Anda di halaman 1dari 29

BAB I PENDAHULUAN

Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an- tidak, tanpa dan aesthetos, persepsi, kemampuan untuk merasa.), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846 yang artinya tidak ada rasa sakit. Anestesi dapat dibedakan menjadi anestesi umum dan anestesi lokal. Anestesi umum ini bekerja di susunan saraf pusat sedangkan anestesi lokal bekerja langsung pada serabut saraf perifer. Tindakan anestesi telah dikenal sejak lama sebagai upaya untuk mempermudah melakukan tindakan operasi. Ada beberapa tahapan penatalaksanaan anestesi yaitu tahapan evaluasi dan persiapan pra-bedah serta tahapan premedikasiinduksi dan monitoring anestesi. Keberhasilan tiap tahap menentukan ke tahap selanjutnya. Persiapan pre anestesi sangat diperlukan sebelum melakukan tindakan operasi agar dapat mendapatkan perencanaan anestesi yang baik.1 Persiapan pre anestesi disini bertujuan untuk mengenal pasien, mengetahui pasien, mengetahui riwayat penyakit dahulu serta keadaan/ masalah yang mungkin menyertai pada saat ini, menyusun rencana penatalaksanaan sebelum, selama dan sesudah anestesi/ operasi dan informed consent. Rencana untuk anestesi sebaiknya di konsultasi dengan dokter yang akan melakukan tindakan obstetrik dan melakukan penjelasan pada pasien tentang metode, kemungkinan resiko, cara, persiapan (diet, puasa, premedikasi) dan pemulihan. Persiapan pre anestesi di sini sangat diperlukan untuk mempermudah dan mengantisipasi dalam tindakan anestesi yang dilakukan dalam pembedahan.1

BAB II PERSIAPAN PRE ANESTESI

2.1 Persiapan Pre anesthesia2,3 Semua pemeriksaan yang dilakuan baik anamnesa, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang ataupun tindakan yang diberikan sebelum pasien dilakukan tindakan anestesi/ operasi. Waktu pemeriksaan pasien jika: a.Operasi elektif ( terencana ) minimal 1 hari sebelum operasi b. Operasi emergency ( cito ) waktu terbatas resiko besar

2.2 Manfaat Persiapan Pre Anestesi3 1.Sangat berperan keselamatan penderita 2.Mempersiapkan mental & fisik penderita 3.Merupakan salah satu cara hubungan timbal balik dokter pasien

2.3 Tujuan dari Persiapan Pre Anestesi3 1.Pengumpulan data pasien 2.Menentukan masalah yang ada 3.Meramalkan penyulit yang akan terjadi 4.Melakukan persiapan untuk mencegah penyulit yang mungkin terjadi 5.Menentukan status fisik pasien klasifiksai ASA
2

6.Menentukan obat dan teknik anestesi 7.Menentukan premedikasi

2.4 Pengumpulan data pasien3 Pengumpulan data pasien pada persiapan pre anestesi Data Subjektif : - Anamnesa - Heteroanamnesa

Data Objektif : - Pemeriksaan Fisik - Pemeriksaan Laboratorium - Pemeriksaan Radiologi - Pemeriksaan EKG

2.5 Anamnesis3 Pada anamnesis selain keluhan utama dan riwayat dari perjalanan penyakit dari pasien yang perlu ditanyakan adalah adanya riwayat anestesi atau operasi sebelumnya untuk mengetahui apakah ada hal- hal yang perlu mendapat perhatian khusus misalnya adanya alergi, mual- muntah, nyeri otot, gatal- gatal ataupun sesak nafas pasca bedah sehingga kita dapat mengantisipasi untuk anestesi berikutnya dengan baik. Riwayat penyakit sistemik perlu ditanyakan seperi diabetes mellitus, hipertensi, Kardiovaskuler, TB dan asma. Riwayat diet ditanyakan kapan makan atau minum terakhir dan juga jelaskan puasa sebelum operasi.

Kebiasaan- kebiasaan pasien perlu ditanyakan seperti perokok berat, pemakai alkohol atau obat- obtan dan perlu ditanyakan juga bagaimana riwayat penyakit keluarga 2.6 Pemeriksaan Fisik3 Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah pemeriksaan rutin secara sistemik tentang keadaan umum pasien seperti inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi semua sistem organ tubuh. Pemeriksaan fisik ini berpatokan pada: 1. Breath Untuk keadaan ini yang dilihat keadaan jalan nafas, bentuk dari pipi dan dagu, mulut dan gigi, lidah dan tonsil. Berguna untuk melihat jalan nafas biasanya untuk melihat kesulitan pada saat intubasi. Selain itu dilihat juga frekuensi nafas, nilai keberadaan ronkhi, wheezing dan suara nafas tambahan. 2. Blood Dalam keadaan ini yang perlu dilihat adalah tekanan nadi, tekanan darah, perfusi perifer, apakah ada perdarahan dan lakukan pemeriksaan jantung. 3. Brain Yang dinilai adalah bagaimana kesadarannya berdasarkan penentuan Glogsow Coma Scale. 4. Bladder Yang dilihat adalah produksi urine dan bagaimana pemeriksaan faal ginjal. 5. Bowel Bagaimana keadaan dari hepar, bising usus, apakah ada massa di abdominal. 6. Bone Periksa bentuk leher dan tubuh, apakah ada kelainan tulang belakang atau patah tulang.

2.7 Pemeriksaan Penunjang3,4 2.7.1 Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium disini sangat penting dalam menentukan status kesehatan seseorang. Adapun tujuan dilakukannya pemeriksaan laboratorium adalah sebagai berikut :
1.

Untuk menentukan risiko terhadap suatu penyakit dengan harapan penyakit tersebut dapat dideteksi secara dini

2.

Untuk memastikan diagnosis suatu penyakit sehingga dokter dapat menangani penyakit secara tepat selain untuk memperkirakan komplikasi yang mungkin terjadi

3. 4.

Untuk menentukan prognosis atau memprediksi perjalanan penyakit Untuk pemantaun, baik memantau perkembangan penyakit maupun efektivitas terapi

2.7.1.1 Hematologi Rutin (CBC) Penilaian dasar komponen sel darah yang dilakukan dengan menentukan jumlah sel darah dan trombosit, persentase dari setiap jenis sel darah putih dan kandungan hemoglobin (Hb). Hematologi rutin meliputi pemeriksaan Hb, eritrosit, leukosit, trombosit, hematokrit, dan nilai-nilai MC. Manfaat pemeriksaan untuk mengevaluasi anemia, leukemia, reaksi inflamasi dan infeksi, karakteristik sel darah perifer, tingkat hidrasi dan dehidrasi, polisitemia, penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, dan menentukan perlu atau tidaknya kemoterapi.

2.7.1.2 Elektrolit Di dalam tubuh manusia, kesetimbangan antara air (H2O)-elektrolit diatur secara ketat agar sel-sel dan organ tubuh dapat berfungsi dengan baik. Pada tubuh manusia, elektrolit-elektrolit ini akan memiliki fungsi antara lain dalam menjaga tekanan osmotik tubuh, mengatur pendistribusian cairan ke dalam kompartemen badan air (bodys fluid compartement), menjaga PH tubuh dan juga akan terlibat dalam setiap reaksi oksidasi dan reduksi serta dan ikut berperan dalam setiap proses metabolisme. 2.7.1.3 Kalium Kadar kalium mempengaruhi beberapa organ, untuk kadar kalium yang tidak normal berhubungan dengan fungsi ginjal (gagal ginjal), bisa dikarenakan muntah atau diare. 2.7.1.4 Natrium Pemeriksaan Natrium (Na) menunjukkan keseimbangan gula dan air dimana natrium juga menunjukkan baik-buruknya kerja ginjal dan kelenjar adrenal. Kadar natrium yang tidak normal dalam darah juga menunjukkan volume darah yang terlalu rendah, misalnya akibat dehidrasi (muntah, diare). 2.7.1.5 Calsium Kalsium (Ca), adalah bagian utama dari tulang dan gigi. Kalsium dibutuhkan agar saraf dan otot bekerja dengan baik, serta untuk reaksi kimia dalam sel. Tubuh kita mengatur jumlah kalsium dalam darah, namun tingkat protein dalam darah dapat mempengaruhi hasil tes kalsium. Nilai apapun di luar rentang normal, tinggi atau rendah, memerlukan evaluasi medis.

2.7.1.6 Glukosa darah Pemeriksaan glukosa darah disini untuk mengetahui tingkat/kadar gula dalam darah. Beberapa pemeriksaan glukosa darah, yaitu 1. Glukosa sewaktu (random) Glukosa sewaktu (random) adalah uji glukosa darah yang dapat dilakukan sewaktu-waktu tanpa harus puasa terlebih dulu. Kadar glukosa darah sewaktu (tanpa puasa) normalnya berkisar 80 140 mg/dL (milligram per desiliter). 2. Glukosa puasa Tes glukosa puasa dilakukan setelah puasa selama 8-10 jam, glukosa. Peningkatan kadar gula terjadi setelah makan dan mengalami penurunan pada pagi hari bangun tidur. Seseorang dikatakan mengalami hyperglycemia apabila kadar glukosa dalam darahnya berada jauh di atas nilai normal. Sebaliknya, dikatakan hypoglycemia apabila terjadi penurunan kadar glukosa darah dibawah normal. Kadar glukosa darah puasa normalnya berkisar 70 120 mg/dl. 3. Glukosa 2 jam post prandial (setelah makan). Uji glukosa puasa dan 2 jam pp merupakan uji untuk menegakkan diagnosis diabetes mellitus (DM). dan glukosa 2 jam setelah makan normalnya berkisar 80 140 mg/dl. 2.7.1.7.1 BUN

Blood Urea Nitrogen (BUN) adalah produk limbah yang dihasilkan dalam hati dan dikeluarkan oleh ginjal.
7

Nilai tinggi dapat berarti bahwa ginjal tidak bekerja seperti yang diharapkan. Blood Urea Nitrogen (BUN) juga dipengaruhi oleh diet tinggi protein dan/atau latihan (exercise) yang keras atau kehamilan. 2.7.1.7.2 Creatinin

Creatinine merupakan produk limbah dari sebagian besar kerusakan otot. Tingginya level kreatinin dapat menunjukkan masalah pada ginjal. 2.7.1.7.3 Asam Urat

Asam urat (uric acid) biasanya dikeluarkan bersama air seni. Tingginya level asam urat biasanya terkait dengan masalah encok, arthritis, masalah ginjal dan penggunaan beberapa diuretic. 2.7.1.10 Pemeriksaan Faal Fungsi Hati Beberapa protein enzim yang membantu semua aktivitas kimia dalam sel, dintaranya adalah AST/SGOT, ALT/SGPT, Gamma-GT danAlkalin Phosphatase. AST/SGOT, ALT/SGPT, Gamma-GT Alkalin Phosphatase berada di dalam otot, hati dan jantung. Cedera pada sel dapat menyebabkan keluarnya enzim ini ke dalam darah. Kerusakan sel akibat alkohol dan sejumlah penyakit dapat menunjukkan tingginya nilai-nilai enzim-enzim tersebut. A.Alkaline Phosphatase Alkaline phosphatase merupakan enzim ditemukan terutama di tulang dan hati. Kadar yang lebih tinggi dapat dijumpai pada anak-anak dan wanita hamil atau kerusakan pada tulang atau hati atau batu empedu. B. Gamma GT Pemeriksaan Gamma GT dijumpai tinggi pada penyakit hati terutama sumbatan pada saluran empedu.
8

C. SGOT / SGPT Enzim transaminase (AST/SGOT, ALT/SGPT) dijumpai meninggi pada gangguan hati dan juga meninggi pada keadaan seperti hepatitis, overdosis alkohol, cedera otot dan serangan jantung. D. LDH LDH (Lactat dehydrogenase) adalah enzim yang ada di semua sel di dalam tubuh. Banyak jaringan mengandung LDH yang berfungsi mengkatalisis perubahan reversible laktat ke piruvat.Kadar LDH meningkat signifikan padaAnemia megaloblastik, Metastasis Karsinoma khususnya ke hati, Syok dan Hipoksia, Hepatitis, Infark Ginjal, Infark Miokard dll. E. Bilirubin Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan sel darah merah oleh hati. Tingginya kadar bilirubin sering dijumpai pada penyakit hati akut (hepatitis akut), anemia hemolitik, batu empedu., Pada penyakit hati konstitusional (Gilberts Syndrome), thalasemia, penyakit hati menahun dan anemia pernisiosa, bisanya bilirubin sedikit meningkat. 1. Bilirubin Total Pemeriksaan bilirubin total merupakan pengukuran jumlah total bilirubin dalam darah, meliputi bilirubin tak terkonjugasi dan terkonjugasi. Bilirubin dibentuk dari pemecahan haem pada sistem retikuloendotelial. Bilirubin akan terikat dengan albumin dan bersikulasi di dalam darah, kemudian dikonjugasi dan disekresi oleh hati. Bilirubin terkonjugasi bersifat larut dalam air, sehingga dapat ditemukan di dalam urin. Sementara, bilirubin tak terkonjugasi tidak dapat larut di dalam air.

Manfaat Pemeriksaan untuk mendeteksi berbagai kondisi seperti : 1) penyakit hepatobilier, hepatitis, sirosis, dan penyakit hati lainnya; 2) malnutrisi dan anoreksia; 3) anemia pernisiosa, anemia hemolitik, neonatal jaundice, hematoma, dan fetal aritoblastosis; 4) pulmonary embolism; 5) congestive heart failure (CHF). 2. Bilirubin direk Pemeriksaan bilirubin direk merupakan pengukuran kadar bilirubin terkonjugasi dalam darah. Bilirubin dibentuk dari pemecahan haem pada sistem retikuloendotelial. Bilirubin akan terikat dengan albumin dan bersikulasi di dalam darah, kemudian dikonjugasi dan disekresi oleh hati. Bilirubin terkonjugasi bersifat larut dalam air, sehingga dapat ditemukan di dalam urin. manfaat Pemeriksaan untikl mendeteksi berbagai kondisi seperti : 1) lesi intrahepatik dan ekstrahepatik; 2) sindrom Dubin-Johnson dan sindrom Rotor; 3) infeksi bakteri, sepsis, hepatitis B, sifilis, dan TORCH 4) kelainan genetik dan metabolik seperti galaktosemia, tirosinemia dan trisomy 18. 3. Creatinin Kinase CPK (creatininkinase) merupakan enzim yang sangat berguna untuk diagnosing dari penyakit jantung dan kerangka otot. CPK mengkatalisis pertukaran fosfat secara reversible antara kreatin dan ATP

(Adenosinetrifosfat), ia berperan penting dalam menyimpan dan melepaskan energi dalam sel terutama dalam otot bergaris, otot jantung dan dalam jumlah kecil dalam otak. Enzim ini adalah yang pertama meninggi setelah serangan jantung (3 hingga 4 jam). Kadar CPK dalam serum darah meningkat signifikan setelah terjadi kerusakan otot dsytrophia muscularis Duchenne, Polimiositis, Infark Miokard dll.

10

4. Protein Protein adalah senyawa organik kompleks yang berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus. Protein diperlukan dalam pembetukan dan perbaikan sel dan jaringan, sintesis hormon, pembentukan enzim, pembentukan antibodi (kekebalan tubuh), transport substansi khusus, sistem koagulasi (pembekuan) darah, pengaturan keseimbangan kadar asam basa dalam sel. Protein kebanyakan disintesis di hati, yaitu albumin, globulin, faktor-faktor pembekuan darah, mengukur jumlah dan jenis protein dalam darah. Pemeriksaan protein untuk mengetahui indeks kesehatan dan gizi seseorang. Jenis pemeriksaan protein yang umum dilakukan adalah protein total (protein secara keseluruhan), albumin dan globulin.

2.7.1.11 Pemeriksaan Lemak Darah Lemak darah terdiri dari trigliserid dan kolesterol. Sedangkan kolesterol terdiri dari kolesterol HDL (High Density Lipopretein), kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) dankolesterol VLDL (Very Low Density Lipopretein). Semua lemak dalam menu makanan kita akan diolah menjadi trigliserid, asam lemak bebas, fosfolipid dan kolesterol. Tiga unsur yang perlu diperhatikian sehubungan dengan kesehatan adalah asam lemak bebas, trigliserid dan kolesterol.
a.

Asam lemak bebas yang berlebihan di dalam darah akan diubah sebagai trigliserid.

b. c.

Sebagian trigliserid digunakan untuk pembentukan kolesterol. Jika trigliserid menumpuk dalam darah, dengan sendirinya kolesterol juga akan meninggi.

11

Dalam pemeriksaan laboratorium, lemak diperiksa sebagai kolesterol total (keseluruhan kolesterol), kolesterol HDL, kolesterol LDL dan trigliserid. A.Kolesterol HDL Kolaesterol HDL atau High-Density Lipoprotein merupakan lipoprotein yang berasal dari hati, memiliki densitas tinggi dan tidak mudah menggumpal. Disebut juga sebagai kolesterol `baik` karena membantu membersihkan tumpukan kolesterol dari pembuluh darah dan mengangkutnya ke dalam hati (proses Reserve Cholesterol Transport). Manfaat Pemeriksaan untuk memprediksi terjadinya aterosklerosis dan risiko penyakit jantung koroner. B. Kolesterol LDL Kolesterol LDL atau Low Density Lipoprotein merupakan lipoprotein yang berasal dari penyerapan makanan di usus, memiliki densitas rendah, mudah menggumpal dan lengket pada dinding pembuluh darah. Disebut juga sebagai kolesterol `jahat` karena dapat membentuk plak aterosklerosis yang

mempersempit pembuluh darah. Manfaat pemeriksaan untuk mendeteksi gangguan metabolisme lemak, menentukan faktor risiko penyakit jantung koroner, dan memantau terapi penurun lipid. C.Kolesterol total Kolesterol total merupakan pemeriksaan yang menentukan jumlah kolesterol yang terdapat di dalam semua partikel lipoprotein tubuh (semua jenis kolesterol dan trigliserida). Pada kondisi penyakit jantung koroner, kolesterol total adalah suatu alat untuk menentukan risiko, bukan sebagai uji diagnostik. Manfaat pemeriksaan untuk mendeteksi gangguan metabolisme lemak, dan menentukan faktor risiko penyakit jantung koroner.

12

D. CRP (C-Reactive Protein) Protein C reaktif (C-Reactive Protein). Pemeriksaan CRP digunakan untuk menilai respon tubuh terhadap adanya peradangan,Sedangkan CRP sensitifitas tinggi atau hsCRP (high sensitive CRP) berguna dalam predicting penyakit pembuluh darah (vascular), serangan jantung dan stroke. E. Hemocysteine Homocysteine adalah asam amino yang biasanya ditemukan dalam jumlah kecil di dalam darah. Lebih tinggi terkait dengan peningkatan risiko serangan jantung dan penyakit vascular lainnya. Homocysteine tinggi mungkin juga karena adanya kekurangan dari asam folat atau vitamin B12, F. Lipoprotein Lipoprotein (a) atau Lp (a).Konsentrasi yang tinggi terkait dengan penyakit jantung koroner (PJK). Pada orang dengan diabetes dan tinggi Lp (a) ada peningkatan risiko penyakit asymptomatic koroner. G.Thyroid Thyroid adalah kalenjar yang terletak di leher right below the adams apple.Thyroid mengontrol kecepatan pembakaran energi, membangun energi tubuh, dan mengatur tingkat sensitivitas tubuh terhadap hormon. Thyroid juga menghasilkan hormon Thyroxine (T4) dan Triiodothyronine (T3) yang berperan dalam metabolisme dan pertumbuhan tubuh keseluruhan. Thyroid juga memproduksi hormon kalsitonin (calcitonin) yang berperan dalam mengatur keseimbangan kalsium. Pembentukan thyroxine (T4) dan triiodothyronine (T3) dikendalikan oleh hormon Thyroid. Stimulating Hormone (TSH) atau juga disebut thyrotropin, suatu hormon yang diproduksi oleh kelenjar pituitary anterior.

13

Pemeriksaan laboratorium terhadap thyroid terdiri atas: 1. T3 total, 2. T4 total, 3. T3 bebas (free T3), 4. T4 bebas (free T4) 5. TSH. Hasil pemeriksaan thyroid berguna untuk mengetahui aktifitas thyroid. Beberapa keadaan yang berhubungan dengan aktivitas kelenjar thyroid adalah hyperthyroidisme/hyperactive thyroid, seperti pada penyakit graves dan hypothyroidisme/hypoactive thyroid, seperti pada congenital juvenilis,

myxedema, dan goiter (gondok) H. Glikohemoglobin Hemoglobin Glikosilat sering disebut atau Glikohemoglobin.

Glycohemoglobin-A1 atau hemoglobin A1c (HbA1c) berguna untuk mengukur jumlah gula kimia yang menempel pada sel darah merah. Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah seseorang penderita diabetes terkontrol atau tidak selama 3 bulan. I.Hormon Insulin Hormon Insulin diproduksi oleh pancreas. Hormon insulin berfungsi dalam metabolisme gula dalam tubuh. Pada diabetes tipe 1 (turunan), kadar insulin kurang/rendah, karena itu tipe ini sangat bergantung pada insulin (insulin dependent diabetes), sedangkan pada diabetes tipe 2 (didapat), kadar insulin tinggi tetapi fungsinya kurang bagus. Kadar insulin sangat bervariasi dari orang ke orang, tergantung individu yang sensitifitas atau resistensi terhadap insulin. Kadar insulin juga sangat bervariasi sesuai dengan saat terakhir makan terjadi.

14

J. C- Peptida C-peptide. Ini adalah fragmen melekat pada insulin (pro-insulin) saat diproduksi insulin dalam pankreas. Kadar C-peptide biasanya berkorelasi dengan kadar insulin, kecuali bila orang mendapat suntikan insulin.Ketika seorang pasien hypoglycemic (gula darah rendah), tes ini mungkin berguna untuk menentukan apakah kadar insulin yang tinggi karena pancreas berlebihan dalam melepas insulin, atau karena suntikan insulin. K. Estradiol Estradiol adalah hormon estrogen yang penting untuk menilai fungsi reproduksi. Pemeriksaan estradiol berguna untuk mengukur aktifitas ovarium. Kadar estradiol pada perempuan bervariasi sesuai dengan usia, dan apakah mereka yang memiliki siklus haid normal atau tidak. Kadar hormon ini juga berubah pada kehamilan, melahirkan atau penggunaan pil KB. 2.7.8 Pemeriksaan Elekrtokardiografi Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengamati kondisi Jantung, dimana pemeriksaan EKG ini untuk membuat rekaman grafik arus listrik yang ditimbulkan oleh denyut jantung. Arus ini menyebar ke segala arah dan ketika mencapai kulit dierakam oleh elektrode. Pemeriksaan EKG disini bertujuan untuk membantu mengidentifikasi denyut jantung, kerusakan jantung serta letak luas terjadinya serangan jantung. 2.7.9 Pemeriksaan Radiologi6 Pemeriksaan radiologi merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang sangat dibutuhkan untuk mendiagnosa dan mengobati penyakit. Pemeriksaan radiologi yang biasanya sering dilakukan adalah foto rontgen, USG (Ultrasound) ,CT-scan dan MRI.

15

2.8 Penentuan ASA3 Setelah anamnesisi, pemeriksaan fisik dan melihat pemeriksaan penunjang baru kita dapat dapat menentukan ASA dari pasien. Klasifikasi ASA Klasifikasi ini untuk menilai keadaan penderita sebelum operasi : ASA I ASA II ASA III - ASA IV : Pasien sehat organic, fisiologik, psikiatrik, dan biokimia : Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang : Pasien dengan penyakit sistemik berat sehingga aktivitas rutin terbatas. : Pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat melakukan aktivitas

rutin dan penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya setiap saat. - ASA V :Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam E : Emergency atau cito

2.9 Persiapan hari operasi 4 1. Pembersihan dan penggosongan saluran pencernaan Tujuan dari pembersihan dan penggosongan saluran pencernaan disini untuk mencegah aspirasi ini lambung. Puasa yang dianjurkan untuk dewasa biasanya 6-8 jam dan untu akan- anak 3-5 jam. 2. Gigi palsu, bulu mata palsu, cincin dan gelang dilepas serta bahan kosmetik (lipstik, cat kuku) dibersihkan. 3. Kandung kemih dikosongkan dan bila perlu dilakukan katerisasi 4. Saluran napas dibersihkan dari lendir 5. Melakukan informed consent dengan pasien 6. Pasien masuk kamar operasi dengan menggunakan pakaian khusus 7. Pemeriksaan fisik dapat diulang di kamar operasi 8. Pemberian obat premedikasi -Pemberian obat intramuskular atau oral yang diberikan - 1 jam sebelum anestesi -Pemberian obat intravena sebelum beberapa menit dari anestesi
16

2.10 Pemberian obat Premedikasi


Pemberian obat premedikasi bertujuan untuk: 1. Memudahkan/ memperlancar induksi, rumatan dan sadar dari anestesi 2. Mengurangi jumlah obat- obatan anestesi 3. Mengurangi timbulnya hipervlasi, bradikardi, mual dan muntah pasca anestesi 4. Mengurangi stres fisiologis 5. Mengurangi keasaman lambung

Keberhasilan tahap premedikasi menentukan tahap selanjutnya. Oleh sebab itu sangat penting bagi kita mengenal obat-obat premedikasi. Obat-obat yang digunakan pada premedikasi anestesi antara lain :6 1. Opioid Opioid ialah semua zat baik sintetik atau natural yang dapat berikatan dengan reseptor morfin. Opioid sering digunakan dalam anestesi untuk mengendalikan nyeri saat pembedahan dan nyeri pasca pembedahan. Bahkan terkadang digunakan untuk anestesi narkotik total pada pembedahan jantung. Analgesik opioid digolongkan dalam 3 kelompok, di antaranya adalah agonis opiat, antagonis opiat dan kombinasi. Reseptor opioid sebenarnya tersebar luas di seluruh jaringan sistem saraf pusat, tetapi lebih terkonsentrasi di otak tengah yaitu di sistem limbik, thalamus, hipotalamus, korpus striatum, sistem aktivasi retikular dan di korda spinalis.6

A. Morfin Morfin adalah bentuk pertama agonis opioid dan pembanding bagi opioid lainnya. Pada manusia, morfin menghasilkan analgesi, euforia, sedasi, dan mengurangi kemampuan untuk berkonsentrasi, nausea, rasa hangat pada tubuh, rasa berat pada ekstremitas , mulut kering, dan pruritus. Efek analgesia akan optimal apabila morfin diberikan sebelum stimulus nyeri timbul.

17

Morfin diabsorbsi dengan baik setelah pemberian IM, dengan onset antara 1530 menit dan efek tertinggi antara 45-90 menit serta durasi sekitar 4 jam. Morfin tidak diserap secara baik melalui pemberian oral. Morfin biasa diberikan secara IV selama masa operasi. Efek puncak setelah pemberian morfin IV lebih lambat

dibandingkan dengan opioid lainseperti fentanyl, yaitu sekitar 15-30 menit. Pemberian cepat IV tidak memiliki pengaruh farmakologis karena lambatnya obat menembus sawar darah otak. Konsentrasi CSF puncak morfin antara 15-30 menit setelah pemberian IV dan menurun lebih lambat dibandingkan konsentrasi plasma. Morfin dimetabolisme melalui 2 jalur yaitu, yaitu hepatik dan ekstrahepatik. Morfin dikonjugasikan dengan asam glukoronat di hepatik sedangkan jalur ekstra hepatik lebih banyak terjadi di ginjal. Sekitar 75-85% dari morfin yang diberikan akan menjadi morfin 3 glukoronat dan 5-10% menjadi morfin 6 glukoronat (rasio 9:1). Sekitar 5% morfin akan emngalami demetilasi menjadi normomorfin dan

sebagian kecil diproses menjadi kodein. Metabolit mofin akan dieliminasi melalui urine , sekitar 7-10% diekskresikan melalui empedu. Morfin 3 glukoronat dapat dideteksi dalam urine setelah 72 jam pemberian. Sejumlah kecil morfin (1-2%) ditemukan dalam urine tanpa perubahan.2 Metabolisme ginjal memegang peranan utama dalam metabolisme morfin. Hal ini menjelaskan mengapa tidak terjadi penurunan klirens morfin plasma pada pasien sirosis hepatis atau pada fase anhepatik pasien transplantasi hati. Hal ini dimungkinkan karena terjadinya peningkatan metabolisme morfin di ginjal pada pasien dengan gangguan hati. Sebaliknya pada pasien gagal ginjal, ekskresi morfin glukoronat akan terganggu dan menyebabkan akumulasi metabolit morfin dan depresi nafas yang tak terduga pada dosis opioid kecil.6 Efek samping morfin juga terdapat pada agonis opioid lain, walaupun insiden dan besarnya tidak sama. Efek samping morfin dijelaskan berdasarkan sistem dan gejala yang ditimbulkannya :3,6

18

Sistem Kardiovaskular Terjadi penurunan venous return, cardiac output, dan tekanan darah. Morfin juga dapat menyebabkan bradikardi akibat peningkatan aktivitas vagal sehingga terjadi penurunan tekanan darah.

Pernapasan Semua agonis opioid akan menimbulkan depresi pernapasan dengan semakin besarnya dosisnya dan jenis kelamin dari pasien. Opioid mendepresi pernapasan dengan

mengurangi reaksi pusat pernapasan terhadap karbondioksida. Opioid juga mengganggu pusat pernapasan di pons dan medulla sehingga menyebabkan pernapasan pendek dan dalam. Penekanan batuk Opioid menekan batuk melalui gangguan pada pusat batuk yang berbeda dengan pusat pernapasan. Sistem saraf Opioid harus digunakan secara hati-hati pada pasien trauma kepala karena hubungannya dengan kesulitan sadar, miosis yang ditimbulkan, dan penekanan pernapasan yang akan meningkatkan tekanan intrakranial jika PaCO2 meningkat. Sedasi Pemberian dosis kecil morfin menyebabkan sedasi sebelum onset analgesia terjadi. Karenanya tidur tidak dapat menjadi patokan kecukupan dosis analgesia yang diberikan. Sistem biliar Opioid menyebabkan spasme otot polos biliaris dan menyebabkan peningkatan tekanan intrabiliar yang dihubungkan dengan stres epigastrik atau kolik biliar. Nyeri ini sangat mirip dengan iskemik miokard. Traktus gastrointestinal Pemberian morfin, meperidine dan fentanyl akan menyebabkan spasme otot polos saluran pencernaan yang dapat menyebabkan konstipasi, kolik biliar, dan perlambatan pengosongan lambung. Nausea dan vomiting Opioid akan menimbulkan mual dan muntah karena stimulasi langsung pada wilayah pemicu kemoreseptor di dasar ventrikel keempat.
19

Sistem genitourinarius Morfin meningkatkan tonus dan aktivitas peristaltik ureter. terjadinya keadaan urinary urgency pada pasien. Hal ini menyebabkan

Perubahan kulit Morfin menyebabkan dilatasi pembuluh darah kulit. Kulit wajah, leher dan dada

biasanya menjadi merah dan panas. Hal ini disebabkan oleh pelepasan histamin. Plasenta Depresi pada neonatus dapat terjadi pada pemberian opioid selama persalinan. Pemberian morfin memiliki efek yang lebih besar daripada pemberian meperidine.

B. Meperidin (phetydin) Meperidin adalah agonis opioid sintetik pada reseptor mu dan kappa yang diturunkan dari fenilpiperidine. Ada beberapa analog dari meperidine termasuk fentanyl, sulfentanyl, alfentanyl an remifentanyl.6 Potensi meperidine sekitar sepersepuluh dari morfin, dimana dosis 80-100 mg IM meperidine sama dengan 10 mg morfin. Durasi kerja meperidine sekitar 2-4 jam, lebih pendek daripada morfin. Meperidine diserap lebih baik melalui saluran cerna dibandingkan morfin. Metabolisme di hati memegang peranan besar, 90% obat akan mengalami demetilasi demetilasi menjadi normeperidine dan dihidrolisis menjadi asam meperidinic. Ekskresi melalui urine tergantung pada pH. Meperidine digunakan Meperidine akan

sebagai analgesik selama proses persalinan dan post operasi. bekerja secara baik apabila diberikan secara intratekal.

Meperidine juga efektif

mencegah menggigil akibat penggunaan oksigen yang berlebihan. Efek ini karena stimulasi reseptor kappa dan agonis reseptor alpha2 yang membantu efek anti menggigil. Meperidine tidak memiliki efek antitusif dan antidiare seperti morfin sehingga penggunaan meperidine pada bronkoskopi kurang baik. Meperidine tidak boleh diberikan dalam dosis besar karena efek inotropik negatif pada jantung dan pelepasan histamin.3,6

20

Efek samping yang timbul antara lain hipotensi ortostatik, delirium, dan kejang. Serotonin sindrom (hipertensi tidak stabil, takikardi, diaforesis, hipertermi, confusion, delirium dan hiperreflek) dapat terjadi bila meperidin diberikan pada pasien yang mendapat obat-obatan antidepresan (MAO Inhibitor, fluoxetine). C. Fentanyl Fentanil adalah sebuah analgesik opioid yang poten. Fentanil memiliki besar potensi analgesik 80 kali lebih baik dari morfin. Saat ini, Fentanil digunakan untuk anestesi dan analgesik. Fentanil terutama bekerja sebagai agonis reseptor . Seperti morfin, fentanil menimbulkan analgesia, sedasi, euforia, depresi nafas dan efek sentral lain. Efek analgesik fentanil mulai timbul 15 menit setelah pemberian per oral dan mencapai puncak dalam 2 jam. Efek analgesik timbul lebih cepat setelah

pemberian subkutan atau intramuskular yaitu dalam 10 menit, mencapai puncak dalam waktu 1 jam dan masa kerjanya 3-5 jam.6 Pemberian fentanil secara sistemik menimbulkan anestesi kornea, dengan menghilangnya reflek kornea. Berbeda dengan morfin, fentanil tidak mempengaruhi diameter pupil dan reflek pupil. Seperti morfin dan metadon, fentanil meningkatkan kepekaan alat keseimbangan yang merupakan dasar timbulnya mual, muntah, dan pusing pada mereka yang berobat jalan. Seperti Morfin dan Metadon, fentanil tidak berefek antikonvulsi. Fentanil menyebabkan penglepasan ADH.6 Pada sistem kardiovaskular, pemberian dosis terapi fentanil pada pasien yang berbaring tidak mempengaruhi kardiovaskular, tidak menghambat kontraksi miokard dan tidak mengubah gambaran EKG.3 Efek spasmogenik Fentanil terhadap lambung dan usus kecil lebih lemah daripada Morfin. Kontraksi propulsif dan non-propulsif saluran cerna berkurang, tetapi dapat timbul spasme secara tiba-tiba serta peninggian tonus usus.7 Fentanil dapat menghilangkan bronkospasme oleh Histamin dan Metakolin, namun pemberian dosis terapi fentanil tidak banyak mempengaruhi otot bronchus normal. Dalam dosis besar justru dapat menimbulkan bronkokonstriksi.
21

Fentanil sedikit sekali merangsang uterus dewasa yang tidak hamil. Aktivitas uterus hamil tua tidak banyak dipengaruhi oleh Fentanil, dan pada uterus yang hiperaktif akibat Oksitosin, Fentanil meningkatkan tonus, menambah frekuensi dan intensitas kontraksi uterus.6,7 Beberapa indikasi penggunaan Fentanil yaitu nyeri hebat karena luka bakar, pasien yang alergi dengan morfin, nyeri hebat karena fraktur tulang, nyeri non traumatik seperti batu ginjal, pasien-pasien yang menderita kanker. Beberapa kontraindikasi yaitu adanya gangguan atau depresi pernafasan, hipotensi yang tidak terkoreksi, atau alergi terhadap zat-zat narkotik.6,7 1. Non-opioid Obat-obatan hipnotik-sedatif adalah istilah untuk obat-obatan yang mampu mendepresi sistem saraf pusat. Sedatif adalah substansi yang memiliki aktivitas moderat yang memberikan efek menenangkan , sementara hipnotik adalah substansi yang dapat memberikan efek mengantuk dan yang dapat memberikan onset serta mempertahankan tidur.6 Ketorolac Diberikan secara oral, intramuskular, intravena. Efek analgesia dicapai dalam 30 menit, maksimal setelah 1-2 jam. Lama kerja 4-6 jam. Dosis awal 10-30 mg/ hari dosis maksimal 90 mg/ hari, pada manula, gangguan faal ginjal, dan BB < 50 kg dibatasi maksimal 60 mg/hari. 30 mg ketorolak = 12 mg morfin = 100 mg petidin, dapat digunakan bersama opioid. Cara kerja menghambat sintesis prostaglandine di perifer tanpa mengganggu reseptor opioid di sistem saraf pusat. Tidak untuk wanita hamil, menghilangkan nyeri persalinan, wanita menyusui, usia lanjut, anak usia < 4 tahun, gangguan perdarahan, tonsilektomi.6

22

2. Hipnotik-sedatif Secara klinis obat-obatan sedatif-hipnotik digunakan sebagai obat-obatan yang berhubungan dengan sistem saraf pusat seperti tatalaksana nyeri akut dan kronik, tindakan anestesia, penatalaksanaan kejang, serta insomnia. Obat-obatan hipnotiksedatif diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu: 1. Benzodiazepin 2. Barbiturat 3. Golongan obat non barbiturat-non benzodiazepin A. Preparat Benzodiazepin7

1. Midazolam Merupakan benzodiazepin yang larut air dengan struktur cincin imidazole yang stabil dalam larutan dan metabolisme yang cepat. Obat ini telah

menggantikan diazepam selama operasi dan memiliki potensi 2-3 kali lebih kuat. Selain itu affinitas terhadap reseptor GABA 2 kali lebih kuat dibanding diazepam. o Farmakokinetik Midazolam diserap cepat dari saluran cerna dan dengan cepat melalui sawar darah otak. thiopental. Hanya 50% dari obat yang diserap yang akan masuk ke sirkulasi sistemik karena metabolisme porta hepatik yang tinggi. Waktu paruh midazolam antara 1-4 jam, meningkat pada pasien tua dan gangguan fungsi hati. o Metabolisme Midazolam dimetabolisme dengan cepat oleh hepar dan enzym cytochrome P450 usus halus menjadi metabolit yang aktif dan tidak aktif. Metabolisme midazolam akan diperlambat oleh obat-obatan penghambat enzym cytochrome P-450 seperti simetidin, eritromisin, calsium channel blocker, obat anti jamur.
23

Namun waktu equilibriumnya lebih lambat dibanding propofol dan

Kecepatan klirens hepatik midazolam lima kali lebih besar daripada lorazepam dan sepuluh kali lebih besar dari diazepam.

o Efek pada sistem organ Pernapasan Penurunan pernafasan dengan midazolam sebesar 0,15 mg/kg IV setara dengan diazepam 0,3 mg/kg IV. Pasien dengan penyakit paru obstruktif kronis memiliki resiko lebih besar terjadinya depresi pernafasan. Pemberian dosis besar (>0,15 mg/kg) dalam waktu cepat akan menyebabkan apneu sementara terutama bila diberikan bersama opioid. Sistem kardiovaskular Midazolam 0,2 mg/ kg IV sebagai induksi anestesi akan menurunkan tekanan darah dan meningkatkan denyut jantung lebih besar daripada diazepam 0,5 mg/kg IV dan setara dengan thiopental 3-4 mg/kg IV. o Penggunaan klinik :7,8

Premedikasi : Pemberian 0,5 mg/kg IV 10 menit sebelum operasi dipercaya akan memberikan keadaan amnesia retrograde yang cukup.

Sedasi intravena : Midazolam dosis 1-2,5 mg IV efektif sebagai sedasi selama regional anestesi.

Induksi anestesi : dapat diberikan midazolam 0,1-0,2 mg/kg IV selama 30-60 detik. Rumatan anestesi : Midazolam dapat diberikan sebagai tambahan opioid, propofol, dan anestesi inhalasi selama rumatan anestesi. Pemberian

midazolam dapat menurunkan dosis anestesi inhalasi yang dibutuhkan.

24

Sedatif post operasi :

Pemberian jangka panjang midazolam secara

intravena (dosis awal 0,5-4 mg IV dan dosis rumatan 1-7 mg/jam IV) akan mengakibatkan klirens midazolam dari sirkulasi sistemik lebih bergantung pada metabolisme hepatik. Efek farmakologis dari metabolit akan

terakumulasi dan berlangsung lebih lama.

2. Diazepam7

Adalah benzodiazepin yang sangat larut dalam lemak dan memiliki durasi kerja yang lebih panjang dibanding midazolam.

Farmakokinetik Diazepam cepat diserap melalui saluran cerna dan mencapai puncaknya dalam 1 jam (15-30 menit pada anak-anak).

Metabolisme Diazepam mengalami oksidasi N-demethylation oleh enzim mikrosom hati menjadi desmethyldiazepam dan oxazepam serta sebagian kecil temazepam.

Waktu paruh Waktu paruh diazepam orang sehat antara 21-37 jam dan akan

semakin panjang pada pasien tua, obese dan gangguan fungsi hepar serta digunakan bersama obat penghambat enzim sitokrom P-450. Dibandingkan lorazepam, diazepam memiliki waktu paruh yang lebih panjang namun durasi kerjanya lebih pendek karena ikatan dengan reseptor GABA lebih cepat terpisah.

25

Efek pada sistem organ Diazepam hampir tidak menimbulkan efek depresi napas. Namun,

pada penggunaan bersama obat penekan CNS lain atau pada pasien dengan penyakit paru obstruktif akan meningkatkan resiko terjadinya depresi napas. Diazepam pada dosis 0,5-1 mg/kg IV yang diberikan sebagai induksi anestesi tidak menyebabkan masalah pada tekanan darah, cardiac output dan resistensi perifer. Namun pemberian diazepam 0,125-0,5 mg/kg IV yang diikuti injeksi Fentanyl 50 g/kg IV akan menyebabkan penurunan resistensi vaskuler dan penurunan tekanan darah sistemik. Penggunaan klinis Penggunaan diazepam sebagai sedasi pada anestesi telah digantikan oleh midazolam, sehingga diazepam lebih banyak dipakai untuk mengatasi kejang. Efek anti kejang didapat dengan menghambat neurotransmiter

GABA. Dibanding barbiturat yang mencegah kejang dengan depresi non selektif CNS, diazepam secara selektif menghambat aktivitas di sistem limbik, terutama di hipocampus.4 B. Barbiturat7 Barbiturat selama beberapa saat telah digunakan secara ekstensif sebagai hipnotik dan sedatif. Namun sekarang kecuali untuk beberapa penggunaan yang spesifik, barbiturat telah banyak digantikan dengan benzodiazepine yang lebih aman, pengecualian fenobarbital, yang memiliki antikonvulsi yang masih banyak digunakan. Secara kimia, barbiturat merupakan derivat asam barbiturat. Asam barbiturat (2,4,4-trioksoheksahidropirimidin) merupakan hasil reaksi kondensasi antara ureum dengan asam malonat. Susunan Saraf Pusat efek utama barbiturat ialah depresi SSP. Semua tingkat depresi dapat dicapai, mulai dari sedasi, hipnosis, koma sampai dengan kematian. Efek antiansietas barbiturat berhubungan dengan tingkat sedasi yang dihasilkan.
26

Efek hipnotik barbiturat dapat dicapai dalam waktu 20-60 menit dengan dosis hipnotik. Tidurnya menyerupai tidur fisiologis, tidak disertai mimpi yang mengganggu. Efek anestesi umumnya diperlihatkan oleh golongan tiobarbital dan beberapa oksibarbital untuk anestesi umum. Untuk efek antikonvulsi umumnya diberikan oleh barbiturat yang mengandung substitusi fenil misalnya fenobarbital. Anti kolinergik (Atropin)7 Atropin disini merupakan obat anti muskarinik yang bekerja pada tonus bronkus dipengaruhi oleh sistem parasimpatis melalui reseptor M3, dimana

penggunaannya pada premedikasi anestesi disini untuk mengurangi sekresi lendir jalan napas.

Anti Emetik (ondansetron HCL)8 Saat ini sudah diketahui bahwa ondansetron bekerja sebagai antagonis selektif dan bersifat kompetitif pada reseptor 5HT3, dengan cara menghambat aktivasi aferenaferen vagal sehingga menekan terjadinya refleks muntah. Indikasi : Mencegah dan mengobati mual-muntah akut pasca bedah. Mencegah dan mengobati mual-muntah pasca kemoterapi pada penderita kanker. Mencegah dan mengobati mual-muntah pasca radioterapi pada penderita kanker.

27

BAB III KESIMPULAN

Persiapan pre- anestesi itu adalah semua pemeriksaan yang dilakuan baik anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang ataupun tindakan yang diberikan sebelum pasien dilakukan tindakan anestesi/ operasi.

Tujuan dari persiapan pre- anestesi adalah pengumpulan data pasien, menentukan masalah yang ada, meramalkan penyulit yang akan terjadi, melakukan persiapan untuk mencegah penyulit yang mungkin terjadi, menentukan status fisik pasien klasifiksai ASA, menentukan obat dan teknik anestesi dan menentukan premedikasi.

Pengumpulan data pasien pada persiapan pre anestesi itu berdasarkan data subjektif yang didapatkan dari anamnesa dan heteroanamnesa. Data Objektif berdasarkan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi, dan pemeriksaan EKG.

Perencanaan anestesi itu yang perlu diperhatikan adalah persiapan pada hari operasi yaitu pembersihan dan penggosongan saluran pencernaan.Gigi palsu, bulu mata palsu, cincin dan gelang dilepas serta bahan kosmetik (lipstik, cat kuku) dibersihkan.Kandung kemih dikosongkan dan bila perlu dilakukan katerisasi Saluran napas dibersihkan dari lendir. Melakukan informed consent dengan pasien. Pasien masuk kamar operasi dengan menggunakan pakaian khusus .Pemeriksaan fisik dapat diulang di kamar operasi. Pemberian obat premedikasi.

Obat- obat premedikasi yang diberikan antara lain analgetik narkotik, golongan barbiturat, antikolonergik dan obat penenang.

Persiapan pre anestesi disini akan memberikan gambaran keadaan pasien untuk membuat perencanaan yang baik sehingga komplikasi intra dan pasca operasi dapat dihindari.

28

DAFTAR PUSTAKA 1. Sadikin, Z.D. & Elysabeth. Anestetik Umum. Dalam: Farmakologi dan Terapi. G.G, Sulistia.Ed. 5th ed. Balai Penerbit FKUI. Jakarta; 2009. hal: 122123 2. Casandri MT. Persiapan dalam Operasi. Pers op (serial online) 2009 (diakses tanggal 10 Desember 2012)1; (65 halaman). Diunduh dari: URL: http://www.scrib.com 3. Dachlan M uswan, Suryadi A. Kartini, Latief Said A. Petunjuk praktis anestesiologi Edisi-Kedua. Bagian anestesiologi dan terapi intensif. Jakarta: FKUI. 2002. Hal: 4. Juliawn R. Pemeriksaan Laboratorium untuk mendiagnosis. Perm lab (serial online) 2006 (diakses tanggal 9 Desember 2012)1; (83 halaman). Diunduh dari: URL: http://www.medicastore 5. Dendi, Runi Y. Pemeriksaan Radiologi X-ray. Perm radio (serial online) 2009 (diakses tanggal 9 Desember 2012)1; (12 halaman). Diunduh dari: URL: http://www.medicastore 6. Soenarto RF, Chandra S.ed. Buku Ajar Anestesiologi. Jakarta : Departemen anestesiologi dan intensif care FKUI/RS Cipto mangunkusumo. 2012. Hal:43 7. Ganiswara SG, Setiabudy R, Suyatna FD, Purwantyastuti, editor. Farmakologi dan terapi. Jakarta : Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995. 8. Theodorus. Penuntun Praktis Peresepan Obat. Jakarta : EGC.

29

Anda mungkin juga menyukai