Anda di halaman 1dari 4

Daniel Hadinata Susanto 2007.04.0.

0027

Dokter yang Arogan


Di suatu kota ada seorang dokter ternama yang terkenal dengan kehebatannya dalam mengobati penyakit dengan cepat, sehingga banyak orang yang menyebutnya dengan si tangan dingin. Oleh karena itu setiap hari tempat praktek dokter tersebut ramai oleh pasien. Pada suatu sore ada seorang wanita berumur 40 tahun datang ke tempat praktek dokter tersebut. Wanita itu datang sendiri karena ternyata dia adalah janda yang ditinggal mati suaminya dan mempunyai 3 orang anak dan semuanya masih kecil-kecil. Sepeninggal suaminya dia berperan sebagai tulang punggung keluarga dengan bekerja sebagai SPG. Setelah bertemu dengan dokter tersebut wanita itu menceritakan keluhannya. mengeluh mengenai masalah luka pada kaki kanannya yang tak kunjung sembuh. Malahan semakin lama luka itu semakin busuk dan membesar, sehingga sangat mengganggu penampilannya. Setelah diperiksa lebih lanjut dokter memvonisnya mengidap diabetes mellitus akut. Satu-satunya cara untuk menghentikan penyebaran lukanya dan menghindari bahaya lebih lanjut adalah mengamputasi kaki kanannya. Dokter hanya menjelaskan sekadarnya mengenai resiko dan keuntungan yang mungkin didapat setelah amputasi. Setelah mendengar penjelasan dokter wanita itu bertanya lebih lanjut tentang penyakitnya serta kemungkinan lain selain amputasi, dokter menjawabnya dengan ketus Sudahlah Ibu jangan banyak tanya. Saya jauh lebih berpengalaman daripada Ibu. Mendingan Ibu percaya saja sama saya. Tapi wanita tersebut tidak setuju melakukan amputasi dengan alasan lebih memikirkan masa depan anaknya. Sebulan kemudian penyakit wanita tersebut semakin parah dan harus diopname di rumah sakit. Akhirnya dokter kembali mengintervensi wanita itu untuk melakukan amputasi. Wanita itu menangis dan tidak bisa memutuskan apa-apa. Melihat respon psaiennya, dokter tersebut emosi dan berkata Kalau Ibu tidak percaya saya, Ibu boleh pindah ke dokter lain kok. Sudahlah besok amputasi akan dilaksanakan jam 10 pagi. Mendengar keputusan dokter, wanita tersebut hanya menangis dan terdiam. Keesokan harinya operasi dilaksanakan. Karena dioperasi dalam kondisi drop, maka wanita tersebut mengalami komplikasi dan akhirnya meninggal dunia.

Daniel Hadinata Susanto 2007.04.0.0027

Analisa:
Untuk mencapai ke suatu keputusan etik diperlukan 4 Kaidah Dasar Bioetika dan beberapa aturan lain di bawahnya. Keempat Kaidah Dasar Bioetik itu adalah Otonomi, Beneficence, Non Maleficence, dan Justice. Dalam kasus ini dibahas salah satu Kaidah Dasar Bioetik yaitu, Otonomi. Otonomi adalah prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak otonomi pasien (the rights to self determination). Prinsip moral inilah yang kemudian melahirkan doktrin inform consent. Melalui kasus ini akan ditunjukkan beberapa pelanggaran dari prinsip Otonomi. Pelanggaran-pelanggaran tersebut melawan beberapa kriteria dalam prinsip Otonomi, yaitu: 1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien Dalam kasus ini dokter tidak menghargai hak pasien untuk menentukan nasib sendiri. Hal ini ditunjukkan dengan jawaban dokter yang berkata, Kalau Ibu tidak percaya saya, Ibu boleh pindah ke dokter lain kok. Sudahlah amputasi akan dilaksanakan besok jam 10 pagi. Hal ini menunjukkan bahwa dokter memaksa wanita tersebut untuk amputasi dan tidak mau mendengar alasan apapun darinya. 2. elektif) Dalam kasus ini dokter berulang kali mengintervensi pasien untuk melakukan amputasi. Meskipun pasien tidak mau melakukannya dengan alasan mmikirkan anak-anaknya tetapi dokter tidak mau tahu dan tetap menyuruh pasien untuk melakukan amputasi. 3. Menghargai rasionalitas pasien Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (pada kondisi

Dokter tidak menghargai raasionalitas pasien. Hal ini ditunjukkan dengan jawaban dokter ketika pasien menanyakan lebih lanjut tentang penyakitnya serta kemungkinan lain untuk mengobatinya. Saat itu dokter menjawab, Sudahlah Ibu jangan banyak Tanya. Saya jauh lebih berpengalaman daripada Ibu. Mendingan

Daniel Hadinata Susanto 2007.04.0.0027 Ibu percaya saja sama saya. Jawaban ini jelas tidak menghargai pendapat pasien. Dokter malah memposisikan dirinya sebagai orang yang paling pintar dan berpengalaman. 4. Melaksanakan informed consent

Pada kasus ini dokter telah melakukan informed consent meskipun tidak berupa kontrak / perjanjian tertulis. Informed consent pada kasus ini ditunjukkan melalui penjelasan sekadarnya tentang resiko dan keuntungan menjalani amputasi. Tetapi yang sangat disayangkan adalah jawaban dokter pada saat si wanita menanyakan lebih lanjut tentang penyakitnya. Dokter tidak mau memberikan penjelasan lebih lanjut tentang penyakit yang diderita pasien. Kesalahan dokter adalah dia tidak mau memberikan keterangan lebih lengkap mengenai resiko dan keuntungankeuntungan setelah pasien menjalani amputasi. Sehingga ini dapat menimbulkan kesalahpahaman. 5. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri

Dalam kasus ini pasien lebih banyak mengambil keputusan secara terpaksa karena desakan dan intervensi dari dokter. Bukan atas kehendaknya sendiri. 6. Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien

Dalam kasus ini dokter berulang kali mengintervensi pasien untuk melakukan amputasi. Meskipun pasien tidak mau melakukannya dengan alasan mmikirkan anak-anaknya tetapi dokter tidak mau tahu dan tetap menyuruh pasien untuk melakukan amputasi. 7. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non

emergensi Pada kasus ini dokter sangatlah tidak sabar ketika menunggu keputusan pasien. Ketika pasien shock, menangis dan tidak bisa memutuskan sang dokter malah emosi dan langsung memutuskan untuk melakukan amputasi keesokan harinya. Semestinya dokter dapat lebih sabar dalam menunggu keputusan pasien karena

Daniel Hadinata Susanto 2007.04.0.0027 wajar kalau pasien memerlukan waktu untuk berpikir tentang keadaannya. Mungkin ada beberapa hal yang mengganjal wanita ini untuk melakukan amputasi, misalnya tentang masa depan anak-anaknya. Oleh karena itu sangatlah wajar apabila ia memerlukan waktu untuk memutuskan.

Anda mungkin juga menyukai