Anda di halaman 1dari 5

BIOGRAFI Prof.Dr.-Ing.

Bacharuddin Jusuf Habibie

== Keluarga

dan pendidikan ==

Habibie merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Alwi Abdul Jalil Habibie lahir pada tanggal 17 Agustus 1908 di Gorontalo dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo lahir di Yogyakarta 10 November 1911. Ibunda R.A. Tuti Marini Puspowardojo adalah anak seorang spesialis mata di Yogya, dan ayahnya yang bernama Puspowardjojo bertugas sebagai pemilik sekolah. B.J. Habibie adalah salah satu anak dari tujuh orang bersaudara.<ref>Makka, Makmur.A, The True Life of HABIBIE Cerita di Balik Kesuksesan, PUSTAKA IMAN, 2008</ref> B.J. Habibie menikah dengan [[Hasri Ainun Habibie|Hasri Ainun Besari]] pada tanggal 12 Mei 1962, dan dikaruniai dua orang putra, yaitu [[Ilham Akbar]] dan [[Thareq Kemal]].<ref>http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/biography/index.asp?presiden=habibie</ref> Sebelumnya ia pernah berilmu di [[SMA Kristen Dago Bandung|SMAK Dago]].<ref>http://regional.kompas.com/read/2011/07/19/17264542/Ruth.Sahanaya.Pernah. di.SMAK.Dago</ref> Ia belajar teknik mesin di [[Institut Teknologi Bandung]] tahun 1954. Pada [[1955]]-[[1965]] ia melanjutkan studi [[teknik penerbangan]], spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di [[RWTH Aachen]], [[Jerman Barat]], menerima gelar [[diplom ingineur]] pada [[1960]] dan gelar [[doktor ingineur]] pada [[1965]] dengan predikat [[summa cum laude]].

= Pekerjaan

dan karier ==

Habibie pernah bekerja di [[Messerschmitt-Blkow-Blohm]], sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di [[Hamburg]], [[Jerman]], sehingga mencapai puncak karier

sebagai seorang wakil presiden bidang teknologi. Pada tahun 1973, ia kembali ke Indonesia atas permintaan mantan presiden [[Suharto]]. Ia kemudian menjabat sebagai [[Menteri Negara Riset dan Teknologi]] sejak tahun 1978 sampai Maret 1998. Sebelum menjabat Presiden (21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999), B.J. Habibie adalah Wakil Presiden (14 Maret 1998 - 21 Mei 1998) dalam [[Kabinet Pembangunan VII]] di bawah Presiden Soeharto. Ia diangkat menjadi ketua umum [[ICMI]] (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), pada masa jabatannya sebagai menteri.

== Masa

Kepresidenan ==

Habibie mewarisi kondisi kacau balau pasca pengunduran diri Soeharto akibat salah urus pada masa [[orde baru]], sehingga menimbulkan maraknya kerusuhan dan disintegerasi hampir seluruh wilayah Indonesia. Segera setelah memperoleh kekuasaan Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari [[Dana Moneter Internasional]] dan komunitas negaranegara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi. Pada era pemerintahannya yang singkat ia berhasil memberikan landasan kokoh bagi Indonesia, pada eranya dilahirkan UU Anti Monopoli atau UU Persaingan Sehat, perubahan UU Partai Politik dan yang paling penting adalah UU [[otonomi daerah]]. Melalui penerapan UU otonomi daerah inilah gejolak disintergrasi yang diwarisi sejak era [[Orde Baru]] berhasil diredam dan akhirnya dituntaskan di era presiden [[Susilo Bambang Yudhoyono]], tanpa adanya UU otonomi daerah bisa dipastikan Indonesia akan mengalami nasib sama seperti [[Uni Soviet]] dan [[Yugoslavia]]. Pengangkatan B.J. Habibie sebagai Presiden menimbulkan berbagai macam kontroversi bagi masyarakat Indonesia. Pihak yang pro menganggap pengangkatan Habibie sudah konstitusional. Hal itu sesuai dengan ketentuan pasal 8 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa ''"bila Presiden mangkat, berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia diganti oleh Wakil Presiden sampai habis waktunya"''. Sedangkan pihak yang kontra menganggap bahwa pengangkatan B.J. Habibie dianggap tidak konstitusional. Hal ini bertentangan dengan ketentuan pasal 9 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa ''"sebelum presiden memangku jabatan maka presiden harus mengucapkan sumpah atau janji di depan MPR atau DPR".''

Langkah-langkah yang dilakukan BJ Habibie di bidang politik adalah: * Memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya sehingga banyak bermunculan partai-partai politik baru yakni sebanyak 48 partai politik * Membebaskan narapidana politik (napol) seperti [[Sri Bintang Pamungkas]] (mantan anggota DPR yang masuk penjara karena mengkritik Presiden Soeharto) dan [[Muchtar

Pakpahan]] (pemimpin buruh yang dijatuhi hukuman karena dituduh memicu kerusuhan di [[Medan]] tahun [[1994]]) * Mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh independen * Membentuk tiga undang-undang yang demokratis yaitu : # UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik # UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu # UU No. 4 tahun 1999 tentang Susunan Kedudukan DPR/MPR * Menetapkan 12 Ketetapan MPR dan ada 4 ketetapan yang mencerminkan jawaban dari tuntutan reformasi yaitu : # Tap MPR No. tentangReferendum VIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap No. IV/MPR/1983

# Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No. II/MPR/1978 tentang Pancasila sebagai azas tunggal # Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No. V/MPR/1978 tentang Presiden mendapat mandat dari MPR untuk memiliki hak-hak dan Kebijakan di luar batas perundang-undangan # Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang Pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden maksimal hanya dua kali periode.

12 Ketetapan MPR antara lain : # Tap MPR No. X/MPR/1998, tentang pokok-pokok reformasi pembangunan dalam rangka penyelematan dan normalisasi kehidupan nasional sebagai haluan negara # Tap MPR No. XI/MPR/1998, tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme # Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang pembatasan masa jabatan presiden dan wakil presiden Republik Indonesia # Tap MPR No. XV/MPR/1998, tentang penyelenggaraan Otonomi daerah # Tap MPR No. XVI/MPR/1998, tentang politik ekonomi dalam rangka demokrasi ekonomi # Tap MPR No. XVII/MPR/1998, tentang Hak Asasi Manusia (HAM) # Tap MPR No. VII/MPR/1998, tentang perubahan dan tambahan atas Tap MPR No. I/MPR/1998 tentang peraturan tata tertib MPR # Tap MPR No. XIV/MPR/1998, tentang Pemilihan Umum # Tap MPR No. III/V/MPR/1998, tentang referendum 3

# Tap MPR No. IX/MPR/1998, tentang GBHN # Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pemberian tugas dan wewenang khusus kepada Presiden/mandataris MPR dalam rangka menyukseskan dan pengamanan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila # Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4)

Di bidang ekonomi, ia berhasil memotong nilai tukar rupiah terhadap dollar masih berkisar antara Rp 10.000 Rp 15.000. Namun pada akhir pemerintahannya, terutama setelah pertanggungjawabannya ditolak MPR, nilai tukar rupiah meroket naik pada level Rp 6500 per dolar AS nilai yang tidak akan pernah dicapai lagi di era pemerintahan selanjutnya. Selain itu, ia juga memulai menerapkan independensi [[Bank Indonesia]] agar lebih fokus mengurusi perekonomian. Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia, BJ Habibie melakukan langkah-langkah sebagai berikut : * Melakukan restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan melalui pembentukan [[BPPN]] dan unit Pengelola Aset Negara * Melikuidasi beberapa bank yang bermasalah * Menaikkan nilai tukar [[rupiah]] terhadap [[dolar]] hingga di bawah Rp. 10.000,00 * Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri * Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan [[IMF]] * Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan yang Tidak Sehat * Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Salah satu kesalahan yang dinilai pihak oposisi terbesar adalah setelah menjabat sebagai Presiden, B.J. Habibie memperbolehkan diadakannya [[referendum]] provinsi Timor Timur (sekarang [[Timor Leste]]), ia mengajukan hal yang cukup menggemparkan publik saat itu, yaitu mengadakan jajak pendapat bagi warga Timor Timur untuk memilih merdeka atau masih tetap menjadi bagian dari Indonesia. Pada masa kepresidenannya, Timor Timur [[Krisis Timor Timur (1999)|lepas]] dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjadi negara terpisah yang berdaulat pada tanggal [[30 Agustus]] [[1999]]. Lepasnya Timor Timur di satu sisi memang disesali oleh sebagian warga negara Indonesia, tapi disisi lain membersihkan nama Indonesia yang sering tercemar oleh tuduhan pelanggaran HAM di Timor Timur. Kasus inilah yang mendorong pihak oposisi yang tidak puas dengan latar belakang Habibie semakin giat menjatuhkan Habibie. Upaya ini akhirnya berhasil dilakukan pada Sidang Umum 1999, ia memutuskan tidak mencalonkan diri lagi setelah laporan pertanggungjawabannya ditolak oleh [[MPR]]. 4

Pandangan terhadap pemerintahan Habibie pada era awal reformasi cenderung bersifat negatif, tapi sejalan dengan perkembangan waktu banyak yang menilai positif pemerintahan Habibie. Salah pandangan positif itu dikemukan oleh [[L. Misbah Hidayat]] Dalam bukunya [[Reformasi Administrasi: Kajian Komparatif Pemerintahan Tiga Presiden]].<ref>Reformasi Administrasi: Kajian Komparatif Pemerintahan Tiga Presiden</ref> {{cquote|Visi, misi dan kepemimpinan presiden [[Habibie]] dalam menjalankan agenda reformasi memang tidak bisa dilepaskan dari pengalaman hidupnya. Setiap keputusan yang diambil didasarkan pada faktor-faktor yang bisa diukur. Maka tidak heran tiap kebijakan yang diambil kadangkala membuat orang terkaget-kaget dan tidak mengerti. Bahkan sebagian kalangan menganggap Habibie apolitis dan tidak berperasaan. Pola kepemimpinan Habibie seperti itu dapat dimaklumi mengingat latar belakang pendidikannya sebagai doktor di bidang konstruksi pesawat terbang. Berkaitan dengan semangat demokratisasi, Habibie telah melakukan perubahan dengan membangun pemerintahan yang transparan dan dialogis. Prinsip demokrasi juga diterapkan dalam kebijakan ekonomi yang disertai penegakan hukum dan ditujukan untuk kesejahteraan rakyat. Dalam mengelola kegiatan kabinet sehari-haripun, Habibie melakukan perubahan besar. Ia meningkatkan koordinasi dan menghapus egosentisme sekotral antarmenteri. Selain itu sejumlah kreativitas mewarnai gaya kepemimpinan Habibie dalam menangani masalah bangsa.<ref>Suryo B. Sulistyo.1999."Kebijakan ekonominya mengandalkan kekuatan pasar", dalam Badaruddin et.al. ''Kepemimpinan BJ. Habibie. Visi, Misi, dan Stategi'', Jakarta: Yayasan Bina Profesi dan Wirausaha</ref> Untuk mengatasi persoalan ekonomi, misalnya, ia mengangkat pengusaha menjadi utusan khusus. Dan pengusaha itu sendiri yang menanggung biayanya. Tugas tersebut sangat penting, karena salah satu kelemahan pemerintah adalah kurang menjelaskan keadaan Indonesia yang sesungguhnya pada masyarakat internasional. Sementara itu pers, khususnya pers asing, terkesan hanya mengekspos berita-berita negatif tentang Indonesia sehingga tidak seimbang dalam pemberitaan.}}

Anda mungkin juga menyukai