Anda di halaman 1dari 4

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Salah satu asas dari trilogi pembangunan adalah pemerataan pembangunan serta hasil-hasilnya guna menuju pada terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Pemerintah pusat tidak akan bisa mencapai tujuan tersebut bila tidak didukung oleh pemerintah daerah. Hal ini dikarenakan letak geografis Indoneia yang merupakan negara kepulauan, sehingga sulit dilakukan pengawasan jika hanya mengandalkan

pemerintah pusat. Perbedaan sumber daya alam dan manusia juga berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya, sehingga tidak bisa digunakan strategi yang sama untuk membangun perekonomian antara satu daerah dengan daerah lainnya. Untuk menjawab permasalahan tersebut maka dilakukanlah otonomi daerah. Dalam ketentuan umum Undang-Undang No.22 Tahun 1999, pengertian otonomi daerah adalah pemberian kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah secara proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumberdaya nasional serta perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam kerangka negara otonomi kesatuan daerah republik diharapkan yang dilaksanakan Indonesia. Dengan dan

dilaksanakannya

pembangunan

pemerataan ekonomi dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah tersebut. Sjafrizal (1997) mengatakan untuk mencapai tujuan pembangunan daerah, kebijaksanaan utama yang perlu dilakukan adalah mengusahakan semaksimal mungkin agar prioritas pembangunan daerah sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Hal ini perlu diusahakan karena potensi pembangunan yang dihadapi oleh masing-masing daerah sangat bervariasi. Karena itu, bila prioritas pembangunan daerah kurang sesuai dengan

potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah, maka sumber daya yang ada kurang dapat dimanfaatkan secara maksimal. Keadaan tersebut mengakibatkan relatif lambatnya proses pertumbuhan ekonomi daerah bersangkutan. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi dikatakan berjalan jika ditandai dengan adanya pertumbuhan ekonomi. Menurut Tarigan (2005) potensi ekonomi daerah ditunjang oleh sektor-sektor ekonomi yang ada di daerah tersebut. Potensi sumber daya ekonomi inilah yang nantinya dapat digunakan sebagai penunjang pembangunan di masing-masing daerah. Untuk itu pemerintah daerah harus dapat mengidentifikasi sektor-sektor potensial di daerahnya dan kemudian mengelolanya dengan tepat sesuai dengan klasifikasi daerah dan sektor potensial yang dimilikinya. Sejak tahun 2001 seluruh provinsi di Indonesia telah melaksanakan otonomi daerah. Salah satu provinsi yang telah melaksanakan otonomi daerah adalah Kalimatan Tengah. Provinsi Kalimantan Tengah memiliki luas wilayah yang sangat besar yaitu sekitar 153.264 Km2. Luas wilayah yang besar ini menjadikan Provinsi Kalimantan Tengah sebagai Provinsi terluas nomor tiga di Indonesia setelah Papua dan Kalimantan Timur. Kalimanta Tengah teridri dari 13 kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Sukamara, Seruyan, Pulang Pisau, Murung Raya, Lamandau,

Kotawaringin Timur, Katingan, Kapuas, Gunung Mas, Barito Utara, dan Kota Palangkaraya. Jika dibandingkan dengan diantara Provinsi di Pulau Kalimantan, Kalimantan Tengah memiliki peranan PDRB terhadap nasional yang paling besar. Lebih lengkapnya bisa dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Peranan PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi ProvinsiProvinsi di Pulau Kalimantan terhadap Nasional tahun 2010-2011 Peranan PDRB Laju Pertumbuhan Ekonomi (persen) ADHK, 2000 (Persen) Provinsi 2010 2011 2010 2011 Kalimantan Barat 1,1 1,1 5,6 6,1 Kalimantan Tengah 6,1 6,5 4,9 3,9 Kalimantan Selatan 0,7 0,7 7,1 7,4 Kalimantan Timur 0,2 0,2 7,6 7,7 Sumber : BPS

Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa Provinsi Kalimantan Tengah memiliki peranan PDRB terhadap nasional yang paling besar diantara ketiga provinsi lain di Pulau Kalimantan. Namun bila dilihat dari laju pertumbuhan ekonominya, Kalimantan Tengah merupakan provinsi yang paling kecil laju pertumbuhan ekonominya. Laju pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Tengah juga mengalami penurunan yaitu dari 4,9 persen pada tahun 2010 menjadi 3,9 persen pada tahun 2011. Oleh karena itu penting untuk melakukan identifikasi sektor-sektor ekonomi potensial di berbagai wilayah di Provinsi Kalimantan Tengah untuk dapat meningkatkan kembali pertumbuhan ekonominya

1.2 Identifikasi dan Batasan Masalah 1. Bagaimana klasifikasi kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Tengah dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan PDRB riil per kapita? 2. Sektor atau lapangan usaha yang potensial pada kabupaten/kota di Provinsi Kalimatan Tengah? 3. Sektor/lapangan usaha yang paling berperan dalam mencirikan kelompok kabupaten/kota di Provinsi Kalimatan Tengah dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan PDRB riil perkapita tahun 2011?

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 4. Mengetahui klasifikasi kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Tengah dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan PDRB riil per kapita 5. Mengetahui sektor atau lapangan usaha yang potensial pada kabupaten/kota di Provinsi Kalimatan Tengah 6. Mengetahui sektor/lapangan usaha yang paling berperan dalam mencirikan kelompok kabupaten/kota di Provinsi Kalimatan Tengah dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan PDRB riil perkapita tahun 2011.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah dalam menyusun perencanaan dan memilih alternatif-alternatif prioritas kebijakan pembangunan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Tengah. 2. Sebagai bahan referensi untuk penelitian berikutnya mengenai sektorsektor potensial dan prospek pembangunan ekonomi pada

kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Tengah.

Anda mungkin juga menyukai