Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PENILAIAN PENDIDIKAN BIDANG KESEHATAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penilaian Pendidikan Bidang Kesehatan Dosen Pengampu : Prof. Dr. dr. Suroto, SpN Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Disusun Oleh : ANNISA SALI PINAREMAS S541202010

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2012

1.

Apa yang saudara usahakan supaya evaluasi yang saudara berikan mempunyai reabilitas dan validitas yang baik? Data yang kurang memiliki validitas dan reliabilitas, akan

menghasilkan kesimpulan yang bias, kurang sesuai dengan yang seharusnya, dan bahkan bisa saja bertentangan dengan kelaziman. Untuk membuat alat ukur instrumen itu, diperlukan kajian teori, pendapat para ahli serta pengalaman-pengalaman yang kadangkala diperlukan bila definisi operasional variabelnya tidak kita temukan dalam teori. Alat ukur atau instrumen yang akan disusun itu tentu saja harus memiliki validitas dan reliabilitas, agar data yang diperoleh dari alat ukur itu bisa reliabel, valid dan disebut dengan validitas dan reliabilitas alat ukur atau validitas dan reliabilitas instrumen. Tetapi sebelum kita menganalisis butir evaluasil langkah-langkah penting yang dapat dilakukan sebagai berikut. a. Menentukan tujuan penilaian. Tujuan penilaian sangat penting karena setiap tujuan memiliki penekanan yang berbeda-beda. Misalnya untuk tujuan tes prestasi belajar, diagnostik, atau seleksi. Contoh untuk tujuan prestasi belajar, lingkup materi/kompetensi yang ditanyakan/diukur disesuaikan seperti untuk kuis/menanyakan materi yang lalu, pertanyaan lisan di kelas, ulangan harian, tugas individu/kelompok, ulangan semester, ulangan kenaikan kelas, laporan kerja praktik/laporan praktikum, ujian praktik. b. Memperhatikan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD). Standar kompetensi merupakan acuan/target utama yang harus dipenuhi atau yang harus diukur melalui setiap kompetensi dasar yang ada atau melalui gabungan kompetensi dasar. c. Menentukan jenis alat ukurnya, yaitu tes atau non-tes atau mempergunakan keduanya. Untuk penggunaan tes diperlukan penentuan materi penting sebagai pendukung kompetensi dasar. Syaratnya adalah materi yang

diujikan harus mempertimbangkan urgensi (wajib dikuasai peserta didik), kontinuitas (merupakan materi lanjutan), relevansi (bermanfaat terhadap mata pelajaran lain), dan keterpakaian dalam kehidupan sehari-hari tinggi (UKRK). Langkah selanjutnya adalah menentukan jenis tes dengan menanyakan apakah materi tersebut tepat diujikan secara tertulis/lisan. Bila jawabannya tepat, maka materi yang bersangkutan tepat diujikan dengan bentuk soal apa, pilihan ganda atau uraian. Bila jawabannya tidak tepat, maka jenis tes yang tepat adalah tes perbuatan: kinerja (performance), penugasan (project), hasil karya (product), atau lainnya. d. Menyusun kisi-kisi tes dan menulis butir soal beserta pedoman penskorannya. Dalam menulis soal, penulis soal harus memperhatikan kaidah penulisan soal. Syarat soal yang bermutu adalah bahwa soal harus sahih (valid), dan handal. Sahih maksudnya bahwa setiap alat ukur hanya mengukur satu dimensi/aspek saja. Mistar hanya mengukur panjang, timbangan hanya mengukur berat, bahan ujian atau soal PKn hanya mengukur materi pembelajaran PKn bukan mengukur keterampilan/kemampuan materi yang lain. Handal maksudnya bahwa setiap alat ukur harus dapat memberikan hasil pengukuran yang tepat, cermat, dan ajeg. Untuk dapat menghasilkan soal yang sahih dan handal, penulis soal harus merumuskan kisi-kisi dan menulis soal berdasarkan kaidah penulisan soal yang baik (kaidah penulisan soal bentuk objektif/pilihan ganda, uraian, atau praktik). Bahan ujian atau soal yang bermutu dapat membantu pendidik meningkatkan pembelajaran dan memberikan informasi dengan tepat tentang peserta didik mana yang belum atau sudah mencapai kompetensi. Salah satu ciri soal yang bermutu adalah bahwa soal itu dapat membedakan setiap kemampuan peserta didik. Semakin tinggi kemampuan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran, semakin tinggi pula peluang menjawab benar soal atau mencapai kompetensi yang ditetapkan. Makin rendah kemampuan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran, makin kecil pula peluang menjawab benar soal untuk

mengukur pencapaian kompetensi yang ditetapkan. 1. Validitas a. Validitas Instrumen Menurut Sukardi (2008: 31) validitas instrument suatu evaluasi, tidak lain adalah derajat yang menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur. Validitas suatu instrument evaluasi mempunyai beberapa makna penting diantaranya seperti berikut: 1) Validitas berhubungan dengan ketepatan interpretasi hasil tes atau instrument evaluasi untuk group individual dan bukan instrument itu sendiri. 2) Validitas diartikan sebagai derajat yang menunjukkan kategori yang bisa mencakup kategori rendah, menengah dan tinggi. 3) Prinsip suatu tes valid, tidak universal. Validitas suatu tes yang perlu diperhatikan oleh para peneliti adalah bahwa Ia hanya valid untuk suatu tujuan tertentu saja. b. Macam-macam Validitas 1) Validitas isi Arikunto (1997: 64) mendefinisikan sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Oleh karena materi yang diberikan tertera dalam kurikulum maka validitas isi juga disebut validitas kurikuler. 2) Validitas Konstruk Validitas konstruk merupakan derajat yang menunjukkan suatu tes mengukur sebuah konstruk sementara atau Hyptotetical construct. Secara definitife, konstruk merupakan suatu sifat yang tidak dapat diobservasi, tetapi kita dapat merasakan pengaruhnya melalui salah satu atau dua indera kita (Sukardi, 2008).

3) Validitas Konkruen Validitas konkruen adalah derajat dimana skor dalam suatu tes dihubungkan dengan skor lain yang telah dibuat. Tes dengan validitas konkruen biasanya diadministrasi dalam waktu yang sama atau dengan criteria valid yang sudah ada. Sering kali juga terjadi bahwa tes dibuat atau dikembangkan untuk pekerjaan yang sama seperti beberapa tes lainnya, tetapi dengan cara yang lebih mudah dan lebih cepat. Validitas konkruen ditentukan dengan membangun analisis hubungan dan perbedaan (Sukardi, 2008). 4) Validitas Prediksi Sedangkan menurut Arikunto(1997: 66) memprediksi artinya meramal, dan meramal selalun mengenai hal yang akan datang jika sekarang belum terjadi. Sebuah tes memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Validitas 1) Faktor yang berasal dari dalam tes Arahan tes yang disusun dengan makna tidak jelas sehingga dapat mengurangi validitas tes 2) Faktor yang berasal dari administrasi dan skor tes. Waktu pengerjaan tidak cukup sehingga siswa dalam memberikan jawaban dalam situasi tergesa-gesa. 3) Faktor yang berasal dari jawaban siswa Seringkali terjadi bahwa interpretasi terhadap item-item tes evaluasi tidak valid, karena dipengaruhi oleh jawaban siswa dari pada interpretasi item-item pada tes evaluasi (Sukardi, 2008). d. Cara Mengetahui Validitas Alat Ukur Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memilki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Teknik yang digunakan untuk mengetahui

kesejajaran adalah dengan teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh pearson (Arikunto, 1997) 2. Reliabilitas a. Reliabelitas Instrumen Menurut Sukardi (2008: 43) relaibelitas adalah karakter lain dari evaluasi. Reliabelitas juga dapat diartikan sama dengan konsistensi atau keajegan. Suatu instrument evaluasi dikatakan mempunyai nilai reliabelitas tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil konsisten dalam mengukur yang hendak diukur. b. Tipe-tipe Reliabelitas Menurut Sukardi (2008) Ada beberapa tipe reliabelitas yang digunakan dalam kegiatan evaluasi dan masing-masing reliebelitas mempunyai konsistensi yang berbeda-beda. Beberap tipe reliebelitas di antaranya: tes-retes, ekivalen, dan belah dua yang ditentukan melalui korelasi. Berbagai tipe tersebut akan diuraikan sebagai berikut: 1) Relibalelitas Dengan Tes-Retes Reliabelitas tes-retes tidak lain adalah derajat yang menunjukkan konsistensi hasil sebuah tes dari waktu ke waktu. TesRetes menunjukkan variasi skor yang diperoleh dari penyelenggaraan satu tes evaluasi yang dilaksanakan dua kali atau lebih, sebagai akibat kesalahan pengukuran. (Sukardi, 2008). 2) Reliabelitas Dengan Bentuk Ekivalensi Sesuai dengan namanya yaitu ekivalen, maka tes evaluasi yang hendak diukur reliabelitasnya dibuat identik dengan tes acuan. Setiap tampilannya, kecuali substansi item yang ada, dapat berbeda. Kedua tes tersebut sebaliknya mempunyai karate yang sama. Karakteristik yang dimaksud misalnya mengukur variabel yang sama, mempunyai jumlah item sama, struktur sama, mempunyai tingkat kesulitan dan mempunyai petunjuk, cara penskoran, dan interpretasi yang sama (Sukardi 2008).

3) Reliebilitas Dengan Bentuk Belah Dua Menurut Sukardi (2008: 47) Reliabilitas belah dua ini termasuk reliabilitas yang mengukur konsistensi internal. Yang dimaksud konsistensi internal adalah salah satu tipe reliabilitas yang didasarkan pada keajegan dalam setiap item tes evaluasi. Relibilitas belah dua ini pelaksanaanya hanya satu kali. c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Reliabilitas Instrumen Menurut Sukardi (2008:51-52) koefisien reliabilitas dapat dipengaruhi oleh waktu yang penyelenggaraan dekat atau tes-retes. terlalu Interval akan penyelenggaraan terlalu jauh,

mempengaruhi koefisien reliabilitas. Faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi reliabilitas instrument evaluasi di antaranya sebagai berikut:: 1) Panjang tes, semakin panjang suatu tes evaluasi, semakin banyak jumlah item materi pembelajaran diukur. 2) Penyebaran skor, koefisien reliabelitas secara langsung dipengaruhi oleh bentuk sebaran skor dalam kelompok siswa yang di ukur. Semakin tinggi sebaran, semakin tinggi estimasi koefisien reliable. 3) Kesulitan tes, tes normative yang terlalu mudah atau terlalu sulit untuk siswa, cenderung menghasilkan skor reliabilitas rendah. 4) Objektifitas, yang dimaksud dengan objektif yaitu derajat dimana siswa dengan kompetensi sama, mencapai hasil yang sama. 2. Apa yang saudara lakukan, supaya evaluasi yang akan dilakukan mempunyai fit ball ( efek bias ) yang serendah mungkin ? Idealnya tidak ada kesalahan dalam pengukuran, baik kesalahan yang acak maupun kesalahan yang sistematis. Atau dengan kata lain, seharusnya tidak ada kesalahan yang dilakukan oleh peserta tes, pelaksanaan tes, dan juga tidak ada kesalahan pengukuran yang disebabkan oleh butir tes. Untuk memberikan penilaian yang adil maka instrumen penilaian harus bebas dari adanya unsur bias item/butir tes yang disebabkan adanya differential item functioning (DIF). Deteksi bias butir dapat diselidiki menggunakan beberapa

metode seperti metode Mantel-Haenzel (Rogers & Hambleton, 1993:105), sibtest (Gierl, Khaliq, & Boughton (1999: 11), regresi logistik (Embretson & Reise, 2000, 251). Pendeteksian bias butir juga dapat dikaitkan dengan teknik penskoran juga dapat dihitung atas dasar besarnya indek kecurangan terutama pada soal bentuk pilihan ganda. Berikut adalah langkah-langkah pengembangan tes agar tidak terjadi bias adalah a. Menentukan tujuan penilaian, b. Menentukan kompetensi yang diujikan c. Menentukan materi penting pendukung kompetensi (urgensi, kontinuitas, relevansi, keterpakaian), d. Menentukan jenis tes yang tepat (tertulis, lisan, perbuatan), e. Menyusun kisi-kisi, butir soal, dan pedoman penskoran, f. Melakukan telaah butir soal. Penilaian non tes dilakukan melalui pengamatan dengan langkah-langkah 1. menentukan tujuan penilaian, 2. menentukan kompetensi yang diujikan, 3. menentukan aspek yang diukur, 4. menyusun tabel pengamatan dan pedoman penskorannya, 5. melakukan penelaahan. 3. Rencanakan macam_macam cara evaluasi dari berbagai mata kuliah pada program studi yang saudara ampuh? Menurut fungsinya penilaian dibedakan menjadi empat jenis yaitu formatif, sumatif, penempatan dan diagnotik. Menurut caranya dibedakan penilaian kuantitatif dan kualitatif sedangkan menurut tekniknya dibedakan antara tes dan non tes. 1) Penilaian formatif Penilaian ini lebih diarahkan kepada pertanyaan semisal metode tanya jawab.
2) Penilaian sumatif

Penilaian semester.

ini

langsung

diarahkan

kepada

keberhasilan

siswa

mempelajari suatu program pambelajaran. Biasanya dilakukan pada ahir 3) Penilaian Diagnostik Penilaian ini untuk menelusuri kelemahan-kelemahan khusus yang dimiliki siswa yang tidak berhasil dalam belajar, panilaian ini guru juga mengetahui dengan jelas dimana kesulitan siswa. a. Cara Penilaian Penilaian kuantitatif biasanya dinyatakan dengan angkah, sedangkan nilai kualitatif dinyatakan dengan ungkapan seperti conyoh dengan katakata baik, memuaskan,kurang memadai,kurang sempurna,dan sebagainya. b. Teknik Penilaian 1) Teknik Tes 2) Teknis non tes c. Tes Hasil Belajar Yang dimaksud tes hasil belajar adalah sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab oleh siswa bertujuan mengukur kemampuan belajar siswa selama proses belajar mengajar. 1) Jenis-jenis tes Menurut pelaksanaannya,tes dibedakan menjadi dua yaitu : a) Tes kata-kata yaitu tes yang menggunakan kata-kata baik, dalam artian baik dalam memberikan pertanyaannya ataupun dalam jawabannya, tes ini meliputi: tes tertulis dan tes lisan. b) Tes perbuatan yaitu tes yang dilakukan dengan jawabannya merupakan merupakan perbuatan dari siswa yang sedang dinilai. c) Tes tertulis Tes tertulis dibedakan menjadi dua jenis yaitu tes essay dan tes obyektif d) Tes essay (karangan) yaitu tes yang biasanya berupa soal-soal yang masing-masing mengundang permasalahan dan menuntut penguraian

sebagai jawabannya,tes essay juga menuntut jawaban dari siswa yaitu jawaban yang panjang atau luas jawabannya berupa uraian yang panjang. 4. Coba jelaskan berbagai faktor yang terpengaruh terhadap rendahnya nilai mahasiswa? Rendahnya nilai ini diduga disebabkan oleh banyak faktor antara lain metode pengajaran dosen, kemampuan mahasiswa, dan motivasi mahasiswa. Fenomena lain yang terlihat di lapangan adalah bahwa sebagian besar mahasiswa belum mampu belajar secara mandiri untuk meningkatkan prestasinya, bahkan ada semacam istilah datang, duduk, dengar, catat (D3C), sehingga dosen dianggap sebagai satu-satunya sumber pengetahuan mahasiswa. Faktor-faktor mengenai aktivitas keluarga, bekerja, ekstra kurikuler dan lingkungan belajar di kampus yang mempengaruhi prestasi mahasiswa belum banyak dibahas dalam penelitian. Untuk meningkatkan prestasi mahasiswa akuntansi perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi prestasi mereka. Lingkungan belajar di kampus merupakan salah satu variabel yang berpengaruh terhadap prestasi mahasiswa, di mana dalam aktifitas ini banyak melibatkan aktivitas antara dosen dan mahasiswa. Slameto (2004: 19-22) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya hasil belajar adalah sebagai berikut:
a. Faktor dari dalam individu (internal)

bagi

Faktor dari dalam diri siswa terdiri dari faktor fisik dan psikis yang keduanya saling mempengaruhidean tiadk dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainya. 1) Faktor fisik
2) Kesehatan

Proses belajar siswa akan terganggu jika kesehatannya terganggu, agar siswa dapat belajar dengan baik, maka haruslah mengusahakan kesehatan badannya supaya dalam keadaan yang baik.

3) Faktor cacat tubuh Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebutkan kurang baik atau kurang sempurna susunan tubuhnya. Jelaslah keadaan ini sangat mempengaruhi kosentrasi belajar siswa. Namun kebanyakan siswa tersebut belajar dilembaga khusus.
b. Faktor dari luar individu (eksternal) yang mempengaruhi hasil belajar

terdiri dari :
1) Faktor social, keluarga, sekolah, lingkungan masyarakat. 2) Faktor budaya, adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi. 3) Faktor lingkungan fisik, sarana belajar baik dirumah maupun disekolah.

4) Lingkungan spiritual keagamaan.

Anda mungkin juga menyukai