Anda di halaman 1dari 27

Innocence of Muslims

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi, cari Artikel ini terkait dengan suatu peristiwa terkini. Informasi di halaman ini bisa berubah setiap saat. Innocence of Muslims

Poster film dengan judul Innocence of Bn Laden yang dipajang di depan Vine Theatre, Hollywood pada bulan Juni 2012.

Sutradara Produser Tanggal rilis Negara Anggaran

Alan Roberts[1] Nakoula Basseley Nakoula (atau Sam Bacile) 23 Juni 2012[2]
(Vine Theatre, Hollywood)

Amerika Serikat $50.000 $60.000[3]

Innocence of Muslims, sebelumnya berjudul Innocence of Bn Laden [sic] (judul produksi: Desert Warrior, judul di internet: The Real Life of Muhammad and Muhammad Movie Trailer) adalah sebuah film Amerika Serikat beranggaran rendah tahun 2012 yang bertemakan antiIslam.[4] Film ini diproduseri oleh seorang penganut Koptik bernama Nakoula Basseley Nakoula.[5] Sebulan setelah pemutaran perdananya (sekaligus satu-satunya) di Vine Theatre, Hollywood, dua trailer film diunggah ke YouTube pada bulan Juli 2012. Trailer film ini di alihsuarakan ke dalam bahasa Arab, dan kemudian disebarkan oleh seorang blogger Koptik keturunan Mesir-Amerika bernama Morris Sadek.[6] Pada tanggal 8 September 2012, cuplikan sepanjang dua menit dari film ini ditayangkan di AlNas TV, sebuah stasiun televisi Islami di Mesir.[7][8] Protes keras, diduga atas penayangan film ini, pecah pada tanggal 11 September 2012, bertepatan dengan peringatan 11 tahun serangan 11 September 2001. Protes ini kemudian menyebar ke Libya, Yaman dan negara-negara Arab lainnya selama hari-hari berikutnya, termasuk serangan terhadap Konsulat Amerika Serikat di Benghazi, Libya, yang menewaskan 14 orang, termasuk Duta Besar Amerika Serikat, Christopher Stevens, dan tiga warga AS lainnya.[8] Film ini juga telah memicu berbagai aksi protes di seluruh dunia.

Daftar isi

1 Produksi 2 Penayangan 3 Konten film 4 Promosi 5 Reaksi o 5.1 Timur Tengah dan Afrika Utara o 5.2 Amerika o 5.3 Asia o 5.4 Oseania o 5.5 Afrika o 5.6 Eropa 6 Tanggapan Amerika Serikat 7 Lihat juga 8 Referensi 9 Pranala luar

Produksi
Berdasarkan pengakuan dari para pemeran film Innocence of Muslims, diketahui bahwa pada awalnya konsep film itu adalah genre drama dengan judul Desert Warriors. Film ini sendiri seharusnya bercerita tentang peristiwa kuno yang terjadi 2 ribu tahun yang lalu. Saat proses syuting, Muhammad disebut dengan nama "Master George". Namun, setelah film ini diproduksi, pengisi suara mulai memainkan peranannya.[9] Para pemeran film tersebut juga merasa terkejut setelah penulisan skenario yang berubah secara drastis. Cindy Lee Garcia, yang memerankan karakter ibu dari calon pengantin Muhammad, mengatakan bahwa sang pembuat film, "Sam Bacile", mengaku kalau dirinya adalah seorang pengusaha real estate Israel. "Bacile" juga mengatakan bahwa ia berasal dari Mesir dan Garcia pernah mendengarnya berbincang dalam bahasa Arab dengan pria lain di lokasi syuting. Garcia mengungkapkan bahwa ia merasa ditipu dan berencana untuk mengajukan tindakan hukum menuntut "Bacile".[1] Sarah Abdurrahman, produser acara On the Media di WNYC menyaksikan trailer film ini dan menyimpulkan bahwa semua dialog film ini dialih-suarakan (dubbing) setelah syuting selesai.[10] Pada awalnya, sutradara film ini diidentifikasi sebagai seorang sutradara film independen bernama Alan Roberts, namun kemudian terbukti bahwa Roberts sama sekali tidak mengetahui bahwa filmnya telah diubah oleh "Bacile".[5][11][1]

Nakoula Basseley Nakoula, atau "Sam Bacile". Pada bulan September 2012, seorang pria yang mengaku bernama "Sam Bacile" berbicara melalui telepon dengan Associated Press.[8][12] Menurut pengakuannya, dia adalah seorang pengusaha real estate berusia 56-tahun (menurut Wall Street Journal[13]) yang berasal dari Israel. Setelah diselidiki, otoritas Israel di AS tidak menemukan bukti yang menyatakan bahwa "Bacile" adalah warga Israel,[14] dan juga tidak ada indikasi yang menunjukkan keberadaan "Sam Bacile yang berusia 50 tahunan yang tinggal di California dan memiliki usaha real estate atau bekerja di perfilman Hollywood."[15][16] Meskipun "Bacille" mengungkapkan bahwa film ini dibiayai oleh para donatur Yahudi dengan anggaran sebesar $5 juta, [17] Hollywood Reporter meragukan keterangan tersebut karena film ini dibuat dengan asal-asalan dan tidak profesional. [18] Dalam keterangannya di Wall Street Journal, "Bacille" mengungkapkan bahwa film ini bertujuan untuk menunjukkan apa yang disebutnya sebagai "kemunafikan" Islam.[19] Setelah adanya laporan lebih lanjut yang menunjukkan bahwa "Bacile" bukanlah warga Israel dan Yahudi, Rabbi Abraham Cooper mengutuk laporan awal yang mengatakan bahwa "Bacile" adalah seorang Yahudi dan filmnya dibiayai oleh "100 donatur Yahudi." Cooper menyatakan bahwa "siapapun yang menelepon ke Associated Press adalah orang yang bertujuan untuk menyebar fitnah." Cooper juga menyerukan kepada media agar belajar dari kejadian ini dan menyelidiki siapa sebenarnya yang menciptakan film tersebut.[20] Setelah penyelidikan demi penyelidikan, "Sam Bacile" kemudian diketahui bernama asli Nakoula Basseley Nakoula, seorang imigran Kristen Koptik dari Mesir yang tinggal di Cerritos, California. Pada tahun 2010, Nakoula pernah didakwa atas kasus penipuan bank dan dijatuhi hukuman 21 bulan penjara.[21][22] Dia dibebaskan dari penjara dengan masa percobaan pada bulan Juni 2011.[23] Pihak yang berwenang menyatakan bahwa Nakoula mengaku kepada polisi kalau ia menulis skenario film tersebut saat berada di penjara bersama dengan putranya, Abanob Basseley. Dana untuk memproduksi film ini hanya sebesar $50.000 sampai $60.000, yang berasal dari keluarga istrinya di Mesir.[3][22] Menurut CNN, FBI menghubunginya karena menganggap bahwa Nakoula berpotensi menimbulkan ancaman, namun Nakoula tidak diselidiki lebih lanjut oleh FBI.[24] Meskipun demikian, pihak berwenang negara bagian tetap menyelidikinya karena Nakoula terbukti melanggar ketentuan hukuman percobaan yang melarangnya menggunakan internet selama lima tahun.[25] Menurut The Smoking Gun, Nakoula telah merencanakan untuk memproduksi film pada awal Mei 2009. Namun, ia ditangkap karena kasus penipuan sebulan kemudian.[26]

