Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN Masalah yang sering dialami gigi molar 3 adalah kesulitan erupsi. Kondisiini disebut impaksi.

Gigi terhalang oleh gigi depannya (molar dua) atau jaringan tu lang / jaringan lunak yang padat disekitarny a. Kemungkinanny a, gigi bisamuncul sebagian atau tidak bisa erupsi sama sekali. Kalaupun muncul, erupsinya salah arah atau posisinya tidak normal. Posisi impaksi gigi molar ketiga bisa bermacam-macam, ada yang miring ke depan, vertical dan muncul sebagian, serta terpendam horizontal atau vertical. Semua itu tergantung letak dan posisi gigi molar ketiga terhadap rahang dan molar kedua, serta kedalamannya tertanam terhadap molar kedua. Tidak jarang dalam pertumbuhanny a molar ketiga in i me nimbu lkan infeksi pada jaringan lunak sekitarnya yang menimbulkan suatu keadaan yang dinamakan perikoronitis DEFINISI Perikoronitis merupakan suatu keradangan pada jaringan lunak perikoronal (operculum) yang bagian paling besar / utama dari jaringan lunak t e r s e b u t berada diatas / menutupi mahkota gigi. Gigi yang p a l i n g s e r i n g mengalami perikoronitis adalah pada gigi molar ketiga mandibula. Infeksi yangterjadi disebabkan oleh

adanya mikroorganisme dan debris yang terperangkap diantara mahkota gigi terjadi dan dari jaringan lunak diatasnya. bakteri Perikoronitis kontaminasi

d i b a w a h o p e r c u l u m , mengakibatkan pembengkakan gingiva, kemerahan dan halitosis. Timbulnya sakit merupakan salah satu variabe l, tetapi ketidakny a manan y ang dirasa biasanya mirip dengan gingivitis, abses periodontal dan tonsilitis. Sering timbul gejala limphadenopati regional, malaise, dan demam. Jika edema atau selulitis meluas mengenai otot masseter maka sering disertai trismus. Perikoronitis sering kali diperparah oleh sakit yang ditimbulkan oleh trauma dari gigi antagonisnya selama proses menutup mulut. Perikoronitis merupakan suatu kondisi y ang umum terjadi pada molar impak si dan cenderung muncu l berulang bila molar belu m erupsi se mpu rna Akibatnya, dapat terjadi destruksi tulang diantara g i g i m o l a r d a n g e r a h a m depannya. C o u n c i l m e m b e r s of The Asian Oral bahwa gigi and yang Maxillofacial tumbuh sebagian S u r g e r y menyatakan

menyebabkan timbunan makanan, plak dan debris lain pada jaringan sekitar gigi, sehingga menyebabkan inflamasi dan tenderness pada gingiva dan bau mulut yang tidak enak, disebut perikoronitis.Dalam keterangannya, perikoronitis merupakan

inflamasi (peradangan) di sekitar mahkota gigi. Perikoronitis terjadi pada tahap erupsi saat folikel gigi terbuka dan berkontak dengan cairan rongga mulut. Folikel gigi terbentuk dari cementoblas(yang membentuk sementum gigi). P e n d e r i t a perikoronitis biasanya mengeluh kesakitan y a n g t i d a k tertahankan dan seringkali menyebabkan perasaan yang kurang nyaman pada saat membuka mulutnya, dengan membuka mulut pasien akan merasa semakin terasasakit. Pasien mengeluh nafsu makannya menjadi berkurang dikarenakan lebih terasa sakit bila tersentuh dan mengunyah makanan. Rasa sakit yang idiopatik merupakan rasa sakit molar yang sedang erupsi atau rasa sakit yang menyebar ke bagian leher dan kepala. Pasien sering mengeluh sakit meski kadang secara klinis dan rongent tidak ada yang tidak normal. Kecuali adanya gigi impaksi tertanam. Perikoronitis dapat bersifat akut dan kronis. Gejala utama pada tahap akut adalah rasa ny eri sedangkan perikoronitis kronis hany a me nunjukkan sedik it gejala. Eksudat dapat terjadi pada kedua tahap i n i . G e j a l a p a d a t a h a p a w a l mungk in tidak berbeda dengan gejala pada proses tu mbuh gigi. Perta ma kali individu menyadari tumbuhnya gigi atau area di sekitar gigi kemudian timbul rasasedik it tidak ny a man y ang dirasakan semakin berta mbah parah karena area retromolar tergigit

atau tertekan. Tahap berikutnya timbul nyeri dan terbatasnya gerakan rahang. Hal inidisebabkan oleh stimulasi reseptor syaraf nyeri, namun bisa juga karena stimulasi otot terdekat y aitu otot te mporalis. Oleh karena itu observa si me nggunakan elektromiograf diperlukan pada kondisi seperti ini. Daerah yang terin feksi terlihat ginggiva y ang hipere mi, bengkak, dan mengkilat daripada daerah gingiva yang lain. Kadang sudah timbul pus, disebut perikoronal abses, pus dapat keluar melalui marginal. Pada pemeriksaan yaitu:1 . r u b o r darah. 2.tumor pus fisik : ditemukan permukaan : tanda-tanda kulit atau terjadi plasmake keradangan mukosa karena jaringan.

k e m e r a h a n a k i b a t v a s o d i l a t a s i d a n proliferasi pembuluh pembengkakan, keluarny a akumulasi atau

3.calor : teraba hangat saat palpasi karena te rjadi peningkatan aliran darah kearea infeksi 4 . d o l o r : t e r a s a sakit karena adanya stimulasi ujung syaraf oleh mediator pernafasan. Pemeriksaan fisik dimulai dari ekstra oral, lalu berlanjut ke intra oral. Dilakukan pemeriksan itegral (inspeksi, palpasi, perkusi) inflamasi 5.fungsiolasea : terdapat masalah dengan proses mastikasi, trismus, disfagia, dangangguan

kulit

wajah,

kepala,leher, Dilihat

apakah

ada fistula

pembengkakan, dan krepitasi leher, karies,

fluktuasi,

eritema,

pembentukan adakah gigi,

subkutaneus. Kemudian

limfadenopati gigiyang

keterlibatan ruangfascia, trismus dan derajat dari trismus. diperiksa adakah kedalaman karies, vitalitas gigi, lokasi pembengkakan, fistula danmobilitas gigi. Pemerik saan penunjang y ang bisa me mbantu me negakkan diagnosisadalah pemeriksaan kultur, foto rongent dan CT scan (bila diperlukan). Bilainfeksi odontogen hanya terlokalisir di dalam rongga mulut, tidak memerlukan pemeriksaan CT scan, foto rongent panoramik sudah cukup untuk menegakkandiagnosis. CT scan harus dilakukan bila infeksi telah menyebar ke dalam ruangfascia di daerah mata atau leher. FAKTOR PENYEBAB Ada sejumlah faktor yang menyebabkan gigi mengalami impaksi. Karena jaringan sekitarnya yang terlalu padat, adanya retensi gigi susu yang berlebihan,tanggalnya gigi susu terlalu awal. Bisa juga karena tidak adanya tempat untuk erupsi. Rahang sempit dikarenakan pertu mbuhan tulang tulang y ang kurangsempurna.Teori lain mengatakan pertumbuhan rahang dan gigi mempunyai tendensi bergerak maju ke arah depan. Apabila

pergerakan ini terhambat oleh sesuatu yangmerintangi, bisa terjadi impaksi gigi. Misalnya, karena infeksi, trauma, malposisigigi, atau gigi susu tanggal sebelum waktunya.Menurut teori Mendel, pertumbuhan rahang kecil, rahang dan dan bapak gigi dipengaruhi olehfaktor ada keturunan. Jika salah satu orang tua (ibu) mempunyai bergigi besar-besar, kemungkinan salah seorang anaknya berahangkecil dan bergigi besar-besar. Akibatnya, bisa terjadi kekurangan tempat erupsigigi molar ketiga dan terjadilah impaksi. Sempitnya ruang erupsi gigi molar ketiga biasa te rjadi karena pertumbuhan rahang y ang kurang se mpurna. Hal in i bisakarena perubahan pola makan. Manusia sekarang cenderung menyantap makananlunak, sehingga kurang merangsang pertumbuhan tulang rahang. Makanan lunak yang mudah ditelan menjadikan rahang tak aktif mengunyah. Sedangkan makanan banyak justru serat menjadikan titik perlu rahang kekuatan rahang lebih untuk baik. m e n g u n y a h l e b i h l a m a . P r o s e s pengunyahan lebih lama berkembang atau Sepertid i k e t a h u i , s e n d i - s e n d i d i u j u n g r a h a n g merupakan tumbuh berkembangnya rahang. Kalau proses mengunyah kurang, sendi-sendi itu punkurang aktif, sehingga rahang tidak berkembang dengan semestinya. Rahang yangharusnya cukup untuk menampung 32

gigi menjadi sempit. Akibatnya gigi molar ketiga yang erupsi terakhir Bisa juga karena tidak adanya tempat untuk erupsi. Rahang sempit dikarenakan pertu mbuhan tulang tulang yang kurangsempurna.Teori lain mengatakan pertumbuhan rahang dan gigi mempunyai tendensi bergerak maju ke arah depan. Apabila pergerakan ini terhambat oleh sesuatu yangmerintangi, bisa terjadi impaksi gigi. Misalnya, karena infeksi, trauma, malposisigigi, atau gigi susu tanggal sebelum waktunya.Menurut teori Mendel, pertumbuhan rahang dan gigi dipengaruhi olehfaktor keturunan. Jika salah satu orang tua (ibu) mempunyai rahang kecil, dan bapak bergigi besar-besar, ada kemungkinan salah seorang anaknya berahangkecil dan bergigi besar-besar. Akibatnya, bisa terjadi kekurangan tempat erupsigigi molar ketiga dan terjadilah impaksi. Sempitnya ruang erupsi gigi molar ketiga biasa te rjadi karena pertumbuhan rahang y ang kurang se mpurna. Hal in i bisakarena perubahan pola makan. Manusia sekarang cenderung menyantap makananlunak, sehingga kurang merangsang pertumbuhan tulang rahang. Makanan lunak yang mudah ditelan menjadikan rahang tak aktif mengunyah. Sedangkan makanan banyak serat perlu kekuatan rahang untuk m e n g u n y a h l e b i h l a m a . P r o s e s pengunyahan lebih lama

justru

menjadikan titik

rahang

berkembang atau

lebih

baik.

Sepertid i k e t a h u i , s e n d i - s e n d i d i u j u n g r a h a n g merupakan tumbuh berkembangnya rahang. Kalau proses mengunyah kurang, sendi-sendi itu punkurang aktif, sehingga rahang tidak berkembang dengan semestinya. Rahang yangharusnya cukup untuk menampung 32 gigi menjadi sempit. Akibatnya gigi molar ketiga yang erupsi terakhir tdk ckup tempay untuk tumbuh. Pada anamnesis, didapatkan pasien merasa sakit gigi, rahang bengkak.F r e k u e n s i pengobatan perlu dan lamanya serta untuk riwayat menentukan ditanyakan

tatalaksana. Dalam pemeriksaan fisik perlu diperiksa, apakah infeksitelah mempunyai gejala sistemik dan adakah keterlibatan penyakit sistemik yangmemperburuk keadaan infeksi. Selain itu penggalian tentang fungsi dari organ-organ kepala-leher perlu dilakukan untuk mengetahui penyebaran dari infeksi.Jumlah dan virulensi organisme mempunyai peran besar di tingkat danl u a s n y a fascial. penyebaran melalui ruang Contohnya S t r e p t o c o c c u s menghasilkan

enzim streptokinase dan hyaluronidase, yang memecah fibrin dansubstansi dasar dari jaringan penyambung host, memfasilitasi pemotongan melalui jaringan sebagai sellulitis. Host yang imunokompromise tidak dapat menjaga pertahanan efektif

melawan masuknya organisme.Infeksi odontogenik dapat berasal dari dua jalur, yaitu periapikal, sebagaihasil dari nekrosis pulpa dan invasi bakteri ke jaringan periapikal, dan periodontalsebagai hasil dari inokulasi bakteri pada periodontal pocket. Dan yang palingsering terjadi adalah melalui jalur periapikal. Jalur periapikal terjadi dari penyakit pulpa gigi, yang mengandung elemen neurovaskular gigi. Invasi bakteri di pulpag i g i i n i menghasilkan n e u r o v a s k u l a r. nekrosis Infeksi dari jaringan a k a n menyebar dari cancellous

bone hingga ke lempeng kortikal. Jika lempeng kortikalin i tipis, ma ka infeksi akan mene mbus tulang dan me ngenai jaringan lunak.Pertahanan lokal host, ju mlah dan virulensi bakteri, serta anatomi regionalmenentukan patogenesis. Sedangkan pada jalur periodontal, proses inflamasiterjadi ketika virulensi bakteri melebihi pertahanan lokal host atau benda asingyang tersangkut di sulkus ginggiva. Bakteri dan eksudat inflamasi meluas darisulkus ginggiva melalui ligamen periodontal ke periapikal atau area radikular akar gigi dan menunjukkan reaksi yang sama dengan infeksi gigi periapikal. Produk inflamasi ini dapat juga memotong bidang supraperiosteal ke dalam vestibula oralatau memotong bidang subperiosteal ke dalam ruang badan mandibula

Anda mungkin juga menyukai