Anda di halaman 1dari 3

Hubungan Status Gizi dengan Menstruasi

Posted on December 21, 2010 by fafaferary

a. Menarke Menarke adalah haid yang pertama terjadi, yang merupakan ciri khaskedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil. Status gizi remaja wanita sangat memengaruhi terjadinya menarke baik faktor usia terjadinya menarke, adanya keluhankeluhan selam menarke maupun lamanya hari menarke. Secara psikologis wanita remaja yang pertama sekali mengalami haid akan mengeluh rasa nyeri, kurang nyaman, dammengeluh perutnya terasa begah. Tetapi beberapa remaja keluhan-keluhan tersebut tidak dirasakan. Hal ini dipengaruhi nutrisi yang adekuat yang biasa dikonsumsi, selain olahraga yang teratur (Brunner, 1996). Hormon yang berpengaruh terhadap terjadinya menarke adalah pestrogen dan progesteron. Estrogen berfungsi mengatur siklus haid, sedangkan progesteron berpengaruh pada uterus yaitu dapat mengurangi kontraksi,selam siklus haid. Agar menarke tidak menimbulkan keluhan-keluhan, sebaiknya remaja wanita mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, sehingga status gizinya baik. Status gizi dikatakan baik, apabila nutrisi yang diperlukan baik protein, lemak, karbohidrat, mineral, maupun air digunakan oleh tubuh secara keseluruhan (Krummel, 1996) Gizi kurang atau terbatas selain akan mempengaruhi pertumbuhan, fungsi organ tubuh, juga akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini dapat berdampak pada gangguan haid, tetapi akan membaik bila asupan nutrisinya baik. Seberapa jauh pengaruh status gizi terhadap terjadinya menarke belum ada yang melakukan penelitian. Sebagai bahan perbandingan dibawah ini akan diuraikan tentang asupan energi total dan keragaman komponene diet. Asupan energi bervariasi sepanjang siklus haid, terjadi peningkatan asupan energi pada fase luteal dibandingkan fase folekuler. Peningkatan konsumsi energi premenstruasi dengan ekstra penambahan 87-500 Kkal/hari. Kesimpulannya bahwa estrogen mengakibatkan efek penekanan atau penurunanterhadap nafsu makan (Krummel,1996). Identifikasi jenis nutrisi yang dapat mengakibatkan perubahan asupan energi belum didapatkan data yang pasti. Ada yang berpendapat karbohidat merupakan sumber asupan kalori selama fase luteal, yang lain berp[endapat bahwa konsumsi softdrink yang mengandung gula cenderung meningkat selama fase luteal.

Selain itu juga ada yang berpendapat bahwa asupan lemak dan protein akan meningkat pada fase luteal. Dengan demikian selama fase luteal terjadi peningkatan asupan makanan atau energi (Krummel, 1996). Pada remaja wanita perlu mempertahankan status gizi yang baik, dengan cara mengkonsumsi makanan seimbah karena sangat dibutuhkan pada saat haid, terbukti pada saat haid tersebut terutama pada fase luteal yang terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi. Apabila hal ini diabaikan maka dampaknya akan terjadi keluhan yang menimbulkan rasa ketidaknyamanan selama siklus haid. b. Menstruasi Komposisi diet baik secara kuantitatif maupun kualittatif, dianggap memengaruhi siklus menstruasi dan penempilan reproduksi. Tetapi timbul pertanyaan seberapa sering faktor diet dipandang sebagai penyebab timbulnya amenore, masih jarang penelitian yang menggunakan diet sebagai metoda perlakuan, dan uraiannya sering tidak lengkap atau tumpang tindih. Siklus menstruasi dipengaruhi bukan saja oleh diet vegetarian tetapi diet yang bervariasi dalm hal lemak, serat dan nutrien lainnya (Krummel, 1996). c. Diet Vegetarian Pengaruh diet vegetarian terhadap hormon seks telah diteliti, 9 orang vegetarian diberi diet yang mengandung daging, ternyata fase folekuler memanjang, rata-rata 4.2 hari juga FSH meningkat, E2 menurun secara signifikan. Sebaliknya 16 orang diet biasa beralih ke diet yang kurang daging selama dua bulan mengalami pemendekan fase folikuler, rata-rata 3.8 hari, mengalami penurunan frekuensi puncak LH dan peningkatan kadar LH. Setelah mengalami dua kalinjeksi LHRH, terjadi hubungan antara diet dengan fungsi menstruasi. Pada wanita yang mengkonsumsi diet vegetarian terjadi peningkatan frekuansi gangguan siklus menstruasi. Prevalensi ketidakteraturan menstruasi 26.5% pada vegetarian dan 4.9% pada nonvegetarian. d. Diet Rendah Lemak Hasil penelitian pada diet rendah lemak dibanding tinggi lemak, ternyata pada diet tinggi lemak tidak memberikan perbedaan kadar hormon dalam plasma dan urin, kesimpulannya tidak mempunyai pengaruh pada kadar hormon seks. Sedangkan pada diet rendah lemak akan menyebabkan tiga efek utama, yaitu panjang siklus menstruasi meningkat rata-rata 1.3 hari, lamanya waktu menstruasi meningkat rata-rata 0.5 hari, dan fase folekuler meningkat rata-rata 0.9 hari. Dengan demikian maka bagi wanita yang bukan vegetarian bila berubah ke diet rendah lemak akan memperpanjang siklus menstruasi sebagai akibat dari memanjangnya fase menstruasi dan fase folikuler.

Sindrom premenstrual adalah kombinasi gejala yang terjadi sebelum haid dan menghilang setelah haid keluar. Gejala utama meliputi sakt kepala, letih, sakit pinggang, pembesaran dan sakit pada payudara dan perasaan begah pada perut. Tindakan yang dilakukan untuk menangani kasus sindrom premenstrual adalh menganjurkan perubahan diet selain menambah suplemen nutrisi, walaupun tidak secara khusus jenis nutrisisnya apa. Secara umum anjuran diet meliputi pembatasan, gula, garam, daging, lemak hewani, alkohol, kopi, dan rokok. Sedangkan yang perlu ditambah komsumsinya adalah jenis ikan, unggas, roti, kacang-kacangan, karbohidrat kompleks, sayuran daun hijau dan sereal (Krummel, 1996). Kebanyakan klien sindrome premenstrual mengkonsumsi susu dan produknya sebanyak lima kali lipat untuk gula halus. Denan mengkonsumsi rendah lemak, dan tinggi karbohidrat akan mengurangi pembengkakan payudara. Sedangkan konsumsi tinggi karbohidrat dan rendah protein dapat memperbaiki gangguan perasaan yang tidak nyaman, hal ini berhubungan dengan pembentukan seretonin di dalam otak. Referensi: Paath, Erna Francin, dkk. 2005. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai