Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

RETENSI URIN e.c BPH

Oleh : Pamela Aprilia Lumentut 060 111 110

Pembimbing Dr. Lucas Wirawan, SpU

BAGIAN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI RUMAH SAKIT UMUM PROF. R. D. KANDOU MANADO 2011

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus dengan judul :

RETENSI URIN e.c BPH

Telah dikoreksi, disetujui dan dibacakan pada tanggal

Pembimbing,

dr. Lucas Wirawan, SpU

PENDAHULUAN

Organ urinaria terdiri atas : 1. Ginjal Adalah organ saluran kemih terletak retroperitoneal bagin atas. Bentuk menyerupai kacang, punya sisi cekung yg t`dpt hilus ginjal ( T4 struktur2 pembuluh darah, sistem limfatik, sistem saraf dan ureter menuju dan meninggalkan ginjal ). Berat ginjal 120 170 gram ( 0,4% dari BB). - Struktur Ginjal = Anatomis t`bagi 2 y/ korteks & medula. Didalam korteks t`dpt b`juta nefron, sdgkn di medula byk duktuli ginjal. Nefron ad/ unit fungsional t`kecil ginjal tda tubulus kontortus proksimalis-distalis, duktus kolegentes. Darah yg m`bawa sisa2 hasil metabolisme tubuh difiltrasi (saring) didalam glomeruli, kmdn di tubuli ginjal, bbrp zat yg msh diperlukan tubuh m`alami reabsorbsi dan zat2 hasil sisa metabolisme m`alami sekresi b`sama air m`bantuk urine. Tiap hari 180 liter cairan tubuh difiltrasi di glomerulus dan m`hasilkan 1-2 liter. Urine yg t`bentuk didalam nefron disalurkan melalui piramida ke sistem pelvikalis ginjal untuk kmdn disalurkan ke dalam ureter. Sistem pelvikalis ginjal tda kaliks minor, infundibulum, kaliks mayor dan pielum/ pelvis renalis. Mukosa sistem pelvikalis tda epitel transisional dan ddg`e tda otot polos yg mampu b`kontraksi untuk m`alirkan urine s/ ke ureter. - Struktur sekitar Ginjal = Ginjal dibungkus o/ jaringan fibrous tipis & m`kilat (capsula fibrosa = true capsule). Disebelah kranial ginjal t`dpt kelenjar anak ginjal/ glandula adrenal/ gl. Suprar enal yg b`wrn kuning. Kalenjar ini dibungkus oleh fasia gerota ( b`fx sbg barier yg m`hmbt meluas`e p`darahan dari parenkim ginjal serta m`cegah ekstravasasi urine pd saat tjd trauma ginjal , dan dalam m`hambat p`yebaran infeksi/ hmbt metastase tumor ginjal ke organ sekitarnya ). Diluar fasia gerota t`dpt jaringan lemak pararenal. Disebelah posterior, ginjal dilindungi oleh otot2 punggung dan costae ke XI dan XII. Disebelah anterior dikelilingi o/ organ2 intraperitonal. Ginjal kanan dikelilingi oleh hepar, kolon dan duodenum. Sedangkan ginjal kiri dikelilingi oleh lien, lambung, pankreas, jejunum, kolon. - Vaskularisasi Ginjal = A. Renalis yg mrpkn cabang dari A. Abdominalis, sdgkn V. Renalis b`muara ke vena cava inferior. - Fungsi Ginjal = Membuang sisa2 metabolisme tubuh melalui urine, mengontrol sekresi hormon aldosteron dan ADH yg m`atur jlh cairan tubuh, m`atur metabolisme ion kalsium dan vit. D, m`hasilkan eritropoietin (b`peran dlm p`bentukan eritrosit), renin (m`atur tekanan darah) dan prostaglandin. 2. Ureter. Ad/ organ btk tabung kecil b`fx m`alirkan urine dari pielim ginjal ke buli-buli. Panjang 20 cm. Dinding`e tda mukosa dilapisi oleh sel2 transisional, otot polos sirkuler dan

longitudinal yg dpt melakukan gerak peristaltik guna mengeluarkan urine ke buli-buli. Jika terjadi obstruksi aliran urine terjadi kontraksi otot polos yg b`lebihan yg dapat mengeluarkan isi obstruksi itu. Kontraksi ini dirasakan sbg nyeri kolik yg dtg berkala sesuai irama peristaltik ureter. Obstruksi juga bisa terjadi di tempat yg sempit seperti pd perbatasan antara pelvis renalis dan ureter/ pelviureter junction, tempat ureter m`yilang A. Iliaka di rongga pelvis, dan pada saat ureter masuk buli-buli. Refluks vesikoureter (aliran balik urine dari buli-buli) dpt dicegah ureter masuk buli-buli dalam posisi miring dan berada di dalam otot buli-buli/ intramural. Ureter dibagi 2 yaitu : 1. Ureter pars abdominalis yaitu yang berada dari pelvis renalis sampai menyilang vasa iliaka 2. Ureter pars pelvika yaitu mulai dari persilangan vasa iliaka sampai buli-buli. Secara radiologis, ureter dibagi 3 yaitu : -Ureter 1/3 proksimal mulai dari pelvis renalis sampai batas atas sakrum -Ureter 1/3 medial mulai dari batas atas sakrum sampai batas bawah sakrum - Ureter 1/3 distal mulai dari batas bawah sakrum sampai buli-buli. 3. Buli buli Ad/ organ berongga tda 3 lapis otot detrusor (longitudinal-sirkuler-longitudinal), tdd selsel transisional. Dasar buli-buli kedua muara ureter dan meatus uretra internum membentuk trigonum buli-buli. Anatomik tda 3 permukaan yaitu permukaan superior yg b`batasan dgn rongga peritoneum yg juga mrpkn lokus minoris (daerah terlemah) dinding buli-buli, permukaan inferiolateral dan permukaan posterior. Buli-buli b`fx menampung urine dari ureter dan berkemih. Kapasitas buli-buli =( Umur + 2 ) x 30 ml. Pada saat kosong, buli-buli t`letak di belakang simfisis pubis dan pd saat penuh b`ada diatas simfisis pubis shg dpt dipalpasi dan perkusi. Buli-buli yg terisi penuh akan beri rangsangan pd saraf aferen, mybbkn aktivasi pusat miksi di medula spinal segmen sakral 2 sakral 4. Hal ini sbbkn kontraksi otot detrusor shg leher buli-buli, relaksasi sfingter ani dan terjadilah proses miksi. 4. Uretra. Ad/ tabung yg menyalurkan urine ke luar dari buli-buli melalui proses miksi, m`eluarkan air mani. Panjang uretra wanita 3-5 cm, sdgx pria 23-25 cm. P`bedaan ini mjd p`ybb keluhan susah miksi pd pria. Dibagi 2 yaitu : - uretra posterior tda uretra pars prostatika dan uretra pars membranosa. Dibagian posterior lumen uretra prostatika t`dpt tonjolan verumontanum, dan sblh proksimaldistal t`dpt krista uretralis.

uretra anterior tda pars bulbosa, pars pendularis, fossa navikularis, meatus uretra eksterna. Didalam lumen uretra anterior tdpt kalenjar cowper yg b`muara di uretra pars bulbosa dan kalenjar littre/ parauretralis yg b`muara di uretra pars pendularis.

Organ reproduksi pria 1. 2. 3. 4. 5. 6. Testis Epididimis Vas deferens Vesikula seminalis Prostat Penis

Pemeriksaan Urologi 1. Pemeriksaan Subjektif = Keluhan pasien lewat anamnesis Pasien dtg dengan keluhan berupa : - Sistemik yaitu penyulit dari kelainan urologi a/l gagal ginjal ( malaise, pucat, uremia ), demam disertai menggigil akibat infeksi/ urosepsis - Lokal ( urologi ) a/l nyeri akbt kelainan urologi, keluhan miksi, disfungsi seksual dan infertilitas. Keluhan nyeri = bisa berupa nyeri lokal yaitu nyeri yg dirasakan disekitar organ tersebut dan refered pain yaitu nyeri yg dirasakan jauh dari organ sakit. Nyeri Ginjal = Nyeri yg tjd akbt regangan kapsul ginjal.. dpt tjd krn pielonefritis akut yg menimbulkan edema, obstruksi saluran kemih yg m`akibatkan hidronefrosis atau tumor ginjal. Nyeri kolik = Tjd akbt spasme otot polos ureter krn gerakan peristaltik t`hambat o/ batu atau bekuan darah. Biasa`e disertai dengan mual muntah. Nyeri Prostat = Disbbkn krn inflamasi yg akbtkan edema kelenjar prostat dan siteni kapsul prostat. Biasanya diikuti dengankeluhan miksi berupa frekuensi, disuria ataupun retensio urine. Nyeri vesika = Tjd akbt overdistensi buli-buli yg alami retensi urine atau karena inflamasi. Biasanya keluhan berupa nyeri hebat sprti ditusuk2 disertai hematuria (stranguria). Nyeri Testis/ Epididimis = Dpt disbbkn oleh torsio testis atau torsio appendiks testis, epididimitis (orkitis akut), trauma testis. Nyeri tumpul disekitar testis dpt sbbkn krn varikokel, hidrokel ataupun tumor testis. Nyeri Penis = Biasanya mrpkn referred pain inflamasi mukosa buli-buli atau uretra, dirasakan pd saat penis tdk ereksi/ flaksid. Nyeri pd saat ereksi disbbkn penyakit peyronie ( tdpt plak jaringan fibrotik pd tunika albuginea korpus kavernosum penis

shg pd saat ereksi penis melengkung dan timbul nyeri ) atau priapismus ( Ereksi penis terus tanpa diikuti ereksi glans penis ). Keluhan miksi =Keluhan iritasi ( urgensi, polakisuria, nokturia, disuria ), obstruksi ( hesitansi, harus mengejan saat miksi, pancaran urine melemah, intermitensi, menetes, serta masih terasa ada sisi urine stlh miksi ). Keduanya disebut Lower Urinary Tractus Symptoms. Serta ada keluhan inkontinensia, enuresis. Hematuria yaitu terdapat eritrosit dlm urine. Porsi harus dibedakan apaka terjadi pada awal miksi ( hematuria inisial ), seluruh proses miksi ( hematuria total ) atau akhir miksi ( hematuria terminal ). Bisa disbbkn o/k infeksi saluran kemih. DD : Bloody urethral discharge atau perdarahan per uretram (keluar darah dari meatus uretra eksterna tnp proses miksi ). Pneumaturia = berkemih bercampur dengan udara, dpt tjd karena t`dpt fistula antara buli-buli dgn usus atau proses fermentasi glukosa mjd CO2 dlm urine seperti pasien DM. Hematospermia Cloudy Urine Keluhan pd skrotum Keluhan disfungsi seksual = Libido menurun, kekuatan ereksi menurun, ejakulasi retrograd ( air mani tdk keluar saat ejakulasi ), ejakulasi dini ( tdk pernah merasakan orgasme ).

2. Pemeriksaan Objektif = Pemeriksaan fisik terhadap pasien - Pemeriksaan Ginjal = Pembesaran ginjal krn hidronefrosis atau tumor ginjal mungkin teraba pada palpasi dan terasa nyeri pada perkusi. Palpasi Bimanual dengan memakai kedua tangan. Tangan kiri diletakkan di sudut kostovertebra untuk mengangkat ginjal ke atas sdgkn tangan kanan meraba ginjal dari depan. Perkusi Ketok ginjal pd sudut kostovertebra ( sudut yg dibentuk costa terakhir dgn tulang vertebra ). - Pemeriksaan Buli-buli = Diperhatikan apakah ada benjolan/ massa atau jaringan partu bekas irisan operasi di suprasimfisis. Massa bisa berupa tumor atau buli-buli yg terisi penuh dengan retensi urine. - Pemeriksaan genitalia eksterna = Perhatikan kelainan pada penis a/l mikro atau makropenis, hipospadia, kordae, epispadia, stenosis pada meatus uretra eksterna, fimosis/ parafimosis, fistel uretrokutan, ulkus/ tumor penis. - Pemeriksaan skrotum dan isinya = Perhatikan apa ada p`besaran skrotum, nyeri pada saat diraba, ada hipoplasia kulit skrotum ( pd kriptorkismus ). Untuk m`bedakan massa pada dan massa kistus pd isi skrotum dilakukan pemeriksaan transiluminasi/ diafonoskopi ( penerawangan ). Jika isi skrotum tampak menerawang berarti berisi cairan kistus dan disebit positif transiluminasi.

Colok dubur ( Rectal Toucher ) = Dinilai tonus sfingter ani dan refleks bulbokavernosus (BCR), mencari kemungkinan adanya massa dlmlumen rektum, menilai keadaan prostat. Pemeriksaan Neurologi = misalnya pada lesi motor neuron atau lesi saraf perifer yg mrpkn pybb buli-buli neurogen.

Benigna Prostat Hiperplasia

DEFINISI Benigna prostat hiperplasia (BPH) adalah suatu lesi benigna yang timbul didalam kelenjar periuretral. Penyakit ini sering juga dikenal sebagai hipertrofi prostat, meskipun sebenarnya yang terjadi adalah hperplasia kelenjar periuretra yang mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah. Insiden dari BPH terutama menyerang pria yang berusia diatas 50 tahun. Pada pria berusia dibawah 50 tahun sangat jarang dilaporkan. BPH merupakan penyakit tersering kedua di klinik urologi Indonesia setelah batu saluran kemih. .1,2,3,4,5 Angka kejadian yang pasti untuk BPH di Indonesia belum pernah diteliti, tetapi sebagai gambaran prevalensi rumah sakit di RSCM ditemukan 423 kasus BPH selama tiga tahun (September 1994 Agustus 1997) dan di RS Waras 617 kasus dalam periode yang sama. Menurut angka angka di Amerika pada umur 60 tahun ditemukan prevalensi histologik lebih dari 50 % dan pada umur 85 tahun prevalensi menjadi 90 %, setengahnya dari penderitapenderita tersebut bermanifestasi klinik BPH. Dengan bertambahnya umur harapan hidup di Indonesia, maka dapat diperkirakan bahwa angka prevalensi di Indonesia juga akan selalu meningkat.1 Etiologi Etiologi BPH masih belum dapat diketahui dengan pasti, namun terdapat faktor resiko yang dominan untuk berkembangannya BPH ialah bertambahnya umur pada pria dan adanya hormon androgen.1,4,6 Ada beberapa teori yang ditegakkan untuk BPH ini seperti teori tumor jinak, teori rasial dan faktor sosial, teori infeksi dan zat-zat yang belum diketahui, teori yang berhubungan dengan aktifitas hubungan seks dan teori ketidakseimbangan hormonal. Pendapat yang terakhir ini seringkali dipakai yaitu terjadi ketidakseimbangan antara androgen - estrogen, dihidrotestosteron, ketidakseimbangan hormon estrogen testosteron, teori stem sel, interaksi struktural epitel.2,3

Anatomi dan Fisiologi Prostat Kelenjar prostat adalah suatu kelenjar fibromuskular yang melingkar bladder neck dan bagian proksimal uretra. Pada orang dewasa beratnya kira-kira 20 gram. Secara anatomi, prostat mempunyai bentuk seperti kerucut terbalik dan secara embriologis prostat terdiri dari 5 lobus yatiu lobus media, lobus anterior, lobus posterior dan lobus lateral 2 buah. Selama perkembangannya lobus medius, anterior dan posterior akan berkembang menjadi satu dan disebut lobus medius saja. Tonjolan biasanya terdapat pada lobus lateral dan medius. Prostat sebagai kelenjar tentunya mempunyai fungsi eksokrin. Prostat juga memproduksi cairan ejakulat. Dari penelitian, sel-sel epitel kelenjar prostat dapat membentuk enzim fosfatase, transamianse, prostaglandin, spermin, dan seng. Patofisiologi Karena letaknya yang berada dibawah kandung kemih dan melingkar uretra pars prostatika, pembesaran kelenjar prostat ini dapat mengganggu aliran urin dari buli-buli, yang selanjutnya dapat menyebabkan perubahan struktur dan perubahan fungsi sistem saluran kemih yang ada diatasnya. Pada buli-buli, hambatan aliran urin ini dapat menyebabkan hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, sampai terbentuknya divertikel buli-buli, sedangkan pada ureter dan ginjal dapat menimbulkan hidroureter, refluks vesiko-ureter, hidronefrosis, dan bahkan gagal ginjal.7 Biasanya gejala-gejala BPH dikenal sebagai Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS) dibedakan menjadi gejala iritatif dan obstruktif. Gejala iritatif disebabkan hipersensitivitas otot detrusor berarti bertambahnya frekuensi miksi, nokturi, miksi sulit ditahan, urgensi dan disuri. Sedangkan gejala obstruksi terjadi karena detrusor gagal berkontraksi dengan cukup kuat atau gagal berkontraksi cukup lama sehingga kontraksi terputus-putus, yaitu pancaran melemah, rasa tidak puas sehabis miksi, miksi harus menunggu lama (hesitansi), harus mengedan (straining), miksi terputus-putus (intermittency), dan waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin dan inkotinen karena overflow.1,2,4,5,8

Diagnosis Diagnosis BPH dapat ditegakkan berdasarkan atas pemeriksaan awal (anamnesis, pemeriksaan fisik) dan pemeriksaan tambahan atau penunjang.1 Anamnesis meliputi keluhan yang dirasakan dan berapa lama keluhan itu telah mengganggu. Selain itu harus dilengkapi dengan riwayat kesehatan umumnya seperti : riwayat pembedahan, riwayat penyakit saraf, penyakit metabolik seperti diabetes melitus, riwayat infeksi saluran kemih, hematuri, pemakaian obat-obat terutama parasimpatolitik. Gejala obstruktif dan iritatif biasanya disusun dalam bentuk skor simptom. Terdapat beberapa jenis klasifikasi yang dapat digunakan untuk membantu diagnosis dan menentukan tingkat beratnya penyakit, diantaranya adalah skor internasional gejala-gejala prostate WHO ( International Prostate Symptom Score, IIPS) dan skor Madsen Iversen yang di Indonesia menurut pendapat penulis lebih mudah menggunakan scoring menurut Madsen Iversen, oleh karena sistem scoring yang lain seperti International Prostate Scoring System yang agak sulit diterapkan pada penderita di Indonesia yang pada umumnya berumur tua dan sulit untuk dapat mengisi jawaban-jawaban yang sifatnya self assessment. 1,4 Terapi yang ditawarkan pada pasien tergantung pada derajat keluhan, keadaan pasien, maupun kondisi objektif kesehatan pasien yang diakibatkan oleh penyakitnya. Pilihannya adalah mulai dari : 1. Observasi (watchfull waiting) Biasanya dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan (skor Madsen Iversen kurang dari atau sama dengan 9 dan berdasarkan gambaran kliniknya, termasuk BPH dengan derajat I). Nasehat yang diberikan ialah mengurangi minum setelah makan malam untuk mengurangi nokturi, menghindari obat-obat dekongestan (parasimpatolitik), mengurangi minum kopi dan tidak diperbolehkan minum alkohol agar tidak terlalu sering miksi. Setiap tiga bulan lakukan kontrol keluhan (system skor), sisa kencing dan pemeriksaan colok dubur. 2. Terapi medikamentosa Diperuntukkan bagi pasien dengan skor Madsen Iversen 9-14 dan BPH derajat I serta derajat II yang menolak terapi bedah. Pada terapi medikamentosa ini, dapat dipilih obat-obat sebagai berikut : Penghambat adrenergic Alfa,Penghambat enzim 5 alfa reduktase, Fisioterapi 3. Terapi bedah Indikasi absolut untuk terapi bedah yaitu retensi urin berulang, hematuri, tanda penurunan fungsi ginjal, ISK berulang, tanda-tanda obstruksi berat dan ada batu saluran kemih, atau jika skor Madsen Iversen 15, atau jika sudah termasuk BPH derajat II, III, atau IV. Intervensi bedah yang dapat dilakukan meliputi Transurethral Resection of the Prostate (TURP), Transurethral Insision of the Prostate (TUIP), open prostatectomy dan prostatektomi dengan laser. 4

LAPORAN KASUS IDENTITAS Nama : Tn. B.K Umur : 73 tahun Jenis kelamin : laki-laki Agama : Kristen Bangsa : Indonesia Pekerjaan : Petani Alamat : Kumaraka Atas 2 Jaga VI Tanggal MRS : 28 Maret 2011 ANAMNESA Keluhan Utama : Tidak Bisa BAK Riwayat penyakit sekarang : Tidak bisa buang air kecil dialami penderita sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Sejak 1 bulan terakhir penderita sering ganti-ganti kateter karena tidak bisa BAK. Rasa tidak terpuaskan (+) saat buang air kecil. Riwayat BAK menetes (+), Nyeri saat BAK (+), BAK malam hari 45x/malam Riwayat kencing berpasir (-) Riwayat kencing nanah (-) Riwayat kencing darah (-) Mual (-), muntah (-), penurunan nafsu makan (-), penurunan berat badan (-), riwayat panas (-), BAB biasa.

Riwayat Penyakit Dahulu Penyakit jantung, penyakit paru, penyakit hati, penyakit ginjal, penyakit darah tinggi, penyakit kencing manis disangkal penderita.

PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum : cukup, kesadaran : GCS E4V5M6 Tanda vital : T :160/90 mmHg, N: 70 x/m, R: 24 x/m, SR: 36,6 C Kepala : Inspeksi : konjuntiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor kiri = kanan, refleks cahaya +/+ normal Palpasi : nyeri tekan (-) Leher : Inspeksi : trakea letak ditengah Palpasi : pembesaran kelenjar getah bening (-) Trakea : Inspeksi : gerakan pernapasan simetris kiri = kanan Auskultasi : suara pernapasan bronkovesikuler kiri = kanan Palpasi : stem fremitus kiri = kanan Perkusi : sonor kiri = kanan Abdomen : Inspeksi : datar Auskultasi : BU (+) normal Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), defans muskuler (-) Perkusi : timpani, pekak hepar (+)

Status urologis : CVA : nyeri ketok -/-, bulging -/-, ballottement -/Supra pubik : massa (+) uk 8x10 cm, nyeri tekan (+) Genitalia : OUE : darah (-), urine (-) Laboratorium Masuk : Hb : 11.9 mg % Leukosit : 11.800 mg/dL Trombosit : 527.000 mg/dL RESUME MASUK Seorang laki laki, 73 tahun, masuk RS. Prof. Dr. R. D. Kandou pada tanggal 28 Maret 2011 dengan keluhan utama tidak bisa buang air kecil sejak 1 hari SMRS. Sejak 1 bulan terakhir penderita sering ganti-ganti kateter karena tidak bisa BAK. Rasa tidak terpuaskan (+) saat buang air kecil. Riwayat BAK menetes (+), Nyeri saat BAK (+), BAK malam hari 4-5x/malam. PF : Tanda vital : T : 160/90 mmHg, N :70 x/m, R: 24 x/m, SR: 36,6C Status urologis : CVA : nyeri ketok -/-, bulging -/-, ballottement -/Supra pubik : massa (+) uk 8x10 cm, nyeri tekan (+) Genitalia : OUE : darah (-), urine (-)

Diagnosis Retensi Urin ec BPH Tindakan - USG prostat-buli - Pasang kateter Laboratorium Masuk : Hb : 13 mg % Leukosit : 14.800 mg/dL Trombosit : 180.000 mg/dL FOLLOW UP 29/03/2011 S : Nyeri BAK (+) O : GCS E4V5M6 T: 120/80 mmHg, N: 80 x/m, R: 20 x/m, SR: 36,9C Status Urologis : CVA : nyeri ketok -/-, bulging -/-, ballottement -/Suprapubik : bulging (-), nyeri tekan (-) Genitalia : OUE : terpasang kateter, pasase urine (+), warna urine : kuning jernih Hasil USG Prostat buli : - Buli agak mengecil, dinding melebar, ireguler, batu (-) - Prostat : ukuran 4,3 cm x 3,6 cm x 4,3 cm; lobulated, parenkim baik, nodul (-), kristal (-), kalsifikasi (-) Kesimpulan : menyokong BPH A : Post Katerisasi ec. Retensi Urine ec.Benigna Prostat Hiperplasia P : pro TUR Prostat 30/03/2011 S:O : GCS E4V5M6 T: 120/80 mmHg, N: 80 x/m, R: 20 x/m, SR: 37C Status Urologis : CVA : nyeri ketok -/-, bulging -/-, ballottement -/Suprapubik : bulging (-), nyeri tekan (-) Genitalia : OUE : terpasang kateter, pasase urine (+), warna urine : kuning jernih

Hasil pemeriksaan laboratorium : Kimia klinik Ureum : 42 mg/dL SGOT : 25 Kreatinin : 0,9 mg/Dl SGPT : 20 GDS : 83 mg/dL Hemostasis Waktu perdarahan : 2'30 Waktu pembekuan : 8'20 Urinalisis Protein : Reduksi : Epitel : 2-3/LPK Leukosit : 1-2/LPB Eritrosit : 1-2/LPB EKG : kesan : dalam batas normal A : Post Katerisasi ec. Retensi Urine ec.Benigna Prostat Hiperplasia P : pro TUR Prostat

31/03/2011 01/04/2011 02/04/2011 03/04/2011 04/04/2011 05/04/2011 06/04/2011 07/04/2011 08/04/2011 09/04/2011 10/04/2011 11/04/2011

LAPORAN OPERASI Hari/tanggal : Selasa, 4 Oktober 2005 Indikasi operasi : Retensi urin Jenis operasi : Transurethral Resection of The Prostate (TURP) Jam operasi mulai : 09.00 WITA Jam operasi selesai : 10.45 WITa Lama operasi : 45 menit Jalannya operasi Pasien dalam posisi litotomi dan di anastesi dengan spinal Lapangan operasi didesinfeksi dengan iodium povidon dan dipersempit dengan doek steril Introduksi dengan obturator Dilakukan Cytoskopi dengan optic 30 sheath 25 F dan didapatkan muara urethra dextra dan sinistra normal Trabekulasi sedang Dilakukan TURP, specimen 30 gram PA Pasang 3 cabang kateter 22 F/ 40 cc Dilakukan spooling dengan NaCl 0,9 % sesuai keadaan urin Traksi kateter Operasi selesai Diagnosis post operasi : Benigna Prostat Hiperplasia Instruksi post operasi : IV line RL : Dextrose 5 % 2 : 1 32 gtt/m Ceftriaxone 2 x 1 gr IV Skin test Intermixin inj 3 x 1 amp IV Tramadol inj 3 x 1 amp IV Ranitidin inj 3 x 1 amp IV Observasi tanda vital Pemeriksaan darah rutin Spooling kateter dengan NaCl 0,9 %, jangan sampai tersumbat Tanggal 5/10-05 Hasil PA : Kesimpulan : Benigna Prostat Hiperplasia FOLLOW UP POST OPERASI 5/10-05 S : nyeri BAK

O : KU : Baik Kesadaran :GCS E4V5M6 T: 110/80 mmHg, N: 88x/m, R: 22x/m, Sb: 36,8C Kateter : pasase (+), warna urine : kuning jernih A : Post TURP hari I P: IV line RL : Dextrose 5 % 2 : 1 32 gtt/m Ceftriaxone 2 x 1 gr IV Intermixin inj 3 x 1 amp IV Tramadol inj 3 x 1 amp IV Ranitidin inj 3 x 1 amp IV 6/10-05 S : nyeri O : KU : Baik Kesadaran :GCS E4V5M6 T: 110/70 mmHg, N: 88x/m, R: 20x/m, Sb: 36,7C Kateter : pasase (+), warna urin : kuning jernih A : Post TURP hari II P : IV line RL : Dextrose 5 % 2 : 1 32 gtt/m Ceftriaxone 2 x 1 gr IV Intermixin inj 3 x 1 amp IV Tramadol inj 3 x 1 amp IV Aff spool 10/10-05 S : nyeri berkurang O : KU : Baik Kesadaran :GCS E4V5M6 T: 120/80 mmHg, N: 80x/m, R: 20x/m, Sb: 36,7C Kateter : pasase (+), warna urin : kuning jernih A : Post TURP hari VI P : - Aff infus - obat oral Siprofloksasin 2 x 500 mg tablet Asam mefenamat 3 x 500 mg tablet Ditramex 3 x 500 mg tablet 11/10-05 S:O : KU : Baik Kesadaran :GCS E4V5M6 T: 120/80 mmHg, N: 80x/m, R: 20x/m, Sb: 36,2 C Kateter : pasase (+), warna urin : kuning jernih A : Siprofloksasin 2 x 500 mg tablet

Asam mefenamat 3 x 500 mg tablet Ditramex 3 x 500 mg tablet Aff kateter Besok boleh pulang

DISKUSI Diagnosis pada penderita ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis didapatkan usia penderita 73 tahun dimana berdasarkan kepustakaan merupakan usia dimana 25 % BPH sudah dapat menunjukkan gejala. Gejala BPH terbagi atas gejala obstruksi dan gejala iritasi. Pada penderita ini di dapatkan kedua gejala tersebut. Gejala obstruksi pada penderita ini adalah kencing sedikit-sedikit, merasa tidak puas setelah kencing, mengedan jika kencing dan harus menunggu saat akan kencing. Keadaan ini menyebabkan pembesaran prostate lobus median dan lobus lateral yang biasanya simetris, yang akan membuat penekanan pada uretra yang dikelilingi otot polos sehingga akan timbul gejala-gejala obstruksi aliran air seni yang melewati uretra. Gejala iritatif pada pasien ini adalah frekuensi kencing pada malam hari 3 4 kali. Hal ini terjadi karena dua alasan ; yang pertama karena pengosongan buli-buli yang tidak sempurna setiap kali berkemih akan menyebabkan interval setiap kali berkemih semakin pendek sehingga semakin sering. Yang kedua adalah pembesaran prostat akan menyebabkan buli-buli merangsang respon kencing. Pemeriksaan colok dubur merupakan pemeriksaan yang penting pada pasien BPH disamping pemeriksaan fisik pada regio supra pubik untuk mencari kemungkinan adanya distensi buli-buli. Dari pemeriksaan colok dubur ini dapat dinilai adanya pembesaran dan konsistensi prostat, adanya nodul atau bagian yang keras yang merupakan salah satu tanda keganasan prostat, apakah batas atas prostat dapat dicapai dengan jari, yang kalau masih dapat diraba secara empiris besar jaringan prostat kurang dari 60 gram, dan apakah ada nyeri tekan yang dapat merupakan tanda prostatitis. Pemeriksaan colok dubur pada pasien ini ditemukan kesan prostat yang membesar dengan konsistensi kenyal dan batas atas prostat yang masih dapat dicapai dengan jari, tidak teraba nodul dan tidak teraba ada nyeri tekan. Di regio supra pubik tidak teraba buli-buli yang distensi karena sudah di pasang kateter.

Pemeriksaan USG prostat bertujuan untuk menilai volume prostat, mendeteksi kemungkinan keganasan, dan juga mendeteksi adanya kista. Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan USG dan hasilnya terdapat pembesaran prostat.

Tujuan terapi pada pasien BPH adalah mengembalikan kualitas hidup pasien. Terapi yang ditawarkan pada pasien tergantung derajat keluhan, keadaan pasien, maupun kondisi objektif kesehatan pasien tergantung derajat keluhan oleh penyakitnya. Terapi pembedahan diindikasikan pada BPH yang telah menimbulkan komplikasi seperti retensi urin, tidak menunjukkan perbaikan setelah pengobatan non bedah. Pada pasien ini dilakukan TURP karena berdasarkan beratringannya BPH, pasien ini termasuk derajat II. Kepustakaan menyebutkan bahwa derajat II merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan. Biasanya yang dianjurkan adalah reseksi endoskopi melalui uretra (Transurethral Resection of The Prostate = TURP). Mortalitas TURP sekitar 1 % dan morbiditas sekitar 8 %. Etiologi pada pasien ini diperkirakan oleh karena usia, dimana terjadi ketidakseimbangan hormon testosteron dan hormon esterogen, karena produksi testosteron yang menurun dan terjadi konversi testosteron menjadi estrogen pada jaringan adipose. Prognosis pada pasien ini baik karena keadaan pasien post operasi baik dan tidak terjadi komplikasi akut pasca operasi seperti perdarahan.

DAFTAR PUSTAKA 1. Rahardjo Dj. Prostat: Kelainan-kelainan Jinak, Diagnosis dan Penanganan. Jakarta: Asian Medical, 1999 2. Sjamsuhidajat R, De Jong W. Saluran Kemih dan Alat Kelamin Laki. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta:EGC, 1997 3. Urologi. Dalam: Kumpulan Kuliah ilmu Bedah Khusus. Jakarta: Aksara Medicina, 1987 4. Mansjoer A, Suprohaita, Wardani W. Pembesaran Prostat Jinak. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius, 2000 5. Narayan P. Neoplasm of the Prostate Gland. Dalam: Tanagho E, McAninh J. Smiths. General urology 14th ed. USA: Appleton Lange, 1995 6. Sabiston C. D. Sistem urogenitalis. Dalam: Ronardy H. D. Buku Ajar Bedah. Bagian 2. Jakarta: EGC 7. Purnomo B. Patogenesis dan Patofisiologi BPH. Dalam: Basics Sciences on Urology, 2002 8. Jones D. BPH and Lower Urinary Tract Disfunction. Dalam: Weiss R, dkk. Comprehensive Urology. London: Mosby, 2001

Anda mungkin juga menyukai