Anda di halaman 1dari 3

Kisah Ibu Pencetak 10 Hafidz Quran

Eits...Anda gak salah ketika melihat judul ini, dan kisah ini pun bukan sekedar cerita dongeng belaka dari negeri antah berantah, karena ternyata memang ada seorang ibu yang mampu mendidik kesepuluh anaknya (bukan anak ke-sepuluh yah :D) menjadi hafidz quran..! Subhanallah ya, sesuatu..! Yuk, kita simak kisahnya berikut ini :

Ibu para hafidz. Itulah julukan yang layak disematkan kepada Hj Wirianingsih. Betapa tidak, ia berhasil mencetak ke-10 buah hatinya menjadi penghapal Al Quran. Al Quran, bagi Wirianingsih dan keluarganya, adalah kunci meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Itulah prinsip dasar yang dipegang teguh pasangan Mutammimul Ula Wirianingsih dalam mendidik buah hatinya. Muslimah kelahiran Jakarta, 11 September 1962 itu, mengaku sedari kecil sudah sangat akrab dengan ayat-ayat Al Quran. Ia lalu mengajarkan hal serupa kepada buah hatinya. Wirianingsih mengenalkan Al Quran, sebagai pegangan hidup, kepada buah hatinya sejak dini. Menurutnya, pengenalan nilai Al Quran memang harus diberikan kepada anak-anak, sejak masih kecil. Sebab dengan membiasakan anak-anak berinteraksi dengan Kitab Suci, akan menumbuhkan kecintaan terhadap Al Quran hingga mereka menginjak dewasa. Beberapa metode pengajaran Al Quran mereka terapkan. Antara lain, pengajian rutin Al Quran seusai Maghrib, membiasakan shalat Subuh di masjid yang dilanjutkan dengan aktivitas hafalan Al Quran, membiasakan membaca buku, serta berbagai kegiatan lainnya. Selain mendapatkan pendidikan langsung dari kedua orangtua, anak-anak juga menimba pendidikan di pesantren tahfidz. Sehingga tidaklah mengherankan, jika dalam waktu tidak terlalu lama, mereka sudah mampu menghafal Al Quran. Inilah Prestasi Buah Hati Mereka: Afzalurrahman, 21 thn, smst 6 Teknik Geofisika ITB, hafal Al Quran sejak usia 13 thn. Sekarang masuk dalam program PPSDMS, ketua Pembina Majelis Taklim Salman ITB, terpilih peserta Pertamina Youth Programme 2007 dari ITB. Faris Jihady Hanifa, 20 thn, smst 4 Fak Syariah LIPIA, hafal Al Quran sejak usia 10 thn. Juara 1 lomba tahfidz Al Quran 30 Juz yang diselenggarakan Kerajaan Saudi di Jakarta 2003, juara 1 lomba olimpiade IPS tingkat SMA yang diselenggarakan UNJ 2004. Maryam Qonitat, 18 thn, smst 2 Fak Ushuludin Universitas AL Azhar Cairo, hafal Al Quran usia 16 thn. Pelajar teladan/lulusan terbaik Husnul Khotimah 2006. Scientia Afifah, 17thn, kelas 3 SMU 28, hafal 10 Juz Al Quran, juara mengarang tkt SD se-Kab Bogor 2000, Pelajar Teladan, lulusan terbaik MTS Al Hikmah 2004. Ahmad Rosikh Ilmi, 15 thn, kelas 1 MA Khusnul Khotimah, baru hafal 6 juz, Pelajar Teladan SDIT Al Hikmah thn 2002, lulusan terbaik MTs Al Kahfi 2006.

Ismail Ghulam Halim, 13 thn, kelas 2 MTs Al Kahfi, baru hafal 8 juz, Juara Olimpiade IPA tkt SD Jaksel 2003, meraih 4 penghargaan Al Kahfi 2006 (tahfiz terbaik, santri favorit, santri teladan, juara umum) ketua OSIS Pesantren Al Kahfi . Yusuf Zain Hakim ,12 thn, kls 1 Mts Al Kahfi, hafal 5 juz. rangking 1 dikelasnya. Muh Saihul Basyir, 11 thn, kelas 5 SDIT Al Hikmah, hafal 25 juz. Hadi Sabila Rosyad, 9 thn, kelas 4 SDIT Al HIkmah, hafal 2 Juz. Himmaty Musyassarah, 7 thn, hafal 1 juz. Hasna, wafat usia 3thn 7 bln. Inilah Rahasia Mereka Dalam Mendidik Keluarga: Mengajarkan Al Quran sejak usia 4 tahun. Doktrin yang ditanamkan dalam keluarga bahwa Al Quran adalah kunci kebahagiaan dunia dan akhirat. Jangan terlalu mengandalkan sekolah. 2/3 keberhasilan pendidikan itu ada di rumah. Keberhasilan pendidikan anak adalah hasil integrasi kedua orang tuanya, bukan dari ibu saja. Malah sebenarnya lebih besar tanggung jawab seorang ayah dibanding ibu. Contoh ayah idaman dalam Al Quran = Luqman. Suami yang membangun visi keluarga dan istri yang mengisi kerangka visi itu. Sejarah mencatat, orang-orang shalih dibentuk oleh ayah yang mengerti akan perannya dalam mendidik anak. Keluarga ini memiliki perhatian yang tinggi terhadap anak dan pendidikan, diantaranya: perhatian dari A-Z, potong kuku, bersihkan telinga, dll. File-file khusus yang menyimpan catatan tentang anak, hasil ulangan dll. Kekayaan keluarga adalah anak dan buku. Setiap liburan, selalu mengajak anak ke toko buku, dan ada perpustakaan dengan 4000 buku di rumah. Visi yang ada di kepala adalah anak-anak kami semuanya harus menjadi hafidz quran. Sehingga hal-hal yang dilakukan antara lain: 1) Kelliling jawa dan madura untuk melihat pesantren tahfidz terbaik. Pilihan jatuh di kudus. Walau orang mencibir untuk apa menjadi hafidz quran dan menitipkan anak di pesantren. 2) Tujuh tahun pernikahan tanpa televisi. 3) Setiap hari diperdengarkan murottal. 4) Sang ibu mengajar sendiri dengan metode Qiroati. Nasihat sang suami yang mencerminkan kekuatan visinya sebagai kepala keluarga, Bu kita harus berbeda dengan orang lain dalam kebaikan. Orang lain duduk kita sudah harus berjalan, orang lain berjalan kita sudah harus berlari, orang berlari kita harus sudah tidur, orang lain tidur kita sudah harus bangun. Jangan sedikitpun berhenti berbuat baik sampai soal niat. Kita tidak boleh lalai karena kita tidak tahu kapan Allah mencabut nyawa kita..." 3 fase interaksi dengan anak menurut Imam Ali. 1) 7 tahun pertama = perlakukan dia seperti raja masa pembentukan tumbuh kembang otak dan menyerap informasi. 2) 7 tahun kedua = perlakukan ia seperti tawanan perang dalam kedisiplinan masa penanaman sikap, disiplin, disiplin, dan disiplin. 3) 7 tahun ketiga dan seterusnya = perlakukan ia sebagai teman atau sahabat. Para pakar mengatakan 7 sd 12 adalah golden age. Usia emas. Saat itulah fase pembentukan sikap, perilaku, dan penanaman nilai yang paling penting.

Rasul menyuruh shalat di usia 7 tahun, dan bila sampai 10 tahun belum shalat maka pukullah ia. Setiap menjelang tidur, ibu selalu menceritakan kisah-kisah para nabi dan rasul. Jadwal dalam papan besar untuk belajar Al Quran bagi 11 anak. Bada maghrib dan bada subuh adalah waktu interaksi dengan Al-Quran. Bada subuh murajaah, bada maghrib hafalan. Penghargaan yang tulus atas usaha anak Nak ibu bangga sekali dengan kamu, meskipun sulit tapi kamu disiplin menyetorkan hafalan 2 ayat setiap hari Anak pertama dan kedua sejak usia 5 dan 4 tahun terbiasa bangun sebelum subuh. Tidak lupa membangun dakwah di keluarga besar. Saat kedua orang tua all out di luar rumah, keluarga besar-lah yang terlibat mengawasi anak-anak. Caranya, rutin berkunjung ke keluarga besar untuk menjalin hubungan baik dengan mereka. Kesulitan di masa pembentukan adalah faktor keistiqomahan. Harus konsisten mengontrol. Memagari anak-anak dari pengaruh negatif. Ada agreement dengan anak-anak kapan saat menonton TV (jam berapa, film apa, berapa jam, dll) dan ada hukuman bila dilanggar (pelanggaran pertama, dilarang stel tv selama 3 hari, pelanggaan kedua, dilarang stel tv selama seminggu, pelanggaran ketiga, tv diletakkan di atas lemari saja) aturan berlaku termasuk untuk orang tua. Terkadang diingatkan, Nak, hafalanmu banyak, TV itu bisa memakan bagian pikiranmu

Anda mungkin juga menyukai