Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH IPTEK

PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA LOBSTER AIR TAWAR (LAT) RED CLAW DENGAN SISTEM BOTOL

Oleh Ir. Ernawati, MP STAFF PENGAJAR

FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN 2013

MAKALAH IPTEK : PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA LOBSTER AIR TAWAR (LAT) RED CLAW DENGAN SISTEM BOTOL PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Moulting adalah suatu proses pertumbuhan pada LAT yangt dilakukan dengan cara ganti kulit sesuai dengan badannya yang tumbuh membesar. Moulting merupakan suatu proses yang rumit, dimana tingkat kematian LAT pada fase ini tidak dapat dihindari. Kebanyakan kematian pada LAT salah satunya disebabkan oleh kegagalan dalam proses molting. Dalam proses molting ini banyak melalui proses-proses bersifat hormonal. Setidaknya dua jenis hormon diketahui bertanggung jawab terhadap proses molting. Hormon tersebut adalah hormon Ecdysis dan Molt Inhibiting Hormone(MIH). Ecdysis berperan dalam memicu proses molting, sedangkan HIM berfungsi sebaliknnya yaitu menghambat proses molting itu sendiri. Dalam proses molting dijumpai pula fenomena khas, yaitu berupa proses penyerapan kalsium dari kerangka yang disimpan dalam organ khusus dalam perut LAT yang disebut sebagai Gastrolith. Ciri-ciri LAT yang akan molting adalah sebagai berikut: LAT cendrung senang berdiam diri dalam persembunyiannya & kurang aktif. Kalaupun bergerak mereka tampak lamban dan seperti akan mati, warna kulit lebih cenderung keruh ataupun gelap, terbukanya rostrum, atau rostrum terlihat membengkak, sedangkan proses molting itu sendiri secara ringkas terbagi dalam empat tahapan yaitu: Proecdysis, Ecdysis, Metecdysis dan Intramolting. Proecdysis: Tahapan ini merupakan tahapan persiapan dalam proses molting, dimana sel-sel epidermis LAT memisahkan diri dari kutikel tua dan mulai menyiapkan diri membentik kerangka luar baru. Kalsium diserap dari kerangka lama dan disimpan dalam gastrolith. Pada tahapan ini LAT akan berhenti makan, kebutuhan energinya selanjutnya diambil alih oleh hepatopancreas yang akan mensuplai energi selama proses tersebut berlangsung. Ecdysis: Tahapan ini merupakan tahapan dimana LAT melakukan lama. Saat baru keluar kutikel LAT dalam keadaan masih lembut.

pelepasan

dari

kerangka

Metecdysis: Pada tahap ini LAT melakukan pemindahan mineral kalsium dari gastrolith ke kutikel barunya sebagai bahan kerangka luar. Endokutikel juga terbentuk pada fase ini. Intermolt: Merupakan fase antar molting. Saat ini kerangka dan pertumbuhan jaringan nyaris selesai. Seperti kita ketahui pada saat proses moulting terjadi biasanya LAT akan menjadi lemah dan kemungkinan LAT yang sedang moulting dimangsa oleh LAT yang lain semakin besar. Oleh

karenanya di negara Australia dikembangkan sebuah sistem EDU dimana lobster di tempatkan dalam sebuah botol. Hal ini dimaksudkan untuk mempertinggi kemungkinan hidup dari pada LAT itu sendiri. Namun mengingat alat ini harganya sangat mahal maka di indonesia dicoba pengembangan edu dengan sistem botol atau mika plastik. Edu botol ataupun mika plastik ini adalah dengan menempatkan satu ekor lobster pada satu buah botol bekas aqua ataupun mika plastik yang sebelumnnya sudah dilubangi. MAKSUD DAN TUJUAN Adapun maksud dan tujuan dari teknologi budidaya sistem botol ini adalah untuk menekan tingkat kematian akibat kanibalisme serta menghasilkan produk yang memiliki kondisi fisik lengkap bagian tubuhnya dengan ukuran yang relatif lebih seragam. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang teknologi budidaya lobster air tawar dengan sistem botol beserta keunggulannya, sehingga dapat diterapkan sebagai metode alternatif pembudidayaan lobster air tawar. TINJAUAN PUSTAKA Lobster Air Tawar Habitat asli lobster air tawar adalah danau, rawa-rawa dan daerah sungai yang banyak tempat berlindungnya. Lobster air tawar (Cherax sp) termasuk jenis udang-udangan, merupaka spesies yang tidak memiliki tulang dalam tetapi seluruh permukaan tubuhnya terbungkus cangkang. Proses pembentukan cangkang membutuhkan bahan berupa kalsium (Iskandar, 2003) KLASIFIKASI Phylum Sub Phylum Class Ordo Sub ordo Family Genus spesies : : : : : : : : Arthropoda Crustacea Malacostraca Decapoda Astacidea Parastacidae Cherax Cherax quadricarinatus

Jenis lobster air tawar ini dikenal dengan sebutan Red Claw, karena di kedua ujung capitnya terdapat warna merah. Lobster air tawar ini cocok hidup di lingkungan dengan suhu 20-24 oC, pH 7 8 dan kesadahan air 10 20 dH. Bentuk tubuh Red Claw hampir sama dengan jenis udang lain, namun ciri utamanya terletak pada warna tubuhnya. Tubuhnya didominasi warna biru laut. Antar ruas kelopak kulit berwarna putih. Panjang tubuh red claw dewasa dapat mencapai 50 cm dengan bobot antara 800 1000 gr / ekor. Induk red claw mulai kawin dan bertelur pada umur 6 7 bulan. Jumlah telur yang dihasilkan dapat mencapai 100 -200 butir. Induk dapat bertelur hingga 5 kali dalam setahun. Selain untuk dikonsumsi, red claw juga dapat dijadikan udang hias karena warna tubuhnya yang biru terpancar mengkilap (Wiyanto dan Rudi, 2003)

KARAKTERISTIK LOBSTER Tubuh lobster terbagi menjadi 2 bagian yaitu cephalothorax (kepala dan dada) dan abdomen (badan dan ekor). Kepala ditutupi oleh carapace. Kelopak kepala bagian depan disebut rostrum. Kepala lobster terbagi atas 6 bagian ruas. Pada ruas pertama terdapat sepasang mata yang bertangkai. Pada ruas kedua dan ketiga terdapat antennula dan antenna. Pada ruas keempat, kelima dan keenam terdapat mandibula, maxilla I dan maxilla II. Pada kepala terdapat 5 pasang kaki. Kaki pertama, kedua dan ketiga mengalami perubahan bentuk dan fungsi menjadi capit. Dua pasang kaki lainnya digunakan untuk bergerak atau sebagai kaki jalan. Pada bagian abdomen terdapat 4 pasang kaki renang di masing-masing ruas. Pada bagian ekor terdiri dari 2 bagian, yaitu uropoda dan telson (Iskandar, 2003) Lobster air tawar termasuk hewan omnivora. Di habitat aslinya lobster hidup dan aktif mencari makanan pada malam hari. Pakan lobster air tawar berupa biji-bijian, ubi-ubian dan bangkai hewan.Terdapat tiga spesies lobster yang bisa dibudidayakan secara ekonomis, baik sebagai udang hias maupun udang konsumsi, salah satunya adalah jenis redclaw sicapit merah, yabbie, dan marron yang habitat asalnya di Australia tepatnya di Quensland.Redclaw merupakan salah satu spesies endemic dari kelompok udang yang pada awalnya hidup di sungai, rawa atau danau di kawasan Australia Lobster jenis ini memiliki warna dominant hijau kemerahan. Bagian atas capitnya memiliki pola garis merah terutama pada induk jantan yang telah berumur 6-7 bulan. Karena itulah lobster jenis ini sering di sebut dengan redclaw atau si capit merah.

Dilihat dari organ tubuh luar, lobster air tawar memiliki beberapa alat pelengkap sebagai berikut :

Adapun berbagai macam sifat dan kelakuan lobster air tawar dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Hewan nokturnal Lobster air tawar lebih banyak melakukan aktifitasnya pada malam hari. Di siang hari, lobster air tawar akan lebih banyak berdiam diri di dalam tempat perlindungan. 2. Moulting (ganti kulit) Semasa hidupnya, lobster air tawar juga mengalami apa yang disebut dengan moulting atau ganti kulit. Moulting terjadi sebagai tanda bahwa lobster tumbuh menjadi lebih berat dan panjang ataupun lobster air tawar sedang melakukan proses adaptasi terhadap lingkungan hidup baru. 3. Kanibal Jika kondisi lingkungan hidupnya mengalami kekurangan ketersediaan pakan, kepadatan yang tinggi dan kurangnya tempat persembunyian, lobster air tawar mempunyai kecendurangan untuk memangsa bangsanya sendiri. 4. Pemakan segala Lobster air tawar akan menjadikan apapunyang tersedia dilingkungan hidupnya sebagai sumber pakan. 5. Daya tahan tinggi Apabila lingkungan hidupnya dalam kondisi yang baik dan ideal, lobster air tawar mempunyai daya tahan tinggi terhadap serangan pernyakit dan serangan stres. 6. Mempunyai ketertarikan tinggi terhadap pergerakan (aliran) air. 7. Bergerak dengan cara merambat. 8. Hidup berkoloni.

SYARAT HIDUP LAT Lobster air tawar (LAT) pada umumnya dapat hidup pada selang parameter air yang lebar. Mereka diketahui toleran terhadap kandungan oksigen terlarut sangat rendah. Akan tetapi untuk tumbuh dan berkembang dengan baik tentu tidak akan dapat dilakukan pada kondisi demikian. Untuk tumbuh dan berkembang dengan baik mereka memerlukan kadar oksigen terlarut lebih dari 4 ppm. Untuk kehidupannya, LAT tidak perlu harus terendam air. Selama insangnya dapat tetap terjaga selalu lembab; mereka dapat menyerap oksigen langsung dari udara dan dapat hidup dalam keadaan demikian hingga beberapa bulan. Udara yang lembab biasanya sudah cukup untuk mempertahankan insang mereka tetap lembab. Meskipun demikian untuk berpijah mereka memerlukan dan harus ada didalam air. LAT telah bervolusi untuk dapat hidup dalam cuaca kering. Apabila lahan tempat tinggal mereka kering, LAT akan menggali lubang selaras dengan penurunan permukaan air tanah yang terjadi , kemudian menutup lubang dengan tumpukan tanah bekas galiannya. SISTEM REPRODUKSI Induk betina menyiapkan telur untuk dibuahi induk jantan. Setelah matang gonad, induk jantan akan melakukan perkawinan dengan induk betina, telur akan dibuahi oleh sperma. Pembuahan pada lobster merupakan pembuahan internal, yaitu sperma membuahi sel telur di dalam tubuh induk betina. Telur yang telah dibuahi akan muncul dan melekat pada bawah badan induk betina hingga menetas (Iskandar, 2003) DAUR HIDUP Lobster mulai matang gonad pada umur 6-7 bulan, setelah itu induk jantan akan melakukan perkawinan dengan induk betina, setelah terjadi pembuahan induk betina akan mengerami telur hingga menetas selama 1,5 bulan. Jumlah anakan yang menetas sekitar 150-800 ekor. Dalam waktu 6 7 bulan, lobster anakan akan menjadi dewasa yang siap dijadikan induk atau dikonsumsi (Iskandar, 2003) PROSPEK BUDIDAYA LOBSTER AIR TAWAR Lobster Air Tawar (LAT) atau Freshwater Crayfish merupakan binatang air yang cukup mudah untuk dibudidayakan. Harganya yang cukup tinggi, sekitar 150-250 ribu rupiah /kg, membuat budidaya lobster air tawar menjanjikan keuntungan bila dilakukan dengan teknik yang benar. Habitat asli Lobster Air Tawar adalah di sungai dan di rawa-rawa serta danau. Namun demikian, banyak sarana yang dapat digunakan Budidaya secara intensif memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan secara extensive. Media lain yang sering digunakan adalah kolam semen atau kolam fiber (Tank). Kolam semen dan kolam fiber ini banyak digunakan untukmembesarkan burayak sampai berat sekitar 5 cm. Di Indonesia budidaya lobster air tawar banyak dilakukan dalam sekala perumahan terutama pada pembenihan. Budidaya lobster air tawar sangat cepat dan gampang, tidak seperti udang windu atau udang galah yang relatif lebih sedikit dan rumit. Orang awam pun dapat melakukannya sendiri baik dalam skala usaha kecil maupun besar. Dengan sedikit modal dan kemauan yang kuat, setiap orang dapat membudidayakan lobster air tawar. Lobster air tawar tidak mudah stres dan tidak mudah terserang penyakit. Asalkan kebutuhan pakan, kualitas air, dan kebutuhan oksigen terpenuhi maka lobster

dapat tumbuh dan berkembang biak dengan cepat. Jika dilihat dari iklim dan siklus musimnya, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk melakukan budi daya lobster air tawar sepanjang tahun. Lobster air tawar yang umumnya bertelur 45 kali dalam setahun dapat dimanfaatkan secara maksimal. Selain kondisi iklim yang sangat mendukung, sumber pakan alami bagi lobster tersedia cukup banyak di alam dan mudah diperoleh. Dengan pakan alami tersebut, lobster akan tumbuh dengan cepat. Oleh karena budi daya lobster tidaklah sulit maka bisnis ini dapat digunakan sebagai usaha sampingan. Lobster sebagai udang konsumsi dapat menyediakan protein hewani. Lobster termasuk udang yang banyak diminati karena memiliki tekstur daging yang kenyal dan rasanya gurih. Lobster air tawar juga memiliki kandungan lemak, kolesterol dan garam yang rendah sehingga aman untuk dikonsumsi. Lobster air tawar juga memiliki kandungan seng yang tinggi yang dapat meningkatkan vitalitas manusia. Sat gizi dalam daging lobster dapat memperbaiki sel tubuh yang rusak. Waktu yang diperlukan untuk usaha pembesaran lobster mulai dari anakan sampai siap dikonsumsi sekitar 6 7 bulan (Wiyanto dan Rudi, 2003) Lobster juga dapat dijadikan sebagai udang hias, karena memiliki bentuk dan warna tubuh yang unik. Oleh karena itu dalam perkembang biakannya, lobster dapat dipelihara di kolam sehingga para hobiis dapat mengamati proses daur hidup lobster mulai dari penjodohan, perkawinan, penetasan telur hingga molting. PEMBENIHAN LOBSTER AIR TAWAR Parameter keberhasilan usaha pembenihan adalah diperolehnya jumlah benih yang banyak dengan kualitas baik dan tingkat kematian rendah. Tahap-tahap pembenihan antara lain : pemilihan calon induk, pemijahan induk, pengeraman dan penetasan telur, perawatan induk serta pemanenan (Wiyanto dan Rudi, 2003). Anakan yang dihasilkan dari sepasang induk hanya 5% yang sangat layak untuk dijadikan indukan. Kriteria yang harus diperhatikan saat memilih calon induk antara lain : Umur : induk lobster air tawar akan mengalami matang gonad pada umur 6 7 bulan. Pertumbuhan : calon induk dengan pertumbuhan yang cepat diperkirakan akan cepat matang pula gonadnya dan diharapkan benih yang dihasilkan banyak serta mengikuti pola pertumbuhan induknya. Memilih calon induk yang cacat secara fisik tidak mempengaruhi proses pemijahan dan anakan yang akan dihasilkan karena cacat fisik pada lobster tidak permanen. Nafsu makan : nafsu makan harus tinggi agar kondisi fisik kuat karena tentu tidak mudah stres dan sakit. Calon induk betina dengan kondisi fisik yang baik dan didukung gizi pakan yang terpenuhi diharapkan mampu menghasilkan telur yang sempurna. Pemilihan jenis kelamin : jika pada bagian ujung capit besar sebelah luar berwarna merah, maka red claw tersebut jantan. Tapi jika tidak ditemukan warna merah maka jenis kelaminnya adalah betina. Pada jenis jantan, bagian pangkal sepasang kaki belakang timbul benjolan, sedangkan pada betina benjolan muncul pada pangkal sepasang kaki ketiga dari belakang. Penentuan umur dapat dilakukan pada umur 2 3 bulan (Wiyanto dan Rudi, 2003). Pemijahan lobster air tawar masih dilakukan secara alami, kolam pemijahan disiapkan terutama air dan pipa sebagai tempat persembunyian. Perkawinan biasanya dilakukan pada malam hari, dan 3 hari kemudian induk betina akan bertelur, ditandai dengan induk betina melipat erat ekornya guna melindungi telur yang menempel di sirip renangnya. Hindari ruangan yang terlalu terang dan

