Anda di halaman 1dari 9

ISSN : 1858-330X EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF DENGAN BIMBINGAN PROSEDURAL PADA SISWA SMP NEGERI

2 BATANG JENEPONTO Amrin, Khaeruddin1, Eko Hadi Sujiono1 Jurusan Fisika Universitas Negeri Makassar ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan guru melaksanakan pembelajaran fisika, untuk mengetahui aktivitas siswa, untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model kooperatif dengan bimbingan prosedural dan untuk memperoleh informasi mengenai hasil belajar siswa sesudah diterapkan model kooperatif dengan bimbingan prosedural. Penelitian ini digolongkan sebagai penelitian praeksperimen. Disain penelitian yang digunakan adalah desain kelompok tunggal dengan pretest-postest yaitu one group pretest-posttest design. Subjek penelitian adalah siswa SMP Negeri 2 Batang Jeneponto kelas VIIIC sebanyak 28 siswa pada tahun pelajaran 2008/2009. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi lembar validasi perangkat, instrumen lembar observasi (kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, keterlaksanaan perangkat pembelajaran, aktivitas siswa), angket respons siswa terhadap pembelajaran dan tes hasil belajar. Hasil deskriptif penelitian menunjukkan bahwa (1) keterlaksanaan perangkat pembelajaran sangat memadai karena berada pada kategori terlaksana seluruhnya, (2) rata-rata nilai hasil belajar siswa adalah 74.8 berada dalam kategori tinggi dengan standar deviasi sebesar 7.14, dan tuntas 89,29% secara klasikal di atas nilai minimal 65 (KKM 65), (3) aktivitas siswa pada pembelajaran kooperatif berada dalam rentang waktu ideal yang bisa ditoleransi berjalan dengan baik, (4) Secara keseluruhan dari aspek yang diamati tentang kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif berada dalam kategori sangat baik (94.3% terlaksana dengan baik), dan (5) respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif dengan bimbingan prosedural adalah positif. Sedangkan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa hasil belajar siswa sesudah diterapkan model kooperatif dengan bimbingan prosedural secara signifikan telah mencapai nilai rata-rata di atas standar 65 secara klasikal, pada tingkat kepercayaan 95%. KATA KUNCI: bimbingan prosedural, efektivitas pembelajaran, model kooperatif I. PENDAHULUAN Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Di antaranya adalah guru dan metode proses hanya pembelajaran pembelajaran menerima yang hanya yang digunakannya. menyampaikan disampaikan Sampai saat ini masih banyak guru dalam pengetahuan kepada siswa, sedangkan siswa apa gurunya itu sendiri. Siswa diposisikan sebagai peserta didik yang tidak tahu dan hanya menunggu apa yang diberikan. Belajar fisika tidak dapat dimengerti dengan hanya melihat apa yang ditulis oleh guru. Kalaupun siswa mengerti mungkin hanya sebagian saja sebab kadar daya tahan ingatan dalam proses belajar fisika relatif lebih tinggi apabila dalam proses belajar mengajar siswa mencari sendiri, mengerjakan dan menemukan penyelesaian. Metode belajar mengajar demikian sesuai dengan slogan yang berbunyi saya mendengar saya lupa, saya melihat saya ingat, saya berbuat saya mengerti. Untuk dapat menciptakan suasana belajar efektif dan efisien yang dapat menuntun dan mengaktifkan siswa berpikir aktif, kreatif dan berinteraksi dengan temannya, maka diperlukan metode multiarah, salah satunya dengan pembelajaran kooperatif. Salah satu sekolah yang telah diteliti adalah SMP Negeri 2 Batang Kabupaten Jeneponto, dimana prestasi belajar pada

1)

JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 1

ISSN : 1858-330X pelajaran fisika masih sangat itu rendah. Dengan menggunakan pembelajaran kooperatif, memungkinkan akan guru dapat memberikan perhatian terhadap siswa sehingga hubungan lebih akrab antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa dapat terjalin dengan baik. Pembelajaran sehingga diharapkan kooperatif kepada dilaksanakan siswa dapat dengan mengacu kepada belajar kelompok, belajar lebih aktif, mempunyai rasa tanggung jawab yang besar, berkembangnya daya kreatif, serta mengemukakan dalam berperan permasalahan kelompok fasilitator yang untuk dan dihadapi hanya diskusi sebagai

Rendahnya prestasi belajar begitu siswa materi, dan saja yang

disebabkan penyebab kemampuan lain metode metode masih

oleh banyak faktor, sehingga pendidik tidak mengklaim bahwa rendah. utamanya semata- mata karena

Penyebab dan itu

diantaranya karena guru kurang menguasai penggunaan lainlain. yang strategi yang kurang tepat, kurangnya media, sarana Disamping pembelajaran digunakan

konvensional yaitu

mengajar di kelas dengan

metode ceramah dengan alasan keterbatasan waktu dan mengejar target kurikulum. Padahal pencapaian kompetensi sebagaimana tertuang dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) memerlukan metode dan pendekatan kooperatif yang bervariasi guna meningkatkan kemampuan siswa untuk menguasai suatu menjadi karena itu fasilitator penulis kompetensi. Peran guru berubah untuk Oleh bagi mencoba siswa sendiri. sebagai pemberi ilmu selayaknya mengonstruksi pengetahuan

dipecahkan bersama. Dengan demikian guru pembimbing. Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. kemampuan pembelajaran kooperatif 2. melalui model Fisika Bagaimana guru melaksanakan model melalui

dengan bimbingan prosedural Bagaimana aktivitas kooperatif dengan

memberikan

pada siswa SMPN 2 Batang Jeneponto? siswa selama kegiatan pembelajaran fisika bimbingan prosedural pada siswa SMPN 2 Batang Jeneponto? 3. siswa yang model Bagaimana hasil belajar diajar dengan menggunakan dengan bimbingan siswa SMPN 2 Batang Apakah hasil belajar model kooperatif dengan

sebuah alternatif model pembelajaran dimana siswa bisa membangun pengetahuan sendiri atas bimbingan yang dari gurunya. Model dimaksud observasi ini adalah pembelajaran

pembelajaran kooperatif. Berdasarkan model sebelumnya, cocok untuk pembelajaran

gambaran perkembangan kooperatif

dikembangkan di sekolah tersebut karena dapat memberikan hasil yang baik yaitu pencapaian kompetensi dari setiap materi yang diajarkan. Aktivitas siswa dalam pembelajaran merupakan salah satu unsur yang paling penting dalam menentukan efektif atau tidaknya suatu pembelajaran. Keefektifan pembelajaran akan terjadi bila siswa secara aktif dilibatkan dalam pengorganisasian dan penemuan informasi.

prosedural pada Jeneponto? 4. diterapkan

siswa SMPN 2 Batang Jeneponto sesudah bimbingan prosedural telah mencapai nilai rata-rata di atas standar 65 secara klasikal? JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 2

ISSN : 1858-330X Menurut tidaknya II. LANDASAN TEORI Suatu proses belajar mengajar dilakukan suasana ada oleh belajar Sukadi(2006:36) guru dalam setidak-

tiga langkah yang harus menciptakan mengajar efektif, yaitu (1).

dikatakan baik bila proses tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif. Adapun hasil pengajaran dikatakan betul betul baik apabila hasil itu dapat tersimpan lama dalam ingatan serta dapat digunakan dalam kehidupan siswa. Kalau pengajaran itu tidak tersimpan lama dalam ingatan siswa maka hasil pengajaran itu tidak efektif. Hasil pengajaran otentik. Menurut dalam dunia Wina pendidikan, Sanjaya(2008:126) strategi diartikan juga dikatakan baik jika hasil tersebut merupakan pengetahuan asli atau

membangun motivasi siswa, (2). melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar, dan (3). Pandai menarik minat dan perhatian siswa. Efektivitas efek optimal, pembelajaran adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang menghasilkan positif, dapat menghasilkan belajar dan dapat penguasaan mudah, tujuan pengetahuan, keterampilan dan sikap secara dengan tercapai menyenangkan

pembelajaran sesuai dengan harapan. Pembelajaran dikatakan efektif apabila kriteria-kriteria yang dipergunakan untuk menentukan keefektifan terpenuhi, seperti: (1) ketercapaian hasil belajar secara klasikal yaitu minimal 80% siswa mencapai skor minimal 65 yang ditetapkan sekolah, (2) semua aspek aktivitas siswa berada pada batas toleransi pencapaian waktu ideal yang telah ditetapkan (dapat dilihat pada halaman 67), (3) lebih dari 75% siswa memberikan respons positif terhadap model bimbingan mengelola pembelajaran pembelajaran kooperatif kooperatif dengan berada

sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal. Jadi, dengan dapat demikian diartikan strategi sebagai pembelajaran

perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik, selain digunakan strategi dan metode yang sesuai, perlu adanya perangkat pembelajaran fisika pembelajaran yang yang sesuai. Perangkat dimaksudkan dalam

prosedural, (4) kemampuan guru

dalam kategori tinggi. b. Pembelajaran kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang unggul dalam membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerja sama, berpikir kritis, dan kemauan siswa untuk saling membantu teman kelompoknya dalam mencapai kesuksesan bersama. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa dilatih keterampilan khusus seperti memahami konsep, kemampuan berpikir kritis dan sifat toleran kepada siswa lain. Penggunaan model

penelitian ini adalah, rencana pembelajaran, buku siswa, lembar kegiatan siswa, dan tes hasil belajar (termasuk kuis). Perangkat pembelajaran dapat memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar fisika. Agar pembelajaran dapat terlaksana dengan baik, siswa perlu diberi kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk dikerjakan. a. Efektivitas pembelajaran

JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 3

ISSN : 1858-330X kooperatif diharapkan tidak saja toleran dalam meningkatkan aktivitas dan kemampuan siswa dalam memahami konsep- konsep fisika tetapi juga dapat meningkatkan kemampuan kerja sama siswa. Menurut Slavin (dalam Khaeruddin dan Eko Sujiono, 2005:61) beberapa keuntungan dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: 1. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma- norma kelompok. 2. Siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama- sama berhasil. 3. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok. 4. Interaksi antara siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat. 5. Interaksi antara siswa juga membantu meningkatkan perkembangan kognitif yang Menurut non konservatif dkk(2000) menjadi dalam c. Bimbingan prosedural Bimbingan model prosedural merupakan yang guru kepada pengajaran bimbingan yang akan langsung prosedural, dilatihkan guru tujuan konservatif (teori Piaget). Ibrahim, Suradi(2005:62) model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga pembelajaran penting yang dirangkum yaitu: hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan keterampilan berikut: 1). Hasil belajar akademik. Meskipun meliputi berbagai pembelajaran macam siswa kooperatif sosial, tugastujuan dalam individu sosial. dan Dari pengembangan ketiga tujuan yang 2) Penerimaan terhadap keragaman. Tujuan lain dari model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan terhadap orang berbeda ras, maupun kooperatif budaya, tidak khas sosial, peluang kemampuan Pembelajaran kepada siswa kemampuan. kelompok atas yang bekerja bersama

menyelesaikan tugas- tugas akademik.

memberi

yang berlatar belakang dan

kondisi untuk saling bergantung satu sama lain atas tugas- tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. 3) Pengembangan keterampilan sosial. Tujuan pembelajaran mengajarkan penting kooperatif kepada siswa ketiga adalah dari untuk

keterampilan

kerja sama dan kolaborasi. Selain unggul dalam membantu siswa memahami konsepkosep sulit, model ini sangat berguna untuk membantu siswa untuk menumbuhkan kemampuan kerja sama, berpikir kritis dan kemampuan membantu teman.

sebenarnya bersifat teacher center. Dalam menerapkan keterampilan pembelajaran harus mendemonstrasikan pengetahuan atau

pembelajaran tersebut dapat diurai sebagai

siswa secara langkah demi langkah. Melalui kooperatif melakukan bimbingan secara prosedural pada kelompok belajar yang mengalami kesulitan, memberikan pelayanan untuk membangun Departemen mengatakan pengetahuan Pendidikan sebagian dasar tentang konsep fisika. Dalam Nasional(2006 :5)

pembelajaran kooperatif juga bertujuan untuk meningkatkan tugas kinerja akademik. Pembelajaran kooperatif

dapat memberi keuntungan baik pada siswa

JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 4

ISSN : 1858-330X besar tugas guru ialah membantu siswa prosedural, yaitu bagaimana cara dan Instrumen yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari: (1) lembar validasi perangkat pembelajaran, keterlaksanaan guru mengelola (2) lembar pengamatan pembelajaran (4) lembar perangkat pembelajaran,

memperoleh pengetahuan sesuatu, misalnya

pengetahuan tentang bagaimana melakukan menggunakan alat alat laboratorium,

kooperatif, (3) lembar pengamatan kemampuan pengamatan aktivitas siswa, (5) angket respons

bagaimana melakukan suatu eksperimen.

III. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini dapat digolongkan ke dalam penelitian praeksperimen, diberikan pada digunakan yaitu sebagai berikut. Pretest O1 Dalam terikat. Treatment X penelitian bebas ini Posttest O2 terdapat adalah dua proses satu dimana perlakuan eksperimen kelompok

siswa terhadap kegiatan pembelajaran, dan (6) tes hasil belajar . Instrumeninstrumen tersebut perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap item-item yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Keseluruhan instrumen yang digunakan dalam penelitian terlebih dahulu divalidasi oleh validator ahli. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu analisis deskriptif dan analisis inferensial. a. Analisis deskriptif Teknik deskriptif ini digunakan untuk mendeskripsikan pembelajaran, pembelajaran dan kevalidan kepraktisan keefektifan perangkat perangkat perangkat

tanpa kelompok kontrol. Disain penelitian yang one group pretest-posttest design. Secara sederhana diagram disain ini

variabel yaitu variabel bebas dan variabel Variabel pembelajaran fisika melalui model kooperatif dengan bimbingan prosedural, sedang Variabel terikat adalah 1) aktivitas siswa dalam 3). hasil siswa kegiatan pembelajaran 2) kemampuan guru dalam pembelajaran belajar fisika siswa, Populasi seluruh dalam terhadap pembelajaran. penelitian ini adalah pada tahun ajaran kelas VIII SMP Negeri 2 Batang kooperatif, dan (4) respons

pembelajaran, analisis data aktivitas siswa, analisis data respons siswa dan analisis data kemampuan pembelajaran. b. Analisis inferensial Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dengan menggunakan uji-t, namun sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu di uji dengan persyaratan analisis dengan menggunakan uji formalitas. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil Analisis Kevalidan Perangkat Pembelajaran Validasi para ahli dilakukan untuk melihat validitas perangkat pembelajaran yang mencakup semua aspek dan kriteria perangkat yang dikembangkan. Hasil analisis validasi buku JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 5 guru dalam mengelola

Kabupaten Jeneponto

2008/2009. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIIIC yang terdiri dari 28 siswa pada semester genap tahun ajaran 2008/2009. Pengambilan sampel tersebut dipilih secara acak kelas dari 3 kelas paralel. Dengan asumsi bahwa karakteristik dari tiga kelas yang ada adalah homogen.

ISSN : 1858-330X siswa 3,6 valid. Secara umum semua penilaian validator terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan memberikan kesimpulan yang sama yaitu perangkat pembelajaran ini baik dan dapat digunakan dengan sedikit revisi. M = 3,6 berarti sangat valid, RPP M= 94.3%. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan sangat baik. d. Hasil observasi tentang siswa dalam pembelajaran Tujuan utama analisis siswa dalam pembelajaran hasil aktivitas siswa dalam aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif berada dalam kategori

berarti sangat valid, LKS M= 3,5 berarti

sangat valid dan THB M= 3,8 berarti sangat

data aktivitas observasi

pengamat adalah untuk melihat sejauh mana pembelajaran melalui dengan bimbingan model kooperatif

b. Hasil

observasi tentang keterlaksanaan perangkat pembelajaran Secara keseluruhan, hasil melalui model kooperatif dengan pengamatan bimbingan

prosedural. Berdasarkan hasil pengamatan dari aktivitas siswa selama mengikuti proses belajar mengajar diperoleh hasil bahwa untuk setiap kegiatan yang telah ditentukan beserta dengan waktu idealnya, siswa telah melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan bimbingan prosedural dengan baik. Terlihat dari rata-rata persentase waktu yang dihabiskan oleh siswa dalam aktivitas pembelajaran berada dalam rentang waktu ideal yang bisa ditoleransi, terutama untuk kegiatan mengerjakan LKS dimana kegiatan tersebut merupakan kegiatan inti dari pembelajaran kooperatif pembelajaran dengan bimbingan prosedural.

tentang keterlaksanaan perangkat pembelajaran prosedural yang dilakukan untuk melihat sejauh mana keterlaksanaan perangkat pembelajaran yang telah dirancang, menghasilkan data bahwa percentage of agreement sebesar 94,5%. Dari nilai releabilitas sebesar perangkat 94,5%. dapat dapat digunakan perangkat diasumsikan untuk bahwa instrumen kepraktisan pengamatan

keterlaksanaan menilai

pembelajaran. Selanjutnya dari nilai rata-rata pengamatan sebesar bahwa memadai derajat karena

x = 1,8 dapat dikatakan


perangkat kategori berada pada

keterlaksanaan

e. Hasil observasi respons siswa


Berdasarkan data dari respons terhadap perangkat pembelajaran siswa adalah

terlaksana seluruhnya.

c. Hasil observasi tentang kemampuan


guru pengelolaan pembelajaran Tujuan utama analisis data pengelolaan pembelajaran hasil adalah untuk kemampuan guru observasi sejauh dalam pengamat mana mengelola melihat

sebanyak 90,71% siswa dari 28 responden memberikan respons senang dan 9,27% siswa memberikan respons tidak senang. Selanjutnya 96,43% siswa dari 28 responden memberikan respons baru terhadap perangkat dan proses pembelajaran dan 3,57% siswa memberikan respons tidak baru terhadap perangkat dan proses pembelajaran melalui model kooperatif dengan bimbingan prosedural. Selanjutnya 89,3% siswa berminat dan tarik untuk mengikuti kegiatan belajar dengan model pembelajaran JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 6

pembelajaran melalui model kooperatif dengan bimbingan prosedural. Secara keseluruhan dari aspek yang diamati, rata-rata pengamatan observer tentang kemampuan guru dalam proses belajar mengajar, yakni 3.7 atau senilai

ISSN : 1858-330X kooperatif dengan bimbingan prosedural dan selebihnya 10,7% menyatakan tidak berminat dan tertarik. Sebagian besar (94,64%) pula siswa dapat memahami bahasa yang digunakan dalam perangkat dan proses pembelajaran dan 5,36% siswa menyatakan tidak memahami. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa respons siswa terhadap perangkat dan proses pembelajaran melalui model kooperatif dengan bimbingan prosedural adalah positif. f. Deskripsi hasil belajar siswa sesudah diajar melalui model kooperatif dengan bimbingan prosedural Berdasarkan data diperoleh persentase ketuntasan hasil belajar siswa sesudah diajar melalui model kooperatif dengan bimbingan prosedural mencapai 89,29%, sedang yang tidak tuntas mencapai 10,71%. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif dengan yang diberikan. Ketercapaian bimbingan hasil belajar prosedural mampu menjawab dengan baik tes secara klasikal sudah mencapai di atas 80% siswa berdistribusi =0,05. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan ttabel( menggunakan uji t ( one-sample-t test) diperoleh thitung =7,246 sedangkan nilai
=0,05)

normal

pada

taraf

nyata

= 1,703

dengan dk=27.

Karena

thitung > ttabel, maka hipotesis Ho ditolak, berarti H1 diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Batang Jeneponto sesudah diterapkan model kooperatif dengan bimbingan prosedural secara signifikan telah mencapai nilai rata-rata di atas 65. Di samping telah itu, hasil tersebut sebuah belajar mereka, kelompok konsep menunjukkan bahwa interaksi siswa dalam kelompoknya pengaruh saling sehingga merata. Hal memberikan terhadap hasil positif membagi semua ini

mereka. Karena dalam interaksi, siswa akan pengetahuan anggota dengan

memperoleh pengetahuan yang hampir sama sesuai pembelajaran kooperatif. Berdasarkan hasil di atas, secara umum dapat dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif dengan bimbingan prosedural yang telah dirancang, efektif digunakan dalam pembelajaran. V. PENUTUP

skor minimal 65 yang ditetapkan

sekolah. Ini berarti hasil belajar siswa melalui model kooperatif dengan bimbingan prosedural memenuhi ditetapkan. kriteria keefektifan yang telah

g. Analisis

inferensial hasil belajar siswa sesudah diajar melalui model kooperatif dengan bimbingan prosedural Berdasarkan Smirnov hasil pengujian normalitas berarti

a. Kesimpulan 1. Perangkat pembelajaran yang telah disusun yang kegiatan terdiri siswa, dari buku siswa, lembar rencana dapat pelaksanaan membantu

data dengan menggunakan uji Kolmogorov diperoleh Sig(0,492). Ini bahwa sig(0,492) > belajar siswa

pembelajaran yang sudah divalidasi dan telah dilakukan revisi keefektifan pelaksanaan pembelajaran fisika melalui model koperatif dengan bimbingan prosedural. JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 7

(0,05). Karena Sig > ,


dari populasi yang

maka dapat disimpulkan bahwa data hasil berasal

ISSN : 1858-330X

2. Keefektifan
fisika klasikal telah telah

pelaksanaan mencapai hasil tercapai,

pembelajaran yang baik, siswa

mencermati keterbatasan penelitian

segala penelitian yang

kelemahan ini, dilakukan

dan dapat

sehingga

diantaranya: (1) efektif karena ketuntasan aktivitas berjalan dengan baik sudah sesuai yang diharapkan, kemampuan guru mengelola pembelajaran fisika sudah sangat baik, dan respons siswa terhadap pembelajaran dalam kategori positif, (2) aspek diamati praktis, karena semua dalam kategori berada

menghasilkan perangkat yang lebih valid, praktis, dan efektif. DAFTAR PUSTAKA Ali,Muhammad H: Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung Sinar Baru Algensindo 1987. Arikunto, Suharsimi: Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan . Jakarta Bumi Aksara 1987.

terlaksana seluruhnya. 3. Gambaran fisika perkembangan hasil belajar kooperatif dengan meningkatkan melalui model

bimbingan prosedural dapat hasil belajar siswa.

Depdiknas: ModelModel Pengajaran Dalam Pembelajaran Sains. Jakarta Depdiknas 2005. Duwi Priyatno: Belajar Olah Data dengan SPSS 17. Yogyakarta Andi Offset 2008. Khaeruddin & Eko Hadi Sujiono: Pembelajaran Sains (IPA) Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makassar State University of Makassar Press 2005. Meier, Dave : The Accelerated Learning Hand book. Bandung Kaifa 2002. Munaf, Syambasri: Individual Textbook Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung Unversitas Pendidikan Indonesia 2001. Saekhan, M: Pembelajaran Kontekstual. Semarang Rasail Media Group 2008.

4. Hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2


Batang Jeneponto sesudah diajar melalui model kooperatif dengan bimbingan prosedural secara signifikan lebih 80% siswa telah mencapai nilai rata-rata di atas 65. b. Saran

1. Penelitian

ini

menghasilkan

perangkat

pembelajaran yang valid, praktis, dan efektif. Disarankan kepada guru fisika untuk dapat menggunakan perangkat ini pada materi cahaya. 2. Untuk keperluan pengembangan selanjutnya, guru diharapkan dapat mengembangkan sendiri perangkat pembelajaran (buku siswa, LKS, dan RPP) yang disesuaikan dengan pembelajaran kooperatif dengan bimbingan prosedural. 3. Guru sebagai di sekolah. dapat salah menjadikan satu pembelajaran prosedural model kooperatif dengan bimbingan

Muchith,

Natsir,

Muhammad: Strategi Pembelajaran Fisika. Diktat disampaikan pada perkuliahan Pendidikan Fisika.Makassar UNM 2004. Purwanto, Ngalin, M. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung Remaja Rosdakarya 2008. Sukadi . Powerful Guru Masa Depan (Kunci sukses Menjadi Guru Efektif), Bandung Kalbu 2006. Sujana,Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung Sinar Baru Algensindo 1987.

alternatif

pembelajaran dalam proses belajar mengajar

4. Bagi peneliti yang berminat melakukan


penelitian pengembangan perangkat agar

JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 8

ISSN : 1858-330X Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung Remaja Rosdakarya 2008. Surya, Mohamad, H. Psikologi Pembelajaran dan pengajaran. Bandung Pustaka Bani Quraisy 2003. Supriyadi. Kajian Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Fisika. Malang Universitas Negeri Malang(UM Press) 2002. Suradi. Interaksi Siswa SMP Dalam Pembelajaran Matematika secara Kooperatif. Disertasi. Surabya PPs UNESA 2005.

Sagala, Syaiful, H. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung Alfabeta 2007. Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta Kencana Prenada Media Group 2008.

Sabri,

Ahmad. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta Quantum Teaching 2007.

Sugyiono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D). Bandung Alfabeta 2008. Syafruddin.PengembanganPerangkat pembelajaran Kooperatif tipe student Teams Achievement Divisions (STAD) pada materi persamaan kuadrat di kelas x sma. Tesis PPs UNM Makassar 2009. Usman,Husaini. Pengantar Statistika. Yogyakarta Bumi Aksara 2006. Zamroni. Meningkatkan Mutu Sekolah, Teori Strategi dan Prosedur. Yogyakarta PSAP 2007

JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 9

Anda mungkin juga menyukai