Organisasi non-profit Amerika, "Media for Christ", mengurus izin pengambilan gambar untuk film ini pada bulan Agustus 2011. Nakoula menyediakan rumahnya sebagai lokasi syuting dan membayar para pemeran dari dana yang diperolehnya dari keluarga istrinya di Mesir.[27] Presiden "Media for Christ", Joseph Nassralla Abdelmasih, dilaporkan bersembunyi setelah mengetahui dampak dari film tersebut.[27] Steve Klein, seorang veteran Perang Vietnam yang dikenal aktif dalam menentang Islam diminta oleh Nakoula untuk menjadi juru bicara filmnya.[28] Dikabarkan bahwa Klein berkata kepada Nakoula kalau ia akan menjadi "Theo van Gogh selanjutnya."[29] Klein kemudian mengungkapkan kepada seorang wartawan bernama Jeffrey Goldberg bahwa "Bacile" bukanlah orang yang nyata dan bukanlah warga Israel atau Yahudi seperti yang dilaporkan media.[30]

Penayangan

Vine Theater, Hollywood CA. Tempat penayangan perdana dan satu-satunya film ini. Penayangan film Innocence of Muslims di iklankan di surat kabar Arab World pada bulan Mei dan Juni 2012 dengan judul Innocence of Bin Laden. Biaya iklan ini sebesar $300 dan dibayar oleh seseorang yang diidentifikasi bernama "Joseph". Iklan tersebut menarik perhatian direktur organisasi "Anti-Defamation League", Abraham Foxman. Foxman menyatakan bahwa "Ketika kami melihat iklannya di koran, kami tertarik untuk mengetahui apakah film itu semacam film pro-jihad." Brian Donnelly, seorang pemandu wisata di LA menyatakan bahwa ia melihat poster film tersebut dipajang di Vine Theatre. Donnelly menyatakan: "Saya tidak tahu apakah itu film yang bagus atau buruk. Kami tidak tahu apa-apa karena kami tidak bisa membaca tulisan Arab."[31] Tagline poster film ini ditulis dalam bahasa Arab, yang berbunyi: "Untuk pertama kalinya, saudara Muslimku, Anda akan menyaksikan teroris sejati. Teroris yang membunuh anak-anak kita di Palestina, dan saudara-saudara kita di Irak dan Afghanistan." Versi awal dari film ini diputar satu kali di Vine Theatre, Hollywood, California, pada tanggal 23 Juni 2012 dengan jumlah penonton hanya sepuluh orang. Film tersebut tidak memiliki sub judul dan disajikan dalam bahasa Inggris. Seorang pegawai di teater tersebut menyatakan: "Film yang kami putar berjudul The Innocence of Bin Laden dan penontonnya sangat sedikit."[2] Pemutaran kedua film ini direncanakan pada tanggal 30 Juni 2012. Seorang blogger bernama John Walsh yang telah melihat poster film ini menghadiri pertemuan Dewan Kota Los Angeles pada tanggal 29 Juni dan mengungkapkan kekhawatirannya mengenai penayangan film tersebut. Walsh menyatakan dalam pertemuan itu: "Ada suatu peristiwa mengkhawatirkan yang terjadi di Hollywood pada hari Sabtu, sebuah kelompok telah menyewa Vine Theater untuk memutar sebuah film berjudul Innocence of Bin Laden. Kita tidak tahu kelompok ini kelompok apa."

Situs blognya kemudian melaporkan bahwa pada tanggal 30 Juni, pemutaran film tersebut telah dibatalkan.[32][33] Seorang produser TV mengambil gambar poster film tersebut saat ditampilkan di teater dan kemudian membahasnya dalam acara "The Young Turks."[34] Pada tanggal 14 September 2012, dilaporkan bahwa komunitas Hindu di Kanada berencana untuk menayangkan film ini dengan "menggabungkan cuplikan film ini dengan potongan filmfilm lainnya yang melecehkan umat Kristen dan Hindu." Namun, karena alasan keamanan dan tidak adanya lokasi umum untuk menayangkan film, film ini hanya akan ditayangkan secara pribadi untuk 200 penonton.[35][36] The Guardian melaporkan bahwa sebuah kelompok anti-Islam di Jerman dan Gerakan "Pro Deutschland Citizens" telah mengunggah trailer film ini di situs pribadi mereka dan berniat untuk menampilkan keseluruhan film, namun pihak berwenang sedang berusaha untuk mencegahnya.[37]

Konten film
Sky News menyatakan bahwa film ini adalah sebuah film "anti-Islam" dan "dirancang untuk membuat marah umat Muslim".[38] Menurut kantor berita Reuters, trailer film ini menggambarkan Nabi Muhammad sebagai orang yang "bodoh, hidung belang, dan penipu agama".[39] NBC News juga menulis bahwa dalam film ini, Muhammad digambarkan sebagai seorang "casanova, homoseksual, dan pelaku pelecehan anak".[40] Film ini dibuka dengan Muslim Mesir yang sedang membakar rumah-rumah umat Kristen Mesir, sementara pasukan keamanan Mesir hanya berdiri menyaksikan.[41] Adegan berikutnya kembali ke zaman Nabi Muhammad. Istrinya, Khadijah, ditunjuk untuk membuat Al-Quran berdasarkan ayat-ayat Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.[42] Pengikut Nabi Muhammad digambarkan sebagai "pembunuh biadab yang haus kekayaan dan bertekad membunuh semua perempuan dan anak-anak".[43] Dalam salah satu kutipan di trailer, Nabi Muhammad disebut sebagai seekor keledai.[44] Majalah Time menulis bahwa film ini juga menggambarkan bahwa Nabi Muhammad memiliki sisi "homoerotis".[45]

Promosi
Dua cuplikan film ini diunggah ke YouTube pada tanggal 1 Juli 2012 (pukul 13:02, judul: "The Real Life of Muhammad", komentar pengunggah: "Part of the movie, "Life of Muhammad"..... )" dan trailer kedua (pukul 13:50, judul: "Muhammad Movie Trailer", komentar pengunggah: " )" oleh pengguna "sam bacile".[46] Pada bulan September, film ini dialih-suarakan ke dalam bahasa Arab dan disebarkan ke dunia Arab oleh seorang blogger Koptik bernama Morris Sadek, yang kewarganegaraan Mesir-nya telah dicabut karena mempromosikan video tersebut.[47][48] Sebuah cuplikan berdurasi dua menit dalam bahasa Arab disiarkan pada tanggal 8 September oleh Sheikh Khalad Abdalla[49] di sebuah stasiun televisi Mesir bernama Al-Nas.[7][50]

Film ini juga didukung oleh pastor Terry Jones, orang yang sebelumnya dikenal karena aksi pembakaran Al-Quran-nya yang juga mengakibatkan berbagai kerusuhan berdarah di seluruh dunia. Pada tanggal 11 September 2012, Jones mengatakan bahwa ia berencana untuk mempertontonkan cuplikan 13 menit dari film ini di gereja Dove World Outreach Center di Gainesville, Florida.[51] Jones juga menyatakan bahwa "film ini adalah produksi Amerika, tidak dirancang untuk menyerang umat Muslim, namun untuk menunjukkan ideologi Islam yang merusak. Film ini lebih lanjut juga mengungkapkan secara satir kehidupan Muhammad."[8]

Reaksi

Para pengunjuk rasa yang mengecam film ini di Bahrain Sheikh Khaled Abdalla, dalam komentarnya pada tanggal 8 September di Al-Nas televisi, mengkritik penggambaran Nabi Muhammad dalam film ini.[52] Pada hari yang sama, The Times melaporkan bahwa film itu juga dikecam oleh pemimpin salah satu partai politik di Mesir.[53] Presiden Mesir, Muhammad Mursi, mendesak pemerintah Amerika Serikat untuk menghukum pembuat film yang disebutnya sebagai "orang gila".[54] Kedutaan AS di Kairo juga mengeluarkan pernyataan yang mengutuk pembuat film ini.[55] Pada tanggal 12 September, YouTube mengumumkan bahwa mereka untuk sementara membatasi akses ke video ini di Mesir dan Libya.[56] Beberapa kantor berita melaporkan bahwa "Bacile" telah bersembunyi karena mencemaskan bahwa situasi saat ini dapat digunakan sebagai alasan untuk menyakitinya,[8] dan menyatakan bahwa ia akan tetap mempertahankan film ini.[29] "Bacile" juga mengungkapkan keprihatinannya atas tewasnya Stevens dan menyalahkan sistem keamanan di konsulat AS.[14] Afghanistan memutuskan untuk menyensor YouTube pada tanggal 12 September.[57] Pemblokiran akses ke video ini juga terjadi di India, Indonesia, dan Malaysia.[58] Penayangan trailer film ini menimbulkan protes yang menyebabkan kematian dan ratusan cedera di beberapa kota di dunia.[59] Beberapa pejabat AS yang berbicara secara anonimitas, mengatakan bahwa mereka percaya serangan terhadap Kedutaan AS yang terjadi di Benghazi, Libya, telah dikoordinasikan dan direncanakan terlebih dahulu, dan tidak dipicu oleh film.[60] AlQaeda menyatakan bertanggungjawab atas serangan tersebut dan beralasan bahwa hal itu dilakukan sebagai pembalasan atas serangan oleh pesawat tanpa awak AS yang menewaskan pemimpin Al-Qaeda, Abu Yahya al-Libi.[61]

Film ini juga dikecam oleh Gereja Kristen Ortodoks Koptik.[62] Keuskupan Koptik Los Angeles mengeluarkan pernyataan yang menolak melibatkan dan menyeret Koptik dalam kasus ini.[63] Selain itu, Dewan Gereja-gereja se-Dunia juga menyatakan bahwa film ini adalah bentuk "penghinaan terhadap jantung keyakinan umat Islam dan umat beragama lainnya."[64][65]
URL: http://id.wikipedia.org/wiki/Innocence_of_Muslims

Demo Film Innocence of Muslim di Semarang Ricuh

SEMARANG ( Pos Kota ) Aksi unjukrasa mengecam film innocence of muslim di Semarang yang dilakukan Front Pembela Islam (FPI) dan Gerakan Pemuda Kabah (GPK) berlangsung ricuh, Selasa (25/9/2012). Bentrokan antara aparat kepolisian dan para aktivis Islam tersebut terjadi ketika pengunjukrasa akan menyegel sebuah restoran cepat saji Mcdonald yang dianggap sebagai simbol Amerika. Akibat bentrokan tersebut seorang anggota polisi terluka dan polisi terpaksa mengeluarkan tembakan ke udara untuk menenangkan massa . Kedatangan massa ke restoran cepat saji yang ada di mal Ciputra kawasan Simpanglima Semarang itu bermaksud menyegelnya. Namun sebelum mereka sampai ke tujuan, massa langsung dihalau oleh sejumlah petugas kepolisian. Massa yang mencoba masuk menyegel restoran tersebut terus dihalangi polisi hingga akhirnya terjadi aksi saling dorong antar kedua kubu, adu fisik pun tak terhindarkan. Seorang aktivis yang diduga menjadi provokator langsung diseret dan diamankan polisi. Spontan, aksi tersebut memicu emosi massa hingga menyerang polisi. Beruntung, suasana kericuhan berhasil diredam dan massa melanjutkan aksinya ke Mapolda Jawa Tengah di jalan Pahlawan Semarang. Aksi turun ke jalan para aktivis Islam merupakan bentuk protes dan kecaman atas film innocence of muslim produksi Amerika yang dianggap melukai dan melecehkan umat Islam, karena dalam film tersebut Nabi Muhamad yang merupakan nabi umat Islam digambarkan

dengan sosok yang negatif . Berdasarkan pantauan di lapangan arus lalu lintas di sekitar lokasi padat lancar.
URL: http://www.poskotanews.com/2012/09/25/demo-film-innocence-of-muslim-di-semarang-ricuh/

NASIONAL Senin, 24 September 2012 , 16:42:00 DPR Minta AS Tindak Pembuat Film Innocence of Muslims

JAKARTA - Wakil Ketua Komisi VIII DPR, Jazuli Juwani, membenarkan pertemuan antara komisinya dengan Duta Besar Amerika Serikat Scot Marciel, Senin (24/9), Menurutnya, pertemuan itu membahas masalah film Innocence of Muslims yang telah menyinggung perasaan umat Islam di seluruh dunia. "Pertemuan sengaja digagas Komisi VIII dan sebagai bentuk pertanggungjawaban publik kepada rakyat Indonesia yang memerotes tentang kemunculan film kontroversial dan menistakan tokoh, pembawa risalah Nabi Muhammad SAW. Sebagai wakil rakyat kami meminta penjelasan," kata Jazuli kepada wartawan, usai pertemuan Komisi VIII dengan Dubes AS, Senin (24/9), di gedung parlemen, di Jakarta. Menurut Jazuli, dalam pertemuan itu Dubes AS menyatakan bahwa film itu tidak ada kaitannya dengan pemerintah AS. "Pemerintah AS bebas dari munculnya film ini. Pemerintah AS menyesalkan munculnya flim ini," ungkap Jazuli. Kemudian, kata dia, perwakilan fraksi menyampaikan aspirasi dan pandangan. "Kita minta pemerintah AS menyetop produksi dan peredaran film ini. Fraksi-fraksi mengecam film yang menistakan umat Islam dan Nabi Muhammad SAW," ungkap Jazuli. "Kita meminta pemerintah AS menindak tegas oknum pelaku, kalau betul pemerintah AS tidak terlibat dalam film ini. Tentunya, sesuai dengan aturan dan hukum yang berlaku di AS," tambah Jazuli. Seperti diketahui, Dubes AS dipanggil Komisi VIII DPR untuk dimintai penjelasannya terkait film "Innocence of Muslim", Senin (24/9) siang. (boy/jpnn)
URL: http://www.jpnn.com/read/2012/09/24/140794/DPR-Minta-AS-Tindak-Pembuat-Film-Innocenceof-Muslims-

Tujuan Utama Penciptaan Manusia Serta Hubungannya dengan Inti Dakwah Para Nabi dan Rasul

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu. (Qs. Adz-Dzariyaat : 56)

Jadi, tujuan kita di dunia ini bukan apa-apa, tapi untuk mengabdi liya buduun kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Adapun bumi dan isinya beserta semua pernak-perniknya Allah ciptakan untuk bekal kehidupan kita. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Qs. Al Baqarah : 29)

Jadi, bumi dan segala isinya, baik yang ada di perut bumi ini dan di atas bumi ini semuanya Allah ciptakan buat kita, sedangkan kita diciptakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk mengabdi kepada-Nya, maka amat sangat keliru bila orang sibuk mengorbankan agama, mengorbankan pengabdiannya kepada Allah dalam rangka mencapai kehidupan dunia yang sesaat, padahal itu adalah bekal dalam hidup mengabdi mencapai ridha Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Banyak sekali manusia mengorbankan tauhidnya, mengorbankan agamanya untuk mendapatkan materi, mendapatkan uang, makanan, atau harta benda lainnya dari dunia yang fana ini padahal Allah Subhanahu Wa Ta'ala sangat menghati-hatikannya :

Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah. (Qs. Fathir : 5)

Jadi, kalau orang lupa kepada tujuan hidup yaitu beribadah kepada Allah dan ia malah menjadi hamba atau abdi bagi selain Allah Subhanahu Wa Ta'ala berarti dia telah terpedaya dengan kehidupan dunia, dia terpedaya oleh syaitan dan dia lupa akan tujuan hidup yang sebenarnya.

Sedangkan maksud beribadah disini adalah mentauhidkan Allah, yaitu beribadah hanya kepada Allah saja dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Karena banyak manusia yang mana disamping beribadah kepada Allah, mereka juga beribadah kepada selain Allah. Dengan demikian, manusia yang seperti ini disebut musyrik, dan dia belum merealisasikan tujuan utama penciptaannya. Hal ini sebagaimana didalam firman-Nya :

Dan beribadahlah kalian kepada Allah dan jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. (Qs. An-Nisa : 36)

Dan juga sebagaimana ketika Rasul diperintah untuk menyeru kepada ahlul kitab :

Katakanlah : Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah

kepada mereka : Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang muslim. (Qs. Ali Imran : 64)

Jadi inilah tujuan utama penciptaan jin dan manusia, yaitu : untuk mentauhidkan Allah. Dan untuk hal inilah Allah mengutus para nabi dan rasul-Nya ke dunia, sehingga tugas utama dan inti dakwah para nabi dan rasul tersebut adalah mengajak jin dan manusia untuk mentauhidkan Allah dan menjelaskan bagaimana cara men-tauhid-kan Allah tersebut. Dan ini merupakan masalah yang paling jelas didalam Al-Quranul karim, sehingga tidak boleh ada seorangpun yang tidak mengetahui hal ini. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) : Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu. (Qs. An-Nahl : 36)

Ayat ini secara tegas dan jelas menjelaskan bahwa semua Rasul diutus oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala, yang pertama kali mereka ucapkan pada kaumnya termasuk Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam adalah : Ibadahlah kalian kepada Allah dan jauhilah thaghut.

Hal ini adalah ikatan paling agung dari ikatan-ikatan Islam. Dakwah, jihad, shalat, puasa, zakat, dan haji tidak mungkin diterima tanpa hal diatas itu. Orang tidak mungkin selamat dari api neraka tanpa berpegang erat terhadapnya, karena hal itu (yaitu kufur kepada Thaghut dan iman kepada Allah) adalah satu-satunya ikatan yang telah dijamin oleh Allah bahwa itu tidak mungkin lepas, karena inilah inti dari kalimat Laa ilaaha illallah... Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

Telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat, karena itu barangsiapa kufur kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. (Qs. Al-Baqarah : 256)

Dan firman-Nya :

Dan orang-orang yang menjauhi Thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira, sebab itu sampaikan berita itu kepada hamba-hambaKu. (Qs. Az-Zumar : 17)

Perhatikanlah, bagaimana dalam ayat-ayat tersebut Allah mendahulukan penyebutan kufur kepada Thaghut dan menjauhinya atas iman kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Hal ini dilakukan tidak lain untuk mengingatkan terhadap rukun yang sangat agung dari kalimat syahadat Laa ilaaha illallah, sehingga keimanan kita kepada Allah tidak akan sah dan tidak bermanfaat kecuali bila didahului dengan kufur kepada Thaghut.

Orang yang kafir terhadap thaghut dan iman kepada Allah disebut orang yang telah memegang Al-Urwah Al Wutsqa. Al-Urwah adalah ikatan dan Al-Wutsqa adalah yang amat kokoh dan ikatan yang amat kokoh ini adalah Laa ilaaha illallah karena ikatan tersebut tidak akan putus.

Maknanya : Siapa yang kafir terhadap thaghut dan iman kepada Allah, maka orang tersebut telah memegang Laa ilaaha illallah, artinya : Kalau orang tidak kafir terhadap thaghut walaupun ia beriman kepada Allah, maka dia itu belum memegang Laa ilaaha illallah meskipun ia mengucapkannya dan walaupun ia mengakuinya.

Jadi Allah mensyaratkan bagi seseorang agar dapat dikatakan memegang Laa ilaaha illallah adalah dengan dua hal : kafir terhadap thaghut dan Iman kepada Allah atau ibadah hanya kepada Allah dan menjauhi thaghut.

Sedangkan kita mengetahui bahwa rukun Islam yang paling pertama adalah Laa ilaaha illallah. Dalam hadits Al Bukhari dan Muslim yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Islam dibangun atas lima hal, yang pertama adalah syahadatain Laa ilaha illallaah wa anna Muhammad Rasulullah. Dan kita juga mengetahui bahwa orang dikatakan telah masuk Islam apabila berkomitmen dengan Laa ilaaha illallah.

Kunci masuk Islam adalah Laa ilaaha illallah sebagaimana kunci masuk surga adalah Laa ilaaha illallah. Maksudnya adalah bukan sekedar mengucapkan, akan tetapi komitmen dengan makna kandungannya yaitu kafir terhadap thaghut atau menjauhi thaghut dan iman

atau ibadah kepada Allah. Artinya : Apabila orang tidak merealisasikan Laa ilaaha illallah maka orang tersebut belum memiliki kunci keIslaman yaitu pengamalan akan Laa ilaaha illallah.

Oleh karena itu para ulama berkata : Sekedar me-ngucapkan Laa ilaaha illallah tanpa mengetahui maknanya dan tanpa mengamalkan konsekuensinya berupa komitmen dengan tauhid, meninggalkan segala bentuk syirik akbar dan kafir terhadap thaghut maka pengucapan Laa ilaaha illallah -nya tersebut tidak bermanfaat berdasarkan ijma para ulama. [Lihat kitab Taisir Al Aziz Al Hamid]

Jadi walaupun mengucapkannya beratus-ratus kali atau beribu-ribu kali dalam setiap hari, apabila tidak memahami maknanya dan tanpa komitmen dengan kandungannya, maka itu tidaklah bermanfaat berdasarkan ijma para ulama. Bahkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sebelumnya telah menjelaskan dalam hadits Muslim yang disebutkan dalam shahihnya yaitu Dari Abu Malik Al-Asyjai, Beliau bersabda : Barangsiapa yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dan ia kafir terhadap segala sesuatu yang diibadati selain Allah (maksudnya kafir terhadap Thaghut, -ed) maka haram darah dan hartanya.

Di sini Allah Subhanahu Wa Ta'ala menetapkan keharaman darah dan harta, maksudnya orang dikatakan berstatus muslim yang haram harta dan darahnya, jika ia mengucapkan Laa ilaaha illallah dan kafir terhadap thaghut. Jadi sekedar mengucapkannya adalah tidak bermanfaat dan orangnya belum masuk ke dalam Al-Islam, bila tidak kafir kepada thaghut.

Al-Imam Ibnul Qayyim Subhanahu Wa Ta'ala berkata dalam kitab beliau Thariqul Hijratain wa Babus Saadatain : Islam itu adalah mentauhidkan Allah dan ibadah hanya kepada Allah saja tidak ada satupun sekutu bagi-Nya, iman kepada Allah dan Rasul-Nya serta mengikuti apa yang dibawa oleh Rasul, dan barangsiapa tidak membawa hal ini, maka ia bukan Muslim. Karena ia belum memegang Laa ilaaha illallah.

Jadi Laa ilaaha illallah itu memiliki makna dan memiliki kandungan serta memiliki konsekuensi yang di antaranya adalah kafir terhadap thaghut atau menjauhi thaghut.

Lalu mengapa kita harus kufur kepada Thaghut ? Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

Allah pelindung orang-orang yang beriman, Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah Thaghut, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). (Qs. Al-Baqarah : 257)

Pada ayat-ayat di atas ada kata kafir dan ada kata iman, ada kata orang-orang kafir dan ada kata orang-orang beriman, ada Allah dan ada Thaghut. Sedangkan kafir adalah lawan dari iman, dan orang-orang kafir adalah lawan dari orang-orang beriman sebagaimana hitam adalah lawan dari putih. Kemudian ada Allah dan ada Thaghut, seorang muslim harus kafir kepada Thaghut dan tidak boleh kafir kepada Allah, harus iman kepada Allah dan tidak boleh iman kepada Thaghut. Orang-orang beriman pelindungnya adalah Allah dan orang-orang kafir pelindungnya adalah Thaghut. Diatas orang-orang beriman ada Allah, dan lawannya diatas orang-orang kafir ada Thaghut. Maka jelaslah dari ayat-ayat ini bahwa makna Thaghut yaitu lawan dari Allah sebagaimana hitam lawan dari putih.

Jadi Thaghut adalah lawan/ tandingan/ sekutu dari Allah, padahal tidak ada yang mampu untuk menjadi lawan/ tandingan/ sekutu Allah Yang Maha Perkasa. Berarti Thaghut adalah sangat bathil, gembongnya kemungkaran, penghulunya kesyirikan dan kekafiran, melampaui batas sebagai makhluk ingin menandingi penciptanya, Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Lalu apa posisi Allah..?? Allah adalah Rabb (yang menciptakan, memiliki, menguasai, mengatur) kita, oleh karena itu hanya Dialah yang menjadi ilah (sesembahan) kita atau dengan kata lain kita adalah hamba Allah (Allah adalah Tuhan). Karena Thaghut adalah lawan dari Allah (seperti hitam lawan dari putih), berarti posisi Thaghut adalah sebagai sesembahan/ Tuhan selain Allah. Oleh karena Thaghut itu adalah sesembahan/ Tuhan selain Allah, maka semua Thaghut itu adalah kafir dan wajib bagi kita untuk mengkafirkan Thaghut sebagaimana yang diperintahkan Allah.

Kemudian jika Allah telah memerintahkan kita untuk mengkafirkan dan menjauhi thaghut, maka tak mungkin Allah tidak memberikan penjelasan tentang thaghut, itu mustahil. Shalat saja yang Allah fardhukan 10 tahun setelah kerasulan (Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul) dijelaskan dalam sunnahnya secara terperinci oleh Rasul-Nya, apalagi thaghut yang mana Allah perintahkan semenjak awal Rasul diutus untuk mengatakan : jauhilah thaghut! tentulah Allah menjelaskan secara terperinci dalam Al-Quran dan Allah pasti menjabarkan bagaimana tata cara kafir terhadap thaghut.

Sekarang permasalahannya kita tanya diri kita, apakah kita sudah tahu apa itu thaghut? Atau apakah justru kita mendekati thaghut ? Atau malah kita iman kepada thaghut ? Atau malah kita loyal kepada thaghut ? Semua jawaban ada pada diri kita sendiri, maka dari itu hal ini mengharuskan kita untuk mengetahuinya.

Apabila kita paham bahwa seseorang tidak dikatakan muslim, tidak dikatakan mukmin adalah kecuali kalau kafir terhadap thaghut dan iman kepada Allah, maka sekarang kita harus mengetahui apa itu thaghut.

Thaghut diambil dari kosa kata thughyaan yang maknanya adalah melampaui batas makhluk yang telah Allah batasi tujuan penciptaannya.

Adapun sesuai rincian maka telah ada dalam Al-Quran penegasan terhadap dua macam Thaghut yaitu : Thaghut Ibadah dan Thaghut Hukum.

Thaghut dibidang Ibadah terdapat dalam firman Allah :

Dan orang-orang yang menjauhi Thaghut (yaitu) tidak menyembahnya. (Qs. Az-Zumar : 17)

Yaitu segala sesuatu yang diibadahi selain Allah baik itu syaitan atau orang hidup atau yang sudah mati atau hewan atau benda mati seperti pohon atau batu atau binatang, baik penyembahan itu dengan persembahan sesajian atau dengan momohon kepadanya atau dengan shalat terhadap selain Allah atau dengan mentaatinya dan mengikutinya dalam hal menyelisihi ajaran Allah.

Dan ungkapan segala sesuatu yang diibadati selain Allah dibatasi dengan kalimat sedang ia ridha dengan hal itu, untuk mengeluarkan dari Thaghut ini semacam Isa Ibnu Maryam dan para Nabi lainnya, para Malaikat dan orang-orang shalih. Mereka itu diibadati selain Allah

akan tetapi mereka tidak ridha dengan peribadatan itu maka tidak satupun yang dinamakan Thaghut.

Jika hamba-hamba Allah yang shalih (para malaikat, nabi, dan orang-orang shalih) yang disembah adalah bukan Thaghut, maka siapakah Thaghut-nya??

Menyembah mereka adalah bukan keinginan dari hamba-hamba Allah yang shalih itu, akan tetapi itu adalah keinginan syaitan, syaitan itulah dengan tipu dayanya yang menyuruh manusia untuk menyembah hamba-hamba Allah yang shalih itu. Padahal pada hakikatnya mereka (para penyembah) itu bukan menyembah hamba-hamba Allah yang shalih itu, namun mereka menyembah syaitan yang berada dibalik bayangan-bayangan hamba-hamba Allah yang salih itu. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

Mereka tidak lain hanyalah menyembah syaitan yang durhaka, yang dilaknati Allah dan syaitan itu mengatakan : aku benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untukku), dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (merubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merubahnya. Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata. Syaitan itu memberikan janji-janji pada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal syaitan itu tidak menjanjikan pada mereka melainkan tipuan belaka. Mereka itu tempatnya jahannam dan mereka tidak memperoleh tempat lari daripadanya. (Qs. An-Nisa : 117-121)

Begitu juga dengan batu, pohon dan hewan yang disembah, pada hakikatnya mereka menyembah syaitan yang berada pada batu/ pohon/ hewan itu, karena semua makhluk Allah tidak ada yang kafir kecuali dari jenis jin dan manusia. Dan diharuskan bagi kita untuk menghancurkan mereka (batu/ pohon/ hewan yang disembah itu) dan menyebutnya dengan Thaghut.

Sedangkan Thaghut dibidang hukum ada dalam firman-Nya :

Mereka hendak berhukum kepada Thaghut. (Qs. An Nisa : 60)

Yaitu setiap yang dijadikan acuan hukum selain Allah, baik itu UUD atau undang-undang (Qanun Wadliy) atau yang memutuskan dengan selain yang Allah turunkan sama saja baik dia itu pemerintah atau qadhi (hakim) atau yang lainnya.

Ibnu Katsir berkata : Ayat ini lebih umum dari semua itu, karena ia mencela orang yang berpaling dari Al-Kitab dan As-Sunnah dan berhukum kepada selain keduanya berupa kebathilan. Dan inilah yang dimaksud dengan thaghut itu disini. [Tafsir Ibnu Katsir, I / 519]

Ibnul Qayyim berkata : Thaghut adalah segala sesuatu yang dilampaui batasnya oleh seorang hamba baik yang diibadati atau ditaati. Thaghut setiap kaum adalah orang yang mana mereka berhakim kepada selain Allah dan Rasul-Nya, atau mereka mengibadatinya selain Allah atau mereka mengikutinya tanpa bashirah (penerang) dari Allah atau mereka mentaati dalam apa yang tidak mereka ketahui bahwa itu adalah ketaatan kepada Allah. Inilah Thaghut-Thaghut dunia, bila engkau mengamatinya dan mengamati keadaan keadaan manusia bersamanya maka engkau melihat mayoritas mereka berpaling dari menyembah Allah kepada menyembah Thaghut dan dari berhakim kepada Allah dan Rasulnya kepada berhakim kepada thaghut serta dari mentaati Allah serta mengikuti Rasul-Nya menjadi mentaati thaghut serta mengikutinya. [Ilamu Al Muwaqqiin, I / 50]

Adapun Syaikh Muhammad bin Hamid Al-Faqi mengatakan tentang definisi Thaghut : Yang dapat disimpulkan dari perkataan ulama salaf, bahwasanya Thaghut itu adalah segala sesuatu yang menyelewengkan dan menghalangi seorang hamba untuk beribadah kepada Allah, dan memurnikan agama dan ketaatan hanya kepada Allah dan Rasul-Nya saja. Sama saja apakah Thaghut itu berupa jin atau berupa manusia atau pohon atau batu atau yang lainnya. Dan tidak diragukan lagi masuk dalam pengertian ini; memutuskan hukum dengan undang-undang di luar Islam dan syariatnya, dan undang-undang yang lainnya yang dibuat oleh manusia untuk menghukumi pada permasalah darah, seks dan harta, untuk menyingkirkan syariat Allah seperti melaksanakan hukum hudud, pangharaman riba, zina, khamar dan lainnya yang dihalalkan dan dijaga oleh undang-undang tersebut. Dan undang-undang itu sendiri adalah Thaghut, dan orang-orang yang membuat dan menyerukannya adalah Thaghut. Dan hal-hal yang serupa dengan itu seperti buku-buku yang dibuat berdasarkan akal manusia untuk

memalingkan dari kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, baik dengan sengaja maupun tidak sengaja, semuanya itu adalah Thaghut. [Catatan kaki hal. 287 dalam kitab Fathul Majid, karya Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh]

Dan seorang Imam besar dakwah Tauhid, Syaikh Muhammad At-Tamimi di dalam risalahnya Fii Mana Thaghut ketika menjelaskan tentang Thaghut berkata : Thaghut adalah umum mencakup segala sesuatu yang disembah selain Allah, sedang dia itu rela dengan peribadatan tersebut, baik yang disembah, atau yang diikuti, atau yang ditaati dalam bukan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, ini adalah thaghut.

Thaghut-thaghut itu banyak sekali, sedangkan tokoh-tokohnya ada lima : Pertama : Syaitan yang mengajak untuk beribadah kepada selain Allah. Adapun dalilnya adalah firman Allah :

Bukankah Aku memerintahkan kalian wahai anak-anak Adam : Janganlah menyembah syaitan, sesungguhnya ia adalah musuh yang nyata bagi kalian. (Qs. Yaasin : 60)

Kedua : Pemerintah yang dhalim yang merubah hukum-hukum Allah. Dan dalilnya adalah firman-Nya :

Apakah engkau tidak memperhatikan kepada orang-orang yang mengaku beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu dan apa yang dturunkan sebelum kamu, sedangkan mereka hendak berhukum kepada Thaghut, padahal mereka telah diperintahkan untuk kafir terhadapnya. (Qs. An Nisa : 60)

Ketiga : Orang yang memutuskan hukum dengan selain hukum Allah. Dan dalilnya adalah firman Allah :

Dan siapa saja yang tidak memutuskan dengan apa yang Allah turunkan, maka merekalah orang-orang kafir. (Qs. Al Maaidah : 44)

Keempat : Orang yang mengklaim mengetahui hal yang ghaib. Dan dalilnya adalah firman-Nya :

Dialah Dzat yang mengetahui hal yang ghaib, Dia tidak menampakan yang ghaib itu kepada seorangpun. (Qs. Al- Jin : 26)

Dan firman-Nya :

Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan apa yang ada di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz). (Qs. Al-Anam : 59)

Kelima : Segala sesuatu yang disembah selain Allah, sedangkan dia rela dengan penyembahan tersebut. Dan adapun dalilnya adalah firman Allah :

Dan barang siapa yang mengatakan di antara mereka ; Sesungguhnya aku adalah Tuhan selain Allah maka Kami membalas dia dengan Jahannam, begitulah Kami membalas orangorang yang zhalim. (Qs. Al-Anbiya : 29) [Lihat Risalah Fii Mana Thaghut dalam kitab Majmuatut Tauhid]

Itulah tokoh-tokoh Thaghut didunia ini. Sedangkan orang tidak dikatakan beriman kepada Allah sehingga dia kufur kepada Thaghut. Karena kufur kepada Thaghut adalah separuh Laa

ilaaha illallah sebagaimana maknanya yang terkandung didalam firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala :

Telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat, karena itu barangsiapa kufur kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat (Laa ilaaha illallah) yang tidak akan putus. (Qs. Al-Baqarah : 256)

Dan yang harus diperhatikan adalah bahwa ajaran yang paling pokok di dalam Islam ini dan yang paling nikmat adalah bila seseorang telah mendapatkan karunia-Nya adalah ketika dia memahami dan bisa mengamalkan kandungan Laa ilaaha illallah.

Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mendakwahkan Laa ilaaha illallah, sebelum diangkat menjadi Rasul yang mana digelari oleh masyarakat sekitarnya sebagai Al-Amin (orang yang jujur lagi terpercaya), tetapi ketika mendakwahkan Laa ilaaha illallah maka gelar itu berubah menjadi : Tukang sihir lagi pendusta. (Qs. Shaad : 4), Penyair Gila. (Qs. Ash Shaaffat : 36) dan dalam ayat yang lain dikatakansesat. Semua perubahan ini terjadi karena Laa ilaaha illallah.

Tidak mungkin orang sekedar mengucapkan Laa ilaaha illallah langsung dikatakan : gila, pendusta, penyair gila, melainkan ketika mengamalkan konsekuensi Laa ilaaha illallah.

Rasulullah dilempari, dicekik, Bilal disiksa, Sumayyah dibunuh, Yasir dibunuh, Ammar disiksa dan karena mendapat intimidasi yang dahsyat, maka para shahabat yang lainnya diizinkan hijrah ke Habasyah (Ethiopia), meninggalkan kampung halaman, rumah, harta benda, mengarungi padang pasir yang luas dan mengarungi lautan yang jauh untuk menyeberang ke Benua Afrika, karena apa ? Karena mempertahankan Laa ilaaha illallah. Andaikata Laa ilaaha illallah itu hanya sekedar mengucapkan tanpa ada konsekuensi logis yang dituntut oleh kalimat tersebut pada realita kehidupan, maka tidak mungkin terjadi apa yang menimpa mereka.

Kita sering mendengar bahwa nikmat yang paling agung adalah nikmat iman dan Islam, hal itu adalah Laa ilaaha illallah, namun bukan hanya sekedar ucapan tanpa mengetahui maknanya. Jika orang tidak memahami hakikat Laa ilaaha illallah dan tidak mengamalkan-nya, maka ia tidak mungkin merasakan nikmat itu, akan tetapi di sini apabila orang memahaminya,

mengamalkannya ---walaupun harus meninggalkan harta dunia atau materi atau apa saja yang ia miliki--- apabila dia sudah merasakan nikmat Laa ilaaha illallah, maka ia akan berani meninggalkan semuanya demi meraih ridha Allah, meraih surga dan selamat dari api neraka.

Sebaliknya orang yang beramal shalih sedangkan ia tidak merealisasikan makna Laa ilaaha illallah, masih berlumuran dengan kemusyrikan, kekafiran, kethaghutan dan yang lainnya, maka nestapa yang akan dirasakannya adalah sebagaimana yang Allah gambarkan dalam firman-Nya tentang orang-orang yang melakukan amal shalih sedangkan dia belum merealisasikan Laa ilaaha illallah yaitu : Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

Dan Kami perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan. (Qs. Al-Furqan : 23)

Jadi tidak ada artinya alias hilang : shalatnya, zakatnya, shaumnya, hajinya, berbuat baiknya kepada tetangga, perbuatan baiknya kepada orang tuanya, dan kebaikan-kebaikan lainnya, maka semuanya lenyap karena kemusyrikan.

Allah mengumpamakan amalan orang-orang yang belum merealisasikan Laa ilaaha illallah seperti fatamorgana, maksudnya adalah bahwa orang yang merasa dirinya sudah muslim (ia melakukan) shalat, zakat, haji dan banyak berbuat baik pada sesama, lalu ia mengira pahalanya sudah menumpuk di sisi Allah, dia siap memetiknya hingga dia mengira akan masuk surga dan ketika didatangi (maksudnya : mati) menemui Allah, yang mana sebelumnya dia di dunia mengira pahala sudah menumpuk, ternyata realitanya dia tidak mendapatkan apa-apa, kenapa ?

Karena Allah tidak mencatatnya, karena amalan itu tidak ada artinya, sungguh sangat kecewa, padahal dahulu ketika di dunia dia mengira bahwa dia calon penghuni surga dan aman dari api neraka, ternyata yang ada adalah nestapa yang dia dapatkan dalam realita yang seperti itu. Bagaimana sekiranya kalau hal itu menimpa diri kita ? Allah Subhanahu Wa Ta'ala juga berfirman :

Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada Nabi-Nabi yang sebelummu : Sungguh, jika engkau mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus amalanmu dan tentulah engkau termasuk orang yang merugi. (Qs. Az-Zumar : 65)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengingatkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, sedangkan kedudukan beliau adalah Rasul. Beliau adalah orang muslim, muwahhid, dan mukmin. Akan tetapi jika Rasulullah melakukan kemusyrikan, beliau diberikan ancaman oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala, maka apa gerangan dengan kita ? Rugi, karena sudah capek beramal, banyak mengeluarkan biaya, apalagi kalau pergi Haji tentu memakan biaya besar, akan tetapi ternyata tidak mendapatkan apa-apa, bukankah ini suatu kerugian ?

Andai orang-orang muslim, siapa saja, bila melakukan kemusyrikan, maka lenyaplah amalnya seperti tumpukan debu yang dihempas oleh badai, sehingga ketika mengaku sebagai seorang muslim, merasa dirinya sudah Islam, melakukan shalat, zakat, haji, jihad, berbakti kepada orang tua, berbuat baik kepada tetangga, memberi kepada sesama dan yang lainnya, tetapi realita sebenarnya dia itu belum merealisasikan Laa ilaaha illallah dan belum kufur terhadap thaghut lalu merasa dirinya sudah benar, sudah Islam, dia merasa bahwa kalau dia mati bisa memetik hasil amal shalih yang telah dia lakukan, akan tetapi ternyata ketika dia datang ke akhirat ia tidak mendapatkan apa-apa sehingga ini yang Allah gambarkan dalam firman-Nya :

{103} Apakah perlu kami beritahukan kepadamu tentang orang yang paling rugi perbuatannya ? (yaitu) orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya. (Qs. Al-Kahfi : 103-104)

Orang yang dahulunya menentang Allah dan mengikuti thaghut, mereka akan berkata seperti yang Allah gambarkan dalam firmanNya :

Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti : Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami. Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka. (Qs. Al-Baqarah : 167)

Jadi, Tauhid (Laa ilaaha illallah) adalah inti kehidupan kita, inti dari agama kita. Realisasikan tauhid ini, jauhi thaghut sebelum Allah Subhanahu Wa Ta'ala menutup akhir hayat kita, karena kehidupan dunia hanya sementara, kehidupan abadi adalah di akhirat. Allah menciptakan kita di dunia untuk mengabdi kepada Allah, untuk menjauhi thaghut.

________________________________________
Disadur dari Muqaddimah Pentingnya Kajian Tauhid, oleh Al-Ustadz Abu Sulaiman dengan perubahan.

inShare
Share on :

Diposkan oleh Aceh Loen Sayang di 16:24 url: http://www.acehloensayang.com/2011/12/tujuan-utama-penciptaan-manusia-serta_244.html

Apakah Agama Hadir untuk Membunuh?


Kamis, 06 September 2012 | 11:18

Violence is the dominant religion in the world today. Violence is the ethos our times and the spirituality of the modern world. (Walter Wink, Engaging the Powers: Discernment and Resistance in a World of Domination, 1992) Judul artikel di atas saya ambil dari judul buku Jack Nelson-Palmeyyer, Is Religion Killing Us: Violence in the Bible and the Quran (Harrisburgh, 2003). Pertanyaan sinis itu dalam hampir satu dekade yang lalu kembali aktual dalam ruang publik keagamaan kita hari-hari ini seiring dengan terulangnya kejadian tragis di Sampang yang menyentak batin relijiusitas kita; apakah benar sosok agama, selain sebagai candu yang memabukkan, juga haus darah yang akan selalu mengacungkan pedang untuk membunuh? Jawaban obyektif dan faktual atas pertanyaan itu tidak mungkin hanya satu versi yang bisa disepakati bersama. Tengoklah pandangan teologis Palmeyyer yang cukup sinis terhadap wajah sadis agama. Dalam penelusurannya, ayat-ayat dalam kitab suci Al-Quran dan Alkitab (juga Alkitab-nya Yahudi) ternyata mengandung tradisi kekerasan (violence), secara eksplisit, bahkan

mendominasi. Teks-teks yang dinggap suci itu banyak sekali menyuruh kaum beriman untuk melakukan kekerasan, demi dan dalam melayani Tuhan. Pangkal utama kekerasan dalam kedua kitab suci ini, katanya, karena Tuhan terlalu kuat dan berkuasa. Kekuatan dan kekuasan-Nya amat mutlak. Dua hal inilah yang pada gilirannya memunculkan tindak kekerasan (God is understood in the Hebrew Bible, the Christian New Testament, and the Quran to be powerfull, and because power is identified with violenceImages of an all-powerfull, violent God dominate the Quran as they do the Bible). Orang beriman, lanjut Pallmeyer dengan nada sinis, secara mutlak mesti mengabdi dan patuh terhadap apa pun keinginan Tuhan. Tuhan, dengan segala keperkasaan-Nya, selalu mengancam akan memberi siksa yang amat pedih kepada siapa pun yang tidak beriman, kafir, musyrik, dan mereka yang tidak bermoral. Tuhan juga, lanjut Pallmeyer, sering kali menyuruh kaum beriman untuk mengobarkan jihad dan qital: memerangi orang-orang yang tidak seiman (Yahudi dan Kristen dalam Quran, dan begitu sebaliknya dalam Alkitab). Akhirnya Pallmeyer sampai pada kesimpulan, yang juga ekstrem, katanya, My fundamental claim is that religiously justified violence is first and foremost a problem of sacred text and not a problem of misinterpretation of the text. Teks-teks yang dianggap suci itu, dengan sendirinya, memang membenarkan tindak kekerasan, dan bukan karena ia (teks) ditafsirkan secara keliru. Makanya, ia setuju dengan pandangan Walter Wink seperti dikutip di awal tulisan ini, bahwa kekerasan adalah ciri khas agama modern; menjadi etos masa kini, dan merupakan spiritualitas dunia modern. Pandangan dengan semangat yang serupa datang dari Charles Kimball, doktor dalam bidang Perbandingan Agama Universitas Harvard dan Guru Besar Studi Agama di Universitas Wake Forest, AS. Dalam karyanya, When Religion Becomes Evil (HarperCollins, New York, 2003). Kimball setuju jika agama memiliki fungsi yang amat positif bagi kemanusiaan. Katanya, sejarah telah menunjukkan bahwa cinta kasih, pengorbanan diri, dan pengabdian kepada orang lain sering kali berakar begitu mendalam pada pandangan dunia keagamaan. Namun, di saat yang sama sejarah juga dengan jelas menunjukkan bahwa agama sering kali dikaitkan secara langsung dengan contoh terburuk perilaku manusia. Jika dikatakan bahwa dalam sejarah manusia; perang, membunuh orang, dan kini semakin banyak lagi kejahatan dilakukan atas nama agama dibandingkan atas nama kekuatan institusional lainnya, maka kata Kimball, hal itu bukan isapan jempol belaka. Agama, hari-hari ini, memang sering tampil dengan wajah hantu yang menakutkan.

Menurut Kimball, ada lima hal atau tanda yang bisa membuat agama menjadi jahat, busuk, dan korup. Pertama, bila suatu agama mengklaim kebenaran doktrinnya sebagai kebenaran yang mutlak dan satu-satunya. Kedua, ketaatan buta terhadap pemimpin agama. Ketiga, ketika agama mulai gandrung merindukan zaman ideal, lalu bertekad merealisasikan zaman tersebut ke alam masa kini. Keempat, jika agama membenarkan dan membiarkan terjadinya tujuan yang menghalalkan segala cara, dan kelima, kata Kimball, jika perang suci dipekikkan, itulah tanda bahwa agama sedang meluncur tak terkendali menjadi korup dan jahat. Selanjutnya, menurut Kimball yang juga diamini oleh Nelson-Palmeyyer, wajah seram agama juga menemukan karibnya dalam doktrin monoteisme. Dalam agama-agama monoteistik, kata Palmeyyer dan Kimball, terkandung bibit-bibit kekerasan yang mencelakan manusia. Ciri agama monoteis adalah percaya kepada Tuhan sebagai Yang Satu-Satu-nya. Kepercayaan demikian menuntut ketaatan yang absolut. Karena itu, di dalam kepercayaan monoteis, kebebasan sepertinya tak mungkin bisa berkembang dengan baik dan subur. Dalam bahasa Odo Marquad: ketatan buta dan mutlak itu memperoleh makanannya dari monoteisme. Alasannya, nemo contra deum nisi deus ipse. Maksudnya, tak ada yang bisa melawan Tuhan kecuali Tuhan sendiri. Dengan kata lain, hanya Tuhan yang bisa mengimbangi dan melawan Tuhan. Mekanisme seperti itu hanya mungkin ada dalam sistem politeisme. Karena itu, politeisme lebih bisa menjamin kebebasan manusia. Sebab, politeisme memberi dasar kepada manusia untuk tidak memutlakkan sebuah ketransendenan sebagai yang satu-satunya, karena ada ketransendenan lain yang menarik manusia untuk menyerahkan dirinya. Kepercayaan politeis ini kiranya bisa menjamin kebebasan yang lebih plural yang dibutuhkan untuk hidup di alam demokrasi (Lihat Sindhunata dalam kata pengantar Kala Agama Jadi Bencana, Mizan, 2003). Sebab itu, konflik dan kekerasan atas nama agama biasanya lebih sering terjadi pada agama-agama monoteistik. Agama dalam Tafsir Humanis Mungkin tidak sepenuhnya keliru jika beberapa pihak beranggapan bahwa konflik Sunni-Syiah di Sampang, dan konflik antar umat beragama di mana pun adalah pertikaian kepentingan politik dan ekonomi. Sekali lagi, tidak keliru. Seperti halnya juga konflik antara Israel (Yahudi) dan Palestina (Islam); antara Hamas dan Fatah, atau antara kaum Katolik dan Protestan di Irlandia Utara. Namun, bau nyinyir fanatisme agama kiranya tercium dengan segar dan terlihat dengan jelas, bahkan menjadi fondasi atau akar yang kemudian berkembang ke arah perebutan kekuasan politik dan ekonomi.

Banyak bukti dan argumen yang bisa kita temukan, baik dalam laporan-laporan jurnalistik, hasil penelitian atau referensi yang amat valid dan meyakinkan, dan tentu saja kenyataan empiris membeberkan hal itu. Kekerasan terhadap Ahmadiyah dan Syiah yang terus berulang, penyerangan terhadap kelompok Islam liberal dan terhadap diskusi buku yang dianggap sensitif adalah contoh nyata dari konstruksi pemahaman keagamaan yang sempit dan literal, yang hanya mau mengabdi kepada keinginan Tuhan istilah Palmeyyer, sambil merelakan untuk menyakiti atau membasmi manusia. Terus berulangnya kekerasan yang menyakiti dan bahkan membunuh manusia dengan dalih agama pada akhirnya membawa kita pada pertanyaan klasik: Apakah agama untuk manusia, atau sebaliknya: manusia mengabdi kepada agama? Apakah agama harus menyesuaikan dengan perubahan dan perkembangan manusia, atau perubahan itu yang harus mengabdi kepada keinginan agama? Anthony de Mello, seorang tokoh dan spiritualis Katolik asal India yang terkenal melalui karya satirnya, Burung Berkicau (2008), membuat tamsil yang menarik mengenai hal itu. Menurutnya, jika sebuah baju kebesaran atau kekecilan sehingga sulit dipakai, maka potonglah baju itu, bukan potong orangnya. Tafsirkanlah agama itu agar sesuai dengan manusia. Bahkan dengan sangat berani, de Mello menulis: ubahlah kitab suci itu jika sudah tidak relevan lagi, atau masukkanlah kata-kata bijak dari guru-guru agung kemanusiaan ke dalam kitab suci. Dalam beberapa potret yang buram kita tidak setuju dengan beberapa pandangan miring dan ekstrem Pallmeyer serta Kimball yang terperosok pada sikap mengeneralisir dan mereduksi ayat-ayat suci dalam Quran maupun Alkitab. Ada konteks-konteks sosial-historis tertentu yang menjadi sebab turunnya sabda Tuhan itu baik yang berupa perintah, anjuran, atau larangan, yang mesti ditafsir ulang, direkonstruksi, dilihat secara jeli dan dalam agar tetap relevan dengan perkembangan zaman. Namun, tentu saja pandangan-pandangan letterlijk keduanya terhadap kitab suci banyak yang sesuai dengan kondisi empiris umat beragama yang sering bertikai, membuat hal itu menjadi penguat tesis mereka secara meyakinkan. Tetapi, mesti diingat bahwa ini adalah satu interpretasi atas satu kenyataan wajah seram agama. Ada interpretasi lain dengan kenyataan-kenyataan (lain pula) yang menunjukkan wajah agama yang lebih ramah dan toleran. Senjata tidak membunuh orang, oranglah yang membunuh sesamanya. Pepatah ini mengandung arti, agama bukanlah masalah, tetapi oranglah yang menjadi masalah. Sama dengan perkataan Ali Ibn Abi Thalib, Al Quran itu adalah teks yang diam, manusialah yang membunyikannya (dan memberi makna). Atau pendapat seorang pakar komunikasi modern, the words can not means but the people mean, kata-kata tidak bisa memberi makna,

manusialah yang memberi makna atau menafsirkannya. Karena Tuhan tidak bisa ditanya maksud dari setiap kata-kata sabda-Nya, maka manusialah yang menafsir, memberi makna. Dan karena manusia adalah makhluk Tuhan yang paling mulia, agung, dan bermartabat, maka interpretasi dan artikulasi atas setiap teks-teks Tuhan dalam kitab suci-Nya mesti dalam konteks menyelamatkan, menghargai, dan mencintai manusia, bukan malah menyakiti atau membunuhnya. Is religion killing us? Tentu saja tidak! Tidak akan dan tidak boleh terjadi lagi. Malah agama mesti terus dapat memberi makna dan harapan yang indah bagi hidup kita, bagi masa depan kemanusiaan kita. Dan agama model itu adalah agama dalam tafsirnya yang humanis.

url: http://www.beritasatu.com/blog/dunia/1877-apakah-agama-hadir-untuk-membunuh-.html

Anda mungkin juga menyukai