Anda di halaman 1dari 17

Posted by : Azzan Djuli El-Asyi On 18 - Des - 2010

Wisata Di Negeri Tsunami


Tsunami Aceh dan Nias pada Minggu 26 Desember 2004 lalu, meninggalkan duka lara yang mendalam. Terlebih, meluluh lantahkan aset-aset wisata di kawasan tersebut. Ketiga belas proyek infrastruktur tersebut, serta kesepakatan damai Pemerintah RI-GAM pada 15 Agustus 2005 di Helsinki dapat dimaknai sebagai signal positif sekaligus energi positif yang lebih memperkuat transformasi, rebranding, dan positioning Aceh dari eks kawasan konflik dan kawasan tertimpa gempa tsunami menjadi destinasi wisata internasional. Adalah Aceh, provinsi paling barat Indonesia, diapit oleh Samudera Hindia dan Selat Malaka, merupakan batas akhir Indonesia. Letaknya amat strategis sebagai pintu masuk ke Nusantara dan sebagian negara Asia lainnya. Ada sekitar 400 objek dan potensi daya tarik wisata, dengan ciri khas wisata bahari. Kota Sabang misalnya, sebagai ODTW Bahari memiliki tempat-tempat wisata bawah laut dengan beragam jenis binatang dan tumbuhan laut yang ada di dalamnya, antara lain Pantai Iboih di lokasi Pulau Rubiah (dikenal juga dengan taman lautnya), Batee Dua Gapang, Batee Meuroron, Arus Balee, Seulakos Drift, Batee Tokong, Shark Plateau, Pantee Ideu, Batee Gla, Pantee Aneuk Seuke, Pantee Peunateung, Lhong Angen, Pantee Gua, Limbo Gapang, Batee Meuduro, dan lain sebagainya. Terumbu karang di sekitar Pulau Weh misalnya, dikenal oleh wisatawan dunia sebagai surga bawah laut bagi para penyelam, selain Bunaken (Sulawesi Utara), Gili Indah (Lombok), Supermonde (Sulsel), Wakatobi, Derawan (Kaltim) dan Raja Ampat dan Padaido (Papua). Hikmah penting dari sejumlah pengalaman itu adalah, Aceh dalam dimensi pariwisata, hakikat penting pariwisata di Aceh sebagai sarana untuk menumbuhkan kesaling-pengertian antarbangsa, karena selama ini mungkin kurang mendapatkan porsi yang lebih dibandingkan pariwisata yang semata-mata mengumbar kesenangan dan membelanjakan uang tanpa sensitivitas sosial yang tinggi serta tanpa mengindahkan kepentingan kemanusiaan. Tetapi, ketika diujicobakan untuk mengarahkan pariwisata ke arah itu, dibutuhkan keberanian serta kalkulasi bisnis yang cermat, niscaya nurani kemanusiaan pasar wisatawan dunia mudah tersentuh, apresiatif dan berkesan mendalam. Aceh Tourism Board yang selama ini telah eksis, berperan penting dalam melakukan rebranding, positioning dan promosi pariwisata Aceh. Dalam hal itu, dapat memanfaatkan jaringan negara-negara Islam serta negara-negara berkembang yang tergabung dalam D-8. Intinya, bagaimana membangun solidaritas di lingkungan D-8 yang akhirnya membawa dampak ekonomi bagi warganya. Anggota D-8 yang terdiri Indonesia, Malaysia, Pakistan, Iran, Mesir, Turki, Nigeria dan Bangladesh memiliki populasi 500 juta jiwa. Negara-negara tersebut sebagian besar penduduknya merupakan umat Islam. Secara ekonomis ini merupakan potensi pasar wisata yang luar biasa besar bagi Aceh khususnya. Foto dari sejumlah tempat wisata di Aceh yang saya kutip dari berbagai situs dan koleksi pribadi :

Beach of Lampu'uk

Takengon City of the Central Aceh with Lake Laut Tawar

Banyak Archipelago, Aceh Singkil

Mount Seulawah Agam, Aceh Besar

Lhok Nga' Beach, Aceh Besar

Sunset of Ulee Lheu, Banda Aceh City

Calang, The Tsunami Citizens

Alue Naga, banda Aceh City

Surfing of Lampu'uk

Monumen Pesawat Dakota Seulawah-001 RI

Lhok Nga' Beach , Aceh Besar

Baiturrahman Mosque, Banda Aceh City

[[]] [[]]

Bila anda berkunjung ke Aceh tidak akan Sah Rasanya, Jika Kepala dan Kaki anda belum menyentuh lantai tempat ini :
[[[]]] ))(( ((( ))) )( V

Semoga Selamat di Perjalanan :)

Read more: http://www.atjehcyber.net/2010/12/wisata-di-negeri-tsunami.html#ixzz1rMoT12fu

Anda mungkin juga menyukai