Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak-hak yang dimiliki manusia sejak ia lahir

yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun. Hak-hak ini berisi tentang kesamaan atau keselarasan tanpa membeda-bedakan suku, golongan, keturunanan, jabatan dan lain sebagainya antara setiap manusia yang hakikatnya adalah sama-sama makhluk ciptaan Tuhan. Oleh karena itu secara umum hak asasi manusia dapat diartikan sebagai hak-hak yang telah dimiliki seseorang sejak ia lahir dan merupakan pemberian Tuhan. Ruang lingkup hak asasi manusia itu sendiri adalah: 1. Hak untuk hidup 2. Hak untuk memperoleh pendidikan 3. Hak untuk hidup bersama-sama seperti orang lain 4. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama 5. Hak untuk mendapatkan pekerjaan Dalam hal proses penegakan hukum, apabila implementasi lebih berorientasi pada penghormatan terhadap hak asasi manusia maka akan lebih menggugah masyarakat untuk menjunjung tinggi hukum itu sendiri. Dalam hubungannya dengan hal ini, hak asasi manusia memiliki dua segi yaitu segi moral dan segi perundangan. Apabila dilihat dari segi moral, hak asasi manusia merupakan suatu tanggapan moral yang didukung oleh anggota masyarakat. Sehubungan dengan segi ini anggota masyarakat akan mengakui wujud hak tertentu yang harus dinikmati oleh setiap individu, yang dianggap sebagai sebagaian dari sifat manusia, walaupun mungkin tidak tercantum dalam undang-undang. Dari segi perundangan, hak asasi manusia diartikan sebagai seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara,
1

hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Dalam konteks nasional, tak dapat dipungkiri bahwa isi dari adat istiadat dan budaya yang ada di Indonesia juga mengandung pengakuan terhadap hak dasar dari seorang manusia. Dasar-dasar hak asasi manusia di Indonesia terletak pada pasal 27 ayat 1, pasal 28, pasal 29 ayat 2, pasal 30 ayat 1, dan pasal 31 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945. Jika kita melihat perkembangan HAM di negara ini, ternyata masih banyak pelanggaran HAM yang sering kita temui. Mulai dari pelanggaran kecil yang berkaitan dengan norma hingga pelanggaran HAM besar yang bersifat kriminal dan menyangkut soal keselamatan jiwa. Untuk menyelesaikan masalah ini perlu adanya keseriusan dari pemerintah menangani pelanggaran-pelanggaran yang terjadi dan menghukum individu atau oknum terbukti melakukan pelanggaran HAM. Selain itu masyarakat juga perlu mengerti tentang HAM dan turut menegakkan HAM mulai dari lingkungan sosial tempat mereka tinggal hingga nantinya akan terbentuk penegakan HAM tingkat nasional. Adapun contoh dari pelanggaran HAM di Indonesia adalah Pelanggaran HAM pada Tenaga Kerja Indonesia. Tenaga kerja Indonesia adalah orang yang rela berkerja diluar negri untuk memenuhi kebutuhan keluarganya selain memenuhi kebutuhan keluarganya negara jugamendapati devisa atas jasa yang diberikan mereka di negeri yang membutuhkan tenaga kerja untuk membantu negara negara yang kekurangan tenaga kerja seperti malaysia, singapura dan beberapa Negara lainnya. Kasus ini menjelaskan bahwa hak warga negara untuk memperoleh kebenaran belum dipenuhi oleh pemerintah. 1.2. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pelanggaranHAM terhadap TKI. 2. Mengetahui macam-macam pelanggaran HAM yang dialami oleh TKI.
3. Mengetahui siapa pihak yang

bertanggung jawab dalam menyelesaikan

permasalahan pelanggaran HAM terhadap TKI.

BAB II PERMASALAHAN

2.1. 2.2.

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pelanggaran HAM terhadap TKI ? Mengapa masih banyak orang yang menjadi TKI termasuk menjadi TKI illegal, sedangkan telah banyak diketahui pelanggaran HAM terhadap TKI ?

2.3. 2.4.

Apa saja pelanggaran HAM yang dialami oleh TKI ? Siapa pihak yang bertanggung jawab dalam menyelesaikan permasalahan pelanggaran HAM terhadap TKI ?

2.5.

Bagaimana cara menanggulangi pelanggaran HAM yang terjadi terhadapTKI ?

BAB III PEMBAHASAN

3.1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Pelanggaran HAM terhadap TKI Penyebab terjadinya pelanggaran HAM yang terjadi di Daerah, yaitu sebagai berikut : Salah satu faktor penyebab kompleksitas permasalahanyang terus silih berganti menimpa Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah penipuan, tindak kekerasan, over worked , pelecehan seksual/pemerkosaan dan sebagainya. Salah satu penyebabnya adalah Kebijakan Pemerintah yang mengizinkan calon majikan merekrut langsung TKI di Indonesia. Selain itu, faktorfaktor penyebab lainnya adalah : 1. Kurangnya menghormati hak asasi orang lain, moral, etika, dan tata tertibkehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 2. Sumber Daya Manusia yang masih rendah. 3. Interprestasi dan penerapan yang salah dari norma-norma agama dan perintah (intruksi)
4. Good Governence ( Pemerintahan yang baik ) masih bersifat retorika. 5. Corporete Governence ( Tata Kola Pemerintahan ) masih bersifat retorika.

3.2. Alasan Banyak Orang yang Menjadi TKI Termasuk Menjadi TKI legal Dasar hukum keberadaan TKI di luar negeri adalah pasal 27 ayat (1) dan (2) UU No. 39 Tahun 2004 tentang penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri. Dalam ayat (1) ditegaskan bahwa penempatan TKI di luar negeri hanya dapat dilakukan ke negara tujuan yang pemerintahannya telah membuat perjanjian tertulis dengan pemerintah Republik Indonesia atau ke negara tujuan yang mempunyai peraturan perundang-undangan yang melindungi tenaga kerja asing. Jadi secara legal formal (hukum) keberadaan TKI di luar negeri sahadanya. Artinya hal tersebut diketahui dan diterima oleh kedua belah pihak baik si pemasok tenaga kerja maupun si pengguna tenaga kerja tersebut. Adapun kemudian terjadi berbagai kasus yang menimpa TKI, misalnya ada TKI melarikan diri dari tempat kerja, majikan menyiksa TKI, bahkan memperkosanya atau sebaliknya TKI membunuh majikan,

istri majikan atau anak majikan. Hal itu sebenarnya tidak perlu terjadi manakala kedua belah pihak saling mematuhi perjanjian yang mereka buat dan sepakati bersama. Secara substansial ada 3 (tiga) faktor yang mendorong seseorang menjadi TKI yaitu : 1. Motivasi Salah satu alasan utama mengapa seseorang terobsesi menjadi TKI adalah ingin merubah nasib yaitu dari serba kekurangan menjadi berkecukupan, baik sandang dan pangan. Namun sayang apa yang mereka impikan tersebut belum 100% terealisasi karena banyaknya prosedur dan aturan yang harus mereka tempuh. Ironisnya hal tersebut tidak menjadikan mereka putus asa, justru sebaliknya mereka semakin giat dan yakin bahwa mereka akan berhasil. Namun sayang mereka (TKI) terutama yang ilegal pada umumnya miskin pengetahuan dan keterampilan sehingga sering menjadi masalah di kemudian hari. 2. Pola pikir pragmatis Dalam bukunya yang berjudul Pragmatism (1907) William James mengetengahkan bahwa inti ajaran prakmatisme adalah sesuatu itu baru dianggap bernilai bila ia bermanfaat. Asal bermanfaat untuk dirinya dan orang lain, apa saja bisa dilakukan termasuk menipu, menyuap, memanipulasi dan sebagainya. Seperti yang dilakukan oleh sebagian besar calon TKI beserta beberapa instansi yang melindungi mereka. Juga tidak ketinggalan para calonya, mereka (para TKI) tidak segan mengutang, menjual barang-barangnya, dan bila perlu menipu termasuk memanipulasi identitas diri dalam hal ini soal umur. mereka tempuh yang penting sukses. 3. Persaingan yang ketat Sebagai konsekuensi logis dari era globalisasi dan informasi, individu harus pandai menyesuaikan diri dengan lingkungan. Segalanya serba cepat dan tepat termasuk dalam mencari lowongan kerja. Tidak cukup mengandalkan ijazah SMA, SMK atau PT (Perguruan Tinggi) tetapi mereka (pencari kerja) harus memiliki ketrampilan tertentu yang bernilai tambah. Jika tidak, mereka akan tersingkir begitu saja oleh pesaing lain.Selanjutnya mereka akan jadi
5

Mereka yakin dengan

bekerja sebagai TKI hidup mereka akan bermanfaat tanpa berpikir cara yang

pengangguran abadi. Yang lebih menyedihkan lagi jumlah perusahaan di sektor industri saat ini semakin kecil. Dengan mengecilnya jumlah perusahaan di sektor industri otomatis akan memperbesar jumlah orang miskin dan pengangguran. Bila hal ini terus dibiarkan, maka berpotensi mendorong orang ingin bekerja ke luar negeri sebagai buruh migran alias TKI, meskipun dengan bekal pengetahuan sekedarnya. Akibatnya mereka kebanyakan hanya bisa bekerja di ranah domestik, yaitu menjadi Pembantu Rumah Tangga (PRT). Untuk penanganan TKI ilegal memang membutuhkan keseriusan dan keterpaduan antara stake holder yang berkepentingan baik di pemerintahan Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di samping itu perlu ada kebijakan yang lebih menyeluruh dan terpadu dalam Reformasi Penempatan dan Perlindungan TKI terutama dalam prosedur penempatan secara legal.
3.3.

Kasus Pelanggaran HAM yang Dialami oleh TKI


3.3.1. Kasus Sumiati

Penganiyaan sadis yang dilakukan warga Arab Saudi terhadap Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Sumiati Binti Salam Mustafa tergolong pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat. Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar menegaskan hal ini usai melakukan pelepasan relawan untuk korban Merapi. "Di dunia ini, penganiayaan seperti itu tergolong pelanggaran HAM berat," tegas Patrialis. Pemerintah, menurutnya, telah bertemu pihak kedutaan besar Arab Saudi di Indonesia. Mereka berjanji menindaklanjuti kasus tersebut dan akan memproses majikan Sumiati sesuai hukum yang berlaku. "Kita sudah ketemu dengan Dubes Arab Saudi di sini. Dubes Arab Saudi mengutuk habis perbuatan kejam itu. Kita bersyukur pemerintah Arab Saudi berjanji akan menindaklanjuti proses hukum," papar Patrialis.

Sebagaimana diberitakan, TKI asal Dompu, Nusa Tenggara Barat itu dibawa ke RS King Fahad pada 8 November 2010 setelah mengalami penyiksaan oleh majikannya. Kondisi TKI malang tersebut sangat memprihatinkan dan sangat lemah. Seorang petugas rumah sakit itu mengungkapkan, kedua kaki Sumiati nyaris lumpuh, kulit tubuh dan kepalanya terkelupas, jari tengah retak, alis matanya rusak. Yang lebih parah, bibir bagian atasnya hilang. Diduga majikan wanita Sumiati kerap kali melakukan kekerasan terhadapnya, sebab terdapat banyak luka di sekujur tubuhnya. Antara lain luka bekas setrika panas. Sumiati diketahui tidak bisa berbahasa Arab maupun Inggris.
3.3.2. Kasus TKI yang Ditembak Polisi Malaysia

Wakil Ketua DPR Pramono Anung, menilai kasus penembakan yang dilakukan polisi Malaysia terhadap tiga tenaga kerja Indonesia (TKI) layak diadukan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Menurutnya, yang terjadi dengan ketiga TKI asal NTB adalah pelanggaran HAM berat. Oleh karena itu, ia mendukung jika ada pihak yang akan mengadukan kasus ini ke PBB. Promono juga menyayangkan buruknya kinerja pemerintah dalam melindung TKI. Padahal, menurutnya, Indonesia sudah meratifikasi semua konvensi tentang perburuhan. "Ini semakin menunjukkan bahwa penanganan pemerintah soal TKI sering ragu-ragu, lambat, dan baru terjadi hiruk pikuk ketika sudah terjadi. Kita tahu sama-sama, indonesia sudah meratifikasi semua konvensi soal perburuhan. Tapi Malaysia belum, ini kan tidak adil. Saya termasuk yang simpatik dengan apa yang disampaikan Gubernur NTB yang protes keras terhadap pemerintah soal penanganan ini," imbuhnya. Sebelumnya, berdasarkan keterangan resmi yang diterima Migrant Care dari Rumah Sakit di Malaysia, 3 TKI asal Lombok yang diduga menjadi korban perdagangan organ tubuh tewas ditembak. Tiga (3) TKI bernama Herman, Abdul Kadir dan Mad Noon itu diketahui bekerja sebagai buruh kasar di Malaysia.

3.3.3. Kasus Penyiksaan TKI a.n. Susilawati oleh Majikannya di Melaka,

Malaysia Pada hari Senin, 1 Maret 2010, Satuan Tugas Pelayanan Perlindungan Warga Negara Indonesia (Satgas PPWNI) KBRI Kuala Lumpur telah menerima laporan dari masyarakat mengenai adanya seorang TKI yang bekerja sebagai pembantu mengalami penyiksaan oleh majikannya di Melaka. Berdasarkan informasi tersebut, pada tanggal 1 Maret 2010, Satgas PPWNI KBRI Kuala Lumpur telah menugaskan staf untuk bertemu dengan TKI a.n. Susilawati dan melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait di Melaka. Satgas PPWNI telah bertemu dengan Susilawati yang mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Besar Melaka. Kondisi yang bersangkutan dalam keadaan stabil dan terdapat luka lebam di bagian tangan kiri dan kanan serta kulit yang rusak akibat sabun cuci. Berdasarkan informasi dari Dokter Harest yang menangani Susilawati, kondisi fisik Susilawati dalam kondisi baik dan stabil namun yang bersangkutan mengalami depresi dan sempat mengalami pingsan dua kali dan kejang-kejang (epilepsi). Susilawati masih memerlukan rawatan lebih lanjut dan pada hari Selasa 2 Maret 2010, Dokter akan melakukan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap Susilawati. Satgas juga bertemu Asp. Zahrini dan Inspektur Lee dari Polisi Melaka Tengah yang menangani kasus Susilawati dan berdasarkan informasi dari pihak Polisi, saat ini 4 (empat) anggota keluarga majikan telah ditahan oleh pihak Polisi untuk dimintai keterangan. Polisi juga telah meminta pihak Rumah Sakit untuk melakukan pemeriksaan terhadap Susilawati atas kemungkinan terdapat kejahatan seksual. Berbagai pihak terkait di Melaka memberikan perhatian yang serius terhadap kasus penyiksaan yang dialami oleh TKI Susilawati ini.Hal ini dibuktikan dengan kehadiran dari pihak Polisi, Jabatan Tenaga Kerja Malaysia di Melaka serta hadirnya 3 (tiga) staf dari Kantor Menteri Besar Melaka di Rumah Sakit Besar Melaka. Perhatian besar ini diberikan karena pihak-pihak terkait tersebut tidak menginginkan adanya kembali TKI yang disiksa oleh majikan apalagi sampai meninggal seperti
8

kasus Nurul Aidah, korban pembunuhan majikan di Melaka pada tanggal 21 Januari 2010. Pihak Kepolisian Malaysia berjanji akan mengusut sampai tuntas kasus Susilawati sehingga dapat segera dilimpahkan ke Pengadilan. Satgas PPWNI KBRI Kuala Lumpur akan terus memantau dan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait di Melaka. 3.4. Pihak yang Bertanggung Jawab dalam Penyelesaian MasalahPelanggaran HAM terhadap TKI 3.4.1. Pemerintah Berikut ini adalah kewajiban dan tanggung jawab Pemerintah menurutUU No. 39 Tahun 1999, yaitu sebagai berikut:
1.

Pemerintah Wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi,

menegakkan dan memajukan hak asasi manusia yang diatur dalam undangundang ini, peraturan perundang-undangan lain dan hukum internasional tentang hak asasi manusia yang diterima oleh Negara RI.
2.

Kewajiban dan tanggung jawab pemerintah sebagaimana dimaksud

meliputi langkah implementasi yang efektif dalam bidang hukum,politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan negara dan bidang lain.
3.

Hak dan kebebasan yang diatur dalam undang-undang ini hanya dapat

dibatasi oleh dan berdasarkan undang-undang, semata-mata untuk menjamin pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia serta kebebasan dasar orang lain, kesusilaan, ketertiban umum dan kepentingan bangsa.
4.

Tidak satu ketentuan pun dalam undang-undang ini boleh diartikan

bahwa pemerintah, partai, golongan atau pihak manapun dibenarkan mengurangi, merusak atau menghapuskan hak asasi manusia atau kebebasan dasar yang diatur dalam undang-undang ini. 3.4.2. Masyarakat
1. Memperluas pengetahuan dan mengasah ketrampilan dengan sebaik-sebaiknya

untuk bisa mendorong kemajuan industri di daerahnya masing-masing.


9

2. Mengantisipasi adanya anggota keluarga yang menjadi TKI. 3.5. Penanggulangan Pelanggaran HAM terhadap TKI

Berikut ini adalah cara penanggulangan pelanggaran HAM terhadap TKI, yaitu sebagai berikut :
1. Membawa kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia ke pengadilan hak asasi

manusia dengan tetap menerapkan asas praduga tak bersalah. 2. Membangun budaya hak asasi manusia.
3. Berdayakan mekanisme perlindungan hak asasi manusia yang ada dan membentuk

lembaga-lembaga khusus yang mengenai masalah-masalah khusus mengenai HAM.


4. Mempergiat sosialisasi hak asasi manusia kepada semua kelompok dan tingkat dalam

masyarakat dengan mengikut sertakan LSM dalam kemitraan dengan pemerintah.


5. Mencabut dan merivisi semua undang-undang peraturan yang bertentangan dengan

hak asasi manusia. 6. Memberdayakan aparat pengawas.


7. Mengembangkan managemen konflik oleh lembaga-lembaga perlindungan hak asasi

manusia.
8. Memprioritaskan penyusunan prosedur pengaduan dan penanganan kasus-kasus

pelanggaran hak asasi manusia.


9. Membentuk lembaga-lembaga yang membantu korban pelanggaran hak asasi manusia

dalam mengurus kompensasi dan rehabilitasi.


10. Mengembangkan lembaga-lembaga dan program-program yang melindungi korban

dan saksi pelanggaran hak asasi manusia.


11. Kerjasama dalam hal pembangunan antara Pemerintah daerah dan warga masyarakat

Daerah perlu ditingkatkan. Sehingga bisa memberikan lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya.
12. Pemerintah harus bisa bekerjasama dengan masyarakat dalam mewujudkan

kesejahteraan rakyat.
13. Pelanggaran hak asasi manusia terhadap TKI seharusnya ditanggapi dengan cepat dan

tanggap oleh pemerintah dan disertai peran serta masyarakat.

10

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan
1. Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak-hak yang dimiliki manusia sejak ia lahir

yang berisi tentang kesamaan atau keselarasan tanpa membeda-bedakan suku, golongan, keturunanan, jabatan dan lain sebagainya antara setiap manusia yang hakikatnya adalah sama-sama makhluk ciptaan Tuhan.
2. Penyebab utama dari pelanggaran Hak Asasi Tenaga Kerja Indonesia adalah

Interprestasi dan penerapan yang salah dari perintah (intruksi) sertakurangnya menghormati hak asasi orang lain, moral, etika dan tata terbitberkehidupan yang berlaku.
3. Pihak yang bertanggung jawab dalam penyelesaian masalah pelanggaran HAM

terhadap TKI adalah Pemerintah yang kewajiban dan tanggung jawab Pemerintah tercantum dalam UU No. 39 Tahun 1999 dan peran aktif masyarakat untuk berkerja sama dalam mencegah dan mengatasi pelanggaran Hak Asasi Manusia terhadap Tenaga Kerja Indonesia. 4.2. Saran Pelanggaran HAM pada para TKI Indonesia telah terjadi berulang kali, seharusnya ini menjadi pelajaran bagi kita semua supaya lebih berhati-hati. Dengan itu kita sebagai sesama manusia harus mempunyai rasa kemanusiaan terhadap sesama manusia misalnya kita sebagai lembaga penyalur TKI tidak boleh hanya mencari keuntungan semata tanpa melihat keahlian daripara TKI dan TKW itu sendiri, lembaga penyalur TKI tidak boleh mengirimTKI yang belum teruji benar kemampuanya karena ini merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya penyiksaan serta pembunuhan karena majikan di negara tersebut merasa emosi apabila TKI tersebut tidak dapat bekerja. Terutama dalam penerjemahan bahasa merupakan alat komunikasi terpenting antara majikan dan TKI tersebut. Apabila bahasa saja belum dikuasai bagaimana terjadi hubungan yang baik antara majikan dan TKI. Ini menjadi salah satu pemicu peningkatan kasus
11

penganiayaan dan pembunuhan terhadap TKI dari Negara kita. Dan perlu ada penindakan yang tegas dari presiden dan pemerintah agar kasus ini tidak terus bertambah jumlahnya.presiden dan pemerintah harus bisa menjamin kehidupan para TKI dan TKW karena ini menyangkut nyawa seseorang.selain itu pemerintah harus memfasilitasi para TKI yang akan berangkat keluar mulai dari pengawasan dan perlindungan terhadap TKI maupun fasilitas untuk berkomunikasi dengan sanak keluarga mereka di Indonesia sehingga dapat mencegah kasus penganiayaan dan pembunuhan yang terjadi di luar negeri.serta adanya pengawasan pemerintah dalam pengrekutan TKI yang akan ke luar negeri.

12

Anda mungkin juga menyukai