Anda di halaman 1dari 15

sejarah demokrasi yunani

Sejarah kuno Yunani - sampai 3000-an tahun Sebelum Masehi (jadi 5000 tahun yang lalu) 1000 tahun Sebelum Masehi, bangsa Kykladen. - Tahun 2600 Sebelum Masehi 1200 Sebelum Masehi, bangsa kretis atau minois memasuki Kreta, yang berakhir karena gunung berapi (tahun 1500 14500 SM) - Budaya Mykene antara tahun 1600 sampai 1200 SM - Waktu geometri antara tahun 1200 sampai 800 SM - Waktu Arkhais 800 500 SM, waktu gelap Yunani - Waktu perang dengan Persia 500 336 SM - Epos Hellenistis 336 145 SM - Waktunya orang Romawi 146 SM 330 M - Perioda Bizantium 330 M 1453 M Demokrasi Demokrasi dan Yunani memang erat hubungannya, bentuk demokrasi ini pertama kali dilakukan di Yunani. Sejarahnya bisa ditelusuri di sana sampai 2500-an tahun yang lalu (kurang lebih. 500336 Sebelum Masehi). Masa itu, di mana negara-negara lain berbentuk kerajaan, di negara kota seperti Athena dan Sparta di Yunani penduduknya sudah mengenal pemilihan umum, di Athena bahkan sudah ada musyawarah untuk memutuskan perdamaian, perang, siapa yang akan memegang tampuk kekuasaan, persetujuan dengan kota-kota lain dan bagaimana uang yang dibutuhkan dikumpulkan dan kemudian dikeluarkan. Namun walaupun mereka telah melakukan pemilu dan musyawarah, hak semua warganya tidak sama, bagi wanita, budak dan orang asing bahkan sebagian besar laki-laki. Yang menjadi warga di Athena dan di Sparta hanya laki-laki dari keluarga kaya, kurang leibh satu dari 10 laki-laki yang ada. Jadi yang lainnya tidak memiliki hak bicara, bahkan budak-budak seringkali adalah tahanan perang yang diperlakukan seperti binatang, mereka dibeli atau kemudian dijual lagi, mereka harus bekerja untuk pemiliknya terkadang tanpa gaji, yang bernasib baik dan bergaji, dengan berjalannya waktu mereka bisa membeli bebas mereka sendiri. Athena dan Sparta Zaman dulu memang Yunani sebuah negara yang kuat dan penting di laut Tengah dari sebelum tahun 2000-an Sebelum Masehi sampai kurang lebih tahun 200-an Masehi. Masa jayanya disebut masa klassik di tahun 500 400 Sebelum Masehi. Tahun pentingnya yang mempengaruhi perkembangan peradaban Eropa antara tahun 800 146 Sebelum Masehi, ketika Yunani jadi bagian dari bangsa Romawi. Yunani dulu tidak terdiri dari negara kesatuan tapi terdiri dari negara kota kecil-kecil, dan terpenting adalah Athena dan Sparta. Keduanya seringkali berperang untuk menguasai seluruh Yunani. Peperangan antara keduanya dikenal dengan sebutan perang peloponnes yang berlangsung 30 tahun dari 431 -404 Sebelum Masehi, pemenangnya adalah Sparta tapi tentu saja kemenangan yang tidak ada artinya karena kedua negara kota itu pada akhirnya kehabisan tenaga. Kehidupan Di dalam kota tua Athena ada Akropolis yaitu benteng untuk mempertahankan diri terhadap musuh dan di atas gunungnya terdapat biara penting parthenon untuk menyembah dewi Athene, dewi kebijaksanaan, seni dan ketrampilan, konon menurut kepercayaan orang Yunani, ia dilahirkan dari kepala Zeus, dewanya dewa Yunani.

Di negara-negara kota Yunani ini zaman dulu sudah beredar uang sendiri-sendiri, uang dari Athena misalnya dikenali dari lambang burung hantunya. Orang Yunani ini dikenal pemikir dan sangat ingin tahu. Sehingga tidak heran mereka banyak melahirkan peneliti, penemu, pemikir dan terutama filosof, orang-orang terpenting bagi mereka. Dari arti katanya filosofi artinya cinta akan kebenaran demikian juga dengan Astronomi, orang Yunani mengerti banyak tentang ilmu perbintangan ini, bahkan sudah dari dulu mereka tahu bahwa bumi mengapung di angkasa dan sebagai bola yang berotasi di sumbunya. Mereka bahkan dulu sudah dapat memprediksi kapan gerhana matahari, walaupun ada juga terjadi kesalahan fatal yang dilakukan misalnya oleh Ptolomeus (87 165 M) ia mengira bumi adalah pusat perputaran angkasa bahkan pendapat ini berlaku sampai ratusan tahun lamanya. Olimpiade sekarang ini yang dimulai sejak tahun 1894 berasal dari pesta olahraga di zaman antik di Olympia (gambar samping), di sebelah Barat Peloponnes, tempat kelahiran olimpiade. Olimpiade dimulai dengan teratur 4 tahun sekali sebenarnya sejak tahun 776 SM. Konon penyelenggaraan olimpiade ini pun bisa ditelusuri asal usulnya hingga tahun 2000-an SM. Tentu saja pada awalnya pertandingan ini bertujuan untuk menghormati dewanya dewa mereka Zeus dan pahlawan kedewaan mereka Pelops. Di masa jayanya pertandingan ini berlangsung selama 5 hari. Orang-orang terkenal Yunani Sejak dulu di Yunani hanya anak laki-laki berumur antara 7 15 tahun dan tergantung dari besar pembayaran, yang dapat mengenyam pendidikan. Anak-anak perempuan belajar di rumah dari ibunya bagaimana mengatur rumah tangga. Di Athena, anak-anak ini belajar menulis, membaca, berhitung, musik, literatur dan olahraga. Sedangkan di Sparta pendidikan mereka lebih tekankan untuk menjadi tentara yang kuat, sehingga bayi-bayi yang sakit dan lemah dibiarkan meninggal di gunung. Orang Yunani dulu sangat senang menulis dan mereka menuliskannya juga dengan baik di atas batu atau papyrus yang didatangkan dari Mesir, tentang dewa-dewa, sejarah pertanian, perbelanjaan mereka sehingga banyak cerita-cerita Yunani yang masih dikenal hingga kini. Mereka juga menyukai teater misalnya penyair tekenal Homer dengan Ilias dan Odyssee. Buku ini mengambarkan kisah jatuhnya Troja, perang antar orang Mykener (Menelaos) dan Troja yang terkenal dengan kuda Trojanya. Tadinya saya pikir Troja ada di Yunani lho ternyata ada di Turki, konon kisahnya diawali saat 3 dewi Aphrodite, Helena istri Zeus dan Athena meributkan siapa yang tercantik diantara mereka, lalu karena mereka tetap tidak sepakat, mereka bertanya ke seorang pangeran bernama Paris dari kerajaan Troja di Turki sekarang. Paris pun kemudian memilih Aprodite sebagai dewi tercantik dan sebagai hadiah Aphrodite menghadiahkan Helena, gadis tercantik sedunia, yang telah menjadi istri dari Menelaos, rajanya Sparta. Dari sinilah perang dimulai, karena Paris tidak saja menculik Helena tapi juga mencuri harta karunnya Menelaos. Orang-orang terkenal Yunani diantaranya : 1- Homer, penyair tertua yang namanya terkenal, diperkirakan ia hidup di tahun 800- SM di Asia kecil atau Turki sekarang, menurut legendanya ia buta. 2- Thales, (625 546 SM) pendiri filosofi, sains dan astronomi. Sudah sejak zamannya Plato dan Aristoteles, ia dikenal sebagai pendiri Filosofi, Sains dan terutama Astronomi. Ia berlaku sebagai tujuh orang bijaksana. Istilah tujuh orang bijaksana di zaman antik seorang politikus, penyair dan filosof yang sangat dihormati. 3- Anaximandros (611-546). Ia disebut-sebut sebagai murid dan penerus Thales. Baik Anaximandros maupun Thales meneliti tentang awal kehidupan.

4- Pythagoras, (580 500 SM) Paling terkenal sekarang adalah rumus Pythagoras (a2 + b2 = c2) di Geometrie. Pythagoras belajar dan tinggal di Mesri selama 22 tahun, ai di sana belajar ilmu perbintangan, geometri dan misteri kedewaan. 5- Herodot von Halikarnassos (* 484 v. Chr., 425 v. Chr.) adalah seorang sejarawan, geograpf dan ilmu kebangsaan Yunani. 6- Sokrates (469-399 SM). Ia tidak meninggalkan satupun tulisan, apa yang menjadi buah pikirannya dikenal melalui muridnya Plato, yang tertulis dalam karya-karyanya. Kenalilah diri sendiri adalah kata-kata bijak Sokrates yang terkenal, ia memiliki gambaran manusia yang positif dan menjunjung tinggi kebenaran dari dirinya sendiri sehingga ia lebih memilih mati daripada membohong. Kematiannya yang tragis dan peristiwa kematiannya ditulis oleh Plato. Filosofi Yunani adalah teori pertama tentang alam. 7- Plato, murid Sokrates (427-347 SM) mendirikan Akademi sekolah filosofi di Athena. 8- Aristoteles (384 322 SM) seorang ilmuwan dan guru dari Alexander der Groe 9- Hippokrates (460 377 SM) ahli ilmu pengobatan, 10- Ertosthenes, filofof Yunani dan peneliti berhasil menghitung keliling bumi hampir tepat dengan hanya melihat sudut jatuhnya sinar matahari. 11- Archimedes (konon lahir tahun 287 SM di Sirakus, Sisilia dan meninggal tahun 212 SM) seorang matematikawan dan insinyur. 12- Alexander der Gre, seorang tuan Yunani-Makedonia, yang sesudah kematian Philipps 336 SM, ayahnya, pergi ke Asia dan merebut dalam beberapa tahun saja keseluruhan kekuasaan Persia, yang ketika zaman itu berlaku paling luas di atas bumi. Kekalahan Yunani ke Romawi 146 SM sampai 330 SM Sejarah Eropa dimulai di Yunani. Herodot adalah penulis sejarah ilmiah pertama. Setelah kematian Alexader der Gre, Akhair dan Sparta saling berperang dan melemah, kesempatan ini tentu saja tidak disiasiakan oleh Romawi yang sedang berekspansi, Koloni Yunani di Selatan Itali dan Sisilia adalah koloni Yunani pertama yang jatuh ke tangan Romawi, Dan pada akhirnya Yunani jatuh menjadi salah satu propinsi Romawi tahun 146 SM. Bangsa Romawi memang berhasil menguasai Yunani tapi budaya dan tradisi Yunani berhasil menguasai budaya dan tradisi Romawi terbukti pengaruh Yunani sangat kental tercermin dalam kebudayaan Romawi seperti teaternya, ilmu pengetahuan dan bangunannya. Bahkan dewa-dewa Romawi adalah dewa-dewa Yunani, hanya namanya saja yang berbeda membuat saya sering tertukar-tukar mana yang berasal dari Yunani mana yang dari Romawi seperti : Yunani Romawi Zeus Jupiter Hera Juno Ares Mars Hephaistos Vulcanus Aphrodite Venus Poseidon Neptunus Athene Minerva Dionysos Bacchus Apollon Apollo Demeter Ceres Hermes Mercurius Hades/Pluton Pluto Hestia Vesta

SEJARAH DEMOKRASI YUNANI Kira-kira 500 tahun Sebelum Masehi, sejarah demokrasi dicatat karena ada sekelompok kecil manusia di Yunani dan Romawi yang mulai mengembangkan sistem pemerintahan yang memberikan kesempatan yang cukup besar bagi publik untuk ikut serta dalam merancang keputusan. Perkembangan yang paling penting bagi sejarah demokrasi, dalam berbagai literatur, telah terjadi di Eropa. Tiga di antaranya di sepanjang Pantai Laut Tengah (Yunani dan Romawi), yang lainnya di Eropa Utara. Sudah lazim diceritakan, istilah demokrasi berasal dari Yunani Kuno, democratia. Plato yang memiliki asli Aristocles (427-347 SM) sering disebut sebagai orang pertama yang memperkenalkan istilah democratia itu. Demos berarti rakyat, kratos berarti pemerintahan. Demokrasi menurut Plato kala itu adalah adanya sistem pemerintahan yang dikelola oleh para filosof. Hanya para filosoflah yang mampu melahirkan gagasan dan mengetahui bagaimana memilih antara yang baik dan yang buruk untuk masyarakat. Belakangan diketahui sebetulnya yang diinginkan oleh Plato adalah sebuah aristokrasi. Selain Plato dan Aristoteles, salah satu nama lain yang dianggap memberikan kontribusi adalah Chleisthenes. Dialah tokoh yang telah mengadakan berbagai pembaruan Athena dalam sebuah sistem pemerintahan kota (Hornblower dalam Dunn, 1992). Pada 508 SM, Chleisthenes membagi peran warga Athenda ke dalam 10 kelompok, di mana masing-masing terdiri dari beberapa demes yang mengirimkan wakilnya ke Majelis yang terdiri dari 500 orang wakil. Selain Chleisthenes, juga dikenal nama lain seperti Solon (638-558 SM yang dikenal sebagai tokoh pembuat hukum, Pericles (490-429 SM yang dikenal sebagai jenderal yang negarawan, Demosthenes (385-322 SM) yang dikenal sebagai orator (Ghofur, 2002). Sering dikisahkan bahwa di Yunani dan Romawi pada 500 SM itulah pertama kali dilahirkan suatu sistem pemerintahan yang memberi partisipasi rakyat melalui sejumlah besar warga negara. Sistem pemerintahan yang demikian merupakan perkembangan dari model sebelumnya yang didominasi oleh sistem kerajaan, kediktatoran, aristokrasi atau oligarki. Tetapi harus dipahami bersama, Yunani Kuno bukanlah sebuah negara dalam pengertian kita yang modern saat ini, yaitu suatu tempat di mana semua orang Yunani hidup dalam sebuah negara dengan satu pemerintahan (Dahl, 2001). Yunani Kuno masa itu adalah sebuah tempat di mana berkumpul ratusan kota yang merdeka, yang masing-masing dikelilingi oleh daerah pedalaman. Negara Yunani saat itu adalah gambaran tentang sebuah negara-kota atau polis. Sebuah negara-kota tentu saja sangat berbeda dengan ciri khas negara-negara modern saat ini yang kita sebut sebagai negara-modern, negara-bangsa atau negara-nasional, seperti Amerika, Prancis, Jepang ataupun Indonesia.
http://josssnet.blogspot.com/2012/04/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html

Minggu, 15 April 2012

Sejarah dan Perkembangan Pemikiran Demokrasi


June 20, 2012 by admin in Uncategorized

Soetandyo Wignjosubroto*

Kira-kira 500 tahun Sebelum Masehi, sejarah demokrasi dimulai bertepatan adanya sekelompok kecil manusia di Yunani dan Romawi yang mulai mengembangkan sistem pemerintahan yang memberikan kesempatan yang cukup besar bagi publik untuk ikut serta dalam merancang keputusan. Perkembangan yang paling penting bagi sejarah demokrasi, dalam berbagai literatur, telah terjadi di Eropa. Tiga di antaranya di sepanjang Pantai Laut Tengah (Yunani dan Romawi), yang lainnya di Eropa Utara. Sudah lazim diceritakan, istilah demokrasi berasal dari Yunani Kuno, democratia. Plato yang memiliki nama asli Aristocles (427-347 SM) sering disebut sebagai orang pertama yang memperkenalkan istilah democratia itu. Demos berarti rakyat, kratos berarti pemerintahan. Demokrasi menurut Plato kala itu adalah adanya sistem pemerintahan yang dikelola oleh para filosof. Hanya para filosoflah yang mampu melahirkan gagasan dan mengetahui bagaimana memilih antara yang baik dan yang buruk untuk masyarakat. Belakangan diketahui sebetulnya yang diinginkan oleh Plato adalah sebuah aristokrasi. Selain Plato dan Aristoteles, salah satu nama lain yang dianggap memberikan kontribusi adalah Chleisthenes. Dialah tokoh yang telah mengadakan berbagai pembaruan Athena dalam sebuah sistem pemerintahan kota (Hornblower dalam Dunn, 1992). Pada 508 SM, Chleisthenes membagi peran warga Athenda ke dalam 10 kelompok, di mana masing-masing terdiri dari beberapa demes yang mengirimkan wakilnya ke Majelis yang terdiri dari 500 orang wakil. Selain Chleisthenes, juga dikenal nama lain seperti Solon (638-558 SM yang dikenal sebagai tokoh pembuat hukum, Pericles (490-429 SM yang dikenal sebagai jenderal yang negarawan, Demosthenes (385-322 SM) yang dikenal sebagai orator (Ghofur, 2002). Sering dikisahkan bahwa di Yunani dan Romawi pada 500 SM itulah pertama kali dilahirkan suatu sistem pemerintahan yang memberi partisipasi rakyat melalui sejumlah besar warga negara. Sistem pemerintahan yang demikian merupakan perkembangan dari model sebelumnya yang didominasi oleh sistem kerajaan, kediktatoran, aristokrasi atau oligarki. Tetapi harus dipahami bersama, Yunani Kuno bukanlah sebuah negara dalam pengertian kita yang modern saat ini, yaitu suatu tempat di mana semua orang Yunani hidup dalam sebuah negara dengan satu pemerintahan (Dahl, 2001). Yunani Kuno masa itu adalah sebuah tempat di mana berkumpul ratusan kota yang merdeka, yang masing-masing dikelilingi oleh daerah pedalaman. Negara Yunani saat itu adalah gambaran tentang sebuah negara-kota atau polis. Sebuah negara-kota tentu saja sangat berbeda dengan ciri khas negara-negara modern saat ini yang kita sebut sebagai negara-modern, negara-bangsa atau negara-nasional, seperti Amerika, Prancis, Jepang ataupun Indonesia. Masa Demokrasi Klasik Negara-kota yang paling masyhur adalah Athena. Tahun 507 SM, Athena menganut sebuah

sistem pemerintahan kerakyatan yang berlangsung kira-kira dua abad lamanya. Sampai akhirnya, Athena tahun 321 SM tunduk di bawah kekuasaan Macedonia selama beberapa generasi, dan berikutnya tunduk lagi di bawah kekuasaan Romawi. Di antara banyak negara demokrasi di Yunani, Athena memang yang paling penting, dan terkenal, saat itu dan saat ini. Pengaruhnya cukup besar bagi perkembangan filsafat politik, terutama terkait dengan sebuah aspek penting demokrasi, yakni partisipasi warga. Pemerintahan Athena itu rumit, dan amat rumit, begitu kata Robert A Dahl. Pada intinya, pemerintahan Athena adalah sebuah majelis di mana seluruh warga negara-kota berhak ikut serta. Sebuah majelis memiliki beberapa orang pejabat utama, misalnya beberapa orang jenderal. Untuk memilih seorang pejabat utama, warga Athena mengadakannya melalui suatu undian dengan syarat bahwa semua warga negara memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih apabila memenuhi syarat. Seorang warga negara biasa sekalipun memiliki peluang untuk menjadi pejabat utama, jika memenangkan undian, dan akan memegang jabatan tinggi yang penting dalam pemerintahan. Begitu pula yang terjadi di Roma yang terletak di semenanjung Italia. Praktik demokrasi mula-mula yang terjadi di sini kira-kira sama waktunya dengan yang terjadi di Yunani. Kalau orang Yunani menyatakannya sebagai polis atau negara-kota, orang Romawi menyebut sistem pemerintahan mereka sebagai republik. Maknanya, res dalam bahasa Latin berarti kejadian atau peristiwa, dan publicus berarti publik atau masyarakat. Jika dimaknai secara bebas maka kata republik itu adalah sesuatu yang menjadi milik rakyat. Mula-mula, hak untuk ikut memerintah dalam sistem pemerintahan yang disebut Republik di Romawi ini hanya terbatas pada golongan bangsawan (patricia) atau kaum aristokrat saja. Namun dalam perkembangannya, setelah didahului dengan perjuangan yang hebat, rakyat biasa (pleb atau kaum miskin, rakyat jelata) juga dapat masuk ke dalamnya. Persamaan yang terjadi dalam demokrasi di Athena maupun di Romawi adalah bahwa hak untuk berpartisipasi dalam politik hanya terbatas pada kaum laki-laki saja! Dalam perjalanan sejarah yang berlainan, jika Athena pada akhirnya takluk di bawah Macedonia, dan juga Roma di kemudian hari, justru Romawi adalah sebuah negara yang kuat. Dengan kekuatan yang dimaklumi, kegiatan eksternal Romawi adalah melakukan penaklukan dan pencaplokan wilayah. Pada akhirnya Roma yang semula adalah sebuah kota yang tidak begitu besar ukurannya lalu menjadi negara yang luar biasa besarnya. Republik Roma itu akhirnya memerintah seluruh kawasan di Italia. Dalam setiap penundukan suatu wilayah, Republik selalu memberikan kewarganegaraan Romawi kepada setiap penduduk wilayah jajahannya. Seringkali hal ini justru merupakan sesuatu yang disenangi penduduk karena menjadi bangsa Romawi memang membanggakan. Dan karena menjadi warga negara Romawi, mereka juga berhak sama dengan warga Roma pada umumnya dalam berdemokrasi. Yang menjadi catatan penting sejarah dalam hal ini adalah tidak adanya inisiatif Romawi untuk mengembangkan kelembagaan-kelembagaan demokrasi sesuai dengan kapasitas wilayahnya yang sangat luas. Demokrasi tetap dijalankan di Roma. Tidak dipikirkan bahwa Kota Roma adalah tempat yang sangat jauh untuk dikunjungi kalau hanya untuk berpartisipasi dalam pemerintahan. Hingga kini memang sejarah Romawi masih memendam pertanyaan mendalam, mengapakah orang-orang Romawi yang kreatif itu, saat itu tidak kreatif memikirkan cara berdemokrasi dengan sistem perwakilan dan dengan wakil-wakil yang bisa dipilih secara demokratis? Umur Romawi jelas lebih panjang dari umur Athena. Tetapi akibat kerusuhan sosial, militerisme dan korupsi, Republik Romawi hancur di bawah kediktatoran Julius Caesar. Republik yang awalnya diperintah oleh publik, akhirnya justru dikuasai oleh para kaisar. Sementara di Eropa Utara pada tahun 600 M sampai 1000 M juga ditemukan artefak-artefak yang menunjukkan bahwa pemerintahan oleh rakyat dilakukan. Di Swiss, Skandinavia dan

tempat-tempat lain di utara Laut Tengah beberapa ornamen demokrasi memperkuat cerita sejarah tentang bagaimana partisipasi rakyat dilakukan. Sejarah demokrasi lain bisa kita temukan dengan membaca sejarah Italia. Pemerintahan dengan semangat demokrasi di Italia muncul pada 1100 Masehi. Seolah-olah pemerintahan Italia masa itu adalah reinkarnasi dari Republik Roma yang sudah hancur ribuan tahun silam. Praktik demokrasinya khas Roma. Mula-mula yang diizinkan untuk berpartisipasi pada pemerintahan adalah kalangan borjuis dan bangsawan. Setelah melalui berbagai tuntutan, publik luas juga mendapat porsi untuk berpartisipasi. Mereka terdiri dari anggota kelas yang populer saat ini dengan sebutan kelas menengah. Mereka terdiri dari orang kaya baru, pedagang dan bankir, organisasi para perajin (gilda), serta para serdadu jalan kaki yang diperintah bangsawan. Orang-orang yang mengorganisasikan diri dalam masing-masing profesinya, lazim disebut sebagai popolo, memang berhasil menekan pemerintahan dan meminta hak untuk ikut berpartisipasi. Lagi-lagi kemunduran Italia dalam demokrasi terjadi akibat korupsi, kerusuhan sosial, perang dan labilitas ekonomi. Dalam situasi yang tidak menguntungkan bagi demokrasi, yang berkuasa kembali adalah para penguasa otoriter, yang dapat saja berupa seorang pangeran, raja atau tentara. Peristiwa sejarah yang menjadi penanda munculnya demokrasi dalam masa ini kemungkinan bermula pada masa kepenguasaan Paus Gregorius VII (1073-1085). Pada tahun 1075, Paus Gregorius VII mengeluarkan sebuah maklumat penting bernama Reformatio Totius Orbis yang bermaksud untuk menata ulang tertib semesta yang mengikat siapapun, kecuali dirinya (Wignjosubroto, 2006). Hal ini mengundang polemik tajam dengan para raja penguasa dunia, khususnya Kaisar Heinrich IV dari Imperium Romawi (sekitar 1050-1106). Dia menyatakan para raja dan kaisar juga mempunyai kuasa untuk membuat aturan-aturan sendiri demi tegaknya tertib dunia. Konflik tak kunjung akhir, dan hanya menyepakati bahwa setiap aturan yang dikeluarkan oleh satu pihak harus dikabarkan kepada pihak lainnya. Sejarah kelahiran doktrin hukum yang disebut rule of law ini secara implisit memberikan suatu kekuatan negara untuk bertindak atas nama hukum. The state of law ini kian kukuh dengan dimaklumatkannya kesepakatan serupa antara Raja John I dari Inggris (1167-1216) dan Paus Innocentius III. Kesepakatan juga dilakukan dengan para baron yang tertuang dalam piagam klasik yang sangat terkenal, Magna Charta. *Guru Besar Fisip Unair, Surabaya disadur dari Modul Sekolah Demokrasi, Komunitas Indonesia untuk Demokrasi
http://www.simpuldemokrasi.com/sejarah-dan-perkembangan-pemikiran-demokrasi.html

Sejarah Perkembangan Demokrasi di Dunia


10 Nov 2010 Tinggalkan Sebuah Komentar by ispdewy in Pendidikan Kewarganegaraan

Pada zaman Yunani

Pada mulanya system demokrasi berada pada zaman Yunani kuno pada abad ke 6 sampai dengan pada abad ke 3 SM, bangsa Yunani pada saat itu menganut demokrasi langsung yaitu dimana keputusan-keputusan-keputusan politik dibuat berdasarkan keputusan mayoritas dari warga Yunani dan dijalankan langsung olem seluruh warga Negara. Pada masa itu demokrasi yang diterapkan secara langsung bias berjalan dengan baik hal itu karena wilayah dan jumlah penduduknya masih terbilang kecil, hanya saja di Yunani demokrasi hanya berlaku untuk warga Negara saja sedangkan untuk budak belian dan pedagang asing tidak berlaku.

Lahirnya Magana Carta (Piagam Besar 1215)

Pada perkembangan demokrasi abad pertengahan telah menghasilkan magna carta, yang merupakan semacam kontrak antara beberapa bangsawan dan raja Johan dari inggris dimana untuk pertama kali seorang raja yang berkuasa mengikatkan diri untuk mengakui dan menjamin beberapa hak dan previlagees dari bawahannya swbagai imbalan untuk menyerahkan dana untuk keperluan perang dan sebagainya. Biarpun piagam ini lahir dalam suasana yang feodal dan tidak berlaku pada rakyat jelata namun dianggap sebagai tonggak perkembangan gagasan demokrasi.

Lahirnya Revolusi prancis dan revolusi Amerika pada akhir abad ke 18

Pada akrir abad ke 18 beberapa pemikiran dapat menghasilakn revolusi prancils dan amerika, pemikiran tersebut antaralain bahwa manusia mempunyai hak politik yang tidak boleh diselewengkan oleh raja dan menyebabkan dilontarkan kecaman terhadap raja, yang menurut pola yang sudah lazim pada masa itu mempunyai kekuasaan tidak terbatas. Pendobrakan terhadap kedudukan raja yang absolut didasarkan atas suatu teori rasionalistis yang dikenal dengan social contract(kontrak sosial). Menurut Jhon Locke hak-hak politik mencangkup hak atas hidup, atau kebebasan dan hak untuk milik, Montesqeu mencoba menyusun suatu system yang dapat menjamin hak-hak politik, yang kemudian dikenal dengan trias politica.

Demokrasi Konstitusional pada Abad ke 19 dan 20

Akibat dari keingina menyelenggarakan hak-hak politik secara efektif timbullah gagasan bahwa cara yang terbaik untuk membatasi kekusaan pemerintah ialah dengan suatu konstitusi. Undang-undang menjamin hak-hak politik dan menyelenggarakan pembagian kekusaan Negara dengan sedemikian rupa, sehingga kekusaan eksekutif di imbangi dengan kekusaan parlemen dan lembaga hukum. Gagasan ini dinamakan onstitusionalisme (constitusionalism), sedangkan Negara yang menganut gagasan ini disebut constitutional state. Dalam abad ke 19 dan permulaan abad ke 20 gagasan mengenai perlunya pembatasan mendapatkan perumusan yang yuridis, ahli hukum Eropa Barat yaitu Immanuel Kant memakai istilah Rechtsstaat sedangkan menurut A.V. Dicey memakai istilah Rule of Law. Dalam abad ke 20 gagasan bahwa pemerintah dilarang campur tangan dalam urusa warga Negara baik dibidang social maupun ekonomi lambat laun berubah menjadi gagasan bahwa

pemerintah bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyat dan oleh karenanya harus aktif menatur kehidupan ekonomi dan social. Sesudah perang Dunia II International Commission Of Jurists tahun 1965 sangat memperluas konsep mengenai Rule Of Law, bahwa disamping hak-hak politik juga hak-hak social dan ekonomi harus diakui dan dipelihara, dalam arti bahwa standar dasar social ekonomi. International Commission Of Jurists dalam konfrensinya di Bangkok perumusan yang paling umum mengenai system politik yang demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan dimana hak untuk membuat suatu keputusann-keputusan politik diselenggarakan oleh warga Negara melalui wakil yang dipilih oleh mereka dan yang bertanggung jawab kepada mereka melalui suatu prose pemilihan yang bebas. Ini dinamakan demokrasi berdasarkan perwakilan. Hendri B Manyo merumuskan beberapa nilai yang mendasari demokrasi yaitu :
1. Menyelesaikan perselisihan dengan damaii dan secara melembaga. 2. Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang sedang berubah. 3. Menyelenggarakan pergantian pemimpin secara teratur. 4. Membatasi pembatasan kekerasn sampai batsa minimum. 5. Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman. 6. Menjamin tegaknya keadilan. http://ispdewy.wordpress.com/2010/11/10/sejarah-perkembangan-demokrasi-di-dunia/

Sejarah Paham Demokrasi


May 6th, 2012 Pustakers 0 Comments

Sejarah Paham Demokrasi Sahabat Pustakers, pada kesempatan kali ini Pustaka Sekolah akan berbagi artikel yang membahas megenai Sejarah Paham Demokrasi. Secara etimologi pengertian demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yakni demos yang artinya rakyat dan kratos atau kratein artinya kekuasaan atau berkuasa. Jadi demokrasi adalah kekuasaan ada ditangan rakyat. Dalam hal ini demokrasi berasal dari pengertian bahwa kekuasaan ada di tangan rakyat. Maksudnya kekuasaan yang baik adalah kekuasaan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Sejarah demokrasi berasal dari sistem yang berlaku di negara-negara kota (city state) Yunani Kuno pada abad ke 6 sampai dengan ke 3 sebelum masehi. Waktu itu demokrasi yang dilaksanakan adalah demokrasi langsung yaitu suatu bentuk pemerintahan dimana hak untuk membuat keputusan politik dan dijalankan secara langsung oleh seluruh warga negaranya yang bertindak berdasarkan prosedur mayoritas hal tersebut dimungkinkan karena negara kota mempunyai wilayah yang relatif sempit dan jumlah penduduk tidak banyak (kurang lebih 300 ribu jiwa). Sedangkan waktu itu tidak semua penduduk mempunyai hak :

bersifat langsung dari demokrasi Yunani Kuno dapat diselenggarakan secara efektif karena berlangsung dalam kondisi sederhana, wilayahnya terbatas serta jumlah penduduknya sedikit (kurang lebih 300 ribu jiwa dalam satu kota). Ketentuan demokrasi yang hanya berlaku untuk warga negara resmi. Hanya bagian kecil dari penduduk.

Gagasan demokrasi Yunani hilang dari dunia Barat ketika Romawi Barat dikalahkakn oleh suku German. Dan Eropa Barat memasukkan Abad Pertengahan (AP). Abad pertengahan di Eropa Barat dicirikan oleh struktur total yang feodal (hubungan antara Vassal dan Lord). Kehidupan sosial dan spiritual dikuasai Paus dan pejajabat agama lawuja. Kehidupan politiknya ditandai oleh perebutan kekuasaan antar bangsawan. Dari sudut perkembangan demokrasi AP menghasilkan dokumen penting yaitu Magna Charta 1215. Ia semacam contoh antara bangsawan Inggris dengan Rajanya yatu John . Untuk pertama kali seorang raja berkuasa mengikatkan diri untuk mengakui dan menjamin beberapa hak bawahannya. Pemikir-pemikir yang mendukung berkembangnya demokrasi antara lain: John Locke dari Inggris (1632-1704) dan Mostesquieu dari Perancis (1689-1755). Menurut Locke hak-hak politik mencakup atas hidup, hak atas kebebasan dan hak untuk mempunyai milik (life, liberty and property). Montesquieu, menyusun suatu sistem yang dapat menjamin hak-hak politik dengan pembatasan kekuasaan yang dikenal dengan Trias Politica. Trias Politica menganjurkan pemisahan kekuasaan, bukan pembagian kekuasaan. Ketiganya terpisah agar tidak ada penyalahgunaan wewenang. Dalam perkembangannya konsep pemisahan kekuasaan sulit dilaksanakan, maka diusulkan perlu meyakini adanya keterkaitan antara tiga lembaga yaitu eksekutif, yudikatif dan legislatif. Pengaruh paham demokrasi terhadap kehidupan masyarakat cukup besar, contohnya:

perubahan sistem pemerintahan di Perancis melalui revolusi.

revolusi kemerdekaan Amerika Serikat (membebaskan diri dari dominasi Inggris).

Saat ini demokrasi telah digunakan sebagai dasar dalam sistem pemerintahan di berbagai negara, termasuk dengan Indonesia. Di Indonesia istilah demokrasi ada kalanya digandengkan dengan kata Liberal, Terpimpin dan Pancasila. Macam-macam demokrasi pemerintahan yang dianut oleh berbagi bangsa di dunia adalah demokrasi parlementer, demokrasi dengan pemisahan kekuasaan dan demokrasi melalui referendum. Marilah kita bahas satu-persatu.

Demokrasi Parlementer, adalah suatu demokrasi yang menempatkan kedudukan badan legislatif lebih tinggi dari pada badan eksekutif. Kepala pemerintahan dipimpin oleh seorang Perdana Menteri. Perdana menteri dan menteri-menteri dalam kabinet diangkat dan diberhentikan oleh parlemen. Dalam demokrasi parlementer Presiden menjabat sebagai kepala negara. Demokrasi dengan sistem pemisahan kekuasaan, dianut sepenuhnya oleh Amerika Serikat. Dalam sistem ini, kekuasaan legislatif dipegang oleh Kongres, kekuasaan eksekutif dipegang Presiden, dan kekuasaan yudikatif dipegang oleh Mahkamah Agung. Demokrasi melalui Referendum Yang paling mencolok dari sistem demokrasi melalui referendum adalah pengawasan dilakukan oleh rakyat dengan cara referendum. Sistem referendum menunjukkan suatu sistem pengawasan langsung oleh rakyat. Ada 2 cara referendum, yaitu referendum obligator dan fakultatif. Referendum obligator atau wajib lebih menekankan pada pemungutan suara rakyat yang wajib dilakukan dalam merencanakan pembentukan UUD negara, sedangkan referendum fakultatif, menenkankan pada pungutan suara tentang rencana undang-undang yang sifatnya tidak wajib.

http://www.pustakasekolah.com/sejarah-paham-demokrasi.html

Sejarah Demokrasi
Filed under: Uncategorized Tinggalkan Komentar 3 November 2010

Budaya demokrasi sesungguhnya sudah berkembang sejak zaman purba, yaitu pada zaman berburu. Banyangkan sekelompok laki-laki purba berkumpul dimalam hari mengelilingi api unggun sambil berdiskusi untuk memastikan apakah mereka akan berburu keesokan hariunya atau tidak. Mereka adalah pemburu berpengalaman di sukunya dan merasa sama-sama pantas untuk mengemukakan pandangannya masing-masing dan ingin didengarkan. Di sekeliling api unggun, para lelaki itu sedang mengambil bagian dari demokrasi. Demokrasi sebagi proses melibatkan masyarakat dalam pemerintahan muncul dibeberapa kota di yunani kuno sekitar abad ke VI SM. Kemungkinan besar warga Athenalah yang mencetuskan kata demokratia(demokrasi), yang merupakan gabungan dari dua kata demos(rakyat), dan kratos(memerintah), unuk menggambarkan system pemerintahan mereka. Cirri utama demokrasi yang dipraktekkan pada bangsa yunani kuno adalah adanya majlis, yaitu sebuah pertemuan rakyat yang teratur dimana para warga Negara terhormat bebas

mengemukakan pendapat.majlis memilih 10 jendral untuk mengurus hal-hal yang berkaitan dengan kemiliteran. Namun majlis yang memerintah yang berjumlah 500 orang dengan para pegawai Negara lainnya dipilih dengan cara diundi. Dengan cara itu setiap warga memiliki kesempatan yang sama. Hak-hak warga Negara lainnya diakui untuk menjamin system berjalan sebagaimana diharapkan. Yang paling penting dari semuanya itu adalah adanya kebebasan berpendapat. Tanpa kebebasan berpendapat, tidak aka nada debat baik dalam majlis maupun boul. Demokrasi yunani kuno bertahan hanya beberapa ratus tahun, dan akhirnya mati pada abad ke2 SM. Selama periode yang sama republic romawi juga berkembang pesat. Meski bukan sebuah demokrasi sebagaimana diterapkan di yunani kuno, republic ini memiliki cirri demokrasi. Pada awalnya hanya kaum aristrokat, yaitu orang-orang yang mewariskan kekuasaan selama turun temurun, yang duduk di pemerintahan. Setelah itu rakyat juga diizinkan untuk memegang beberapa jabatan dan memilih pemimpin mereka sendiri. Ketika orang-orang roma mulai menaklukkan Negara-negara lain, rakyat yang baru ditaklukkan diizinkan untuk menjadi warga Negara roma dan mengambil bagian dalam praktek demokrasi ini. Namun, dalam kenyataannya itu tidak pernah terjadi. Wilayah taklukan romawi sangat luas. Dalam kondisi seperti itu, tidak mungkin warga Negara taklukkan ini bias mempengaruhi pemerintahan yang berpusat di roma. Gagasan untuk memilih para wakil dari daerah-daerah taklukan keibukota romawi. Dalam kenyataan tidak pernah terjadi. Pada abad terakhir SM lembaga-lembagademokrasi republic romawi dihancurkan oleh para pejabat yang korup dan prajurut yang haus kekuasaan. Republic ini diganti oleh kaisar yang sewenang-wenang. Selama 600 tahun berikutnya, demokrasi benar-benar hilang. Demokrasi muncul kembali di eropa utara sekitar 600 tahun setelah masehi. Untuk menangani perselisihan dan membahas peraturan bagi komunitasnya, kaum Viking memanggil majlis yang di sebut thing untuk bersidang, mereka menganggap satu sama lain sederajat. Sekitar tahun 930 M, kaum Viking di islandia membentuk althing, yaitu sebuah majlis untuk seluruh kepilaun. Majlis ini bertahan selama lebih dari 3abad. Selama 500 tahun berikutnya, anggota majlis regional dan nasional serupa munjul di skandinavia. Badan-badan serupa juga munjul di belgia, belanda, Luxemburg, dan inggris. Berkembang pesatnya industry dan perdagangan memunjulkan kelas bisnis baru dan kaya. Para penguasa Negara yaitu ratu/raja, seringkali sangat membutuhkan uang. Abad berganti abad, para penguasa ini membentuk majelis yang terdiri dari orang-orang kaya dan berpengaruh. Dengan demikian raja bukan satu-satunya lagi orang yang menentukan berjalanya Negara. Ini dilakukan untuk menghindari pertentangan yang keras dari kaum kaya yang dari hari ke hari semakin disegani dalam masyarakat. Orang-orang ini kemudian akan memutuskan bagaimana menata dan mengatur sesuai dengan kepentinagn mereka dan kepentingan raja/ratu. Pada tahun-tahu awal, majelis semajam ini hanya mewakili sekelompok kecil masyarakat, namun selama abad-abad berikutnya semakin banyak orang yang diberi kesempatan untuk mengambil bagian. Yang paling terkenal dari semua majelis ini, dan yang paling mempengaruhi perkembangan demokrasi, adalah perlemen inggris. Perlemen ini menganut system dua kamar atau two

houses. Kaum bangsawan kaya(nobles) yang berpengaruh duduk di perlemen yang disebut majles tinggi. Mereka ini adalah penasehat raja/ratu. Para wakil dari kelas menengah yang memiliki kekayaan dipilih oleh rakyat dan duduk dalam majelis rendah, yang dalam waktu yang singkat menjadi berpengaruh daripada majelis tinggi. Kedua majlis ini baik secara terpisah maupun bersama-sama, berhasil membatasi kekuasaan raja/ratu, sampai akhirnya tercapai apa yang disebuat perimbangan dan pembagian kekuasaan. Secara garis besar bias dikatakan perlemen membuat undang-undang baru(fungsi legislative) dan raja/ratu melaksanakan undang-undang tersebut(fungsi eksekutif). Hakimhakim yang mandiri menafsirkan hokum-hukum apabila diperlukan(fungsi yudikatif). Masing-masing dari ketiga lembaga kekuasaan ini mengecek dua yang lain. System ini dibentuk tidak sebagai jawaban terhadap tuntutan rakyat akan demokrasi, melainkan ajang berbagi kekuasaan di antara berbagai kelompok kelas atas dalam masyarakat. Meski demikian mereka juga ingin menuntut keterwakilan rakyat dalam perlemen dan lebih lanjut membatasi kekuasaan raja yang hanya mewakili dirinya sendiri saja akan bangga menyebut diri mereka sebagai pejuang demokrasi yang lebih besar. Gagasan ini selanjutnya di perkuat oleh munculnya protetantisme. Dalam pandangan beberapa kaun protestan, kalau semua masyarakat sama di mata tuhan, maka mestinya semua manusia juga memiliki kesempatan dan hak yang sama dalam melatih dan menjalankanm pemerintahan. Di inggris dua prose ini(perlemen dan protestantisme) munvul pada abad ke-17. Raja yang kers kepala Charles I, berusaha mengurangi kekuasaan perlemen dan menjerumuskan Negara kedalam perang saudara yang dibanyarnya sendiri dengan tahta dan hidupnya. Ia dipenggal pada tahun 1649. Dalam prose situ, gagasan demokrasi yang melibatkan seluruh rakyat mendapatkan dukungan yang luar biasa besarnya. Sebuah kelompok unik yang disebut leveler membuat usulan-usulan yang mengejutkan. Mereka mengemukakan bahwa semua orang memiliki hak yang sama untuk memilih pada pemilihan umum tahunan, bahwa mereka yang terpilih harus melaksanakan amanat rakyat, bukan mengikuti kehendak sendiri, dan bahwa anggota perlemen seharusnya hanya menjabat paling banyak dua priode. Usulan-usulan ini, meskipun barang kali sangat muluk, sangat sesuai dengan semangat demokrasi yunani kuno yang sudah lama hilang. Kaum leveler gagal, dan monarki kembali pada tahun 1660. Perjanjian baru antara perlemen denganmonarki, yang disebut glorious revolution 1688, denagn efektif menutup peluang rakyat jelata dalam proses politik. P-ada saat itu banyak Negara yang telah memiliki perlemen atau majlis, tetapai sama dengan di inggris, sedikit sekali warga Negara yang diperbolehkan memilih. Semua majlis ini tidak memiliki kekuasaan yang nyata, atau seluruhnya terdiri dari orang-orang kaya dan memiliki hak istimewa. Kedua revulusi ini terjadi sebagai reaksi terhadap tirani. Keduaanya menuntut hak rakyat untuk memilih pemerintah atau penguasayang mereka kehendaki. Orang-orang amerika yang dijajah, yang merasa bahwa mereka membanyar pajak kepada sebuah Negara namun tidak dilibatkan dalam penentuannya, menciptakan selogan tidak ada pajak tanpa perwakilan. Deklarasi kemerdekaan yang mereka tanda tangani pada tahun 1776 menekankan bahwa pemerintahan hanya bias memberikan kekuasaan dengan persetujuan dari pihak yang diperintahkan. Di perancis deklarasi hak-hak memproklamasikan bahwa sumber semua kedaulatan ada ditangan rakyat. Untuk ukuran waktu itu, deklarasi-deklarasi ini benar-benar merupakan revolusi demokratis.

Setelah menghapus system pemerintahan senelumnya, kaum revolution merancang perwakilan, dimana rakyat memilih beberapa orang untuk menjadi wakil mereka di majelis yang baru. Pelaksanaan demokrasi perwakilan ini tidak bias dielakkan . namun, beberapa pemikir politik masih merasa kuatir bahwa demokrasi ini akan rusak dalam prosesnya. Para pemikir inggris paine dan mill menganjurkan agar pemilihan umum diadakan sesering mungkin untuk mencegah para wakil lipa terhadap rakyatnya. Paine dan mill mengemukakan apabila wakil tersebut ingin dipilih lagi maka harus mendengar apa yang disuruhkan para pemilihnya. Sam aseperti kaum leveler, keduanya percaya masa jabatan para wakil harus terbatas. Para pemikir lainnya, tidak setuju dengan pained an mill. Burke dan Hamilton menyukai kenyataan bahwa demokrasi perwakilan menjembatani pemerintah yang cerdas dan rakyat yang bodoh, bahkan demokrasi perwakilan memungkinkan para wakil yang terdidik dan cerdas bias membuat keputusan yang bijak dan tepat daripada rakyat yang bodoh. Ketegangan antara dua kelompok ini berlangsung sampai hari ini. Kelompok yang sat uterus memdorong terbentuknya demokrasi yang lebih besar: yang satu lagi berjuan untuk mempraktikkan demokrasi dengan menerapkan batasan-batasan tertentu yang bias dipahami. Umumnya bias dikatakan bahwa pandangan orang-orang yang menginginkan lebih banyak pengaruh rakyat dalam pembuatan keputusan dan lebih banyak tanggungjawab demokratis, tegangan waktu ini terlalu lama. Masa jabatan wakil jarang dibatasi, kecuali untuk presiden amerika serikat, yang sejak tahu 1951 hanya diizinkan memegang dua kali masa jabatan.
http://adiinaa.wordpress.com/2010/11/03/sejarah-demokrasi/

Sejarah Perkembangan Demokrasi


Sejarah Perkembangan Demokrasi Sejarah demokrasi 2500 tyl Yunani Kleistenes (508 SM) Solon (600 SM) Demokrasi Yunani respons kediktatoran Monarki Yunani Kuno Bentuknya demokrasi langsung (direct democracy) Demokrasi Yunani dan Eropa hilang memasuki abad pertengahan (600-1400 M) Demokrasi muncul kembali pada abad 18 Bentuknya demokrasi tidak langsung (representative democracy) berpaham individualisme liberalisme Magna Charta 1215, Revolusi Amerika 1776 dan Revolusi Perancis 1789 menandai lahirnya demokrasi modern di Eropa Demokrasi liberal dan demokrasi rakyat Gelombang Demokratisasi

Sistem Demokrasi mulai diterima oleh masyarakat dunia ketika Samuel P. Huntington mengajukan tesis demokratisasi gelombang ketiga (democracys third wave) Gelombang pertama, berakar dari revolusi Perancis dan revolusi Amerika Serikat, namun kemunculan lembaga-lembaga demokrasi nasional yang merupakan fenomena abad ke 19. Dalam abad itu , lembaga-lembaga demokrasi di sejumlah besar negeri berkembang secara berangsur-angsur sehinga sulit serta subjektif dalam menyebut suatu waktu tertentu di mana setelah titik waktu itu system politiknya diangap demokratis. Gelombang kedua, sebuah gelombang demokratisasi yang pendek mulai muncul pada masa perang dunia II. Pendudukan sekutu mendorong lahirnya lembaga-lembaga demokratis di Jerman Barat, Italia, Austria, Jepang dan Korea, sementara tekanan Soviet mematikan demokrasi yang baru lahir di Cekoslowakia dan Hongaria, pada dasa warsa 1940-an dan awal dasa warsa 1950-an Turki dan Yunani bergerak kearah demokrasi. Gelombang ketiga, demokratisasi dalam masa 15 tahun setelah berakhirnya pemerintahan diktator Portugal pada tahun 1974, pada sekitar 30 Negara di Eropa, Asia dan Amerika Latin rezim rezim demokratis mengantikan rezim-rezim otoriter. Di negara negera lain berlangsung liberalisasi yang cukup berarti dalam rezim otoriter, di negeri lain ada gerakan-gerakan yang mendorong pertumbuhan demokrasi yang memperoleh kekuatan dan legitimasi . Faktor Utama Hilangnya legitimasi rezim otoriter dan diterimanya nilai-nilai demokrasi Pertumbuhan ekonomi global (1960-an) mengangkat standar hidup, peningkatan mutu pendidikan, dan bertambahnya kelas menengah Pergeseran doktrin Gereja Katolik Perubahan kebijakan dari para pemimpin Eropa, Amerika Serikat, dan Uni soviet Efek demonstrasi yang semakin membesar dalam transisi menuju demokratisasi Transisi menuju Demokrasi Berakhirnya rezim otoriter Dibangunnya rezim demokratis. Konsolidasi rezim demokratis.
http://bepheplengeh.blogspot.com/2012/03/sejarah-perkembangan-demokrasi.html

Anda mungkin juga menyukai