Anda di halaman 1dari 11

TINJAUAN PUSTAKA

Survei Tanah

Survei tanah adalah metode atau cara mengumpulkan data dengan turun langsung kelapangan. Data yang diperoleh berupa data fisik, kimia, biologi, lingkungan, dan iklim. Kegiatan survei terdiri dari kegiatan dilapangan, analisis dilaboratorium, mengklasifikasikan tanah kedalam sistem taksonomi atau system klasifikasi tanah, melakukan pemetaan tanah atau interpretasi atau penafsiran dari survei tanah dan ahli teknologi pertanian (Abdullah, 1996). Survei tanah memisahkan jenis-jenis tanah dan melukiskannya dalam suatu peta disertai uraiannya. Klasifikasi dan survei tanah merupakan dwitunggal yang saling memberi manfaat bagi peningkatan daya gunanya

(Darmawijaya,1997). Survei kapabilitas tanah ialah menyusun laporan mengenai keadaan kapabilitas tanah dengan jalan mengadakan survei atau pengamatan lapangan dan pemetaan tanah tingkat semi detail skala 1 : 50.000 dari suatu daerah yang akan dikembangkan untuk pertanian dan transmigrasi. Survei tanah yang dilakukan selain untuk melakukan tingkat kapabilitas atau kemampuan lahan secara keseluruhan, juga dilakukan sebagai bahan untuk pemetaan tanah dalam hubungannya dengan penentuan klasifikasi tanah (Sarief, 1986). Proses pemetaan atau survei yang sebenarnya terdiri atas berjalan diatas lahan pada interval yang teratur mencatat semua perbedaan tanah dan semua sifat permukaan yang berkaitan, seperti kemiringan lereng, bukti erosi, penggunaan tanah, penutup vegetatif dan sifat penamaan. Batas-batas secara langsung

Universitas Sumatera Utara

tergambar pada foto udara yang mewakili kebanyakan tempat perubahan dari satu tipe tanah ke yang lainnya (Foth, 1994). Cara survei tanah terinci sebagai kategori terendah merupakan dasar untuk mengetahui survei tanah. Oleh karena itu, langkah-langkah yang diuraikan dalam melakukan survei tanah terinci adalah sebagai berikut: 1. Persiapan 2. Kerja lapang a. Orientasi b. Pemboran c. Penyidikan profil tanah (soil profile identification) d. Data lahan 3. Penyelesaian a. Analisis contoh tanah b. Klasifikasi tanah c. Determinasi jenis tanah d. Penggambaran peta tanah e. Laporan (Darmawijaya,1997). Lahan-lahan yang disurvei dapat digolongkan kedalam kelas-kelas sesuai dengan kemampuannya yang berdasarkan kepada faktor-faktor yang bersifat menunjang dan faktor-faktor yang bersifat menghambat dalam pemanfaatan lahan tersebut terutama untuk bidang pertanian. Berdasakan kemampuan lahan tersebut kemudian dihubungkan dengan kesesuaian penggunaan lahan (Sarief, 1986).

Universitas Sumatera Utara

Evaluasi Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Kelas kesesuaian suatu areal dapat berbeda tergantung daripada tipe penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan (Sitorus, 1985). "Kesesuaian lahan" menyatakan keadaan tingkat kecocokan dari sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Kelas kesesuaian suatu bidang lahan ini dapat berbeda-beda tergantung pada tataguna lahan yang diinginkan. Metode FAO ini dapat dipakai untuk klasifikasi kuantitatif maupun kualitatif tergantung dari data yang tersedia. Kerangka dari sistem klasifikasi kesesuaian lahan ini terdiri dari empat kategori, yaitu: 1. Order: keadaan kesesuaian secara global 2. Kelas: keadaan tingkatan kesesuaian dalam order 3. Sub-Kelas: keadaan tingkatan dalam kelas didasarkan pada jenis pembatas atau macam perbaikan yang harus dijalankan. 4. Unit: keadaan tingkstan dalam sub kelas didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaannya. (Soemarno, 2006). Ada beberapa metoda yang dapat digunakan untuk pelaksanaan klasifikasi kesesuaian lahan, misalnya metode FAO (1976) yang dikembangkan di Indonesia oleh Puslittanak (1993), metode Plantgro yang digunakan dalam penyusunan Rencana Induk Nasional HTI (Hacket,1991 dan National Masterplan Forest Plantation/NMFP, 1994) dan metode Webb (1984). Masing-masing mempunyai penekanan sendiri dan kriteria yang dipakai juga berlainan. Metoda FAO lebih

