Anda di halaman 1dari 3

Otonomi Daerah, Penyebab Utama Masalah Politik

Topik: Otonomi Daerah

Besarnya wilayah Indonesia terlebih dalam bentuk kepulauan tentu tidak memungkinkan Indonesia untuk menggunakan sistem sentralisasi sebagai sistem politik yang dianutnya. Namun, sudah tepatkah sistem desentralisasi yang digunakan Indonesia pada saat ini? Jawabannya tentu belum. Hal itu nyata terlihat pada praktik-praktik penyelenggaraan pemerintahan baik di pusat maupun di daerah. Sebagai contoh, tidak meratanya pembangunan antara daerah barat dengan daerah Timur Indonesia. Hingga sekarang, hal ini ternyata masih merupakan momok terbesar bagi negara kita sendiri. Lalu bagaimana solusi terbaik yang seharusnya dilakukan pemerintah guna mengatasi hal tersebut? Bila dibahas dari awal, jatuhnya pilihan Indonesia pada sistem politik desentralisasi sebenarnya cukup terlihat jelas dalam pembukaan UUD 1945, yang berbunyi sebagai berikut, Kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia Walaupun hanya samar-samar, namun dapat tersirat denga jelas bahwa Indonesia memilih menganut sistem desentralisasi sebagai sistem politiknya. Jadi, apakah sebenarnya sistem desentralisasi itu? Menurut Igleas, politik decentralization melahirkan daerah-daerah otonom, dan administrative decentralization adalah istilah lain dari local state government yang melahirkan wilayah-wilayah Administratif. (Gabriel U. Iqlesias, Regionalization and Regional Development in the Philippines, UP-CPA, Manila, 1978, hlm. 14). Politik desentralisasi merupakan politik yang memberikan kebebasan kepada daerah untuk mengurus daerahnya sendiri sepanjang kebijakan-kebijakan yang dibuat tidak menentang ketentuanketentuan pemerintah pusat atau negara. Bukti desentralisasi yang sudah berjalan contohnya adalah adanya lembagalembaga perwakilan rakyat daerah atau yang lebih kita kenal dengan DPRD pada tingkat provinsi, yang kemudian masih terbagi-bagi lagi ke berbagai sektor yang lebih kecil, seperti kota dan kabupaten. Terbentuknya organisasi pemerintahan di daerah tentu diharapkan dapat membantu pemerintahan pusat dalam hal pengaturan rakyat dan negara. Karena sudah tentu hal itu menjadi tidak efektif dan tidak efisien apabila seluruh tugas dan tanggung jawab kepemerintahan hanya dilimpahkan kepada pemerintah pusat semata mengingat besarnya wilayah Indonesia yang berbentuk kepulauan. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu, ternyata makna dan fungsi desentralisasi itu sendiri mulai bergeser dari pengertian yang sesungguhnya. Pemerintahan daerah yang diberi wewenang mengatur daerahnya sendiri guna membantu pemerintah pusat, kini mulai menyimpang ke arah otonom yang berlebihan. Hal itu terjadi pada daerah tingkat bawah seperti kota dan kabupaten. Ironisnya, sifat otonom yang berlebihan menyebabkan daerah tersebut merasa lepas dari keberadaan kota dan kabupaten di sekitarnya. Akibatnya, keputusan dari pihak pusat maupun daerah sering tidak sejalan. Bila hal ini dibiarkan berlarut-larut, tentu akan mengancam keutuhan bangsa dan negara kita. Contohnya saja pada saat pemilihan umum (Pemilu). Banyaknya partai yang ada di Indonesia menyebabkan sering terjadi benturan antara daerah dan pusat mengenai hasil pemilu. Betapa tidak, hasil yang tidak sesuai keinginan pribadi atau kelompok tertentu cenderung membuat manut kepada partai mereka sendiri dibandingkan terhadap pemimpin yang bukan atasannya. Oleh karena itu, kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah pusat sering menghadapi kendala di daerah.

Jadi, masalah inti dari desentralisasi di Indonesia sebenarnya adalah penafsiran yang keliru terhadap Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Memang banyak kemungkinan yang dapat menjadi faktor timbulnya kesalahpahaman tersebut, seperti kebijakan politik pusat yang tidak sesuai dengan kondisi daerah atau bahkan karena kurangnya kepedulian pemerintah pusat terhadap kepentingan daerah. Selain faktor dari pusat, faktor dari pemerintahan daerah juga memberi dampak terhadap stabilitas politik otonomi di Indonesia. Contohnya saja kegiatan pemaksaan pemekaran daerah seperti kabupaten atau kota yang sering membebankan keuangan negara. Kemudian, bagaimana solusi terbaik yang dapat dilakukan pemerintah saat ini? Memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun, bila dengan rasa kebersamaan terlebih nasionalisme, keinginan besar dalam mewujudkan Indonesia yang maju dan sejahtera dapat saja terwujud. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan otonomi daerah: 1. Faktor Manusia Pelaksana Maksud faktor ini adalah peran kepala daerah, DPRD, Kemampuan aparatur pemerintah daerah serta partisipasi masyarakat sebagai penggerak utama dalam penyelenggaraan otonomi daerah. 2. Faktor Keuangan Daerah Faktor ini termasuk pajak daerah, retribusi daerah, perusahaan daerah, dinas daerah dan pendapatan lainnya. Keuangan merupakan salah satu peran penting bagi terselenggaranya aktivitas otonomi daerah karena harus mampu memberikan kontribusi bagi keuangan daerah. 3. Faktor Peralatan Peralatan seperti alat-alat kantor yang cukup da memadai dari segi kualitas serta penggunaan yang praktis tentu sangat membantu daerah dalam menjalankan kegiatan otonominya. 4. Faktor Organisasi dan Manajemen Kemampuan organisasi dan manajemen yang memadai dapat meningkatkan ke- efektifan dan ke-efisienan dalam pengelolaan daerah sebagai objek utama. Faktor faktor diatas merupakan 4 faktor utama sebagai penunjang bergeraknya otonomi daerah dengan baik. Faktor manusia memang merupakan faktor utama seperti yang telah disebutkan di atas karena manusia memang memegang peranan penting dalam suatu proses mencapai sesuatu. Oleh karena itu, berikut merupakan beberapa strategi atau hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan seorang pemimpin daerah. 1. Penataan Keuangan Langkah-langkah yang dilakukan Perda dalam mewujudkan otonomi daerah yang nyata, luas, dan bertanggung jawab. Penataan keuangan merupakan hal wajib yang perlu diperhatian karena dari hal inilah biasanya sumber masalah besar terjadi. Korupsi atau penggelapan uang milik pemerintah dan rakyat yang masih sering terjadi merupakan salah satu penghambat kegiatan politik di Indonesia. Oleh karena itu, besar manfaatnya apabila segala kegiatan politik di Indonesia dimulai dengan penataan keuangan yang baik dan transparan. 2. Penyelenggaraan Otonomi Daerah Dilakukan oleh lembaga pemerintahan daerah yang terpisah dengan pemerintah pusat. Seperti yang telah dijabarkan di atas, bahwa masih kurangnya pemahaman warga Indonesia mengenai otonomi daerah merupakan penghambat besar dalam pengaplikasiannya pada kegiatan politik sehari-hari. Jadi yang perlu ditanamkan di sini adalah pendalaman edukasi bagi pemegang peran dalam pemerintahan daerah sehingga dapat menjalin kerjasama yang baik dengan pemerintah pusat. 3. Pemberdayaan Daerah

Melalui berbagai faktor seperti manusia pelaksana, keuangan daerah, peralatan serta organisasi dan mnajemen diharapkan kesatuan kinerja tersebut dapat membangun daerah yang sejahtera dan makmur. Wewenang yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintahan daerah untuk mengembangkan potensi daerahnya harus dapat dilakukan secara maksimal sehingga pembangunan tidak hanya terjadi pada daerah kota-kota besar saja, seperti di mana pemerintahan pusat berada, melainkan juga sampai daerah-daerah terpelosok. 4. Prasyarat Daerah Otonomi a. SDM (Sumber Daya Manusia) b. Dana c. Fasilitas pendukung pelaksana pemerintah daerah d. Otonomi yang diterapkan sesuai dengan otonomi Indonesia Penggunaan strategi yang tepat diiringi dengan keinginan perubahan yang besar tentu tidak membuat mustahil sesuatu yang cemerlang akan terjadi pada Indonesia suatu hari nanti. Kesimpulannya, semua yang terjadi dalam politik Indonesia saat ini, baik kebobrokan akibat manipulasi korupsi, kolusi, nepotisme, dan ketidakjujuran harus diberantas mulai dari hal yang paling mendasar karena kalau tidak, akan sia-sia saja upaya apapun yang dilakukan. Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai