Anda di halaman 1dari 7

Bentuk polusi yang alami memang telah ada pada air permukaan.

Dengan beberapa pengecualian, proses pemurnian alami dapat menghilangkan atau paling tidak menjadikan air tersebut tidak berbahaya bagi kesehatan. Tanpa proses swa pemurnian, keberadaan air di bumi tidak dapat berkembang seperti sekarang ini (Tchobanologlous, 1986). Mekanisme swa pemurnian dari sistem air di alam yaitu terdiri atas proses fisika, kimia dan biologi. Kecepatan dan kesempurnaan proses yang terjadi bergantung pada banyak variabel, hal tersebut merupakan sistem alam yang spesifik. Karakteristik hidraulik, seperti volume, debit dan aliran turbulen, karakteristik fisik pada dasar dan tampungan material, variasi intensitas sinar matahari dan suhu, serta sifat kimia air, semua merupakan variabel sistem yang mempunyai pengaruh pada proses pemur-nian secara alami. Variabel sistem dari air di alam tersebut merupakan sifat dasar dan jarang dirubah. Proses-proses fisika dalam swa pemurnian sungai, antara lain yaitu pengen-ceran, sedimentasi dan resuspensi, filtrasi, perpindahan gas, dan perpindahan panas. Proses-proses yang lain merupakan proses kimiawi dan biokimia, antara lain proses konversi kimia dan metabolisme dalam media biologi. Dalam proses swa pemurnian sungai, dilibatkan juga mikro-organisme-mikroorganisme seperti bakteri, protozoa, alga dan organisme tingkat rendah lainnya. Model yang menggambarkan proses swa pemurnian akibat adanya buangan limbah organik ke dalam sungai, ditunjukkan seperti Gambar 2.

Buangan Limbah Organik ke Sungai

Bakteri dalam air menguraikan bahan organik

Mengambil O2 Terlarut dalam air jika jumlah bahan organiknya banyak, maka penyerapan O2 oleh bakteri juga banyak

O2 terlarut jadi turun

O2 di permukaan air masuk ke badan sungai

Gambar 2. Model proses swapemurnian air sungai

Proses Transformasi Oksigen Terlarut Air Limbah Proses transformasi oksigen terlarut (DO) banyak dibuat dalam bentuk model Oksigen Terlarut. Banyak model Oksigen Terlarut yang kini digunakan berdasarkan model yang dibuat oleh Streeter dan Phelps pada tahun 1925. Model tersebut memprediksi perubahan defisit oksigen sebagai fungsi dari BOD yang digunakan dan reaerasi dari aliran (Tchobanologlous, 1986):

D = CS C

..................

(1)

dimana: D = defisit Oksigen Terlarut (mg/l); CS = kandungan oksigen dalam keadaan jenuh (mg/l); C = kandungan oksigen pada suhu tertentu (mg/l). Dalam kondisi kesetimbangan yang konstan, harga CS tidak berubah, dan banyaknya perubahan defisit oksigen adalah:

dD dC dt dt

.............................

(2)

Defisit meningkat setara dengan meningkatnya penggunaan oksigen. Defisit oksigen terlarut mengendali-kan kekuatan dari reaerasi. Semakin besar defisit maka semakin besar pula harga reaerasi.

Laju Pelepasan Oksigen (Deoksigenasi) Tchobanologlous (1986: 85) berpendapat bahwa proses berkurangnya DO bersamaan dengan proses meningkatnya BOD. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

dY dC dt dt

........................ (3)

Subtitusi persamaan (2)

dY dD dt dt

..................... (4)

Jumlah oksigen yang digunakan dalam pengkonsumsian dari bahan organik (BODt) dapat ditentukan dari nilai Lt. Jika Lo adalah oksigen ekuivalen yang dikonsumsi atau besarnya BOD yang digunakan. Secara matematis dapat ditulis dengan persamaan berikut ini:
y L 0 L t ................... (5)

Karena L0 merupakan total penggunaan BOD maka nilai gabungannya, adalah sebagai berikut:

dL dY t ....................... (6) dt dt

BOD5 hanya menunjukkan kebutuhan oksigen selama 5 hari. Total BOD atau BOD untuk suatu periode waktu tertentu dapat ditentukan dengan penambahan beberapa informasi. Konstanta yang menunjukkan peng-gunaan bahan organik oleh mikroorganisme diasumsikan merupakan reaksi orde satu. Konstanta reaksi tersebut dinyatakan sudah cukup untuk mendapat jumlah BOD yang ada (Metcalf dan Eddy, 1991: 72). Secara matematis dapat ditulis:

dY k.Lt ................. dt

(7)

Dengan menggabungkan persamaan (6) dan (14) secara subtitusi dihasilkan:

dD k.L t ..................... dt

(8)

Keadaan tersebut merupakan reaksi orde satu dan menunjukkan besarnya perubahan pengurangan oksigen terlarut pada saat t dimana BOD sebanding dengan oksigen ekuivalen dengan bahan organik yang tersisa. Dari persamaan (8) laju pelepasan oksigen dirumuskan sebagai berikut:

r1

= k1 . Lt

.......................... (9)

dimana: r1 = laju pelepasan oksigen (mg/l. hari); k1 =

konstanta

laju

pelepasan (hari-1); Lt = sisa BOD dari karbon pada waktu t (mg/l).

Laju Penyerapan Oksigen (Reoksigenasi)

Besarnya reaerasi reaksi orde satu berkenaan dengan besarnya defisit oksigen. Secara matematis laju penyerapan oksigen diekspresikan sebagai berikut (Tchobanologlous, 1986):

r2 = - k2 . D ....................... (10) dimana: r2 = laju penyerapan oksigen (mg/l. hari); k2 reaerasi (hari ); D
-1

konstanta

laju

= defisit oksigen terlarut (mg/l).

Tanda negatif pada persamaan di atas hanya menunjukkan secara fakta bahwa penambahan oksigen mereduksi pengurangan oksigen. Nilai k2 merupakan nilai yang spesifik. Faktor yang mempengaruhi k2 meliputi turbulensi aliran (merupakan fungsi dari kecepatan dan karakteristik saluran/sungai), luas permukaan, kedalaman air dan suhu.

Koefisien-koefisien Pemodelan

Koefisien laju pelepasan oksigen (k1) Koefisien laju pelepasan oksigen tidak hanya bergantung pada waktu dan temperatur saja akan tetapi bergantung juga pada tipe bahan organik yang ada dan kondisi biologis, kimiawi dan fisik dari air limbah yang ada. Perhitungan koefisien ini biasanya dilakukan pada suhu 20C. Oleh karena itu terkadang disebut k1 20. Nilai k1
20

biasanya sekitar 0,05 sampai 0,2 perhari. Untuk buangan proses

biologis kisarannya adalah 0,05-0,10 per hari. Untuk limbah suatu air tertentu, nilai untuk k1 20 dapat dicari melalui percobaan dengan mengamati variasi waktu dari oksigen terlarut pada suatu seri contoh yang sudah diinkubasi. Telah diketahui bahwa variasi k1 adalah berubah menurut suhu, yaitu sebagai berikut: (Linsley, 1991). k1 T = k1 20 1,047 T-20 .................... (11)

dengan: k1

20

= koefesien laju pelepasan oksigen pada suhu 20C (hari-1); T =

temperatur (C).

Koefesien re-aerasi (k2) Nilai k2 merupakan nilai yang spesifik. Faktor yang mempengaruhi k2 meliputi turbulensi aliran, merupakan fungsi dari kecepatan dan karakteristik saluran atau sungai, luas permukaan, kedalaman air dan suhu (Metcalf dan Eddy, 1991). Nilai koefesien Laju reaerasi persamaan (12) suatu rumus yang diajukan oleh O Connor dan Dobbins adalah: (Linsley, 1991).

k 2 20 3.93

U 0 .5 H 1.5

.. (12)

dimana: U = kecepatan sungai rata-rata (m/s); H = kedalaman aliran rata-rata, (m).

Gambar 3. Reaerasi versus kedalaman dan kecepatan (Sumber : QUAL2K Documentation and User Manual)

Turbulensi Aliran Meningkatkan Aerasi Masuknya udara ke dalam aliran turbulen merupakan ciri khas gambaran dari suatu awal proses perubahan jumlah konsentrasi gas di dalam air (Guliver et.all, 1997). Selanjutnya dikatakan masuknya udara ke dalam air terjadi ketika energi kinetik turbulensi cukup besar untuk menanggulangi tegangan permukaan dan

pengaruh gravitasi. Pemasukan udara terjadi untuk aliran turbulen dengan kecepatan U = 0,1 0,3 m/det (Chanson, 1993). Transfer oksigen dari udara ke permukaan air sungai bertubulensi tinggi menjadi sumber tandon dari DO (Guliver et al., 1997). Arus turbulen juga me-ningkatkan proses aerasi, mengurangi waktu pemurnian atau mengurangi jarak pemurnian (Nemerow, 1991). Namun arus turbulen dalam batas tertentu dapat men-campur kotoran dan sedimen dalam air, kemudian membubarkan bahan organik dan mencegah terjadinya endapan (Nemerow, 1991). Reaerasi tergantung pada derajat turbulent mixing. Dipengaruhi kecepatan sungai dan luas permukaan dan ditekankan pada luas atmosfir dengan volume air. Suatu sungai yang sempit dan dalam memberikan nilai K kecil, dibanding dengan permukaan lebar volume kecil, k besar. Perbandingan dinyatakan dengan urmus 12 di atas. United States Public Healt Service melakukan penelitian di sungai beraliran turbulen yaitu Sungai Ohio dan merupakan sungai dalam. Pada aliran turbulen DO meningkat sebesar minimum 21% dalam hari recovered 82% dalam 2,25 hari. Proses ini menunjukkan bahwa aliran turbulen mempunyai lebih besar kapasitas asimilasi akibat lebih banyak aerasi.

Anda mungkin juga menyukai