Anda di halaman 1dari 2

Mengintip Istana Ustadz hilmi

Sebuah

mobil Mitsubishi pajero putih dari kejauhan terihat memasuki sebuah rumah

bergerbang besi warna hitam di kawasan Lembang, Bandung barat, senin kemarin (4/2/2013). Di atas gerbang besi itu, terdapat sebuah gapura bertuliskan Padepokan Madani. Saat wartawan Gatra bermaksud masuk ke dalam padepokan, dua penjaga gerbang segera mencegah. Padepokan madani itu berada di kampung Babakan Bandung, desa Pagerwangi, Lembang, Kabupaten Bandung barat. Sekitar setengah jam dari pasar Lembang. Di sekitar padepokan, terhampar kebun sayuran nan hijau. Padepokan madani ini dimiliki Ustad Hilmi aminuddin, Ketua Dewan syuro PKS. Sebelum masuk gerbang, terdapat sebuah bengkel dengan beberapa mobil Jip di sana. Tapi aktivitas di sana sepi. Sekarang di sini sepi aktivitas, Ustad Hilmi sudah pindah ke Jakarta. Kata satpam yang menjaga. Padahal, Gatra datang ke sana untuk menemui sang ustad, guna mengkonfirmasikan kebenaran cerita soal keterlibatan sang ustad bersama anaknya, Ridwan hakim, dalam kasus suap kuota impor sapi yang sedang disidik KPK. Tapi sang penjaga melarang wartawan Gatra masuk. Ia mengaku diminta ustad Hilmi melarang wartawan masuk ke padepokan madani. Gatra pun mencoba mengintip melalui celah-celah pagar. Di dalam pekarangan terlihat sepi aktivitas, tak terlihat orang mondar-mandir. Namun, beberapa mobil mewah jenis Jip terlihat terparkir di sana. Seorang ibu yang tak mau disebut identitasnya memberitahu, ustad Hilmi memang jarang terlihat. Kalau padepokan ini memang untuk pendidikan dan pelatihan katanya. Sang ibu mengatakan, ustad Hilmi lebih sering mengunjungi peternakan sapi miliknya di daerah Cibodas, yang berjarak satu jam perjalanan dari Lembang. Sapi pak Ustad jumlahnya ratusan, mas katanya lagi. Tim Gatra pun segera meluncur ke sana. Desa Cibodas di jalan Maribaya timur dikelilingi perbukitan yang di lerengnya banyak ditanami sayuran milik penduduk. Di kawasan itulah peternakan milik ustad Hilmi berada. Dipagari tembok seinggi 2 meter dan hanya memiliki satu gerbang, sangat sulit mengintip ke dalam. Saat mencoba masuk, wartawan Gatra dicegat seorang satpam. Di sini memang peternakan dan penggemukan sapi milik ustad Hilmi tuturnya.
1

Ia bercerita, di peternakan kurang lebih seluas 4 hektar itu, ustad Hilmi dan anaknya, Ridwan hakim, memelihara ratusan ekor sapi potong dan sapi perah. Tetapi mereka jarang menengok ke sini katanya. Ia mengaku tak tahu apakah sapi-sapi ini sapi impor atau bukan, tapi menurut warga sekitar, jumlah sapinya lebih dari 1000 ekor. Seorang warga menyebutkan, jika datang ke sana, ustad Hilmi selalu dikawal polisi dari depan dan belakang. Biasanya sapi datang dari Jawa dan ada juga dari luar negeri. Pembelinya datang dari Jakarta, Palembang dan Kalimantan. Di sini untuk pembesaran sapi juga, lalu dijual kata warga itu. Menurut dia, hampir 80% tanah di desa Cibodas adalah milik Hilmi dan PKS. Ada yang dijual sedikit, dibeli oleh PKS, ungkapnya. Di desa Cibodas juga terdapat Boarding School Nurul fikri milik ustad Hilmi dan peternakan kambing seluas 2 hektar. Hilmi dikenal tertutup dan jarang berinteraksi dengan warga. Semua usahanya ditembok tinggitinggi kata sumber itu. Untuk pekerja pun, kini hanya 20% warga lokal yang bekerja disitu. Kebanyakan pekerja dari Jawa ujarnya. Warga, kata sumber itu, sebenarnya keberatan dengan peternakan tersebut karena terganggu oleh bau kotoran sapi. Tapi, mau protes, warga tak berani karena Hilmi selalu dikawal. Sayang, ustad Hilmi dan Ridwan hakim tak bisa ditemui untuk klarifikasi. Nomor ponsel Hilmi dan anaknya berulang kali dikontak, nomor ponselnya tak aktif lagi. (Sumber: Majalah Gatra Politik daging sapi edisi 7-13 Februari 2013, hal 18)

Anda mungkin juga menyukai