Malaria
Malaria
Dr.M.JUFRI MAKMUR.SpPD
Pendahuluan
Malaria adalah: Penyakit parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit yang ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, mengigil, anemia dan splenomegali
Dapat berlangsung akut atau kronik Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat Menyebabkan kematian terutama pada kelompok resiko tinggi (bayi, anak balita, ibu hamil)
Menurunkan produktifitas kerja Upaya: Program Pemberantasan malaria (Diagnosis dini, Pengobatan Cepat dan Tepat, Surveilans dan Pengendalian vektor)
Etiologi
Plasmodium ini pada manusia menginfeksi eritrosit, dan mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan eritrosit Pembiakan seksual terjadi pada tubuh nyamuk anopheles betina Parasit Malaria yang terdapat di Indonesia: 1. Plasmodium Vivax (Malaria tertiana, Benign Malaria) 2. Plasmodium Falciparum (Malaria tropika, Malignan Malaria)
Parasit malaria memerlukan dua hospes utk siklus hidupnya: manusia dan nyamuk anopheles betina Manusia: 1.Siklus eksoeritrosoter 2.Siklus eritrositer
MANUSIA DALAM DARAH Skizon Faffffffff Eritrositik Skizogoni Faa DALAM JARINGAN / hati Obat SkizontosidJaringan Eksoeritrositik Primer Skizogoni Merozoit
SPOROGONI
Obat Sporontosidal
Eksoeritrositik Laten Skizogoni Relaps Obat Anti Gametosid Obat Anti Relaps
1. Manusia: Pada wkt nyamuk anopheles infektif menghisap darah manusia, sporozoit yg berada di kljr liur nyamuk akan masuk ke dlm peredaran darah manusia selama jam. Setelah itu akan masuk kedalam sel hati dan menjadi tropozoit hati
Patogenesis: 1. Demam: mulai timbul saat pecahnya scizon darah yg nenegeluarkan bermacam-macam antigen. Antigen akan merangsang makrofag, monosit, atau limfosit yg mengeluarkan berbagai sitokin (al: tumor nekrosis faktorTNF). TNF akan dibawa ke hipotalamus (pusat pengatur suhu) dan terjadi demam
Lama proses scizogoni: 1. P. falciparum: 36 48 jam, demam dapat terjadi setiap hari 2. P. vivax/ovale: 48 jam, demam selang waktu satu hari
2. Anemi: terjadi karena pecahnya sel darah merah yg terinfeksi maupun yg tidak terinfeksi. P. falciparum: menginfeksi semua jenis sel darah merah, sehingga anemi dpt terjadi pada infeksi akut maupun kronis. P. vivax/ovale: menginfeksi sel darah merah yg masih muda (2%), sehingga anemi terjadi pada infeksi kronis
3. Splenomegali: Limfa merupakan organ retikuloendotelial, dimana plasmodium dihancurkan oleh sel-sel makrofag dan limfosit. Penambahan sel-sel radang ini menyebabkan limfa membesar
3. Malaria berat (P. falciparum): 1. Eritrosit mengalami sekuestrasi: tersebarnya eritrosit yg berparasit ke pembuluh kapiler alat dalam tubuh. 2. Knop: pada permukaan Eritrosit terinfeksi akan terbentuk knop, yg merupakan tempat berikatan dg endotel kapiler, shg terjadi obstruksi pada kapiler, sehingga terjadi iskemi jaringan (organ)
3. Rosette: Bergerombolnya eritrosit yg berparasit dengan eritrosit lainnya 4. Proses imunologi: terbentuknya mediator al: TNF, Interleukin, yg berperan dalam gangguan fungsi organ
Diagnosis Malaria
1. Anemnesis 2. Pemeriksaan Fisik 3. Pemeriksaan Laboratorium Diagnosis pasti malaria harus ditegakkan dg pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopik atau tes diagnosis cepat
1. Anemnsis: 1. Keluhan utama: demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot, atau pegal. Klasik: Trias Malaria, secara berurutan periode dingin (15 - 60 menit), mengigil, diikuti periode panas (beberapa jam), diikuti periode berkeringat, temperatur turun dan merasa sehat
2. Riwayat berkunjung dan bermalam 1 - 4 minggu yg lalu ke daerah endemik malaria 3. Riwayat tinggal di daerah endemik malaria 4. Riwayat sakit malaria 5. Riwayat minum obat malaria satu bulan terahir 6. Riwayat mendapat tranfusi darah
Pada penderita tersangka malaria berat dapat ditemukan: 1. Gangguan kesadaran dlm berbagai derajat 2. Keadaan umum yg lemah (tdk bisa duduk/berdiri) 3. Kejang-kejang 4. Panas sangat tinggi 5. Mata atau tubuh kuning (ikterus) 6. Perdarahan hidung, gusi, atau sal pencernaan 7. Napas cepat dan atau sesak napas 8. Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum 9. Warna air seni sepeti teh tua dan dapat sampai kehitaman 10. JUmlah air seni kurang (oliguri) sampai tidak ada (anuria) 11. Telapak tangan sangat pucat Harus segera di rujuk
2. Pemeriksaan Fisik: 1. Demam ( t 37 C) 2. Konjungtiva atau telapak tangan pucat 3. Pembesaran limfa (splenomegali) 4. Pembesaran hati (hepatomegali)
Pemeriksaan Fisik malaria berat: 1. t rektal 40 C 2. Nadi cepat dan lemah/kecil 3. TS < 70 mmHg (dewasa), < 50 (anak) 4. R > 35 x/menit, 5. Penurunan kesadaran (GCS < 11)
6. Manifestasi perdarahan (petekhiae, purpura, hematom) 7. Tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang, bibir kering, produksi air seni berkurang) 8. Anemia berat 9. Ikterik 10. Ronkhi pada kedua paru 11. Pembesaran limfa dan hepar 12. Gagal ginjal (oliguri / anuri) 13. Gajala neurologik Kaku kuduk, reflak patologis
1. Pemeriksaan dengan mikroskop: Pemeriksaan sediaan darah tebal dan tipis di puskesmas/lapangan/RS untuk menentukan: 1. ada tidaknya parasit malaria (+/-) 2. spesies dan stadium plasmodium 3. Kepadatan parasit
Untuk tersangka malaria berat perlu memperhatikan hal sbb: 1. Bila pemeriksaan darah pertama negatip, perlu diperiksa ulang setiap 6 jam sampai 3 hari berturut turut 2. Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari berturut turut tidak ditemukan parasit maka diagnosis malaria disingkirkan
2. Pemeriksaan dengan test diagnostik cepat (Rapid diagnostik test) berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dg menggunakan metoda imunokromatografi dlm bentuk dipstik
1. Hb dan Ht 2. hitung jumlah lekosit dan trombosit 3. GD, Serum bilirubin, SGOT/SGPT, Alkali posfatase, Albumin/globulin, ureum/kreatinin, Na, K, analisa gas darah 4. EKG 5. Foto toraks 6. Analisa cairan cerebrospinal 7. Biakan darah dan uji serologi 8. Urinalisis
Diagnosis banding
1. 2. 3. 4. 5.
Demam tifoid Demam dengue ISPA Leptospirosis ringan Infeksi virus akut lainnya
DD/ Malaria berat: 1. Meningoencefalitis 2. Stroke 3. Tifoid ensefalopati 4. Hepatitis 5. Leptospirosis berat 6. Glomerulonefritis akut atau kronik 7. Sepsis 8. DHF atau DSS
PENGOBATAN
Penderita di follow up untuk diperiksa ulang Sediaan Darahnya pada H3, 7, 14, 28 dan Pv dilanjutkan sp akhir bulan 3.
3. Catatan: 3.1. Sudah ada sarana diagnostik malaria, dan blm ada obat ACT: P falciparum: sulfadoksin + pirimetamin (3 tab dosis tunggal) + Primakuin 2 3 tab, bila tidak efektif: Kina + doksisiklin/tetrasilin + Primakuin 3.2. Belum ada sarana diagnostik malaria: Pdrt gejala klinik malaria: Klorokuin + Primakuin
2. Obat Alternatif:
Kina dihidroklorida parenteral
Klorokuin : - Sizontosid darah - anti gametosid, P.vivax dan P.malarie SP : - Sizontosid darah - Sporontosidal Kina : - Sizontosid darah - Anti gametosid, P.vivax dan P.malarie
Primaquin : - Anti gametosid - Anti hipnosoit, Artesunat : - Sizontosid darah, Amodiakuin : - Struktur dan aktivitas sama dgn klorokuin Tetracyclin : - Sizontosid darah
*Artesunate
H1
1 1
1 1 1 1
2 2
1 2 2 2 2
3 3
2 3 3 3 3
4 4
23 4 4 4 4
**Amodiaquine
Primaquin *Artesunate
H2 **Amodiaquine *Artesunate
H3
**Amodiaquine
Efektif: sampai dengan hari ke 28, ditemukan keadaan klinis sembuh, (sejak hari ke 4) dan tidak ditemukan parasit stad aseksual sejak hari ke 7 Tidak efektif: gejala klinik memburuk dan parasit aseksual positip, atau gejala klinik tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang (persisten) atau timbul kembali (rekrudesensi), diberikan obat lini 2
Pengobatan Lini Kedua Malaria P. falciparum dosis Dewasa (BB > 60 Kg BB)
Alternatif
Hari IV V
VI
VII
Tetracycline 250 g 4 x 1 4 x 1 4 x 1 4 x 1 4 x 1 4 x 1 4 x 1
3x2 3x2 3x2 3x2 3x2 3x2 3x2 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1 2x1 3 -
H1
H2
H3 H4 14
Efektif: sampai hari ke 28 klinis sembuh (sejak hari ke 4) dan tidak ditemukan parasit stadium aseksual sejak hari ke 7 Tidak efektif: dalam 28 hari setelah pemberian obat - klinis memburuk, dan parasit aseksual positip, - klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang (persisten), atau timbul kembali sebelum hari ke 4 (kemungkinan resisten), - atau klinik membaik tetapi parasit timbul kembali antara hari ke 15 sampai hari ke 28 (kemungkinan resisten, relaps atau infeksi baru)
Hari
H1-7 H114
Kina Primakuin
*) Dosis berdasarkan berat badan : - Kina 30 mg/KgBB/hari (dibagi 3 dosis) - Primakuin 0,75 mg/KgBB, dosis tunggal
Hari
H1 Primakuin
H2
H3
Klorokuin
Klorokuin
1/8
2
1
3
1
34
2
Hari
Jenis Obat
01 bln
**)
2 11 bln **)
14 th
3x
59 th
3x1
10 14 th
> 15 th
H1 7
Kina
3x1 3x2
H1
Primakuin
2-3
*) Apabila pada hari ke 4 setelah pengobatan lini pertama penderita tetap demam, tidak memburuk (tidak berkembang menjadi malaria berat), di daerah yang sulit mendapatkan pemeriksaan laboratorium maka pengobatan malaria klinis diulangi dengan kina selama 7 hari dan primakuin 1 hari (pengobatan lini kedua) **) Dosis untuk bayi (0 11 bln) berdasarkan BB : - kina 30 mg/KgBB/hr (dibagi 3 dosis) - primakuin 0,75 mg/KgBB, dosis tunggal (tidak diberikan pd bumil dan bayi).
Lini 1:
Derivat Artesmisin parenteral (di RS atau Puskesmas perawatan): Artesunat IV/IM; Artemeter IM Kina injeksi 10 mg/Kg BB/8 jam atau 30 mg/Kg BB/24 jam untuk anak.
Lini 2:
Artesunat: Vial yg berisi 60 mg serbuk kering Pelarut dalam ampul 0,6 ml natrium bikarbonat 5 % Keduanya dicampur dan ditambah dext 5 % 3 5 ml
Loading dose: 2,4 mg/kgBB, IV, selama 2 menit, Diulang setelah 12 jam Selanjutnya: 1 x perhari (dosis dan cara sama) Diberikan sampai pdrt mampu minum obat oral, lini 1 P falciparum
Artemeter IM: Ampul 40 mg dlm lar minyak Loading dose: 3,2 mg/kg BB,IM Selanjutnya: 1,6 mg/Kg BB, IM, 1x/hari, sampai pdrt mampu minum obat, lini 1 P Falcifarum
Kemasan: ampul 2 ml berisi 500 mg Dosis (dewasa termasuk bumil): Loading dose: 20 mg/kg BB dilarutkan dlm 500 ml dext 5% atau NaCl 0,9 % diberikan selama 4 jam pertama (40 gtt/mnt), selanjutnya 4 jam kedua dext/NaCl kosong, selanjutnya 4 jam ketiga 10 mg/KgBB, dst. Atau: 10 mg/KgBB selama 8 jam, sampai pdrt sadar
Ringkasan
Malaria masih merupakan masalah di seluruh dunia Upaya penanggulangan: diagnosis dini, pengobatan cepat dan tepat Follow up pengobatan pasien sangat penting Untuk mencegah resistensi digunakan terapi artemisin kombinasi