Anda di halaman 1dari 4

Petualangan Simbolog Harvard University, Simbol Kuno, Freemason, dan Kebijakan Tebesar yang Hilang

Data Buku

Judul Buku Judul Asli Pengarang Penerjemah Penyunting

: The Lost Symbol : The Lost Symbol : Dan Brown : Inggrid Dwijani Nimpoeno : Esti B. Habsari dan Andityas Prabantoro Desain Sampul : Michael J. Windsor Fotografer Sampul : Murat Taner/Getty Images Pemeriksa Aksara : Eti Rohaeti Penata Aksara : Deddy S Penerbit : PT Bentang Pustaka Tebal Buku : 712 halaman; 23,5 cm Harga : Rp 149.000,00 Tanggal Terbit : 15 September 2009 Tanggal Terbit di Indonesia: 20 Januari 2010 The Lost Symbol adalah novel ketiga Dan Brown setelah Angels and Demons dan The Da Vinci Code, dengan melibatkan karakter yang sama seorang ahli simbol dari Universitas Harvard, Robert Langdon. Seperti cerita-cerita sebelumnya, Dan Brown menyelami misteri organisasi kuno yang berdiri berabad-abad lalu. Setelah membahas illuminati dan biarawan Sion, kini Dan Brown menggali persaudaraan mason atau kerap disebut Freemasonry dalam The Lost Symbol. Garis besar cerita masih sama, yaitu petualangan semalam suntuk untuk menyelamatkan nyawa seseorang atau sesuatu dari sosok misterius yang tak diduga dan berhubungan dengan organisasi penuh rahasia. Tak lupa, seorang tokoh wanita yang akan menemani petualangan sang tokoh utama pria. Kali ini Langdon terjebak dalam petualangan berbahaya penuh teka-teki dalam mengungkap rahasia Gedung Capitol , di Washington DC. Awalnya, Langdon datang ke Washington DC untuk memenuhi undangan menjadi pembicara dari seorang petinggi Mason, yang tak lain adalah sahabat lamanya, Peter Solomon. Tetapi setelah tiba di sana, Langdon menyadari ada yang tidak beres. Undangan tersebut ternyata palsu. Langdon justru menemukan Tangan Misteri, sebuah simbol yang dibuat dari potongan pergelangan tangan manusia. Hal yang mengejutkan, tangan tersebut merupakan tangan kanan Peter Solomon. Langdon dihubungi oleh seseorang yang mengaku sedang menyandera Solomon dan ingin Langdon memecahkan teka-teki tentang Misteri Kuno yang dimiliki oleh organisasi Freemason. Konon teka-teki tersebut melindungi sebuah lokasi di Washington DC tempat penyimpanan kebijakan tertinggi umat manusia.

Karakter-karakter yang muncul dalam Novel ini yaitu pertama adalah tokoh Sato, direktur CIA keturunan Asia yang sangat briliant namun dingin dan kaku. Dia langsung muncul dengan penegasan keterlibatannya mengikuti kasus ini demi keamanan nasional yang tengah terancam. Kedua, Katherine Solomon, adik Peter Solomon, yang tengah meneliti tentang Ilmu Neotic. Sebuah ilmu mengenai pembuktian ilmiah atas segala keyakinan dan kepercayaan manusia. Semisal penimbangan massa ruh, pikiran manusia yang dapat diukur kuantitasnya dan lain-lain. Ketiga, Peter Solomon, adalah lebih dari sekedar sahabat bagi Langdon. Ia seorang aktifis Mason yang bahkan telah menduduki tingkat teratas dalam organisasi tersebut. Peter sebelumnya pernah menitipkan sebuah benda tak ternilai milik kelompok Mason kepada Langdon, yang akhirnya diketahui sebagai puncak piramida Mason. Sebuah kepingan yang diyakini mampu mengungkap keberadaan dan lokasi Misteri kuno. Misteri kuno bagi kelompok Mason adalah sesuatu yang maha tinggi dan diyakini akan mampu mengubah dunia ke arah yang lebih baik, sebuah sumber pencerahan. Satu lagi tokoh penting dalam novel ini adalah Mal'akh. Seorang tokoh antagonis sempurna, bahkan terlalu sempurna, karena sejak awal dialah yang merancang semua konflik dalam novel ini secara detail dan sempurna. Seorang pemuda bertubuh sempurna dengan kecerdasan yang luar biasa dan telah memutuskan diri untuk mengabdikan jiwa dan tubuhnya bagi dunia kegelapan. Menjelajahi terowongan-terowongan bawah tanah Gedung Capitol, Perpustakaan Kongres, kuil-kuil Mason, dam Monumen Washington. Langdon harus berpacu dengan waktu, sekaligus menghindari kejaran CIA yang menganggapnya sebagai ancaman nasional. Sebelum tengah malam, Langdon harus sudah berhasil memecahkan teka-teki organisasi Mason. Jika tidak, nyawa Peter akan melayang dan rahsia yang konon akan mengguncang Amerika Serikat dan bahkan dunia akan tersebar. Novel ini diakhiri dengan dialog Katherine dan Langdon mengenai teori ketuhanan dan manusia. Inilah pesan sesungguhnya yang ingin disampaikan Dan Brown dalam novel ini. Bahwa pencerahan tertinggi adalah ketika manusia kembali kepada Tuhan, tidak peduli kita memanggil Tuhan itu bagaimana. Dalam novel thriller-nya ini, Dan Brown menunjukkan kepandaiannya dalam merangkai kata menjadi cerita yang membuat siapa pun enggan melepas novel ini sebelum selesai membacanya.Dan Brown kembali memadukan fakta sejarah dan imajinasi fiksi, sehingga menghadirkan novel yang luar biasa. Topik yang di angkat adalah perkumpulan organisasi rahasia Mason, yang kental akan kontroversinya, agenda-agenda rahasianya, serta simbol-simbolnya. Perlu digaris bawahi bahwa organisasi rahasia dan tempat-tempat dalam novel ini adalah fakta dan benar adanya. Semua ritual, ilmu pengetahuan, karya seni, dan monumen dalam novel ini nyata. Sepintas bisa saja novel ini dapat disamakan dengan buku sejarah, karena memuat fakta-fakta sejarah. Namun sekali lagi, berkat kepandaian Dan Brown dalam mengolah kata, kita tidak akan bosan dengan berbagai fakta sejarah tersebut. Nyatanya, bisa jadi kita akan mencari tahu

lebih lanjut tentang fakta-fakta tersebut. Di sini lah letak keunggulan novel ini. Mengajak kita untuk mempelajari sejarah lebih dekat. Sayangnya, beberapa penjabaran tentang misteri ataupun rahasia dari novel ini terkesan tanggung. Membuat kita bertanya-tanya akan hal yang sebenarya. Tokoh maupun alur ceritanya juga hampir memiliki kemiripan dengan novel Dan Brown sebelumnya dan cenderung terlalu datar. Sehingga kita mungkin bisa menebak beberapa alur-nya. Tokoh antagonis Malakh yang terlalu sempurna serta kompleks dalam cerita. Beberapa bab yang memuat adegan-adegan dramatis seperti bab dimana Robert Langdon diceritakan mati kurang maksimal. Dalam novel ini Dan Brown juga tidak melampirkan teori-teori konspirasi besar seperti novel-ovel terdahulunya. Secara keseluruhan novel ini bagus dan sangat asyik dibaca. Novel ini juga membuka wawasan kita akan pemahaman baru tentang ilmu noetic dan persaudaraan Mason.

Resensi Novel The Lost Symbol Tiwi Harjanti Cakranita XI IA 6/19

Anda mungkin juga menyukai