Anda di halaman 1dari 4

Laporan Kunjungan B3 PT.

Bina Guna Kimia FMC, Ungaran Rabu, 21 November 2012

Perusahaan ini bergerak dalam bidang produksi pupuk. Dalam industri, terdapat sistem pemisahan sampah yaitu untuk sampah organik, non organik dan bekas alat pelindung diri (APD) dimana APD berupa masker katun sekali pakai bagi visitor. Alat pengendali pencemaran udara yang terdapat di PT. Bina Guna Kimia FMC ialah cyclone, baghouse dan scrubber. Karbon filter digunakan untuk polutan dengan bau kuat. Perusahaan tidak menggunakan CEM, hanya mengadakan uji emisi secara berkala. 1. Limbah Padat B3 Limbah padat perusahaan berasal dari: Used lamp Used battery Used oil Contaminated goods Contaminated packaging

Aglo (bahan sisa produksi pupuk) yang tidak bernilai sisa dan tidak layak produksi akan diangkut ke TPS dan selanjutnya diolah dengan incinerator. Sedangkan aglo yang masih cukup baik, akan dijadikan bahan baku produksi lagi. Pengolahan dilakukan dengan incinerator. Untuk kemasan dari logam akan dipress dengan suatu alat agar ketika dibuang tidak akan dimanfaatkan kembali oleh pihak tertentu. Khusus untuk drum plastik bekas kemasan akan dicuci dengan solvent dan selanjutnya diserahkan ke masyarakat.

2. Limbah Cair B3 Terdapat TPS untuk limbah cair B3 dengan izin penyimpanan 7 ton/3 bulan. Adapun sifat dari limbah cair B3 yang dihasilkan perusahaan hanya beracun. Limbah cair berasal dari: Buangan solvent Air dari scrubber jenuh

Tumpahan bahan kimia cair

Adapun penanggulangan pertama pada tumpahan limbah cair B3 dilakukan dengan cara penggunaan absorbent serbuk gergaji untuk menyerap tumpahan. Dalam 3 tahun terakhir, perusahaan baru membuat tangki pengolahan limbah sederhana dengan kapasitas yang masih kecil.

3. Incinerator Incinerator yang ada di perusahaan tidak beroperasi dengan baik dikarenakan adanya penurunan kapasitas yang cukup signifikan akibat umur incinerator yang terlalu tua. Incinerator dioperasikan seminggu 2 kali oleh pihak ketiga yang memiliki keahlian khusus dalam menjalankan incinerator. Bahan bakar yang digunakan dalam pengoperasian ialah LPG. Sebelumnya sempat menggunakan solar namun dihentikan karena emisi yang dihasilkan tinggi dan biaya yang dikeluarkan besar. Hasil incinerator berupa abu dikirim ke pihak ketiga.

Sejauh ini belum ada masalah pencemaran lingkungan yang diakibatkan B3 yang dilakukan oleh perusahaan. Kasus pencemaran yang pernah dialami: Bocornya saluran pembuangan perusahaan ke pemukiman penduduk akibat ditabraknya saluran pembuangan perusahaan oleh proyek jalan tol Ungaran. Pencemaran udara berupa bau. Untuk masalah ini, perusahaan

menanggulanginya dengan mengecek alat pengendali pencemaran udara. Sedangkan untuk kecelakan kerja di perusahaan, kasus yang pernah terjadi ialah karyawan yang mabuk karena paparan bahan kimia yang terlalu tinggi. Hal ini biasa terjadi ketika memberihkan alat-alat produksi. Dalam hal penanggulangan, perusahaan melakukan engineering control dan rolling karyawan. Rolling karyawan dilakukan per 5 menit sekali dengan masa istirahat 10 menit.

Adapun pengolahan limbah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Pengolahan Limbah Cair B3

Incinerator Pihak Ketiga

Pengolahan Limbah Padat B3


32% Incinerator 68% Pihak Ketiga

Pihak ketiga ialah PPLI untuk hasil incinerator dan PT. Holcim untuk limbah mentah. Alasan penggunaan bantuan pihak ketiga ialah: Izin pendirian dan penggunaan incinerator yang sulit dan mahal Efisiensi penggunaan energi (bahan bakar incinerator) Limbah cair oleh PPLI, biaya $106/m3 Contaminant good dan contaminant package oleh PT. Holcim, biaya Rp 800.000/ton Untuk pengangkutan, perusahaan menggunakan pengangkut yang memiliki izin dari Kementerian Perhubungan atas rekomendasi Kementerian LH.

Biaya pengolahan dengan pihak ketiga:

Saran: 1. Alat Pelindung Diri untuk karyawan dan visitor sebaiknya lebih dilengkapi. 2. Perusahaan sebaiknya memperhatikan jarak antar unit. Misalnya antar unit gudang produk dan incinerator diberi jarak agak jauh.

Anda mungkin juga menyukai