGKUNGAN

Setiap kegiatan penyediaan benih dan/atau bibit oleh Unit Pembibtan Daerah selalu memperhatikan aspek pelestarian lingkungan antara lain dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut : A. Menyusun rencana pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan sebagaimana diatur dalam: 1. Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup; 2. Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan; 3. Peraturan Pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). B. Melakukan upaya pencegahan pencemaran lingkungan, sebagai berikut : 1. Mencegah terjadinya erosi dan membantu pelaksanaan penghijauan di areal peternakan; 2. Mencegah terjadinya polusi dan gangguan lain seperti bau busuk, serangga, pencemaran air sungai dan lain-lain; 3. Membuat dan mengoperasionalkan unit pengolah limbah peternakan (padat, cair, gas) sesuai kapasitas produksi limbah yang dihasilkan.

BAB VI PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PELAPORAN

A. Pembinaan dan Pengawasan Pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh Pusat bersama Dinas Provinsi. Kegiatan pembinaan dan pengawasan dilakukan untuk mengetahui : 1. Kesiapan dalam pelaksanaan kegiatan sesuai ketentuan sebagaimana diatur dalam pedoman teknis ini; 2. Tingkat keberhasilan yang dicapai (populasi ternak, dan pola pembibitan); 3. Permasalahan dan pemecahannya. Pembinaan terhadap Unit Pembibitan Daerah dilakukan secara terarah dan terus menerus. Pembinaan tersebut dilakukan oleh unsur pemerintah pusat dan provinsi sesuai dengan kewenangannya yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah (Pusat), Provinsi, dan Kabupaten/Kota. Dalam rangka pengembangan pembibitan diharapkan dapat berjalan secara berkelanjutan, sehingga dana yang disalurkan kepada Unit Pembibitan Daerah dapat dapat dimanfaatkan untuk memproduksi benih dan/atau bibit yang berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk disebarkan kepada masyarakat. B. Pelaporan Pelaporan dilakukan secara berkala dan berjenjang untuk mengetahui pelaksanaan pembibitan ternak dengan tahapan sebagai berikut : 1. Unit Pembibitan Daerah melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan setiap bulan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan tembusan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan cq. Direktur Perbibitan Ternak, selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya. 2. Dinas Provinsi melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan cq. Direktur Perbibitan Ternak, setiap triwulan selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya.

BAB VII PENUTUP

Pedoman Teknis Penguatan Pembibitan Daerah ini merupakan acuan untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan pengembangan pembibitan di Unit Pembibitan Daerah. Dengan pedoman ini diharapkan pelaksana kegiatan pengembangan pembibitan dapat berhasil sesuai dengan tujuan.

Direktorat Perbibitan Ternak,

Lokasi Pelaksanaan Kegiatan Penguatan pembibitan daerah dilaksanakan di BIBD/UPTD di Provinsi (terlampir) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Provinsi Aceh; Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara; Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat; Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Riau. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jambi; Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu; Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Selatan; Dinas Peternakan dan Kesehatan Provinsi Lampung; Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat; Dinas Peternakan Provinsi Jawa Tengah; Dinas Peternakan Provinsi DI. Yogyakarta; Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur; Dinas Peternakan Provinsi Bali; Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Barat; Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur; Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan; Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Kalimantan Tengah; Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur; Dinas Peternakan Provinsi Sulawesi Selatan; Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara; Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sulawesi Tengah; Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara; Dinas Pertanian, Peternakan dan Kelautan Provinsi Sulawesi Barat; Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Gorontalo; Dinas Pertanian Provinsi Maluku; Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Papua

10

Anda mungkin juga menyukai