Anda di halaman 1dari 5

Preface : Hal ini bersifat subjektif, jadi ambil yang menurut kalian baik dan hi ndari yang memang

tidak baik untuk kalian. Opini ini untuk menyatukan kepingan-k epingan sejarah yang hilang mengenai makna hari raya sendiri.

Selama hari Valentine masuk dalam era globalisasi yang hinggap di indonesia, ban yak sekali tanggapan mengenai hari Valentine, baik tanggapan positif, negatif, m au pun yang ga peduli. Sayangnya, tanggapan-tanggapan ini tidak disertai dengan pengetahuan yang cukup dan tuduhan yang tidak beralasan baik.

Di sini, saya akan coba mengumpulkan rangkaian-rangkaian makna hari Valentine ya ng hilang, apa sebenarnya arti hari Valentine dan maknanya bagi dunia, baik seca ra kepercayaan mau pun secara moral manusia.

Emang hari Valentine itu apa sih? Hari Valentine di era modern dikenal sebagai Hari Kasih Sayang.

Hari ini bermula dari berita perjuangan seorang martir, yaitu Saint Valentine ya ng memperjuangkan kebebasan tentara romawi pada zamannya untuk mencintai bahkan menikah. Hal ini disebut martir karena St.Valentine sampai merelakan hidupnya de mi kebebasan tersebut. Untuk mengenang perjuangannya, makanya dirayakan sebagai hari Valentine pada tanggal 14 Februari yang menurut kalender Gregorian juga har i kematian martir tersebut.

Terus, di hari Valentine itu ngapain aja? Hari Valentine dirayakan dengan cara ibadah bersama, makan bersama keluarga besa r, dan saling bertukar hadiah (umumnya kartu ucapan dan bunga). Tidak jarang mer eka datang ke rumah keluarga yang lain atau berkunjung ke tempat orang yang tida k mampu untuk saling berbagi.

Kalau gitu tujuannya mulia donk, tapi kenapa ditentang sama kaum tertentu? Karena memang hari Valentine semula adalah hari raya untuk umat Anglikan, Ortodo ks Timur, dan Lutheran (kalau di Indonesia, kumpulkan jadi Kristen/Katolik). Jad i, wajar saja kalau ada kaum tertentu yang menentang. Secara tidak langsung, ber arti mereka merayakan hari raya umat lain yang mungkin saja tidak sesuai dengan ajaran mereka.

Oh iya, Valentine sendiri sudah ada gambarnya dan ditahbiskan sebagai Santo di I talia. Silahkan melihat dan memahami kisahnya ketika bertandang ke Roma.

Terus, kenapa kok dikaitkan sama hal-hal yang tidak senonoh?

Di sinilah twist dari makna Valentine itu sendiri. Seperti yang sudah dijelaskan di judul di atas, Hari Valentine mulai kehilangan makna sesungguhnya seiring de ngan post-modernisasi dan globalisasi. Untuk itu, akan diklarifikasi beberapa bu daya dan opini mengenai Valentine : "Valentine itu budaya ngasih cokelat" Sepanjang sejarah hari Valentine, yang ada itu budaya giving. Biasanya, budaya m emberi itu sendiri memakai kartu ucapan, berbagi makanan, atau memberikan bunga. Tidak ada yang bilang kalau ngasihnya musti cokelat loh.

Budaya memberi cokelat sendiri mulai populer sejak ada visual modern yang dikemb angkan di Asia (sebut saja komik, animasi, dll). Penjualan dan pembudayaan cokel at di hari Valentine sendiri adalah salah satu strategi bisnis yang dijalankan o leh produsen cokelat. Makanya nggak heran kalau banyak cokelat yang dijual besar -besaran (bahkan diskonan) sampai hari Valentine.

Kenapa musti cokelat? Karena cokelat itu menarik di mata anak muda dan gampang u ntuk dicari. Sementara itu, kartu ucapan dan bunga terasa begitu unreachable bag i anak muda yang suka menggandrungi hari raya unik tertentu.

Jadi ya, Valentine nggak ada hubungannya sama cokelat. Itu hanya pemanis/hadiah alternatif karena kebetulan sesuai dengan momen 'cinta'-nya.

Sebelum ada yang bilang, nggak ada hubungannya Valentine dengan aphrodisiac di c okelat. Memang secara penelitian, aphrodisiac itu peransang, tapi bukan berarti kamu bakal makan banyak terus aphrodisiac-nya mempengaruhimu untuk 'teransang' k an?

"Valentine itu cuma buat pasangan" Ini sering dilontarkan oleh orang-orang yang anti akan Valentine karena ngejombl o atau nggak bisa ngerayain Valentine karena musti berpasangan.

Dood, memang cinta itu cuma antara kamu dan gebetan/pacarmu? Mari kita tilik lag i kisah Santo Valentine :

Saat itu, ada seorang tentara Romawi yang sedang menanti eksekusi mati karen a ketahuan menjalin cinta dengan seorang wanita di Roma. Di dalam depresinya, ti ba-tiba ia menemukan Santo Valentine yang menghampirinya di penjara.

Santo Valentine mengenal sang wanita dan ia merasa iba melihat pasangan ini sehingga datang ke penjara. Dalam depresinya, sang tentara merasa impossibru unt uk bisa keluar dari penjara dan menjalani hidup bahagia dengan perempuan yang ia

cintai.

Singkat cerita, Santo Valentine yang merasa ini tidak adil kemudian menawark an diri untuk bertukar tempat dengan sang tentara. Sontak sang tentara kaget, na mun akhirnya ia dengan dipaksa menukar diri dengan St.Valentine. Sembari kabur d ari penjara, St.Valentine memberikan secarik kertas yang diminta untuk diberikan kepada sang wanita.