Universitas Sumatera Utara

menekankan pada pemilihan jenis tanaman semusim, sedangkan Plantgro dan Webb lebih pada tanaman keras (Wahyuningrum, dkk, 2003). Kelas adalah keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Berdasarkan tingkat detail data yang tersedia pada masing-masing skala pemetaan, kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi: (1) Untuk pemetaan tingkat semi detail (skala 1:25.000 - 1:50.000) pada tingkat kelas, lahan yang tergolong ordo sesuai (S) dibedakan ke dalam tiga kelas, yaitu: lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N) tidak dibedakan ke dalam kelas-kelas. (2) Untuk pemetaan tingkat tinjau (skala 1:100.000-1:250.000) pada tingkat kelas dibedakan atas Kelas sesuai (S), sesuai bersyarat (CS) dan tidak sesuai (N). Kelas S1 : Sangat sesuai. Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara nyata. Kelas S2 : Cukup sesuai. Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan

tambahan masukan (input). Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri. Kelas S3 : Sesuai marginal. Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan faktor pembatas ini akan sangat berpengaruh terhadap

produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas

Universitas Sumatera Utara

pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau pihak swasta. Kelas N tidak sesuai. Lahan yang karena mempunyai faktor pembatas yang sangat berat dan/atau sulit diatasi. (Sofyan, dkk, 2007). Sub kelas kesesuaian lahan menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan didalam suatu kelas kesesuaian. Masing-masing kelas dibagi menjadi satu atau lebih subkelas kesesuaian tergantung pada jenis pembatas yang ada. Jenis pembatas dicerminkan oleh simbol huruf kecil yang diletakkan setelah simbol kelas. Misalnya S2n, artinya lahan tersebut mempunyai kelas kesesuaian S2 (cukup sesuai) degan pembatas n (ketersediaan hara). Untuk kelas S1 tidak ada pembagian subkelas (Rayes, 2006). Penilaian kesesuaian lahan bertujuan untuk menduga tingkat kesesuaian suatu lahan untuk berbagai kemungkinan penggunaan lahan. Penilaian ini berdasarkan beberapa sifat-sifat lahan (land characteristic) yang dihubungkan dengan persyaratan tumbuh tanaman yangakan dikembangkan. Penilaian kesesuaian lahan dilakukan pada kondisi aktual (current suitability) dan kondisipotensial (potentially suitability). Kondisi aktual berdasarkan penilaian parameter pada saat survey dilakukan, sedangkan kondisi potensial berdasarkan perkiraan kondisi lahan setelah adanya usaha perbaikan (land improvement) dilakukan. Usaha perbaikan dapat dilakukan oleh petani (Muslihat, 2001).

Universitas Sumatera Utara

Karakteristik Untuk Lahan Evaluasi

Sifat Fisik Tanah

Kedalaman Tanah Kedalaman tanah efektif adalah kedalaman tanah yang masih dapat ditembus akar tanaman. Banyaknya perakaran, baik akar halus maupun akar kasar, serta dalamnya akar-akar tersebut dapat menembus tanah dan bila tidak dijumpai akar tanaman, maka kedalaman efektif ditentukan berdasarkan kedalaman solum tanah (Hardjowigeno, 1987). Tekstur Tanah Tekstur tanah adalah perbandingan kandungan partikel-partikel tanah primer berupa fraksi liat, debu, dan pasir dalam suatu massa tanah. Partikel-partikel primer itu mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda dan dapat digolongkan kedalam tiga fraksi tersebut. Ada yang berdiameter besar sehingga dengan mudah dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi ada pula yang sedemikian halusnya, seperti koloidal, sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang (Sarief, 1986). Partikel-partikel tanah (tekstur tanah) yang dikelompokkan berdasarkan atas ukuran tertentu disebut fraksi (partikel) tanah, fraksi ini dapat menjadi kasar ataupun halus. Menurut system MOHR fraksi tanah pasir mempunyai ukuran 2.00-0.05 mm, debu 0.05-0.005 mm, dan liat 0.005 mm

(Sutedjo dan Kartasapoetra, 1991).

Universitas Sumatera Utara

Drainase Tanah Pembuatan fasilitas drainase mutlak diperlukan di daerah-daerah dimana muka air dekat dengan permukaan tanah bahkan menggenang, yang dimaksudkan untuk membuang air berlebihan dari profil tanah, terutama pada lapisan atas sehingga aerasi tanah yang baik tetap dipertahankan (Hakim, dkk, 1986). Tujuan utama drainase pada pada pertanian dan kehutanan adalah menurunkan dataran air untuk meningkatkan kedalaan pengakaran. Drainase menurunkan kandungan air pada musim semi, yang menyebabkan tanah menjadi hangat dengan lebih cepat (Foth, 1994).

Sifat Kimia Tanah

pH Tanah Reaksi tanah yang penting adalah masam, netral, atau alkalin. Pernyataan ini didasarkan pada jumlah ion H dan OH dalam larutan tanah, bila dalam tanah ditemukan ion H lebih banyak dari OH, maka disebut masam. Bila ion H sama dengan OH disebut netral, dan bila ion OH lebih banyak dari pada ion H disebut ion alkalin (Hakim, dkk, 1986). Peranan pH tanah meliputi: a. Mempengaruhi ketersediaan unsur hara tanaman b. Mempengaruhi nilai kapasitas tukar kation (KTK), terutama kejenuhan basa (KB) suatu tanah c. Mempengaruhi keterikatan unsur P d. Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme

Universitas Sumatera Utara

e. Mempengaruhi perubahan muatan listrik pada permukaan kompleks liat atau humus (Sarief, 1989).

C-Organik Kandungan C-organik dalam tanah ditentukan dengan metode pembakaran kering atau pembakaran basah. Pembakaran kering dilakukan dengan cara membakar contoh tanah diatas penangas, kemudian mengukur CO2 yang dilepaskan. Pembakaran basah dilakukan dengan mengoksidasi dengan asam khromat dengan jumlah berlebihan, kemudian dititrasi terhadap kelebihan oksidan tersebut (metode Walkley-Black). Hasilnya lebih semikuantitatif, tetapi dapat dilakukan lebih cepat dan sederhana (Hardjowigeno, 1993).

Kapasitas Tukar Kation (KTK) Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan ukuran kemampuan suatu koloid untuk mengadsorbsi dan mempertukarkan kation. KTK ini dapat didefenisikan pula sebagai ukuran kuantitas kation, yang segera dapat dipertukarkan dan yang menetralkan muatan negatif per unit berat bahan (Mukhlis, 2007). Besarnya KTK tanah tergantung pada (1) tekstur tanah, (2) tipe mineral liat tanah, dan (3) kandungan bahan organik. Semakin tinggi kadar liat atau tekstur semakin halus maka KTK tanah akan semakin besar. Demikian juga pada kandungan bahan organik tanah, semakin tinggi bahan organik maka KTK tanah akan semakin tinggi (Mukhlis, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Kejenuhan Basa Kejenuhan basa merupakan suatu sifat yang berhubungan dengan KTK. Terdapat juga korelasi positif antara % kejenuhan basa dan pH tanah. Umumnya, terlihat bahwa kejenuhan basa tinggi jika pH tanah tinggi (Tan, 1998). Kejenuhan basa sering dianggap sebagai petunjuk tingkat kesuburan tanah. Kemudahan pelepasan kation terjerap untuk tanaman tergantung pada tingkat kejenuhan basa. Suatu tanah dianggap sangat subur jika kejenuhan basanya 80%, berkesuburan sedang jika kejenuhan basanya antara 50 dan 80%, dan tidak subur jika kejenuhan basanya50% (Tan, 1998). Syarat Tumbuh Tanaman Durian

