Anda di halaman 1dari 2

Pembahasan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) merupakan hasil hutan yang berpotensi besar bagi sektor kehutanan

setelah hasil hutan kayu mengalami penurunan akibatluas dan potensi hutan semakin berkurang. HHBK di hutan Indonesia sangat banyak jumlahnya dan memiliki banyak manfaat setiap jenisnya. Salah satu contoh HHBK adalah getah pinus. Getah pinus berada pada batang dimana didalam saluran getah yang arahnya vertical (longitudinal) maupun horizontal (radial). Saluran getah ini terbentuk secara lisigen, sizogen, maupun sizoligen. Beberapa ketentuan pohon pinus yang akan disadap diantaranya diameter pohon pinus yang akan dsadap adalah diatas 15 cm, pohon-pohon yang akan disadap adalah pohon yang waktu mendatang dijarangi atau ditebang yaitu sejak umur 10 tahun samapai pada daur tebangan atau umur penjarangan. Biasanya dilakukan pada perusahan pengelolaan pinus yang menggunakan pinus untuk berbagai kegunaan. Metode penyadapan getah pinus yang diterapkan pada praktium kali ini ialah metode quare dan bor. Untuk metodelogi sudah dijelaskan bagaimana cara penyadapan dengan metode quare ataupun bor. Masing-masing metode tersebut memiliki keuntungan dan kekurangannya masingmasing. Keuntungan metode quare adalah bidang sadapan dapat digunakan sampai berbulan-bulan, sedangkan metode bor keuntungannya ialah hasil output dapat bertahan secara utuh tanpa adanya penguapan. Faktor- faktor yang mempengaruhi produktivitas getah pinus yaitu; faktor pasif : kualitas tempat tumbuh, umur, kerapatan, sifat genetis, ketinggian tempat , sedangkan faktor aktif adalah kualitas dan kuantitas tenaga sadap serta perlakukan dan metode sadapan. Faktor-faktor tersebut dapat diperinci bahwa produktivitas getah dipengaruhi juga oleh faktor; luas areal sadap, kerapatan pohon, jumlah koakan tiap pohon, arah sadap terhadap matahari, jangka waktu pelukaan, sifat individu pohon dan keterampilan penyadap serta pemberian stimulansia. Beberapa hal yang terkait dengan stimulansia yang dikutip dari Darmastuti (2011) diantaranya mekanisme stimulan adalah memberikan efek panas terhadap getah sehingga getah lebih lama dalam keadaan cair sehingga mudah mengalir keluar dari saluran getah, mempengaruhi tekanan turgor dinding sel sehingga getah cepat keluar dan saluran getah dapat terbuka dalam waktu yang relatif lebih lama (Santosa 2011). Stimulansia pada hakekatnya berfungsi sebagai perangsang etilena pada tanaman dan selanjutnya menaikkan tekanan osmosis serta tekanan turgor yang menyebabkan aliran getah bertambah cepat dan lebih lama. Stimulansia yang biasa digunakan untuk meningkatkan produksigetah pinus adalah penggunaan stimulansia anorganik berupa asam kuat. Selain stimulansia anorganik, dikembangkan pula stimulansiaorganik. Produktivitas getah pada stimulansia jeruk nipis 50% lebih banyak dua kali lipat dibandingkan denganstimulansia jeruk nipis pekat. Perbedaan ini diduga karena konsentrasi yang berbeda sehingga zat bioaktif yang terlarut didalam larutan mengalami proses yang berbeda ketika stimulansia disemprotkan padaluka (quarre) dimana stimulansia jeruk nipis pekat tidak mengeluarkangetah lebih banyak tetapi diduga merusak jaringan sel parenkim (selgetah) karena konsentrasi asam yang tinggi sehingga aliran getah lebih cepat berhenti.

Berdasarkan hsil praktikum kali ini, getah pinus yang dihasilkan dengan metode quare atau bor lebih banyak ditemukan pada area penyadapan yang diberikan stimulant. Hal ini dapat menunjukan bahwa fungsi stimulant benar-benar memiliki peranan yang sangat baik dalam kegiatan penyadapan. Lalu metode yang paling banyak menghasilkan getah masih belum dapat disimpulkan, karena kedua metode penyadapan ini (quare dan bor) menghasilkan getah yang hampir sama jumlahnya. Namun menurut analisis kelompok kamu, metode bor jauh lebih baik dari pada metode quare, karena output yang dihasilkan (getah pinus) dengan metode bor di simpan dalam tempat yang hampir tertutup penuh sehingga tidak ada output yang terbuang karena penguapan atau hal lainnya.

Daftar Pustaka Darmastuti, I. N. 2011. Pengaruh Penggunaan Stimulansia Organik dan Zat PengaturTumbuh (ZPT) terhadap Produktivitas Penyadapan Getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Bogor : Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Santosa, G. 2006. Pengembangan metode penyadapan kopal melalui penerapan teknik syaratan. Disertasi Sekolah Pascasarjana IPB. [Tidak Dipublikasikan]

Anda mungkin juga menyukai