Akhirnya, St.Valentine pun mati dieksekusi pemerintah Romawi.

Sementara itu, secarik surat yang diberikan kepada sang wanita menjadi bukti bahwa memang ia berniat menolong sejak awal. "Farewell, with love : Valentine"

Dalam sejarahnya, isinya tidak hanya cinta antara si tentara dengan si wanita, t etapi juga kasih sayang antara St. Valentine dengan pasangan tersebut. In other meaning, Valentine menunjukkan sisi kasih Agape-nya terhadap mereka sehingga mer elakan nyawanya untuk memperjuangkan kebebasan mereka untuk mencintai satu sama lain.

Cinta nggak hanya kamu suka sama seseorang, nembak, jadian, nikah, dan hubungan eros lainnya. Cinta juga bisa diberikan kepada orangtuamu, kakak adikmu, saudara mu, teman-temanmu, bahkan lingkungan di sekitarmu. Santo Valentine sendiri yang menunjukkan bahwa cinta tidak memandang apa pun. Kamu bisa melakukan apa pun sel ama itu bisa membahagiakan orang lain, itu yang namanya kasih sayang.

Jadi, Hari Valentine mengingatkan bahwa "kamu udah bebas loh mencintai dan dicin tai orang lain tanpa memikirkan siapa kamu, dari mana, dan untuk apa kamu hidup" dan "Cinta itu buat siapa pun loh, Tuhan menjaminnya".

"Valentine itu hedonisme dan freesex moment" To make it clear, hedonisme : Kan pasangan-pasangan jadi ngumpul terus datang ke event Valentine. Habis it u, mereka ngehabisin duit buat beli barang-barang yang sebenarnya ga perlu, ngeh abisin duit buat makan di hotel bintang lima, terus sewa kamar hotel buat 'ngapa in aja boleh'. Bar-bar banget, sehari habis duit berapa tuh.

Teman-teman, sesuai dengan apa yang sudah ditulis di atas "baik sejarah maupun t radisi", tidak ada satu pun hal berlebihan yang baik, kan?

Kalau ada pasangan atau orang-orang yang seolah 'memberikan dirinya kepada dunia

' untuk melakukan hal-hal yang tidak terpuji, itu masalah moral mereka, bukan ma salah momen atau wadahnya. Kenapa malah nyalahin hari Valentine-nya? Wong di har i-hari tertentu pun mereka bisa melakukan hal yang serupa, kenapa justru hari Va lentine disudutkan?

Di sini kepada ng yang urusan lah hal

pun bisa menjadi pelajaran bahwa apa pun itu hari rayanya, semua kembali tindakan orangnya mau merayakannya seperti apa. Kalau pun memang ada ora merayakannya dengan menghabiskan duitnya buat nyewa atau lainnya, ya itu mereka. Kita hanya bisa memberitahu bahwa pemahaman hari Valentine bukan seperti itu.

Nggak ada kan tradisi Valentine yang seperti itu di atas, kecuali kalau kalian y ang menambahkan seperti St Valentine's Day Budi's version.

Like we should care with other's morale. Kita sudah dewasa loh, jadi kita sudah semestinya memberitahu bahkan memahaminya dengan baik.

"Valentine itu bukan hari raya di Indonesia" Memang hari Valentine tidak ada di tanggal merah kalendar Indonesia. Bahkan di d aerah-daerah lainnya juga sedikit yang membuat hari Valentine sebagai hari libur nasional.

Lalu apakah perlu itu menjadi alasan bahwa hari Valentine perlu disudutkan? I gu ess not.Itu adalah hak dan kebebasan setiap warga negara untuk merayakan suatu p eringatan. Selama itu tidak mengganggu dirinya dan sekitarnya, kenapa tidak?

Yang salah adalah ketika kamu memaksa orang lain buat ikutan hari Valentine, kay ak "eh, ini kan hari kasih sayang, lo musti ikutan donk bikin cokelat sama gue" dan hal lainnya. Itu sama aja kamu melanggar hak orang untuk merayakan atau tida k.

Hargailah pendapat dan kebebasan masing-masing orang untuk merayakan sesuatu dan cermat.

=======================================

Semua yang saya tulis di atas berdasarkan pengalaman, studi kasus, dan literatur -literatur yang saya temukan dari berbagai sumber.

Memang hari Valentine bukanlah hari yang wajib dirayakan, tapi tidak ada salahny a ketika kita bisa menghargai orang lain untuk merayakan hari yang menurut merek a menarik selama itu tidak mengganggu diri mereka dan orang lain.

Kesimpulan yang didapat :

"Hari Valentine adalah hari untuk memperingati perjuangan St. Valentine yang memperjuangkan 'kebebasan untuk mencintai dan dicintai tanpa memandang status s erta latar belakang' "

Memang saat ini, tidak hanya hari Valentine, tapi hari-hari raya lainnya (termas uk hari raya keagamaan) mulai kehilangan makna yang sesungguhnya. Karena itu, de ngan tulisan ini saya berharap kita bisa kembali merangkai makna hari Valentine yang sesungguhnya dan tetap menghargai keputusan orang untuk merayakan itu atau tidak.

Secara pribadi, saya merayakan Valentine karena saya bersyukur saya masih bebas mencintai dan dicintai tanpa memikirkan siapa orang tersebut. Saya harap kalian juga menyadari hal tersebut.

Mohon maaf jika ada salah kata, hal-hal yang kurang berkenan, atau mungkin bisa share pendapat yang menurut kalian lebih baik di mata kalian.

Selamat mencintai dan dicintai~

Anda mungkin juga menyukai