Anda di halaman 1dari 2

Peran Bidan dalam Pelayanan Masa Kini

Peran bidan dalam memberikan pelayanan kini tidak lagi terbatas pada
penanganan kesehatan reproduksi ibu saja, tetapi ia harus mampu menggerakkan dan
memberdayakan masyarakat pedesaan untuk terlibat di kesehatan komunitasnya. Masyarakat
pedesaan harus diposisikan sebagai mitra dalam kegiatan pengawasan kebutuhan gizi,
kesehatan lingkungan, penyakit menular dan penanganan akibat bencana. Bidan juga
memberikan asuhan kepada klien sesuai dengan standar pelayanan yang ada.

Pada masa kini pelayanan bidan tidak hanya difokuskan pada kesehatan
reproduksi ibu dan penanganan bayi baru lahir baik normal ataupun tidak normal. Bidan juga
bisa diposisikan sebagai dokter. Dalam hal ini khususnya berlaku untuk masyarakat pedesaan.
Mereka cenderung akan pergi ke bidan bila keluarga atau diri mereka sendiri sakit. Dalam
melaksanakan tugasnya, bidan melakukan kolaborasi, konsultasi dan merujuk sesuai dengan
kondisi pasien yang ditangani, kewenangan dan kemampunnya. Dalam keadaan darurat bidan
juga diberi wewenang pelayanan kebidanan yang ditujukan untuk menyelamatkan jiwa.
Namun, bidan dalam menjalankan praktek harus sesuai dengan kewenangan, kemampuan,
pendidikan dan pengalaman serta berdasarkan standar profesi. Di samping itu bidan
diwajibkan merujuk kasus yang tidak dapat ditangani, memberikan indormasi serta
melakukan rekam medis dengan benar.

Bidan akan menjadi salah satu komponen Desa Siaga untuk ditempatkan di
pos-pos kesehatan desa. Setiap bidan diharapkan akan memiliki dua orang kader untuk
mendampinginya di pos kesehatan desa. Tenaga bidan hendaknya dilengkapi dengan
pengetahuan kepemimpinan dan manajerial untuk menjalankan fungsi pemberdayaan melalui
kemitraan tersebut.

Bidan-bidan yang dilatih juga dibekali dengan materi-materi kesadaran gender


agar dapat memperhatikan kebutuhan ibu hamil. Saat ini ada 30.236 desa yang memiliki
bidan., ini berarti 43,22 persen dari total desa yang membutuhkan bidan. Di luar angka itu,
desanya kosong bidan. 50 persen kelahiran di Indonesia masih ditangani oleh bidan dan lima
persen oleh dokter. Tetapi, ada 32 persen kelahiran yang masih ditangani oleh dukun bayi.
Padahal, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh IBI dan IMPACT tentang Penempatan
Bidan di Desa 2006 disimpulkan bahwa persalinan yang didampingi oleh bidan atau tenaga
kesehatan berpengalaman akan berpengaruh pada rendahnya angka kematian ibu (AKI).
Tetapi, penelitian tersebut juga menemukan bahwa bidan di lapangan berhadapan dengan
kondisi poliklinik desa yang sangat tidak layak, begitu pula dengan sarana rujukan dan
ketersediaan peralatan. Kehadiran tenaga terlatih dalam proses persalinan adalah solusi yang
paling efektif dalam upaya menurunkan AKI. Kehadiran dukun bersalin justru menjauhkan
ibu hamil dari sistem rujukan karena semakin banyak orang yang harus dikonsultasikan untuk
mengambil keputusan sampai akhirnya terlambat.

Perkembangan pelayanan kebidanan memerlukan kualitas bidan yang


memadai atau handal dan diperlukan monitoring/pemantauan pelayanan oleh karena itu
adanya konsil kebidanan sangat diperlukan serta adanya pendidikan bidan yang berorientasi
dan akademik serta memiliki kemampuan melakukan penelitian adalah suatu terobosan dan
syarat utama untuk percepatan peningkatan kualitas pelayanan kebidanan.

Anda mungkin juga menyukai