Anda di halaman 1dari 34

Pendahuluan

Hasil penelitian menyatakan bahwa di bawah lapisan mantel dari bumi adalah lapisan cair yang panas, dimana panas dari bumi berasal dari reaksi nuklir bahan-bahan radio aktif seperti uranium, thorium dan potassium. Karena panas berasal dari dalam bumi maka panas ditransfer ke permukaan melalui perpindahan kalor secara konveksi.

Arus Konveksi
Pusat bumi memiliki temperatur yang lebih tinggi dibanding lapisan permukaan, sehingga terjadi pepindahan kalor dari pusat menuju permukaan. Transfer kalor ini dilakukan melalui konveksi, terjadi perpindahan materi pada lapisan asthenosfer menuju permukaan. Sebagian material yang melewati patahan atau celah pada kerak bumi akan keluar pada permukaan berupa lava dan membeku akan membentuk batuan beku. Sedangkan sebagian material akan kembali menuju dalam bumi.

Teori Apungan Benua


Sebagian besar ilmuwan percaya bahwa benua merupakan suatu lempeng besar (kerak bumi) yang mengapung di atas lapisan cair (asthenosfer). Hal ini sesuai dengan teori apungan benua yang menyatakan benua mengapung di atas bagian cair asthenosfer dan terus bergerak sebagai akibat dari pengaruh arus konveksi di bawah permukaan kerak bumi.

Continental Drift
Alfred Wegener. Adalah orang pertama yang mengungkapkan teori tentang pergerakan benua ( Continental Drift ). Wegener menyatakan, semua benua itu berasal dari satu massa daratan raksasa yang bernama Pangaea. Akibat berbagai kekuatan dari dalam bumi telah memecahkannya menjadi pecahan-pecahan yang mirip mainan puzzle yang memencar ke kedudukannya seperti sekarang, dan bentuk puzzle benua itu terus bergerak.

Pangaea
Para ilmuan berpendapat bahwa sekitar 200 juta tahun yang lalu hanya ada satu benua besar yaitu pangaea. Hal ini berawal dari penyelidikan yang pertama kali diungkapkan oleh Sir Francois Bacon pada abad ke 17, yang menyatakan adanya kecocokan bentuk garis pantai dari Amerika Selatan dan Afrika.

Kecocokan bentuk dari Amerika Selatan dan Afrika

Pangaea

Pangaea

Skala Waktu Pangaea

Rekonstruksi Continental
Eulers theorem Arah gerak suatu benua dipengaruhi oleh sumbu rotasi bumi.

Rekonstruksi di sekitar Atlantik

Bukti-bukti Continental Drift


Bukti Geologi Bukti Paleontology Bukti Paleoclimatology Bukti Paleomagnetism

Bukti Geologi Continental Drift


Adanya continental drift ditunjukan dengan adanya bukti geologi yang mendukung, antara lain adanya kesamaan antara: garis pantai sebelah barat benua amerika bagian selatan dengan garis pantai benua afrika sebelah timur; kesamaan pegunungan di daerah britania yaitu amerika utara, eropa dan afrika; kesamaan batuan; dan kesamaan gletser di daerah antartika.

Kesamaan Garis Pantai

Kesamaan Pegunungan

Kesamaan Tipe dan Usia Batuan

Kesamaan Glatser

Bukti Palaeontology Continental Drift


Yaitu adanya kecocokan jenis fosil pada seatu daerah, sehingga kemungkinan makhluk hidup yang mempunyai kecocokan tersebut berasal dari satu tempat. Dari penemuan dapat diketahui bahwa fosil di suatu daerah yang batasi lautan memiliki fosil tanaman dan hewan yang sama.

Kesamaan Fosil

Bukti Paleoclimatology Continental Drift


Yaitu dengan cara mengumpulkan data-data dari gletser dan kubah es yang ada di seluruh dunia. Lapisan-lapisan es yang ditemukan di greenland dan antartika menunjukan umurnya lebih dari 800 ribu tahun.

Bumi 18.000 tahun yang lalu

Bumi yang sekarang

Bukti Paleomagnetism Continental Drift


Dapat dilakukan dengan melakukan penyelidikan terhadap medan magnet yang dipancarkan oleh suatu batuan yang mengandung fosil. Dari medan magnetnya kita dapat menentukan letak latitude dari batuan tersebut, jika batuan tersebut ditemukan pada latitude yang seharusnya maka dapat diketahui bahwa batuan tersebut telah mengalami perpindahan posisi.

Logam cair yang berada dalam inti bumi menyebabkan adanya medan magnet pada bumi. Medan magnet tersebut tidak tetap selalu berubah dan berkebalikan. Namun peristiwa ini terjadi dalam waktu jutaan tahun.

Medan magnet ini sangat menguntungkan pada kehidupan di bumi karena dapat melindungi bumi dari partikel yang berasal dari angin matahari.

Adanya medan magnet pada kutub bumi dapat ditunjukan dengan pada pembentukan punggung samudra. Punggungan digambarkan sebagai magma cair yang membeku membentuk batuan. Batuan yang lebih tua akan terdorong semakin menjauh dari mid-ocean ridge. Medan magnet yang berkebalikan dapat digambarkan sebagai pola gelap terang yang simetris, pola gelap menunjukan pembentukan punggungan ketika kutubnya berkebalikan dari keadaan saat ini.

Medan magnet dari bumi yang menyebabkan jarum pada kompas menunjukan arah utara yang menunjukan poros bumi sebagai kutub magnet. Medan magnet pada bumi dapat digambarkan sebagai garis-garis gaya magnet. Berarti dapat digambarkan bahwa garis-garis gaya magnet terpusat pada pusat bumi sehingga garis gaya yang memotong permukaan akan membentuk sudut, sudut ini yang disebut sebagai sudut inklinasi magnetik.

Sudut inklinasi magnetik yang terbentuk pada permukaan bumi akan berbeda-beda, dengan equator memiliki sudut 00 dan pada kutub 900.

Pada tahun 1950an diketahui bahwa suatu mineral magnetik akan membeku di bawah temperatur tertentu yang disebut dengan temperatur Curie.
Jadi jika di atas temperatur Curie maka magnetisasi permanen tidak terjadi. Dari mineral yang membeku pada temperatur tersebut juga dapat menentukan posisi dari kutub magnet pada saat itu.

Magnetisasi pada mineral magnetik terjadi jika mineral tersusun atas atom yang memiliki elektron bebas. Mineral ini disebut dengan paramagnetik. Medan ini terjadi karena pergerakan spin dan orbital dari elektron. Keadaan paramagnetik ini dapat dipengaruhi oleh medan magnet dari luar membentuk induksi magnetik. Jika elektron tak berpasangan yang dimiliki besar maka disebut feromagnetik.

Natural Remanent Magnetization


Terbentuk pada saat batuan tersebut diberikan (terbentuk). Thermoremanent magnetization (TRM) Terbentuk ketika pendinginan batuan tersebut dari keadaan cair ke temperatur di bawah temperatur Curie. Detrial remanent magnetization (DRM) Terbentuk dari sedimentasi atau pengendapan mineral magnetik.

Chemical remanent maagnetization (CRM) Terbentuk dari mineral feromagnetik sebagai akibat dari reaksi kimia, seperti oksidasi.
Isothermal remanent magnetization (IRM) Terjadi pada batuan yang diberikan medan magnet yang kuat, seperti pada kejadian tumbukan ringan. Viscous remanent magnetization (VRM) Terbentuk pada suatu batuan yang memiliki medan magnet ringan yang mendiami daerah magnetik dalam waktu yang lama dan mendapat pegaruh medan luar.

Kondisi permukaan bumi yang menunjukan perubahan kutub magnetik dari Eropa. Hal ini menunjukan terjadi laju perubahan pada kutub magnet terhadap waktu.

Anda mungkin juga menyukai