Tanah Jenis tanah yang cocok untuk untuk ditanami durian adalah Latosol, Podsolik Merah Kuning, dan Andosol (Rukmana, 1996). Tanaman durian menghendaki keadaan tanah yang subur, yakni tanah yang kaya akan kandungan bahan organik. Partikel penyusun tanah harus seimbang antara pasir, liat, dan debu sehingga mudah membentuk remah (AAK, 1997). Untuk kedalaman air tanah yang disyaratkan adalah 50-200 cm dari permukaan tanah. Sementara keasaman tanahnya harus sampai netral sampai netral, yaitu berkisar pada pH 6.0-7.0 (Trubus, 2003). Durian hanya bisa tumbuh dan berbuah dengan baik ditempat berketinggian tidak lebih dari 600 mdpl. Bila ditanam ditempat yang lebih tinggi

Universitas Sumatera Utara

maka akan terjadi perubahan kualitas buah. Ketinggian yang ideal ialah 200-500 m dpl (Untung, 2003).

Iklim Secara alamiah durian akan tumbuh baik di daerah beriklim basah dengan curah hujan 1.500-2.500 mm per tahun. Curah hujan tersebut harus merata sepanjang tahun atau terdapat 9-12 bulan basah dengan 0-3 bulan kering. Kalau bulan basah lebih dari 3 bulan maka tanaman perlu pengairan secara teratur untuk menjaga tanah tetap lembab. Pada masa pembungaan dan pembuahan, durian membutuhkan musim kering selama sekitar 3 bulan (Trubus, 2003). Tanaman durian paling cocok tumbuh pada suhu rata-rata 20o-30oC, dimana kelembaban udara (rH) sekitar 50%-80% (Rukmana, 1996). Proses fisiologis tanaman memerlukan energi yang diambil dari sinar matahari. Intensitas yang diperlukan tanaman durian 45-50%. Semakin rendah intensitas sinar matahari yang diterima, tanaman memerlukan waktu lebih lama untuk melakukan proses fisiologis sehingga perubahan karbohidrat dalam buah menjadi gula semakin sulit dilakukan. Suhu lingkungan mempengaruhi proses respirasi atau pernapasan dan berbagai proses lainnya (AAK, 1997).

Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit

Tanah Habitat asli kelapa sawit adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15 LU - 15 LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut (Wikipedia, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Tanah yang baik untuk budidaya kelapa sawit harus mengandung banyak lempung, beraerasi baik dan subur. Tanah harus berdrainase baik, permukaan air tanah cukup dalam, solum cukup dalam, tidak berbatu. Tanah latosol, ultisol dan aluvial yang meliputi tanah gambut, dataran pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit. Tanah memiliki derajat keasaman (pH) antara 4-6, topografi datar dan berombak sampai bergelombang, dan kelerengan ideal berkisar antara 0 sampai 25% (Hartono, 2008). Iklim Tanaman kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang cukup untuk melakukan fotosintetis, kecuali pada kondisi juvenile di pre-nursery. Panjang penyinaran yang diperlukan yaitu 5-12 jam/hari dengan kondisi kelembaban udara 80%. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 24-28o C. Kecepatan angin yang 5-6 km/jam sangat baik untuk membantu penyerbukan kelapa sawit (Pahan, 2008). Tanaman kelapa sawit membutuhkan curah hujan minimum berkisar 1000-1500 mm /tahun, terbagi merata sepanjang tahun (Liptan, 1992).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai