Anda di halaman 1dari 3

BAB II PEMBAHASAN 1.

1 Peraturan Tentang Pertanahan Pertama-pertama yang dilahirkan ialah memupuk kekayaan untuk kerajaan dengan cara mengumumkan bahwa semua tanah yang berada dalam kekuasaan di Barat Juring dimiliki oleh raja dengan status Dereuwe Dalam orang-orang hanya boleh mengerjakan sebagai penggarap dengan bagi hasil yang sebagian dari hasilnya diserahkan kepada kerajaan. Oleh karenanya di Lombok Barat tidak seorang pun tanah sawah dan kebun sebagai tanah pusaka, kecuali bagi orang bangsawan yang mendapat kepercayaan sebagai abdi kerajaan. Untuk wilayah Timur Juring tatanan peraturan yang digunakan adalah aturan yang sudah berlaku. Pada masa ini terdapat berbagai macam istilah atau sebutan bagi tanah yaitu: 1. Tanah sawah garapan (pertanian) 2. Tanah kebun 3. Tanah ladang (pengembalaan) 4. Tanah liar (semak belukar) Adapun tanah garapan tersebut merupakan tanah kebun. Surat tersebut sebagai tanda bukti kepemilikan atas nama P wijaya. Tanah kebun ini merupakan tanah yang berada di daerah kerajaan Karangngasem, seperti kutipan bunyi naskah surat akta tanah berikut ini : Pangeling-eling, ana atur piwekase i wirak, katur antuk tanah, rung da anake agung gde karangasem, pidagingan ipun, i wirak mapanunasan ring da anake agung gde karangasem, i wirak manunas abian duene ring kelayu, ne kagambel antuk pan wiraja, keh abian peteng cutak, abian ike samian 6.400, abian ike mawaste kelot rage acutak, mawaste kelot lulurung acutak, mawaste kebon

datar duang cutak, ida anake agung gde karangasem ica ndagingin kadi panunasih I wirak ne kocap ring arab, ike karaning ana. TERJEMAHAN DALAM BAHASA INDONESIA : Surat keterangan (Akta), ada permintaan dari i wirak, permintaan tentang tanah, ditujukan kepada Ida Inake Agung Gde karangasem, perihal isinya, I wirak mengajukan permintaan kepada Ida anake Agung Gde Karangasem. I wirak meminta tanah tegalan milik beliau (yang ada) di Kelayu, yang dipegang (dikerjakan) oleh Pan Wiraja, tanah tegalan itu banyaknya 4 cutak (bidang), tanah tegalan itu semuanya 6.400 tanah tegalan itu bernama Kelod Rangga satu bidang, bernama Kelod Rurung (sebelah selatan jalan) satu bidang, bernama Kebon Datar dua bidang, Ida Anakae Agung Gde karangasem dengan senang hati memenuhi permintaan I wirak seperti tersebut di depan, itu sebabnya ada (dibuat). Analisis naskah sebidang tanah atau naskah surat akta tanah Identitas Naskah Nama Naskah : Surat-Surat Akte Tanah

Panjang Lontar : 31 Cm Lebar Naskah Jenis Huruf : 3,5 Cm : Bahasa Bali

Keadaan Naskah : Pada Bagian Ujung Naskah robek Waktu Pencatatan (kolofon) : Hari : Jumat Kliwon

Tanggal/bulan : 5 Juli

Tahun

: Saka 1765 (1843M)

Tulisan pengeling-eling ini adalah mengingatkan diri kepada Tuhan untuk mengingatkan kita bahwa dalam membuat surat akte (sertifikat). Status tanah yang ditujukan kepada kerajaan karangngasem tentang perihal mengajukan permohonan surat kepemilikan tanah yang berlokasi di wilayah Kelayu Lotim. Sementara status tanah tersebut digarap oleh bapak Wiraja kemudian sebidang tanah tersebut adalah tanah kebun sebanyak 4 petak dengan luas 6.400 m2. Batas-batas tanah tersebut disebelah selatan jalan ada sebidang tanah kebun bernama kebun datar. Anak Agung Karangngasem mendatangi surat keterangan akta itu kemudian diberikan cap jempol dipegang oleh pemiliknya yang bernama bapak Wijaya sebagai tanda bukti kepemilikan. Surat akta tersebut ditulis pada hari Jumat Kliwon. Waktu gunung Minggu ke-2 tangga 5 bulan Juli tahun 1765 Saka (Saka berarti tahun Hindu) (1843 masehi). Naskah ini ditulis secara bolak-balik (reverpo). Surat ini dijadikan 2 lembar, satu lembar dipegang oleh pemilik tanah yaitu Bapak Wijaya, kemudian satu lembar lagi dipegang oleh kedistrikan (Camat/kec. Cakra Negara) yang bernama Wirati.

Anda mungkin juga menyukai