Anda di halaman 1dari 31

A.

JUDUL:

Permaianan Tradisional So Inang So Amang Sebagai Media

Pengembangan Karakter Anak Di Desa Cibal Kabupaten Manggarai. B. Latar Belakang Bermain seraya belajar merupakan semboyan yang kerap diidentikan kepada anakanak yang sedang berada pada irama pertumbuhan dan perkembangan. Pada usia anak-anak bermain merupakan salah satu media yang cukup ensensial dalam mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Disadari atau tidak dari generasi ke generasi sudah ketahui oleh manusia bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang sangat menyenagkan. Kegiatan bermaian merupakan suatu aktivitas yang tidak sedikit digemari oleh anak-anak terutama ketika anak berada pada masa emas (golden age) atau dengan perkataan lain juga disebut sebagai usia pra sekolah (Tedjasaputra 2001). Adapula pendapat mengatakan bahwa dengan bermain, anak dapat mengambil peran aktif sebagai media untuk memindahkan prasaan negatif ke objek sebagai orang penggantinya atau dengan perkataan lain melalu bermain anak anak mampu mengatasi masalahnya Freud (dalam Mutiah, 2010) . Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa antara bermain dan anak saling mempengaruhi sehingga, keduanya saling membutuhkan dan mempunyai hubungan yang erat. Bagi anak bermain merupakan makanan rohaninya, karena anak merasa kurang nyaman ketika dia tidak diberi ruang atau diberikan kesempatan untuk bermain. Plato (Mutiah, 2010) merupakan orang pertama yang melihat urgennya bermain dalam kehidupan anak. Plato menegemukan bahwa dalam kehidupannya anak perlu melewati masa bermain sehingga dia mampu mengembangkan segala potensi yang bermanfaat bagi masa depannya. Menurut Piaget (Mutiah, 2110) mengemukakan melalui permainan anak dapat menciptakan diri pengetahuan mereka tentang dunianya melalui interaksi. Vygotsky (Bunga, 2011) menegaskan bahwa ketika anak bermain, tidak hanya mengembangan
1

intelektualnya tetapi juga mengembangkan kematangan emosi dan sosial anak . Jadi hemat penulis bahwa bermain merupakan salah satu wadah yang cukup esensial dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Melalui bermain anak mampu mengembangakan segala potensi yang ada dalam dirinya, sehingga kelak dewasa dia mampu mengaktualisasikan diri sebagai individu yang berguna, cerdas dan mampu menjawabi tantanngan zaman. Tidak dapat dipungkiri, permainan tradisional merupakan salah satu media yang cukup ensensial dalam eksistensi anak. Permainan tradisional merupakan permainan yang memiliki arti tersendiri dalam menanamkan sikap, perilaku, dan keterampilan pada anak. Ada makna luhur yang terkandung di dalam permainan seperti nilai agama, nilai edukatif, norma, dan etika yang semuannya itu akan bermanfaat bagi anak dalam kehidupan bermasyarakat kelak. Lebih dari itun pula, permainan tradisional cenderung menggunakan atau

memanfaatkan lingkungan, tanpa harus membelinya sehingga perlu daya imajinasi dan kreativitas yang tinggi dan permainan tradisional pula dominan melibatkan pemain yang relatif banyak. Tidak mengherankan kalau kita lihat, hampir setiap permainan rakyat begitu banyak anggotanya, sebab selain mendahulukan faktor kesenangan bersama, permainan ini juga mempunyai maksud lebih pada pendalaman kemampuan interaksi antarpemain (potensi interpersonal). Di samping itu dalam permainan tradisional memiliki nilai-nilai luhur dan pesan-pesan moral tertentu seperti nilai-nilai kebersamaan, kejujuran, tanggung jawab, sikap lapang dada (kalau kalah), dorongan berprestasi, dan taat pada aturan. Semua itu didapatkan jikalaupara pemain benar-benar menghayati, menikmati dan memaknai permaian tradisional itu dengan baik. Beragam permainan tradisional mengarahkan anak menjadi kuat secara fisik maupun mental, sosial dan emosi, tak mudah menyerah, bereksplorasi, bereksperimen, dan menumbuhkan jiwa kepemimpinan. Di dalam permainan tradisional tersebut, semua kegiatan
2

menjadi adalah bagian penting dan strategis yang akan membangun seluruh potensi yang dimiliki anak secara holistik. Permainan tradisional itu pula dilakukan dengan berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun dan dapat memberikan rasa puas atau senang bagi si pelaku (Permainan Tradisional, Direktorat Permuseuman, 1998) Dalam (Bunga dan Klaas 2011). Menurut hasil penelitian (Khasanah dkk. 2011) mengemukakah bahwa permainan tradisional merupakan sarana dalam mengembangkan aspek perkembangan dasar anak, seperti: pisik-mitorik, kognitif, sosial-emosional, dan bahasa. Terlebih lagi, anak usia dini dapat mengenal nilai-nilai budaya lokal yang terdapat dalam setiap jenis permainan. Lebih lanjut lagi dalam penelitian (Bunga &. Klaas, 2011) mengatakan bahwa permainan tradisional yang mengandung nilai-nilai karakter seperti cinta tanah air, kepahlawanan, sportifitas, kerjasama, kejujuran, saling menghargai, kerja keras, rasa ingin tahu, kreatif, disiplin, dan cinta lingkungan. Untuk itu pola pendidikan karakter di sekolah dapat dimodifikasi dengan permainan-permainan tradisional. (Wijaya 2009) menemukan bahwa permainan (tradisional) dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan

interaksi sosial, norma sosial dan norma sosiomatematik dalam pembelajaran matematika. Manggarai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di NTT dan masih terikat dengan keaslian budaya. Kabupaten Manggarai memiliki ragam budaya yang mempunyai banyak nilai edukasi yang harus di kembangkan salah satunya adalah permaianan tradisional. Kabupaten Manggarai mempunyai banyak permaianan tradisional memiliki banyak manfaat terutama dalam mengembangkan nilai-nilai budaya dan juga mengajarkan nilai-nilai yang bersifat edukasi bagi anak. Salah satu jenis permainan yang sudah dikenal oleh masyarakat Manggarai adalah permaianan tradisional So Inang So Amang. Dalam permainan ini begitu banyak nilai-nilai edukasi yang sebenarnya dapat diajarkan kepada anak lebih khususnya adalah dalam mengembangkan karakter anak. Nilai-nilai karakter tersebut bisa

dikembangkan dan diajarkan kepada anak apabila permainan so inang so amang dimainkan
3

oleh anak-anak . Sehubungan dengan itu juga dalam hasil penelitian dari (Seriati dan Hayati, tanpa tahun) menemukan bahwa Melalui permainan anak dapat belajar bersosialisasi dengan teman, anak belajar kekompakan, anak belajar mengendalikan diri atau mengendalikan emosi mereka anak belajar bertanggung jawab, anak belajar tertib terhadap peraturan serta belajar menghargai orang lain dan bekerja sama. Masyarakat Manggarai menganggap permainan ini cukup baik dimainakan oleh anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya, karena banyak nilai-nilai edukatif terutama nilai karakter yang terdapat dalam permainan tersebut. Sehingga tidak diragukan lagi permainan So Inang So amang mampu mengembangkan dan mengajarkan nilai-nilai karakter kepada anak. Seiring bergulirnya waktu, kemajuan zaman dan arus globalisasi semakin digital yang membuat perubahan gaya hidup, mengantarkan anak-anak dan orang tua kurang mengetahui peristiwa-peristiwa masa lampau yang penting dan bermakna. Sebagai misalnya tidak sedikit anak-anak dan masyarakat Manggarai yang tidak mengenal permainan tradisional bahkan lebih tragis dan memiluhkan anak-anak jarang memainkan permainan tradisional So Inang So Amang tersebut. Eksistensi permaianan ini sekarang sangat merosot hampir tidak ditemukan lagi pada masyarakat Menggarai, dalam kurikulumpun juga tidak diintegrasikan permainan tersebut sebagagai media pengembangan karakter anak. Di samping itu pula tidak sedeikit juga sekolah-sekolah yang tidak mengintegrasikan permainan ini dalam kegiatan proses pembelajaran. Merosotnya eksitensi permainan tradisional So Inang So Amang ini disebabkan karena banyak permainan baru/modern yang lebih digemari oleh anak-anak. Masuknya beragam permaianan modern, sehingga menggeserkan eksitensi permaianan ini sebagai pilihan terakhir. Tidak sedikit anak-anak di kabupaten Manggarai yang lebih memilih permainan modern sebagai pilihan pertama. Sebagai misalnya anak-anak lebih

mengahabiskan waktu dengan bermain Play Station (PS).

Kenyetanyaan ini sebenarnya menjadi perhatian khusus, agar anak-anak kembali untuk mengenal budaya-budaya yang diwariskan oleh nenek moyang. Apabila anak dan orang tua telah melupakan budaya nenek moyang, bagaimana dengan generasi mendatang. Apabila orang tua atau generasi dewasa kurang memperkenalkan budaya dan tradisi nenek moyang, apakah mungkin anak-anak akan mengenal, memahami dan melestarikan budaya tersebut. Tidakah akan terjadi anak-anak lebih mengenal nilai-nilai luar yang datang, ketimbang nilainilai yang telah dimiliki dan diwarisi para pendahulu (nenek moyang). Lebih memiluhkan lagi apabila nilai-nilai budaya luar yang masuk lewat berbagairagam permainan malah bertentangan dengan nilai-nilai luhur budaya yang menjadi keyakianan masyarakat. Berdasarkan uraian di atas dapat diasumsikan bahwa permainan Tradisional So Inang So amang memiliki peran yang cukup urgen dalam pengembangan karakter anak.. Karena karakter merupakan pembentuk fondasi bagi tumbuh dan kembangnya seorang anak untuk memperoleh masa depan yang lebih baik, sebab karakter merupakan cermin diri seseorang (Jelihing, 2012). Demikian pentingnya perhatian eksistensi permianan tradisional sebagai media dalam mengembangkan karakter anak, sehingga peneliti merasa tertarik dan ingin mengkaji lebih dalam melalui penelitian dengan memilih judul Permainan Tradisional So Inang So Amang Sebagai Media Penegembangan Karakter Anak Di Desa Cibal Kabupaten Manggarai C. Fokus Penelitian Yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah Permaianan Tradisional So Inang So Amang Sebagai Media Penegembangan Karakter Anak Di Desa Cibal Kabupaten

Manggarai, agar karakter anak dapat terbentuk sesuai dengan usia perkembangan anak. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Manggarai Desa Cibal.

D. Rumusan Masalah Sesuai dengan masalah yang dikaji maka, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Permaianan Tradisional So Inang So Amang Sebagai Media Pengembangan Karakter Anak Di Desa Cibal Kabupaten Manggarai? E. Tujuan
a. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan

permaianan tradisional So Inang So Amang sebagai media pengembangkan karakter anak Desa Cibal Kabupaten Manggarai.
b. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi nilai-nilai karakter apa saja yang terkandung

dalam permainan tradisional so inang so amang. F. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis Sebagai informasi ilmiah bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan anak usia dini. 2. Kegunaan praktis
a. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan oleh orang tua, guru dan masyarakat

Manggarai sebagai reverensi dalam pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter anak usia dini.
b. Sebagai bahan informasi bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian lanjutan.

G. TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP dan TEORI

1. Hasil Penelitian Terdahulu Sebagai Bahan referensi dalam penelitian ini, ada beberapa hasil penelitian dari peneliti terdahulu tentang permainan tradisional. Penelitian-penelitian ini, dapat dijadikan referensi bagi penulis untuk penelintian selanjutnya. Oleh karena itu ada beberapa hasil penelitian terdahulu diantaranya adalah: (Bunga &. Klaas 2011) dalam hasil penelitian mengatakan bahwa permainan tradisional banyak mengandung nilai-nilai karakter seperti cinta tanah air, kepahlawanan, sportifitas, kerjasama, kejujuran, saling menghargai, kerja keras, rasa ingin tahu & kreatif, disiplin, kerja keras dan cinta lingkungan. Untuk itu pola pendidikan karakter di sekolah dapat di modifikasi dengan permainan-permainan tradisional. Hasil Penelitian (Khasanah dkk. 2011) mengatakan bahwa permainan tradisional merupakan sarana dalam

mengembangkan aspek perkembangan dasar anak, seperti: pisik-mitorik, kognitif, sosialemosional, dan bahasa. Terlebih lagi, anak usia dini dapat mengenal nilai-nilai budaya lokal yang terdapat dalam setiap jenis permainan.. Lebih lanjut lagi dalam penelitian. (Wijaya 2009) menemukan bahwa permainan (tradisional) dapat dimanfaatkan untuk

mengembangkan interaksi sosial, norma sosial dan norma sosiomatematik dalam pembelajaran matematika. Penelitian dari (Seriati dan Hayati, tanpa tahun) menemukan bahwa melalui permainan anak dapat belajar bersosialisasi dengan teman, anak belajar kekompakan, anak belajar mengendalikan diri atau mengendalikan emosi anak, belajar

bertanggung jawab, anak belajar tertib terhadap peraturan serta belajar menghargai orang lain dan bekerja sama. Hasil penelitian (Hayuningtyas, 2005) menunjukkan bahwa permainan
tradisional dapat mengembangkan kreativitas. Sementara penelitian yang dilakukan oleh (Ariani, dkk. 1996) menyebutkan bahwa syair dalam permainan tradisional juga dapat meningkatkan kreativitas . Susanti, Siswati, Widodo (2010) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa
7

kegiatan permainan tradisional memiliki pengaruh dalam meningkatkan kompetensi interpersonal anak sekolah dasar. Iswinarti (2010) Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai terapiutik

yang terkandung dalam permainan tradisional Engklek meliputi: (1) Nilai deteksi dini untuk mengetahui anak yang mempunyai masalah (2) Nilai untuk perkembangan fisik yang baik. (3) Nilai untuk kesehatan mental yang baik, (4) Nilai problem solving (5) Nilai sosial. 2. Konsep
A. Konsep Karakter

Makna kata karakter itu sebenarnya berasal dari bahasa yunani yang berarti to mark atau menandai dan memfokuskan pada aplikasi nilai kebaikan, dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam rakus, dan berprilaku jelek dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek. Sebaliknya orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral dilabelkan sebagai orang yang berkarakter muliah (Juansyah 2012). Menurut KBBI dalam (Anshary,2011) yang dimaksudkan karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain; tabiat dan watak. Lebih lanjutnya mengatakan karakter adalah nilai-nilai yang khas baik yang terpatri dalam diri dan diimplementasikan dalam perilaku. Menurut Pusat Bahasa Depdinas (dalam Aunillah, 2011) bahwa karakter merupakan bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, dan watak. (Imam Al-Ghozali) Karakter lebih dekat dengan Akhlaq, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi. Apabila lahir tingkah laku yang indah dan terpuji maka dinamakanlah akhlak yang baik. Dan apabila yang lahir itu tingkah laku yang keji dinamakanlah akhlak yang buruk. Sehubungan dengan itu Menurut Musfiroh (2008) dalam (Anulilah2011) karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behavior), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas
8

tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut Sirajuddin dalam (Jelihing, 2012), Karakter merupakan titian ilmu pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan tanpa landasan keperibadian yang benar akan menyesatkan, dan keterampilan tanpa kesadaran diri akan menghancurkan. Karakter itu akan membentuk motivasi, yang dibentuk dengan metode dan proses yang bermartabat. Karakter bukan sekedar penampilan lahiriah, melainkan mengungkapkan secara implisit hal-hal yang tersembunyi. Kartajaya (2010) karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau

individu (manusia). Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut dan merupakan mesin pendorong bagaimana seseorang nertindak, bersikap jujur, berujar, serta merespons sesuatu. Koesoema (2007) mengemukakah bahwa karakter adalah sama dengan kepribadian dianggap sebagai ciri karakteristik, gaya, sifat khas dari seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan ( Gunawan, 2012). Berdasarkan konsep-konsep di atas, maka yang dimaksud dengan karakter dalam penelitian ini adalah ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral dan ketegaran yang lain dari yang lain yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari lewat perilaku yang ditampak. Cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas yang dimiliki seseorang yang mampu membedakannya dengan orang lain, untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang ia buat.

B. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Menurut Djahari (1978) nilai merupakan suatu jenis kepercayaan, yang letaknya berpusat pada sisitem kepercayaan seseorang, tentang bagaimana sepatutnya atau tidak sepatutnya dalam melakukan sesuatu, atau tentang apa yang berharga atau tidak berharga untuk dicapai. Lebih lanjutnya lagi Sumantri (1993), nilai adalah hal yang terkandung dalam dir (hati nurani) manusia lebih mendasar pada prinsip akhlak yang merupakan standar dari keindahan dan efisiensi atau keutuhan kata hati ( Gunawan,2012). Jadi nilai karakter merupakan hal yang melekat pada diri manusia yang menjadi pedoman dalam melakonkan dirinya diatas panggung kehidupan. Nilai-nilai karakter yang dimaksudkan antara lain:
1) Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan

Nilai ini bersifat religius yang dimaksudkan dalam hal ini adalah segala pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai

ketuhanan/atau ajaran agama. 2) Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri Ada beberapa nilai yang berhubungan dengan diri sendiri antara lain;
a) Jujur, merupakan adalah sikap dan perilaku seseorang yang didasarkan pada upaya

yang menjadikan dirinya selalu dapat dipercaya dalam perkataan dan


b) Bertanggung jawab, merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan

tugas dan kewajibaannya. c) Bergaya hidup sehat, segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
d) Disiplin, tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai

ketentuan dan peraturan.

10

e) Kerja keras, perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi

berbagai hambatan.
f) Cinta ilmu, cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukan kesetiaan,

kepedulian dan penghargaan tinggi terhadap pengetahuan. 3) Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama
a) Sadar hak dan kewajiban diri dan orang lain, sikap tahu dan mengerti seta

melaksanakan sesuatu yang menjadi milik atau hak diri sendiri dan orang lain. b) Patuh pada aturan-aturan sosial, sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan yang berkenan dengan masyarakat dan kepentingan umum.
c) Menghargai karya dan prestasi orang lain, merupakan sikap dan tindakan yang

mendorong diri untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat.


d) Santunan, sifat yang halus dan baik dari sudut pandang dan tata bahasa maupun tata

perilakunya kepada semua orang.


e) Demokratis, cara berpikir, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban diri

sendiri dan orang lain. f) Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan Hal ini berkenan dengan kepedulian terhadap sosial dan lingkungan. Nilai karakter tersebut berupa sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan alam disekitarnya. 4) Nilai kebangsaan a) Nasionalis Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa lingkungan, fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.

11

b) Keberagamaan Sikap memberikan respek atau hormat terhadap berbagi macam hal, baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, maupun agama. Berdasarkan nilai-nilai pendidikan karakter di atas bahwa nilai karakter merupakan nilai yang terkandung yang terpatri dalam diri seseorang atau sekelompok orang antara lain; nilai agama, norma sosial, kepahlawanan, cinta tanah air, kerja sama, disiplin, kerja keras, cinta lingkungan, rasa ingin tahu, kejujuran. Berdasarkan nilai-nilai perilaku manusia nilainilai karakter tersebut tampak terlihat ketika seseorang atau sekelompok orang mewujudkan dalam eksistensinya lewat perilaku yang ditampak. 2. Konsep Bermain A. Definisi Bermain Dalam eksistensi manusia, khususnya anak-anak berbicara tentang bermain merupakan bukan hal yang asing lagi didengar, tetapi sebaliknya istilah permainan sudah familiar dengan kehidupan manusia lebih khusus dalam kehidupan anak. namun kendatipun demikian untuk mengetahui lebih mendalam tentang permainan seyogianya kita hendak mengetahui arti permaianan secara teoritis. Bermain sebagai pengalaman langsung yang efektif dilakukan anak dengan atau tanpa alat, (Olson, Bruner, Heinich et al, 1996). Bermain merupakan kegiatan spontan, tanpa beban, dan tanpa aturan yang mengikat. Ketika bermain anak bereksplorasi, menemukan sendiri hal yang sangat membanggakannya. Hal ini menjadi sarana yang sangat baik bagi anak untuk mengembangkan diri, baik perkembangan emosi, sosial, fisik maupun intelektualnya. (Dockett, 1996) . Menurut Piaget dan Smilanky (1968), ketika bermain, anak akan berinteraksi secara fisik dengan lingkungan mereka dan mengaktifkan semua panca inderanya. Melalui indera ini, anak belajar berbagai hal. Sedangkan yang dimaksud mainan (toys) adalah semua alat permainan yang digunakan oleh anak untuk memenuhi naluri
12

bermainnya. Alat permainan atau mainan berfungsi untuk mengenal lingkungan dan membimbing anak untuk mengenali kekuatan maupun kelemahan dirinya. Sementara Permainan atau yang lebih populer disebut games, adalah situasi bermain yang terkait dengan beberapa aturan atau tujuan tertentu. Ada rule of games yang disepakati bersama dan ditentukan dari luar untuk melakukan kegiatan dalam tindakan yang bertujuan. Menurut Kartini Kartono (1979) memberikan Definisibermain adalah suatu katifitas atau kesibukan yang dipilih sendiri dikarenakan oleh tujuan. Mildred Parten (1932) dalam Myke Tedjasaputra (2001) mengemukan bahawa bermain merupakan sebagai sarana sosialisasi dan dalam permainan itu pula berbagai bentuk interaksi yang terjadi pada anak-anak ketika mereka sedang bermain. menurut Sigmund Freud memandang bermain sama seperti fantasi atau lamunan. Melalui bermain atau fantasi, seseorang dapat memproyeksikan harapanharapan atau kobflik hidup. Menrut Vygotsky bermain adalah self help tool karena dalam aktivitas bermain kerap kali kelterlibatan anak dalam kegiatan bermain dengan sendirinya mengalami kemajuan dan perkembangannya (Mayke Tedjasaputra, 2011). Menurut Schwartzman 1997 (Soemiarti Patmonjodewo 2008) memberikan batasan bermain bukan bekerja, bermain adalah pura-pura, bermain bukan sesuatu yang sungguh-sungguh, bermain bukan suatu yang produktif. Lebih lanjut juga dia mengatakan bahwa bekerjapan dapat diartikan sebagai bermain, demikian pula anak yang sedang bermain hal ini dapat terlihat ketika anak-anak sedang bermain dan dalam situasi yang bersamaan (bermain) dia sedang dan dapat membntruk dunianya sehingga sering kali dianggap nyata, sungguh-sungguh, produktif, dan menyerupai kehidupan yang sebenarya. Dari beberapa Definisidi atas maka hemat penulis permaianan merupakan sebuah aktivitas yang berfungsi sebagai sarana cukup urgen bagi anak dalam menyalurkan segala potensi-potensi dan bakat yang dimiliki anak, agar dapat distimulasi dengan baik lewat bermain, sehingga mampu berkambang secara optimal sesuai dengan irama
13

perkembangannya. Dan lebih jauh lagi agar sejak dini anak diajarkan nilai-nilai karakter yang terkandung dalam permainan tradisional tersebut. B. Manfaat Bermain Menurut Tadjasaputra (2001) ada beberapa fungsi bermain diantaranya adalah: a. Perkembangan Aspek Fisik Motorik Anak Melalui Bermain Pada saat anak bermain, fisik motorik anak melakukan kegiatan yang dapat merangsang perkembangan motorik halus dan motorik kasar. Anak juga mendapatkan sistem keseimbangan, misalnya pada saat anak melompat, atau berayun. Anak juga berkesempatan untuk melihat dari jarak jauh yang melibatkan koordinasi tangan dan mata. Bermain juga membuat anak merasa percaya diri, aman, yakin secara fisik. b. Perkembangan Aspek Kognitif Anak Melalui Bermain Bermain adalah media penting dalam proses berfikir dalam memberikan pengalaman berinteraksi dengan lingkungan. Anak akan terlatih menghadapi dan menciptakan situasi yang nyata melalui percobaan dan perencanaan. Pada saat anak membuat aturan bersama dengan temannya, maka pada saat itulah anak membangun pikiran abstraknya, sehingga anak akan mendapatkan ide-ide yang lebih kreativ. Dengan pengalaman pada saat bermain, anak juga akan membangun daya ingat mereka secara tajam. Hal ini pula akan mendorong terhadap perkembangan bahasa untul selanjutnya. c. Perkembangan Aspek Bahasa Anak Melalui Bermain Anak memperoleh bahasa dengan berbagai cara yaitu dengan meniru, menyimak, mengekspresikan, dan juga melalui bermain. Pada saat bermain, anak menggunakan bahasanya dan mengkomunikasikan bahasanya secara efektif dengan orang lain. Anak akan menggunakan bahasanya untuk berkomunikasi dengan temannya ataupun sekedar menyatakan pikirannya, dan secara langsung pada saat itulah anak akan belajar bahasa.

14

d. Perkembangan Aspek Sosial Anak Melalui Bermain Kegiatan sosialisasi anak ketika bermain, anak akan berinterksi dengan orang lain, baik teman sebaya, orang dewasa, atau lingkungan. Pada saat itulah anak berkesempatan mengenal aturan sosial dan mempraktekkannya dalam interaksinya. Hal ini akan mendorong anak belajar menghadapi perasaan-perasaan dan perilaku teman mainnya. Mereka akan belajar berunding, menyelesaikan konflik, dan bahkan berkompetisi. Intinya, pada saat mereka bermain, mereka akan belajar hidup berdampingan dengan orang lain, dan mendorong munculnya persahabatan dengan teman sebaya. e. Perkembangan Aspek Emosional Anak Melalui Bermain Bermain merupakan media ekspresi persaan dan ide-ide anak. Anak akan belajar menghadapi kehidupan nyata, dan mengatur emosi perasaanya pada saat bermain. Hal ini akan mendorong anak untuk memahami diri sendiri (self awareness). Sesuai dengan fungsi-fungsi bermaian diatas, maka yang menjadi fungsi bermain dalam penelitian ini adalah bermain dapat mengembangkan aspek fisik motorik, aspek kognitif, aspek bahasa, aspek sosial, dan aspek sosial yang merupakan hal yang paling urgen bagi anak untuk dikembangkan secara optimal, karena semua nilai-nilai tersebut sangat mempengaruhi eksistensi seseorang dalam kehidupannya. C. Ciri-Ciri Bermain Dalam kenyataannya ada ahli mengatakan bahwa bermain merupakan sebagai kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi kesenangan tetapi ada pula ahli yang membantah dari pernyataan dari ahli tersebut bahwa tak kala bermain bukan dilakukan semata-mata demi kesenangan tetapi pula dalam bermain ada sasaran yang ingin dicapai yaitu prestasi tertentu (Tedjasaputra,2011: 15). Bahkan tidak sedikit guru yang kerap mengalami kesulitan bila menilai permainan dengan karakteristik permainan yang baik.

15

Untuk itu kita perlu mengetahui ciri-ciri kegitan bermain sebagai berikut: a. Anak- anak diberikan kesempatan yang melimpah dan berkesinambungan. Mereka seyogianya mendapat banyak kesempatan yang menurut perasaannya nyaman.
b. Berbagai perbedaan dapat diakomodasikan. Tantangan yang bersifat positif dapat

disertakan guna memungkinkan setiap anak untuk turut berpartisipasi c. Berbagai hal yang menyangkut kemungkunanan timbulnya emosi, sosial dan fisik sudah diperhitungkan. d. Tujuan jelas, konsisten dan kemungkinan untuk dicapai
e. Evaluasi baik dilakukan secara formal maupun informal dengan pemahaman bahwa

akan ada trial and error mencoba-coba belajar dari kesalahan f. Kemungkinan ada kesalahan yang dikakui dan dapat dimaafkan serta ada kesempatan untum mencoba lagi
g. Pengalaman diberikan dalam hal pengendalian diri akan rasa frustrasi sementara

h. Semua komponen permainan menumbuhkan kemampuan berinteraksi sosial secara positif Menurut hasil penelitian Smith dkk, ada beberapa jenis bermain yaitu: a. Dilakukan berdasarkan motivasi intrinsik, maksudnya adalah munculnya keinginan pribadi serta untuk kepentingan sendiri. b. Perasaan dari orang yang terlibat dalam kegitan bermain diwarnai oleh emosi-emosi yang positif. c. Fleksibel yang ditandai mudahnya kegitan beralih dari satu aktivitas ke aktivitas lain.
d. Lebih menekankan pada proses berlangsung dibandingkan hasil akhir e. Bebas memilih, dan ciri-ciri ini merupakan elemen terpenting bagi konsep bermain

bagi anak-anak Desail. f. Mempunyai kualitas pura-pura.


16

3. Konsep Permainan Tradisional A. Definisi Permainan Tradisional Dalam kajian sosial-budaya, permainan tradisional merupakan salah satu warisan budaya. Dan warisan budaya memiliki keperluan untuk dilestarikan dan dipertahankan eksistensinya. Unsur ini merupakan sebuah sarana sosialisasi yang efektif dari nilai-nilai yang dipandang penting oleh suatu masyarakat. Nilai-nilai ini kemudian dapat menjadi pedoman hidup, pedoman berperilaku dalam kehidupan sehari-hari bermasyarakat. Permmainan tradisional juga dekat dengan alam dan memberikan kontribusi bagi pengembangan pribadi anak. selain itu peralatan yang digunakan dalam permainan tradisional mudah didapat dan tidak terlalu banyak makan biaya untuk mendapatkan permainan tersebut ( http://komunikasi.um.ac.id Menurut (Danandjaja, 1987) dalam (Misbach 2011, Permainan tradisional adalah salah satu genre atau bentuk folklore yang berupa permainan anak-anak, yang beredar secara lisan diantara anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional dan diwarisi turun temurun serta banyak mempunyai variasi. Oleh karena termasuk folklore, maka sifat atau ciri dari permainan tradisional anak sudah tua usianya, tidak diketahui asal-usulnya, siapa penciptanya dan dari mana asalnya. Biasanya disebarkan dari mulut ke mulut dan kadang-kadang mengalami perubahan nama atau bentuk meskipun dasarnya sama. Jika dilihat dari akar katanya, permainan tradisional tidak lain adalah kegiatan yang diatur oleh suatu peraturan permainan yang merupakan pewarisan dari generasi terdahulu yang dilakukan manusia (anak-anak) dengan tujuan mendapat kegembiraan. Menurut Andreas Eppink dalam

(Misbach 2011) Permainan tradisional adalah salah satu wujud atau bentuk kebudayaan. kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, Ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, yang juga memuat segala pernyataan intelektual dan seni yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Sementara definisi
17

budaya sendiri berasal dari akar kata buddhaya, yang diambil dari bahasa Sansekerta, yang berdasarkan kata bud yang kita kenal pula sebagai kata budi dalam bahasa Indonesia. Jadi budaya merupakan semua aspek ungkapan ekspresif insan manusia yang diwujudkan pada alam sekitarnya. Permainan tradisional adalah permainan yang dilakukan berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun dan dapat memberikan rasa puas atau senang bagi si pelaku (Permainan Tradisional, Direktorat Permuseuman, 1998) Dalam Bunga,dkk (2011). Jadi dari beberapa pengertian di atas penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa permainan tradisional adalah suatu bentuk kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh anak yang dapat memberikan kesenanggan kepada anak, yang diwariskkan oleh nenek moyang secara turun temurun yang berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada. Dan permainan juga realtif sederhana dan mudah didapat, tidak membutuhkan banyak biaya namun memberikan banyak manfaat terutama dalam mengembangkan karakter anak. B. Manfaat Permainan Tradisional Kendatipun permainan yang terkesan sederhana, sebenarnya permainan tradisional memiliki manfaat yang baik untuk perkembangan pertumbuhan anak. Banyak hal yang di dapat dari seorang anak dari sebuah permainan tradisional lewat proses bermain. Dalam hal anal banyak terlibat langsung baik fisik maupun emosi sehingga sangat mempengaruhi masa masa pertumbuhannya. Adapun manfaat dari permainan tradisional adalah sebagai berikut :
a. Mengembangkan kesaerdasan intelektual.

Banyak permainan anak yang dapat mengembangkan Desaerdasan intelektual biasanya dalam proses pembuatan alat permainan tradisional, contohnya permainan layang-layang. Seorang anak yang membuat layang-layang disadari atau tidak mereka mengunakan daya rasionalnya dalam membuat sebuah layang-layang untuk bisa diterbangkan. Untuk bisa

18

terbang layang-layang harus seimbang anatara sisinya. Namun sayangnya layang-layang dewasa ini banyak yang diperjual belikan sehingga seorang anak cenderung berfikir instan.
b. Mengembangkan Kecererdasan emosional.

Dalam sebuah permainan tradisional selain melatih Desaerdasan intelektual juga dapat mengembangkan Desaerdasan emosi seorang anak. Anak terlibat dalam sebuah permainan yang berbentuk kelompok, seperti petak umpet, bentengan, maupun yang lainnya, di dalamnya akan ada proses saling mempengaruhi dan mengatur satu sama lain yang hal ini dapat pula membentuk jiwa-jiwa kepemimpinan. c. Mengembangkan daya kreatifitas. Kebanyakan alat permainan tradisional sangat sederhana dan mudah di dapat. Namun lewat hal ini seorang anak dapat terlatih daya kreatifitasnya dalam menjadikan sebuah alat dalam permainan tradisional. Misalnya mobil-mobilan yang terbuat dari serabut kelapa maupun jeruk bali. Hal ini juga dapat menunjang daya kreativitas anak.

(http://blog.umy.ac.id/meitafitrialina/2012/01/01/manfaat-permainan-tradisional-bagi-anak)

C. Permainan Tradisional So Inang So Amang Permainan tradisional so inang so amang adalah salah satu jenis permainan tradisional yang berasal dari Kabupaten Manggarai yang telah diwarisi oleh nenek moyang secara turun temurun dari generasi ke generasi. Nama permainan ini diambil dari lagu yang dinyanyikan oleh peserta-pesertanya dalam mengiringi permainan ini. Dalam aktivitas berlangsung permainan tradisional so inang so amang ini dimainkan tanpa kaitan suatu peristiwa yang tertentu, pada saat peristiwa manapun kecuali waktu kedukaan. Permainan ini bisa dimainkan

19

pada pagi dan sore hari. Dalam permainan ini begitu banyak nilai-nilai edukasi yang dapat diajarkan kepada anak lebih khususnya adalah dalam mengembangkan karakter anak. 4.Teori A. Teori Bermain Vygotsky (1967) dalam (Mutiah, 2010) berpendapat bahwa bermain mempunyai peran langsung dan urgen terhadap perkembangan kognisi seorang anak. interaksi sosial anak yang terjadi dalam suatu permainan akan mempengaruhi perkembangan sosialnya karena pertamatama anak menemukan penegetahuannya di dunia sosialnya. Lebih lanjut lagi dia mengemukakan bahwa bermain merupakan cara berpikir dan cara anak dalam pemecahan masalahnya. Anak tidak bisa berpikir abstrak tanpa menghadirkan objeknya. Dalam bermain itu pula anak dapat menciptkan scaffolding, secara mandiri baik dalam kontrol diri, penggunaan bahasa, daya ingat dan kerja sama dengan teman lainnya. Dalam teory Bruner menekankan fungsi bermain sebagai sarana dalam

mengembangakan kreativitas dan fleksibilitas. Dalam bermain itu pula yang terpenting bagi anak adalah makna bermain dan bukan hasilnya. Saat bermain itu pula anak tidak memikirkan sasaran yang ingin dicapai. Lanjutnya perilaku-perilaku yang ditampilkan berulang-ulang dalam situasi bermain akan diintegrasi dan bermanfaat untuk

mengembangkan fleksibilitas dengan banyaknya pilihan-pilkihan perilaku anak. bermain memungkinkan anak bereksplorasi terhadap berbagai kemungkinan yang ada, karena dengan bermain membuat anak lenih terlindung dari akibat yang diderita dalam kehidupan sehariharinya. Piaget (1963) berpendapat bahwa, saat anak bermain anak tidak hanya belajar sesuatu yang baru, tetapi sebaliknya mereka belajar mempraktekan dan mengonsolidasikan keterampilan yang baru diperoleh. Meskipun bermain bukan penentu utama tetapi bermain memberikan sumbangan penting terhadap perkembangan anak. Piaget menyadari bahwa
20

peranan praktik dan konsolidasi melalui bermain sangat penting karena keterampilan yang baru diperoleh akan segera hilang kalau tidak dipraktiskan dan dikonsolidasikan lewat bermain. Frued memandang bermain pada anak sebagai alat yang penting bagi pelepasan emosinya, benda-benda serta sejumlah keterampilan sosial. Lebih lanjut dia mengatakan bermain seperti fantasi atau lamunan. Melalui bermain anak mampu memproyeksikan harapan-harapan atau konflik pribadi. Freud yakin bahwa bermain mempunyai peran yang urgen dalam perkembangan emosi anak. melalui bermain pula nak dapat mengambil peran aktif sebagai pemasaran dan memindahkan perasaan negatif ke objek/orang pengganti. Lebih dari itu juga bermain mempunya peran sebagai cara yang digunakan untuk pemecahan masalah dan bermain pula berfungsi untuk mengekspresikan dorongan implusif untuk

mengurangi kecemasan yang berlebihan kepada anak. B. Teori Karakter Berdasarkan grand desing Kemendiknas (2010) dalam (Hariadi,2012) mengemukakah bahwa secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif dan psikomotorik) dalam konteks sosial kultural (keluarga, sekolah dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial kultural tersebut dalam dikelompokkan dalam: olah hati (spiritual and emotional Development), olah pikir (intellektual Development), olah raga dan kinestetik psycal and kinestetik Development) dan olah rasa dan karsa (affectif and creativity Development). C. Kerangka Berpikir Permainan pada dasarnya merupakan sebagai salah media yang cukup esensial dalam mengembangkan segala potensi anak. Melalui bermain anak mampu mengembangkan interaksi sosial dengan teman sebaya, dan mampu memproyeksikan harapan-harapan atau
21

onflik pribadi. Permainan so inang so amang merupakan salah satu jenis permainan yang tergolong permainan tradisional. Permainan ini sebenarnya beragam nilai-nilai yang dijarkan kepada anak apabila dimainkan. Nilai-nilai terkandung dalam permainan tersebut salah diantaranya adalah nila-nilai karakter. Untuk mengetahui mengenai eksistensi permainan so inang so amang tersebut masyarakat merupakan kunci untuk dijadikan sumber, dimana tujuannya adalah untuk menggali semua nilai-nilai yang dikembangkan lewat permainan tradisional. Karena itu seyogianya pula masyarakat mempunyai pengetahuan yang cukup tentang permainan tersebut sehingga mampu mendeskripsikannya. Untuk lebih jelasnya di bawah akan dibuat kerangka berpikir.
TEORI BERMAIN

MASYARAKAT

PERMAINAN TRADISIONAL SO AMANG SO AMANG

PERKEMBANGAN KARAKTER

TEORI KARAKTER

22

H. MEDODE PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian Peneliti mengambil judul Permaianan Tradisional So Inang So Amang Sebagai Media Penegembangan Karakter Anak Di Desa Cibal Kabupaten Manggarai. Lokasi

tersebut dipilih dengan pertimbangan karena peneliti melihat fenomena yang ada di masyarakat Kabupaten Manggarai mengenai permaianan tradisional so inang so amang

dalam mengembangkan karakter yang merupakan fenomena sosial yang perlu dikaji dan ditelaah lebih dalam. Pertimbangan lainnya adalah karena permainan tradisional So Inang So Amang ini berasal dari Kabupaten Manggarai yang dimana eksistensinya hampir punah

dakibatkan oleh perkembangan zaman yang semakin modern, dan juga yang lebih tahu lebih tentang permaianan tradisional So Iang So Amang adalah masyarakat Kabupaten Manggarai. Sehingga kemungkinan besar data yang akan diperoleh mempunyai relevansi guna meminimalisir manipulasi data. 2. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti memilih penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan etnografi, karena masalah penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana Permaianan Tradisional So Inang So Amang Sebagai Media Penegembangan Karakter Anak Di Desa Cibal Kabupaten Manggarai. Peneliti memilih penelitian kualitatif karena hal Permaianan Tradisional

yang akan diteliti membutuhkan analisis yang mendalam mengenai

So Inang So Amang Sebagai Media Penegembangan Karakter Anak Di Desa Cibal Kabupaten Manggarai. Dalam penelitian ini peneliti kualitatif tidak dapat mengukur

menggunakan angka melainkan data dikaji dengan menggunakan ukuran kualitas data yang dikumpulkan dari hasil penelitian baik melalui wawancara, observasi, maupun studi dokumentasi.

23

Dari pandangan para ahli di atas maka dapat dikatakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan dari obyek yang diteliti menjadi pengamatan atau observasi dan lebih memusatkan pada kualitas data yang dikumpulkan dari hasil penelitian. Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian dengan mengambil masalah-masalah dengan memusatkan makna dan kualitas data yang ada pada masa sekarang atau fenomena yang sedang terjadi dengan menggambarkan obyek yang menjadi pokok permasalahannya dengan mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasi, menganalisa, dan menginterpretasi berdasarkan gambaran objek yang ada. 3. Sumber Data Dalam penelitian ilmiah diperlukan sumber data agar diperoleh kelengkapan informasi dan keakuratan data yang dikumpulkan dari hasil penelitian dan dapat dipertanggungjawaban berdasarkan data yang dikumpulkan dari sumber data yang akurat. Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong, (2000:112) yang mengatakan sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sutopo (2000: 50-54) menjelaskan, Sumber data dalam penelitian kualitattif berupa narasumber (informan), tempat/lokasi, benda, beragam gambar, rekaman, dokumen dan arsip. Sumber data yang digunakan dalam penelitian Narasumber (informan). Informan adalah individu-individu yang dapat memberikan keterangan dan data serta infomarsi untuk keperluan penelitian. Moleong (2000:90) Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Dengan demikian Informan adalah seseorang yang dapat memberikan informasi atau keterangan tentang segala permasalahan yang diperlukan dalam penelitian untuk memperoleh data yang lengkap dan akurat sesuai dengan obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan informan tokoh masyarakat yang memngetahui lebih dalam tentang permaianan so iang so amangh tersebut.
24

4. Teknik Cuplikan ( sampling ) Dalam penelitian kualitatif teknik cuplikan atau teknik sampling bersifat selektif dengan menggunakan pertimbangan bedasarkan konsep teoritis yang digunakan,

keingintahuan pribadi peneliti, karakteristik empirisnya, dan lainlain. Sampel mempunyai fungsi yang sangat berarti dan bermakna sebagai sumber informasi permasalahan yang akan diteliti. Kualitatif tidak memandang dari segi kuantitasnya melainkan dari segi kualitas dari penelitian, sehingga jumlah sampel tidak begitu diperhitungkan dan tidak mewakili populasi namun untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya dan sedalam-dalamnya. Teknik cuplikan menurut Sutopo (2002:55), teknik cuplikan merupakan suatu bentuk khusus atau proses bagi pemusatan atau pemilihan dalam penelitian yang mengarah pada seleksi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan purposive .Menurut Burhan Bungin (2008: 53) Teknik purposive yaitu teknik mendapat sampel dengan memilih informan kunci yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data, Dalam penelitian ini peneliti memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan permasalahan secara mendalam dan juga dapat dipercaya untuk menjadi sumber data, memahami tentang bagaimana permainan tradisional so inanag so amang sebagai media pengembagan karakter anak, misalnya bersikap terbuka dalam menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dalam menggali berbagai informasi yang dibutuhkan peneliti dalam penelitian 5. Teknik Pengumpulan Data Tidak bisa dihindari lagi, Dalam menyelsaikan sebuah karya tulis atau penelitian, beragam betode yang ditawarkan dalam penyelsainnnya. Oleh karenanya, sehubungan

dengan itu dalam menyelesaikan tulisan ini, penulis lebih memilih metode deskriptif dengan alasan bahwa metode ini dapat mempunyai data analisis yang tinggi dalam menganalisis data deskriptif. Metode ini mempunyai cara yang teguh yakni dengan cara memaparkan sekaligus
25

mendeskripsikan sesuatu yang jelas. Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dan juga jenis sumber data yang dimanfaatkan, maka tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Wawancara (interview ) Dalam sebuah penelitian atau penulisan karya ilmiah, Pengumpulan data yang urgen dan kerap digunakan oleh peneliti atau penulis dalam mengambil data adalah adalah

wawancara. Menurut Moleong (2007) dalam (jelihing 2012) Wawancara adalah Percakapan dengan maksud tertentu.Percakapan yang dimaksud dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Hal ini berarti teknik wawancara merupakan cara yang digunakan dalam memperoleh informasi melalui kegiatan interaksi melalui kegiatan tanyajawab guna memperoleh informasi secara mendalam. Sutopo (2002:58-59) (dalam Jelihing), mengungkapkan ada dua jenis teknik wawancara, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur yang disebut wawancara mendalam (in-depth interviewing). Wawancara terstruktur merupakan jenis wawancara yang sering disebut sebagai wawancara terfokus. Dalam wawancara terstruktur, masalah ditentukan oleh peneliti sebelum wawancara dilakukan. Sedangkan wawancara tidak terstruktur atau mendalam dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat open ended dan mengarah pada kedalaman informasi, dilakukan dengan cara yang tidak formal terstruktur, guna menggali pandangan subyek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar penggalian informasinya secara lebih jauh dan mendalam. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur atau wawancara mendalam. Di sini peneliti tidak tahu apa yang belum diketahuinya. Wawancara dilakukan dengan bebas dengan suasana informal dan pertanyaan tidak terstruktur namun tetap mengarah pada fokus masalah penelitian. Informan yang dipilih adalah informan yang dianggap tahu tentang topik permasalahan yang
26

bersangkutan. Peneliti menerapkan teknik face to face sehingga peneliti dapat mengungkap secara langsung keterangan dari informan tanpa melalui perantara. Peneliti mencatat informasi yang diberikan oleh informan dan mendiskusikan yang belum jelas tanpa memberikan pengaruh terhadap informan mengenai jawaban yang diberikan. Teknik wawancara ini dilakukan pada semua informan, sehingga data yang diperoleh lebih lengkap dan mendalam. 2. Observasi Observasi adalah teknik atau metode dalam pengumpulan data yang bersifat non verbal, biasanya berupa studi lapangan dimana peneliti berperan sebagai pengamat. Menurut Sutopo (2002: 64) (dalam Jelihing, 2012), Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda, serta rekaman gambar. Observasi merupakan cara-cara yang digunakan untuk pengumpulan data dengan memperhatikan kehidupan seharihari, mengamati situasi berbagai hal yang ditemui guna menjaga reliabilitas studi oleh karena itu, observasi dapat dilakukan baik dalam situasi formal maupun non formal dengan mengamati jalannya kegiatan yang dilakukan oleh responden dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu participant observation (observasi berperan serta) dan non participat observation (observasi tidak berperan serta). Dalam observasi nonpartisipation, peneliti tidak sama sekali diketahui keberadaannya oleh subjek yang diamati. Sedangkan observasi berperan serta dilakukan dengan mendatangi subjek penelitian dan objek penelitian mengetahui hal tersebut. Observasi berperan serta dibagi menjadi tiga yaitu: 1). berperan pasif, 2).berperan aktif dan 3). berperan penuh. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik observasi berperan pasif dimana peneliti berperan sebagai pengamat saja dan tidak melibatkan diri dalam kegiatan, namun proses pengamatan yang dilakukan peneliti bersifat terbuka diketahui oleh responde bagaimana pengembargoan
27

karakter kerja sama anak usia dini melalui permainan tradisioanal so inang so amang sehingga responden dengan sukarela memberikan kesempatan kepada pengamat untuk mengamati peristiwa yang terjadi sehingga segala macam informasi dapat dengan mudah diperoleh. 3. Studi Dokumen Dokumen merupakan catatan penting dan berharga yang telah lalu dalam memahami suatu peristiwa. Menurut Sugiyono (2012 Dokumen dan arsip merupakan yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktivitas terbentuk gambar, tulisan, atau karya-karya nonumental dari seseorang. Analisis dokumen dan arsip merupakan salah satu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan menganalisis dokumen dan arsip yang telah terkumpul guna melengkapi dan memperjelas hasil informasi observasi dan wawancara. Teknik analisis dokumen dapat berupa arsip-arsip yang relevan serta benda fisik lainnya. Dokumen dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data berdasarkan sumber-sumber yang berasal dari buku-buku, literatur dan laporan serta dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan penulisan sehingga sangat penting dalam penelitian kualitatif sebagai sumber data. 4. Triangulasi Dalam teknik pengumpulan data triangulasi diartikan sebagai teknik pengumlan data yang bersifat menggabungan dari berbagai teknik pengumpulan data yang telah ada (Sugiyono,2012). Lanjutnya adalah pengujian data triangulasi sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek krebilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sember data. Dalam hal triangulasi Stainback (1988) dalam (Sugiyono, 2012) menyatakan bahwa tujuan dari triangulasi bukan untuk mencarai kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan. Selanjutnya Bogdan (tanpa tahun) dalam Sugiyono (2012) menyatakan tujuan dari penelitian kualitatif
28

memang bukan semata mata mencari kebenaran, tetapi lebih pada pemahaman subyek terhadap dunia sekitarnya. Selanjutnya Mathinson (1988) dalam (Sugiyono 2012) mengemukakah nilai dari pengumpulan data dengan trianggulasi untuk mengetahui data yang diperoleh konvergen (meluas) tidak kontradiksi. Karena itu penggunaan trianggulasi dalam penelitian ini adalah dengan penggunaan teknik trianggulasi data yang diperoleh lebih konsisten, tuntas, pasti dan kredibilitas. 6. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. metode kualitatif secara keseluruhan memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan pengajian dalam bentuk deskriptif. Metode kualitatif oleh Ratna (2009:98) memberi beberapa ciri-ciri khusus yaitu 1) memberi pelatian pada makna dan pesan, 2) lebih mengutamakan proses dibandingkan dengan hasil penelitian, 3) tidak ada jarak antara subjek dan objek penelitian, subjek dan instrument utama sehingga terjadi interaksi langsung, 4) desain dan kerangka penelitian bersifat sementara sebab penelitian bersifat terbuka, dan 5) penelitian bersifat alamiah terjadi di dalam konteks sosial dan budayanya masing-masing. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Untuk mendapatkan data yang objektif dalam pengumpulan data, maka seorang peneliti harus melakukan teknik analisis data. Moleong (2000: 103) menjelaskan analisis data adalah proses mengorganisasikan data dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti disarankan oleh data. Teknik analisis data merupakan langkah untuk memperoleh hasil penelitian, lalu data dikerjakan sedemikian rupa sehingga dapat menyimpulkan persoalan-persoalan yang ada dalam penelitian ini. Sedang menurut Miles dan Huberman dalam Sutopo (1996 : 82), menyebutkan dalam proses analisis terdapat tiga komponen yang harus benar-benar
29

dipahami oleh setiap peneliti kualitatif. Ketiga komponen tersebut adalah 1. reduksi data, .sajian data, 3. penarikan kesimpulan atau verifikasi. Analisis data tersebut adalah: 1. Reduksi data ( data reduction ); Reduksi data berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan tentang kerangka kerja konseptual, pemilihan kasus, menyusun pertanyaan penelitian sampai pada proses verifikasi data. Pada saat reduksi data, peneliti menentukan beberapa informan untuk mengidentifikasi Permaianan tradisional So Inang So Amang sebagai media pengembangan karakter anak. Selain itu peneliti juga mendapatkan data dari beberapa dokumen yang berupa buku-buku yang relevan dengan masalah penelitian. 2. Sajian data (data display); Pada awal pengumpulan data hingga penyajian data, peneliti melakukan pencatatan dan membuat pertanyaan untuk membuat kesimpulan. Penyajian data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara, observasi dan analisis dokumen. Adapun penyajian data untuk pengembangan karakter anak melalui permainan So Inang So Amang di desa cibal Kabupaten Manggarai. 3. Penarikan kesimpulan/verifikasi (conclution drawing ); Penarikan kesimpulan merupakan rangkaian pengolahan data yang berupa gejala kasus/masalah yang terdapat di lapangan. Kesimpulan akhir akan terjadi sampai waktu proses pengumpulan data berakhir.

Kesimpulan akhir tidak akan terjadi sampai waktu proses pengumpulan data berakhir. Kesimpulan harus diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar bisa

dipertanggungjawabkan.

30

Kisi-Kisi Wawancara No 1 2 3 4 5 PERTANYAN Bagaimana sejarah permainan so inang so amang itu ada? Bagaimana proses atau cara bermain permaianan tersebut? Bagaimana manfaat permainan tradisional so inang so amang? Bagaimana cara bapak/ibu menjelaskan kepada anak manfaat permaian tesebut? Apa tujuan dari permaianan tradisional So Inang So Amang? 6 7 8 9 10 Nilai-nilai pendidikan karakter apa saja yang terkandung dalam permainan tersebut? Bagaimana perasaan anak dalam permaianan so inang so amang? Bagaimana cara bapak/ibu agar menjaga anak semangat dalam bermain? Bagaimana cara bapak/ibu untuk memelihara permainan tersebut? Bagaimana harapan bapak ibu untuk permaian tersebut agar keberadaanya tetap eksis? JAWABAN

31

Anda mungkin juga menyukai