Anda di halaman 1dari 6

Jawaban Terbaik - Dipilih oleh Suara Terbanyak

---...Tapi temen saya bilang kalo Minum ASI istri itu HARAM menurut Islam. Tolong beri penjelasan sebenar- benarnya menurut hukum ISLAM. ---Teman Mas salah besar, karena apa yang Mas lakukan itu hukumnya tidak haram. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman, yang artinya: "Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan." [Al-Baqarah:223] Dan Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidak ada menyusui yang menimbulkan hubungan mahram kecuali apa yang memenuhi perut sebelum (usia) sapih." [Riwayat At-Tirmidzi, no. 1152, dan dia berkata: hadits hasan sahih] Berdasarkan dalil Al-Quran dan hadits ini, para 'ulama Ahlus Sunnah Wal Jama'ah memastikan bahwa menyusui menimbulkan hubungan mahram hanya jika dilakukan pada usia dua tahun pertama. Setelah memahami hal yang paling mendasar ini, kita lihat tentang suami yang meminum air susu istrinya, berdasarkan laporan beberapa sahabat. Abdul Razzaq dalam kitabnya Al-Mushannaf meriwayatkan dari Abu Atiyah Al Waadi'i yang berkata: "Seorang pria mendatangi Ibnu Mas'ud rodhiyallahu anhu dan berkata: 'Aku bersama istriku yang air susunya sedang penuh. Aku menghisapnya dan kemudian memuntahkannya...' .... Lalu Ibnu Mas'ud berdiri, memegang tangan pria itu dan berkata: 'Apa menurutmu ini adalah seorang bayi? (yang dimaksud) menyusui adalah yang menambah daging dan darah.' ..." Abdullah bin Umar rodhiyallahu anhu berkata: "Tidak ada (dampak) menyusui kecuali bagi yang disusui ketika bayi, tidak ada (dampak) menyusui bagi orang dewasa." [Al-Muwatta Imam Maalik dengan sanah sahih] Dalam Al-Muwatta juga diriwayatkan kisah shahih tentang seorang wanita yang sengaja menyusui budak perempuannya dengan niatan agar perempuan itu menjadi mahram bagi suaminya. Umar bin Khaththab rodhiyallahu anhu membantah dan menjelaskan bahwa tindakan wanita tersebut salah dan tidak menjadikan perempuan yang disusuinya mahram bagi suaminya. Berdasarkan riwayat-riwayat di atas, ulama besar zaman ini, Syaikh Ibnu Salih Al-Utsaimin rahimahullah menjawab pertanyaan anda: "Menyusui seorang dewasa tidak menimbulkan dampak apapun, karena menyusui yang

menimbulkan dampak (hubungan mahram) adalah yang mengenyangkan dalam jangka waktu dua tahun pertama sebelum usia sapih. Maka dengan berdasar dalil ini, jika terjadi seorang pria menyusu kepada istrinya ataupun meminum air susunya, pria itu tidak menjadi anaknya." [Fataawa Islamiyah, 338]

Bagaimana hukumnya seorang suami yang menetek pada istrinya? apakah itu berarti ia telah haram menikahi istrinya? (Firman, Jakarta Pusat) Jawaban: Masalah ini pernah terjadi pada zaman shahabat, di mana ada seorang laki-laki yang mengadu kepada shahabat Abu Musa Al-Asy'ari bahwa pada malam hari ia telah meminum air susu istrinya sendiri alias menetek pada istrinya. Lalu kemudian Abu Musa Al-Asy'ari memberi fatwa bahwa ia dan istrinya telah haram atau telah menjadi mahram karena sudah menjadi ibu susunya. Maka dalam kasus ini Abu Musa Al-Asy'ari berpendapat bahwa suami tersebut telah tercerai dengan sendirinya karena ia telah meminum air susu istrinya sendiri. Namun Abu Musa AlAsy'ari menyuruh lelaki tersebut untuk bertanya kepada Ibnu Mash'ud karena dia dikenal lebih faqih. Lalu lelaki tersebut bertanya hal yang sama kepada Ibnu Mash'ud. Ibnu Mash'ud malah balik bertanya kepada Abu Musa Al-Asy'ari, "Apa ini -lelaki tersebut- (disebut) seorang anak yang menyusu?" Pertanyaan ini bermakna pengingkaran dari Ibnu Mash'ud, bahwa yang disebut "radhii'" atau yang menyusu (secara bahasa) adalah anak-anak yang masih bergantung kepada air susu dan bukan seorang pria dewasa. Di sini Ibnu Mash'ud berpendapat bahwa seorang suami yang menetek kepada istrinya tidaklah termasuk dalam hukum ibu susu seperti yang dikenal dalam Islam, di mana seorang anak yang menyusu kepada perempuan (yang bukan ibunya), maka perempuan itu menjadi ibu susunya dan menjadi mahramnya sekaligus menetapkan bahwa seluruh anak dari perempuan tersebut menjadi saudaranya sesusu dan menjadi mahram. Pendapat Ibnu Mash'ud ini juga didukung hadits-hadits Nabi yang menyatakan bahwa hukum sesusuan itu berlaku jika susu yang diminum adalah yang menumbuhkan daging -yang hal ini hanya terjadi pada balita- dan bukan pada pria dewasa yang dagingnya tidak tumbuh lagi. Kesimpulannya, seorang suami yang meminum air susu istrinya tidaklah menjadi mahramnya dan tidak tercerai. Sekian, wallohu a'lam.

Soalan: Seorang suami meminum susu badan isteri sehingga kenyang. Dari segi Islam, apakah hukumnya. Dan apakah ia ada kena mengena dengan ikatan suami isteri tersebut. Apakah dengan sendirinya, bercerai suami isteri tersebut. Di harapkan penjelasan dapat diberikan? Norizan Aziz, KLumpur Jawapan: Air susu ibu, Allah SWT anugerahkan kepada kaum wanita sebagai rahmat untuk bayi atau anak yang dalam jagaannya. Secara fitah air susu ibu mengandungi rahmat yang paling besar untuk pertumbuhan dan perkembangan minda bayi. Dalam Al Quran surah Al Baqarah ayat 233 menjelaskan "bahawa para ibu menyusu anak mereka selama dua tahun genap iaitu bagi mereka yang ingin menyempurnakan penyusuan". Ini membuktikan bahawa hak air susu ibu itu hanya untuk bayi bukan selain daripada itu. Dalam rukun penyusuan ada tiga, iaitu ibu yang menyusu, susu dan bayi yang menyusu. Jika rukun ini lengkap maka jatuhlah hukum susuan terhadap bayi tersebut. Bahkan setengah ulama menambahkan lagi tentang kadar banyaknya air susu yang diminum, jika melebihi lima kali maka jatuh hukum susuan dan setengahnya pula berpendapat hingga kenyang walaupun hanya satu kali menyusu. Jika melihat pada ketetapan ini maka bagi lelaki dewasa yang meminum susu wanita hingga kenyang tidak mengakibatkan timbulnya hukuman susuan terhadap mereka, kerana timbulnya hukum susuan ini berlaku pada bayi. Jika dalam mengadakan hubungan jimak dan asmara antara suami isteri, kemudian suami terminum air susu isterinya, maka perkara ini tidak berdosa. Namun jika suami dengan sengaja meminum air susu isteri, ini menunjukkan bahawa seorang suami telah melanggar fitrah insaniahnya, bahkan dengan sengaja mengambil hak anaknya. Jika seseorang dengan sengaja melanggr fitrah insaniah bererti tidak meletakkan sesuatu pada tempatnya dan tergolong orang yang lalai bahkan lemah akal dan fikirannya. Orang Islam yang tidak menggunakan akal fikirannya dengan baik adalah orang Islam yang rugi bahkan lebih rendah daripada haiwan. Wallahu a'lam. Sila rujuk buku: 1. Himpunan Isu-isu Feqah Terpilih DN 224

Hukum ASI yang Tertelan Suami


Rabu, 24/12/2008 09:40 WIB

Assalamu'alaikum wr. wb Pak ustadz, saya menikah sudah 5 th dan di karuniai 2 anak, ketika istri sedang masa menyusui pernah kami melakukan hubungan suami istri dan ketika sedang berhubungan itu tanpa sengaja asi istri tertelan oleh saya. Dikarenakan kurang pahamnya saya tentang hal tersebut maka kejadian itu saya anggap hal yang biasa. Tetapi kemarin, saya mendengar ceramah yang menyebutkan bahwa asi istri adalah haram. Pertanyaannya 1. Benarkah asi istri kita haram hukumnya? 2. Bagaimana dengan status pernikahan kami setelah kejadian tersebut karena kami belum tahu hukum tentang asi? 3 Bagaiman solusi atas kejadian tersebut? Terima kasih untuk jawaban ustadz, wasalam. hamba allah JAWABAN Waalaikumussalam Wr Wb Memang terkadang muncul keraguan di sebagian suami tentang air susu istri yang tertelan suami saat berhubungan, apakah ia sama hukumnya dengan air susu ibu yang diminum oleh seorang anak susuannya?! Sesungguhnya persyaratan susuan yang menjadikannya orang yang menyusu itu anak dari ibu susuannya adalah sebagai berikut : 1. Susuan tersebut terjadi pada usia-usia di antara dua tahun pertama dari usia anak yang menyusu darinya. Dan jika seandainya usia yang menyusu itu di atas dua tahun maka tidaklah menjadikannya haram untuk dinikahi, ini adalah pendapat jumhur ulama berdasarkan sabda Rasulullah saw, Tidak ada rodho (susuan) kecuali diantara usia dua tahun. (HR. Daruquthni dari Ibnu Abbas).

Imam Malik menambahkan dari masa dua tahun itu dengan dua bulan dikarenakan masa dua bulan ini dibutuhkan bagi anak itu sebagai masa transisinya dari mengkonsumsi susu kepada makanan lain. Hal itu apabila anak itu tidak disapih sebelum masa dua tahun sedangkan apabila ia sudah disapih dan makan makanan kemudian menyusu maka susuannya itu tidak menjadikannya sebagai mahram. Imam Abu Hanifah menentukan masa susuan itu adalah dua tahun setengah. Setengah tahun itu adalah masa transisi bagi anak itu untuk berpindah dari mengkonsumsi susu kepada makanan yang lainnya. 2. Hendaklah anak itu menyusu sebanyak lima susuan secara terpisah sebagaimana kebiasaan, dimana anak itu meninggalkan puting susunya dengan kehendaknya tanpa adanya halangan seperti bernafas, istirahat sejenak atau sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba sehingga menjadikannya lupa dari menyusu. Dalam hal ini tidak pula disyaratkan hisapan-hisapan tersebut harus mengenyangkannya, demikian pendapat para ulama madzhab Syafii serta pendapat yang paling kuat dari para ulama madzhab Hambali. Terhadap orang dewasa yang sudah baligh dan berakal yang menyusu kepada seorang wanita maka jumhur ulama dari kalangan sahabat, tabiin dan para fuqoha mengatakan bahwa tidak ada susuan yang menjadikannya mahram kecuali apabila terjadi pada saat ia masih kecil, meskipun terjadi perselisihan dalam penentuan batas usia anak kecil tersebut. Diantara dalil-dalil yang dipakai jumhur adalah :


Artinya : .....Selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. (QS. Al Baqoroh : 233) Sabda Rasulullah saw, Sesungguhnya susuan itu hanyalah yang mengenyangkannya dari rasa lapar. (HR. Bukhori Muslim) artinya susu yang diminumnya itu mengenyangkannya dan ia tidak memiliki makanan selainnya. Tentunya orang yang sudah dewasa tidaklah termasuk didalamnya terlebih lagi hadits ini menggunakan kata-kata hanyalah. (al Fiqhul Islami wa Adillatuhu juz IX hal 6637 6638) Dengan demikian air susu istri yang tertelan oleh suaminya saat berhubungan tidaklah menjadikannya haram untuk berhubungan dengannya, tidak pula menjadikannya sebagai anak dari istrinya itu serta tidak pula berpengaruh apa-apa terhadap pernikahan mereka. Pada masa-masa haidh dan nifas pun hal itu tetap diperbolehkan bagi kedua pasangan tersebut, sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Haram bin Hakim dari pamannya bahwa dia bertanya kepada Rasulullah saw,Apa saja yang dihalalkan bagiku terhadap istriku pada saat dia haidh? beliau saw menjawab,Bagimu apa yang berada diatas sarung.. (HR. Abu Daud) Hadits terebut memerintahkan bagi suami yang ingin menggauli istrinya pada saat haidh adalah pada bagian diatas pusar karena dikhawatirkan akan terjadi persetubuhan pada kemaluannya jika apa yang dibawah pusar juga diperbolehkan terutama bagi mereka yang tidak bisa mengendalikan gejolak syahwat didalam dirinya, sebagaimana sabda Rasulullah saw,Maka barangsiapa yang mengitari daerah larangan maka dikhawatirkan ia akan jatuh kedalamnya. (HR. Bukhori Muslim) Namun apabila dia mampu mengendalikan gejolak syahwat didalam dirinya dan meyakini apabila dia bermain dengan yang dibawah pusar atau bahkan diantara dua paha serta tidak jijik dengan bercakbercak darah yang mungkin terlihat disekitar kemaluan istrinya maka hal itu diperbolehkan selama tidak memasukkan kemaluannya kedalam kemaluan istrinya, sebagaimana hadits Rasulullah

saw,Pebuatlah sesuai kehendakmu kecuali nikah (memasukkan kemaluanmu kedalam kemaluan istrimu). (Hr Muslim dan Abu Daud) Menyentuh, mencium atau menyedot puting susu istrinya hingga menelan air susunya adalah bagian daripada bermain-main didalam bersetubuh seperti halnya terhadap bagian-bagian tubuh lainnya yang dapat menambah kenikmatan bagi kedua pasangan itu sehingga tidaklah ada larangannya. Karena itu semua termasuk didalam batas-batas yang diperbolehkan selama tidak pada duburnya. Dari Abu Yusuf berkata, Aku pernah bertanya kepada Abu Hanifah tentang seorang yang memegang kemaluan istrinya dan istrinya menyentuh kemaluan suaminya untuk bergerak-gerak diatas kemaluannya apakah menurutmu ini tidak boleh? Abu Hanifah menjawab, Boleh, dan aku berharap hal itu dapat menambah pahala yang merupakan investasi baginya. (Roddul Mukhtar juz 26 hal 388) Wallahu Alam

Anda mungkin juga menyukai