Anda di halaman 1dari 2

Hemoglobin Glikosilat : Tolok Ukur Baru untuk Diabetes Mellitus

dr.

Marzuki Suryaatmadja

Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSCM, Jakarta

Beberapa tahun terakhir ini mulai banyak diperiksa kadar hemoglobin glikosilat (glycosylated haemoglobin) sebagai suatau tolok ukur barn yang memberikan pengertian lebih baik tentang status kontrol metabolisme glukosa dan kemungkinan terjadinya penyulit pada penderita diabetes mellitus. Pada seorang sehat non-diabetes kadarnya berkisar antara 59 % dari kadar hemoglobin total.1 Angka rujukan sementara yang telah diperoleh oleh Bagian Patologi Klinik FKUI/RSCM adalah 49 % dari 30 orang sedangkan di Bagian Patologi Klinik FK UNAIR didapatkan angka 5 8,3%.2,3 Hemoglobin glikosilat atau HbA1 terdiri dari 3 fraksi yaitu HbAla,HbAlb dan HbAlc. HbAlc merupakan fraksi yang terpenting dan terbanyak yaitu 45% dari hemoglobin total.

HbAlc inilah yang merupakan ikatan antara glukosa dengan hemoglobin sedangkan fraksi- fraksi yang lain merupakan ikatan antara hemoglobin dengan heksosa yang lain.4 Karena HbAlc dan HbA1 total erat hubungannya dan kenaikannya juga dapat dianggap sejajar maka yang lebih sering di periksa adalah HbAl total yang secara teknis lebih mudah. Dari berbagai cara yang telah dikenal maka cara yang terbanyak dilakukan adalah cara kromatografi dengan kolom mikro dimana HbA1 dipisahkan dari HbA berdasarkan perbedaan afmitas ikatannya dengan resin bermuatan negatif. Kedua angka rujukan yang diperoleh di FKUI dan FKUNAIR di gas juga didapat dengan cara tersebut. Hemoglobin glikosilat terbentuk secara pasca- translasi yang berlangsung lambat, terus menerus dan tidak dipengaruhi

Gambar : 1
Certain Dunia Kedokteran No: 30 23

Aldimine

Ketamine

Amadori rearrangement

Gambar : 2 oleh enzim sepanjang masa hidup eritrosit. Karena itu pada eritrosit yang lebih tua kadarnya lebih tinggi daripada eritrosit yang lebih muda.5 HbAlc terbentuk dari ikatan glukosa dengan gugus amida pada asam amino valin di ujung rantai beta dari globulin Hb dewasa normal. (Gb 1 ) . Pengikatan ini terjadi 2 tahap. Tahap pertama terjadi ikatan kovalen aldimin berupa basa Schiff yang bersifat labil. Tahap kedua terjadi penyusunan kembali secara Amadori menjadi bentuk ketamin yang stabil ( Gb 2 ) Dari percobaan diketahui bahwa bentuk labil sudah naik dalam jangka waktu 2 jam setelah pemberian 100 grain glukosa per oral. Apabila kadar glukosa kembali merendah maka ikatan labil ini akan terurai kembali (reversibel). Bentuk stabil akan meningkat bila kadar glukosa melampaui 160180 mg/dl selama lebih dari 12 jam. Berdasarkan biomatematika diperhitungkan bahwa kira-kira 28% dari HbAl yang stabil mencerminkan keadaan kadar glukosa darah selama 2 minggu terakhir, kira-kira 50% dan 86% mencerminkan keadaan 1 dan 2 bulan yang baru lewat.8 Pada seorang penderita diabetes kadar HbAl meningkat, seringkali 2 3 x dibandingkan bukan penderita.' Kadar 10% dianggap batas atas dari status kontrol yang adekuat dan kadar lebth tinggi dari 15% menggambarkan status kontrol yang kurang.8,9 Bila keadaan penderita membaik maka kadar HbAl akan menurun dalam jangka waktu 36 minggu.10 Kadar HbA1 mempunyai korelasi yang baik dengan kadar glukosa darah rata-rata baik puasa, harian maupun puncaknya, selama 12 minggu yang telah lewat ; tidak ada perbedaan antara yang tergantung insulin dan yang tidak tergantung insulin, juga tidak dipengaruhi perbedaan jenis kelamin.l0,11 Sebagai pemeriksaan yang dianggap obyektif, stabil dan integral dengan indeks status glikemia dari penderita, tes ini berguna untuk diagnosa, untuk melengkapi tes yang sudah dikenal seperti kadar gula darah, tes toleransi glukosa dan gula/reduksi urin, juga untuk memonitor nasib metabolik dan kemungkinan timbulnya penyulit pada penderita diabetes.6,7,8 Walaupun pemeriksaan kadar HbAI tidak dapat menggantikan penetapan kadar gula darah ia memberikan informasi tambahan yang penting. Misalnya bila kadar gula darah dan urin tinggi sedangkan kadar HbAl tidak meninggi maka hal ini berarti peningkatan kadar gula darah tersebut baru saja terjadi yang mungkin karena stress. Sebaliknya bila kadar gula darah tidak (berapa) meninggi dan kadar HbAl masih tinggi maka berarti kontrol belum baik yang kemungkinannya antara lain karena penderita tersebut baru taat mengikuti dnt yang ketat hanya beberapa hari sebelum diperiksa (takut dimarahi dokternya !)
8,11

Status kontrol yang baik adalah bila baik kadar gula darah maupun HbAg berada di dalam batas-batas normal. Glikosilasi hemoglobin mengurangi kecepatan disosiasi oksigen dari hemoglobin sehingga faktor ini sebagai sumber dari hipoksia jaringan mungkin ikut berperan dalam terjadinya penyulit berupa retinopati, neuropati, nefropati dan kelainan makro dan mikroangiopati.6-9 Pada kehamilan dengan diabetes diduga bahwa peningkatan kadar HbAl pada sekitar awal kehamilan merupakan petunjuk meningkatnya risiko timbulnya kelainan janin dan peningkatan HbAl pada akhir kehamilan berhubungan dengan peningkatan berat badan bayi pada saat lahir.8 Untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kadar HbA I dengan baik selain perlu memisahkan dahulu bentuk labilnya, maka perlu juga memperhatikan keadaan-keadaan yang akan mempengaruhi kadarnya yaitu hemoglobinopati, keadaan yang disertai dengan peningkatan retikulosit/eritrosit muda (perdarahan, hemolisa), splenektomi dan kegagalan ginjal.6-9 Pengaruh obat-obatan terhadap HbAl sampai sekarang belum diketahui/belum ada laporan. Mengenai penggunaan tes ini secara rutin dan berapa seringnya harus dilakukan masih belum ada persetujuan umum. Di beberapa Idinik tes ini dikerjakan tiap minggu pada kehamilan dengan diabetes, tiap 24 minggu atau tiap 13 bulan tergantung jenis dan keadaan kontrol diabetes dari penderita yang berobat jalan.7,8
Daftar Kepustakaan dapat diminta pada penulis/redaksi

24 Cermin Dania Kedokteran No. 30

Anda mungkin juga menyukai