bising, karena lobster lebih mudah kawin di tempat yang tenang dan cenderung gelap. Letakkan paralon pvc ukuran 2,5 inci, panjang 12 cm, untuk tempat berlindung. Sekitar 19 hari setelah kawin atau 4 hari setelah keluar telur yang pertama, semua telur akan keluar dengan warna kuning, 2 minggu kemudian telur akan berubah menjadi oranye. Pada minggu keempat muncul bintik-bintik hitam. Hal ini menandakan telur akan menetas. Setelah telur menetas semua, benih masih menempel di tubuh induk. Benih mulai lepas dari induk setelah 4-5 hari setelah menetas. Jika menunggu semua benih lepas dari induknya, dikhawatirkan induk memangsa anaknya sendiri. Untuk menghindari hal tersebut maka benih segera dipanen dengan cara dirontokkan. Cara perontokan benih dari tubuh induk dimulai dengan penangkapan induk. Setelah itu induk diangkat ke atas permukaan air sehingga yang terendam hanya sebagian tubuhnya. Pada saat itu induk akan berontak dengan cara mengibas-ngibaskan ekornya dan menggerak-gerakkan kakinya, sehingga benih akan lepas satu persatu dari tubuh induknya.

Gambar. Indukan Lobster Air Tawar yang sedang gendong telor Benih dipelihara dalam ketinggian air 10 12 cm, benih dapat diberi pakan pellet udang galah, selain itu juga dapat diberi cacing sutra. Sebaiknya cacing sutra tetap tersedia setiap saat di akuarium karena untuk mengurangi sifat kanibalisme pada benih. Kematian benih umumnya disebabkan oleh kualitas air yang jelek, terutama kandungan amoniak yang tinggi karena kondisi air akuarium yang kotor. Suhu ideal untuk pemeliharaan benih yaitu 20 24 oC dan pH 7-8. PEMBESARAN LOBSTER AIR TAWAR Untuk pembesaran lobster, seleksi benih sangatlah penting. Calon benih harus bongsor. Cirinya tubuh agak kekar dan sedikit lebih panjang. Hanya saja benih seperti itu sulit didapat. Dari setiap betina bertelur, hanya 10% saja yang terlihat bongsor setelah mencapai ukuran 5 cm. Pilihlah spesies lobster yang mudah dipelihara dan cepat pertumbuhannya, misalnya yang sedang tren adalah jenis lobster Australia (Cherax quadricarinatus) yang terkenal dengan sebutan "si capit merah" (redclaw). Pembesaran lobster akan optimum bila dilakukan pada kolam tanah berukuran besar di atas 200 m2. Struktur tanah yang baik adalah campuran lempung dan sedikit berlumpur. Tanah berpasir tidak disarankan, karena air mudah menyerap. Sementara tanah liat menghambat proses penyerapan kotoran secara alami. Pemadatan tanah di awal pembangunan kolam mutlak dilakukan. Dinding kolam bisa dilapisi potongan bambu. Kolam bisa dipupuk dahulu agar sumber pakan alami melimpah. Kualitas air perlu dijaga dengan cara filterisasi. Sebenarnya memanfaatkan arus deras, bisa memajukan waktu panen hingga 30 hari. Sayangnya perlu sumber air dengan debit yang cukup besar. Pembesaran lobster dapat dilakukan di daerah bersuhu sekitar 24 - 26 OC. Dataran menengah di atas 600 m dpl berpotensi menghasilkan ukuran konsumsi lebih cepat. Ketersediaan oksigen terlarut bisa diperbesar dengan pemakaian kincir air. Untuk tempat berlindung lobster, beberapa

petani di Australia memanfaatkan ban-ban bekas yang ditumpuk atau dibiarkan berserakan di dasar kolam. Jenis pakan juga sangat mempengaruhi cepat-lambatnya pertumbuhan lobster. Pemberian pakan pelet secara terus menerus membuat si capit merah akan tumbuh memanjang. Sebaliknya pemberian pakan alami membuat udang menjadi bongsor. Pelet dan pakan alami seperti cacing tanah dan keong mas bisa diberikan bergantian. Dosis pakan ini jumlahnya hingga 5% dari bobot tubuh/hari. Pertumbuhan lobster dari ukuran tebar 2 inci selama 2 bulan pertama akan mencapai sekitar 8 cm. Tiga bulan berikutnya panjang tubuh redclaw ini 15 cm. Bobot rata-rata akan mencapai 100 - 110 gram/ekor. Bila ruang gerak cukup, lobster akan lebih cepat besar, sehingga padat penebaran diatur pada 8 - 10 ekor/m2. TEKNOLOGI BUDIDAYA LOBSTER AIR TAWAR DENGAN SISTEM BOTOL Untuk mengatasi permasalahan teknik budidaya tradisional dan mencegah terjadinya kanibalisme pada lobster, maka diterapkan sistem botol, yaitu suatu teknik budidaya dimana masing-masing lobster dipelihara terpisah dalam satu botol yang dirangkai secara vertikal. Sistem botol ini disebut juga sistem EDU adalah suatu teknik dimana lobster di tempatkan dalam sebuah botol. Hal ini dimaksudkan untuk mempertinggi kemungkinan hidup dari pada LAT itu sendiri. Extreme Density Unit atau disingkat EDU, merupakan tekhnik budidaya yang kepadatannya dihitung dalam luas tiga dimensi atau biasanya disebut meter kubik. Bila dirancang dalam sedemikian rupa maka tingkat kepadatan dapat ditingkatkan hingga 100 ekor/m3. Dengan system botol ini lobster yang dihasilkan juga lebih bersih dibandingkan dengan lobster yang dibesarkan di kolam terutama kolam tanah. Lobster yang berasal dari kolam tanah umumnya warnanya coklat dan kotor, sehingga perlu dilakukan karantina terlebih dahulu untuk dapat dijual ke pasar. Air yang kotor ini biasanya bermanfaat untuk mengurangi tingkat kanibalisme karena lobster tidak saling ketemu.

Keuntungan dari Sistem Botol adalah : 1. Tingkat kanibalisme yang dapat ditekan hingga nol. 2. Menghasilkan produk yang memiliki kondisi fisik sempurna (lengkap bagian tubuhnya) dengan ukuran yang relatif lebih seragam dibanding produk sistem tradisional. 3. Meningkatkan densitas budidaya karena menggunakan sistem kubik, bukan hanya luasan seperti pada sistem tradisional, sehingga bisa diterapkan pada berbagai kondisi lahan bahkan pada lahan sempit. 4. Pembagian pakan yang lebih merata sehingga diharapkan pembesaran juga merata.

5. 6. 7. 8. 9. 10.

Hasil produksi lebih bersih karena mengunakan air yang bersih. Mengurangi waktu panen. Terhindar dari pemangsaan binatang lain seperti ular dan lain sebagainya. Tidak memerlukan lahan yang luas. Memudahkan pengontrolan kualitas air dan kondisi LAT yang dibesarkan Adanya ruang kosong pada lahan bisa dimanfaatkan untuk tumpangsari dengan ikan lain yang bernilai ekonomis tinggi. 11. Kesemua keunggulan di atas menyebabkan efektifitas dan efisiensi produksi, maka akan menghasilkan nilai ekonomis yang lebih tinggi. Selain keuntungan yang dijabarkan di atas, sistem botol juga mempunyai kelemahan seperti : 1. Pemberian pakan yang sulit bila tidak mengunakan system pemberian pakan otomatis. 2. Tingkat pertumbuhan yang lebih lambat hingga 20% , karena media botol yang sempit. Sistem EDU ini sudah banyak dilakukan modifikasi ada yang mengunakan botol dan ada juga yang mengunakan talang hujan. EDU Botol EDU botol merupakan teknik budidaya LAT mengunakan botol-botolan sebagai media. Botol yang digunakan umumnya dari botol aqua bekas ukuran 600 ml. Lobster yang akan dibesarkan dalam botol ini biasanya dimulai dari burayak berukuran 5cm atau sekitar 4-5gr perekor hingga ukuran konsumsi atau sekitar 50-120gr perekornya. Botol-botol yang telah berisi lobster ini kemudian dipasang pada kayu sehingga dapat dipasang secara vertical dan kemudian dimasukan ke dalam kolam atau bak fiber atau sejenisnya atau dalam aquarium. Botol yang akan digunakan sebagai media itu diberi lobang pada semua sisi botolnya sehingga terjadi pengantian air yang memadai dalam kolam tersebut. Namun lobang yang akan dibuat ini sebaiknya dapat menampung pakan yang diberikan dalam botol tersebut. Kebutuhan oksigen dalam air (dissolved oxygen) dipenuhi melalui sirkulasi air melalui filter disampingnya yang dipompakan ke dalam kolam sehingga air yang ada di dalam kolam bisa senantiasa bersih. Sistem penyaringan air ini mengunakan system overflow. Pemberian pakan merupakan salah satu masalah terbesar dalam budidaya LAT dengan sistem EDU botol. Ada teknik pemberian pakan secara otomatis yang dirancang sedemikian rupa oleh Australian Blue Yabby Aquaculture namun alat ini sangat mahal. Teknik pemberian pakan lain yang dikembangkan oleh Yani Murdani yang dipaparkan dalam Lomba Karya Ilmiah TPTG 2005, mengunakan selang yang disambungkan ke dalam tiap botol sehingga pemberian pakan menjadi lebih mudah.

Gambar . Beberapa foto yang menggambarkan bagaimana sistem kolam botol bisa diaplikasikan untuk memelihara LAT.

DAFTAR PUSTAKA Cara Pembenihan Budidaya Lobster Air Tawar, file:///F:/UYP/tips-cara-pembenihan-budidayalobster-air-tawar-lat-ala-fahdiansyah.htm Lobsterku Crayfish Farm Headline Animator, Kolam Botol, http://bisnislobsterku.blogspot.com/2008/11/kolam-botol.html Pembudidayaan Lobster Air Tawar, file:///F:/UYP/budidaya-lobster-air-tawar.html Patasik dan Samuel, 2004, Pembenihan Lobster Air Tawar Lokal Papua, Penebar Swadaya, Jakarta

Sukmajaya dan Suharjo, 2003, Lobster Air Tawar Komoditas Perikanan Prospektif, Agromedia Pustaka, Jakarta

Wiyanto, R. dan Rudi, 2003, Lobster Air Tawar, Pembenihan dan Pembesaran, Penebar Swadaya, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai