Anda di halaman 1dari 14

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Appendiks (Umbai cacing) mulai dari caecum (Usus Buntu) dan lumen appendiks ini bermuara ke dalam caecum dinding appendiks mengandung banyak folikel getah bening biasanya appendiks terletak pada iliaca kanan di belakang caecum. Appendiks dapat mengalami peradangan pembentukan mukokel, tempat parasit, tumor benigna atau maligna dapat mengalami trauma, pembentukan pistula interna atau eksterna, kelainan kongenital korpus ileum dan kelaina yang lain. sebelum menjadi perforasi atau gangrene. Tindakan pengobatan terhadap appendiks dapat dilakukan dengan cara operasi (pembedahan ). Pada operasi appendiks dikeluarkan dengan cara appendiktomy yang merupakan suatu tindakan pembedahan membuang appendiks. Adapun permasalahan yang mungkin timbul setelah dilakukan tindakan pembedahan antara lain : nyeri, keterbatasan aktivitas, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, kecemasan potensial terjadinya infeksi. Dengan demikian peranan perawat dalam mengatasi dan menanggulangi hal tersebut sangatlah penting dan dibutuhkan terutama perawatan yang mencakup empat aspek diantaranya : promotif yaitu memberikan penyuluhan tentang menjaga kesehatan dirinya dan menjaga kebersihan diri serta lingkungannya. Upaya kuratif yaitu memberikan perawatan luka operasi secara aseptik untuk mencegah terjadinya infeksi dan mengadakan kaloborasi dengan profesi lain secara mandiri. Upaya rehabilitatif yaitu memberikan pengetahuan atau penyuluhan kepada penderita dan keluarganya mengenai pentingnya mengkonsumsi makanan yang bernilai gizi tinggi kalori dan tinggi protein guna mempercepat proses penyembuhan penyakitnya serta perawatan dirumah setelah penderita pulang. Khusus untuk appendiks terdapat cara prevensi yang hanya mengurangi morbilitas dan mortalitas

B. Batasan dan Perumusan Masalah Pada penyusunan karya tulis ini penulis hanya melakukan asuhan keperawatan pada suatu klien dengan kasus apendiks akut khususnya post operasi appendiktomy di ruang bedah Wisma Dewi Ratih RSJP Prof. SOEROYO MAGELANG. Dari permasalahan yang ada penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana gambaran asuhan keperawatan pada klien appendiks akut khususnya post operasi appendiktomy. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Diperoleh pengalaman nyata dalam menerapkan Asuhan keperawatan klien post appendiktomy secara komprehensif melalui pendekatan proses keperawatan. 2. Tujuan Khusus a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien post

appendiktomy. b. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada klien post appendiktomy. c. Dapat membuat perencanaan pada klien post appendiktomy. d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien post

appendiktomy. e. Mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien post appendiktomy. D. Manfaat 1. Asuhan keperawatan akan memberikan wawasan yang luas mengenai masalah keperawatan pada klien post appendiktomy.

2. Asuhan keperawatan akan memberi wawasan kepada perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang benar tentang masalah klien post appendiktomy

BAB II TINJAUAN MATERI

A. Pengertian 1) Appendisitis merupakan peradangan pada usus buntu performasi. ( Burner & Suddart, 2003 ) 2) Appendik performasi adalah saluran kecil dengan diameterkurang lebih sebesar pensil dengan panjang 2-6 inci. ( Arief mansjoer, 2005 ) 3) Appendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbal cacing. ( Anonim appendicitis, 2005 )

B. Etiologi Penyebab appendicitis belum sepenuhnya dimengerti, pada kebanyakan kasus peradangan dan infeksi usus buntu mungkin didahului oleh adanya penyumbatan didalam usus buntu. Bila peradangan berlanjut tanpa pengobatan, usus buntu bias pecah. Penyebab pecahnya usus buntu tersebut disebabkan oleh : 1. Masuknya kuman usus kedalam perut, menyebabkan peritonitis. 2. Terbentuknya abses. 3. Pada wanita, indung telur dan saluranya bisa terinfeksi dan menyebabkan kemandulan.

4. Obstruksi pada lumen appendik.

C. Patofisiologi Di awali dengan kebiasaan makan yang tidak teratur sehingga menyebabkan feses menjadi keras, lalu menyebabkan obstruksi lumen appendik sehingga usus buntu terinflamasi ( terjadi peradangan ) sehingga menimbulkan perforasi dan nyeri yang hebat. Pada appendiksitis kronis untuk menangani hal tersebut harus di lakukan tindakan pengangkatan appendik ( appendiktomy ) tetapi pada pasien akan mengalami nyeri yang hebat dan akan menggangu aktivitas sehari-hari, Jika bekas insisi tidak di rawat dan di bersihkan dengan baik maka akan menimbulkan resiko infeksi.

D. Patway

Cemas Nyeri Intoleransi aktivitas Resiko terjadinya infeksi

E. Manifestasi klinik Ada beberapa gejala awal yang khas pada appendicitis yaitu nyeri yang

dirasakan secara samar di daerah sekitar pusar, sering kali di sertai dengan rasa mual bahkan bisa muntah, kemudian nyeri tersebut akan berpindah keperut bagian kanan bawah dengan tanda yang khas pada kasus appendicitis yaitu nyeri pada titik mc.burney. nyeri perut akan bertambah sakit apabila terjadi pergerakan, batuk, bersin dan di sentuh pada daerah tersebut.

F. Penatalaksaan dan komplikasi Sebagian besar appendicitis akut harus di operasi dengan metode konvensional atau dilakukan dengan laparaskopi. Setelah operasi dilakukan nyeri tersebut tidak akan lagi di rasakan karena appendik sudah di buang saat operasi. Jika keluhan nyeri datang kembali maka harus di operasi sampai pangkal appendik. Komplikasi: 1. Perforasi. 2. Peritonitis. 3. Dehidrasi. 4. Sepsis. 5. Perdarahan.

G. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi. 1) Pemeriksaan Laboratorium yang biasa dilakukan pada pasien yang diduga apendiksitis akut adalah pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktive (CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap sebagian besar pasien biasanya

ditemukan jumlah leukosit diatas 10.000 dan neutrofil diatas 75 %.Sedang pada pemeriksaan CRP ditemukan jumlah serum yang mulai meningkat pada 6-12 jam setelah inflamasi jaringan. 2) Pemeriksaan radiologi yang biasa dilakukan pada pasien yang diduga apendiksitis akut antara lain adalah Ultrasonografi, CT-scan. Pada pemeriksaan ultrasonogarafi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada apendiks. Sedang pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang dengan apendikalith serta perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran dari saekum. 3) Kelainan radiologi nonspesifik, diatasi sekum, ada bayangan perfosi. Ditemukan sejumlah kecil eritrosit dan leokosit pada urine. 4) Pemeriksaan urine juga perlu dilakukan untuk membedakan dengan kelainan pada ginjal dan saluran kemih. 5) Pemeriksaan USG dilakukan bila terjadi infitrat apendikularis

H. Pengkajian Dengan memberikan asuhan keperawatan perawat menggunakan

pendekatan proses keperawatan dengan melalui beberapa tahap yaitu : 1. Pengkajian a. Identitas Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal atau jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosa, nama orang tua, alamat, umur pendidikan, pekerjaan, pekerjaan orang tua, agama dan suku bangsa. b. Riwayat penyakit sekarang Klien dengan post appendiktomy mempunyai keluhan utama nyeri

yang disebabkan insisi abdomen. c. Riwayat penyakit dahulu Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien seperti hipertensi, operasi abdomen yang lalu, apakah klien pernah masuk rumah sakit, obat-abatan yang pernah digunakan apakah mempunyai riwayat alergi dan imunisasi apa yang pernah diderita. d. Riwayat penyakit keluarga Adalah keluarga yang pernah menderita penyakit diabetes mellitus, hipertensi, gangguan jiwa atau penyakit kronis lainnya uapaya yang dilakukan dan bagaimana genogramnya . 2. Pola Fungsi Kesehatan a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan kebiasaan luka. b. Pola Tidur dan Istirahat Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga dapat mengganggu kenyamanan pola tidur klien. c. Pola aktifitas Aktifitas dipengaruhioleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri luka operasi, aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest berapa waktu lamanya setelah pembedahan. d. Pola hubungan dan peran Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa olah raga (lama frekwensinya), bagaimana status ekonomi keluarga kebiasaan merokok dalam mempengaruhi lamanya penyembuhan

melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat. penderita mengalami emosi yang tidak stabil. e. Pola sensorik dan kognitif Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan, pearaan serta pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat. f. Pola penanggulangan stress Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah. g. Pola tata nilai dan kepercayaan Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana cara klien mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit.

3. Pemeriksaan Fisik a. Status Kesehatan umum Kesadaran biasanya kompos mentis, ekspresi wajah menahan sakit tanpa sakit ada tidaknya kelemahan. b. Integumen Ada tidaknya oedem, sianosis, pucat, pemerahan luka pembedahan pada abdomen sebelah kanan bawah. c. Kepala dan Leher Ekspresi wajah kesakitan pada konjungtiva lihat apakah ada warna pucat. d. Torax dan Paru

Apakah bentuknya simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas, gerakan cuping hidung maupun alat Bantu nafas frekwensi pernafasan biasanya normal (16 20 kali permenit). Apakah ada ronchi, whezing, stridor. e. Abdomen Pada post operasi biasanya sering terjadi ada tidaknya pristaltik pada usus ditandai dengan distensi abdomen, tidak flatus dan mual, apakah bisa kencing spontan atau retensi urine, distensi supra pubis, periksa apakah produksi urine cukup, keadaan urine apakah jernih, keruh atau hematuri jika dipasang kateter periksa apakah mengalir lancar, tidak ada pembuntuan serta terfiksasi dengan baik. f. Ekstremitas Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya nyeri yang hebat, juga apakah ada kelumpuhan atau kekakuan.

I. Diagnosa keperawatan 1. Nyeri akut ( post op ) berhubungan dengan luka insisi appenditomy. 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak sekunder terhadap nyeri. 3. Resiko tinggi infeksi behubungan dengan prosedur invasif appenditomy.

J. Asuhan keperawatan ( diagnosa, tujuan, kriteria hasil, rasional ) 1. Nyeri akut ( post op ) berhubungan dengan luka insisi appenditomy. a. Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam di harapkan nyeri yang di rasakan klien berkurang

b. Kriteria hasil : Klien mengatakan nyeri berkuran Klien bisa beristirahat

Intervensi a. Mengkaji keluhan nyeri,Intensitas dan skala nyeri. b. Beri penjelasan pada klien tentang sebab dan akibat nyeri.. c. Ajarkan teknik relaksasi dan destraksi. d. Bantu klien menentukan posisi yang nyaman bagi klien. e. Rawat luka secara teratur daan aseptik.

Rasional a. Penjelasan yang benar membuat klien mengerti sehingga dapat diajak bekerja sama. b. Dapat mengurangi ketegangan atau mengalihkan perhatian klien agar dapat mengurangi rasa nyeri. c. Penderita sendiri yamg merasakan posisi yang lebih menyenangkan sehingga mengurangi rasa nyeri. d. Perawatan luka yang teratur dan aseptik dapat menghindari sekecil mungkin invasi kuman pada luka operasi. e. Analgesik dapat mengurangi rasa nyeri.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak sekunder terhadap nyeri.

a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan klien bisa beraktivitas dan mobilisasi. b. Kriteria hasil : Klien dapat ber aktivitas secara mandiri. Klien bisa bergerak bebas tanpa ada pembatasan.

Intervensi a. Beri latihan gerak pasif dan aktif. b. Bantu klien melakukan aktivitas. c. Beri aktivitas sesuai kedaan klien. d. Beri motivasi klien.

Rasional a. Dengan memberi latihan ROM pasif dan aktif membuat sendi dan otot tidak kaku. b. Klien lebih mudah dan mempunyai percaya diri saat melakukan aktivitas. Dapat menghindari hal yang dapat memperparah keadaaan klien.

3. Resiko tinggi infeksi behubungan dengan prosedur invasif appenditomy.

a. Tujuan : Setelah di klakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam Infeksi pada luka operasi tidak terjadi. b. Kriteria hasil :Tidak ada tanda tanda infeksi (rubor, dolor ) luka bersih dan kering. Intervensi a. Beri penjelasan pada klien tentang pentingnya perawatan luka dan tanda - tanda atau gejala infeksi. b. Rawat luka secara teratur dan aseptik. c. Jaga luka agar tetap bersih dan kering. d. Jaga kebersihan klien dan lingkungannya. e. Observasi tanda tanda vital. f. Kolaborasi dengan dokter untuk antibiotik yang sesuai. Rasional a. Penderita akan mengerti pentingnya perawatan luka dan segera melapor bila ada tanda tanda infeksi. b. Perawatan luka yang teratur dan aseptik dapat menghindari sekecil mungkin invasi kuman pada luka operasi. c. Media yang lembab dan basah merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman. d. Mengetahui sedini mungkin tanda tanda infeksi pada luka operasi. e. Mengetahui sedini mungkin tanda tanda infeksi secepatnya mengatasi .

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA Carpenito, Lynda juall. 2004. Buku saku Diagnosa Keperawatan. EGC : Jakarta Doengoes, M. E. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC : Jakarta Burnner & Suddart. 2012. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol 2 Rothrock, Jane C. 2004. Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai