Anda di halaman 1dari 11

ARVIANDI ANTARIKSA 09/284439/TK/353

Review: Chapter 9. Monitoring dan Evaluasi Kebijaka


Bab ini penulis menerangkan tahapan-tahapan untuk melakukan evaluasi dengan metode cepat. Analisis dengan metode cepat ini dikenal dengan evaluasi ex-ante dan Untuk bisa melakukan analisis tesebut, terlebih dahulu memahami evaluasi ex-post.

prinsip-prinsip dasar metode cepat yang digunakan. Hal tersebut dapat membantu para analis untuk mengerjakan evaluasi ex-ante dan evaluasi ex-post dengan metode yang akurat dan andal dalam proses evaluasi. Di samping itu analis dapat menyusun rancangan evaluasi menjadi analisis yang bisa direkomendasikan. Ditambah lagi informasi yang didapat dalam analisis ex-post dapat membantu unuk menambahkan informasi di dalam analisis ex-ante yang dikerjakan sebelumnya. Hal ini perlu dilakukan sebab evaluasi ex-ante dan ex-post merupakan suatu rangkaian proses evaluasi suatu kebijakan. Suatu rencana kebijakan sebaiknya ditinjau dan dievaluasi terlebih dahulu, baik sebelum diimplementasikan maupun sudah diimplementasikan. Hal ini sangat penting mengingat suatu kebijakan dalam implementasinya memungkinkan terjadinya perubahanperubahan dalam kenyataannya sehingga ada ketidaksesuaian antara rencana dengan implementasinya. Perhatian-perhatian tersebut perlu dilakukan monitoring dan evaluasi kebijakan dan program-program untuk meninjau bahwa alternatif yang benar telah diimplementasikan, untuk menjamin bahwa tidak terjadi perubahan yang tidak beraturan, dan untuk memastikan apakah kebijakan tersebut telah memberikan dampak yang sesuai dengan rancangan yang telah dibuat. Kegiatan monitoring dapat memperlihatkan kita apakah suatu program dapat berjalan atau tidak. Suatu kebijakan ada kalanya mengalami suatu kegagalan dalam implementasinya. Dalam bab ini juga menerangkan jenis-jenis kegagalan suatu kebijakan dan langkah-langkah untuk menyusun kebijakan yang lebih baik agar memberikan wawasan sebelum melangkah dalam tahap-tahap untuk melakukan evaluasi ex-post dengan metode cepat. Jenis-jenis kegagalan tersebut diterangkan penulis antara lain disebabkan oleh tidak sesuainya implementasi kebijakan dengan rencana yang telah dibuat (kegagalan program), ataupun kebijakan telah diimplementasikan sesuai dengan rencana namun dampak yang dihasilkan tidak sesuai yang diharapkan (kegagalan teori). Langkah-langkah dalam penyususnan kebijakan dijelaskan penulis menurut pandangan Bardach antara lain :

1. Pastikan bahwa teori-teori yang melandasi kebijakan tersebut beralasan dan canggih.

2. Pilih strategi administratif dengan mengandalkan data aktual dan permintaan pasar dibanding alasan-alasan birokratis 3. Identifikasi elemen-elemen program dan siapa saja yang dapat menetapkannya. 4. Identifikasi aktor-aktor yang berperan serta perananya. 5. Identifikasi mekanisme fasilitsasi dan penarikan kembali. 6. Tentukan tahapan-tahapan suatu program hingga sesuai yang diharapkan. Proses evaluasi kebijakan merupakan suatu rangkaian yang utuh dan bukanlah suatu kegiatan yang sederhana yang hanya dilakukan pada siklus akhir dalam implementasi kebijakan. Maka dari itu penulis juga menerangkan rangkaian tahapan analisis evaluasi yang dilakukan antara lain :
1. Analisis kebijakan atau evaluasi ex-ante, merupakan suatu proses evaluasi yang

dilakukan dalam tahap perencanaan. kebijakan yang akan dilakukan.

Analisis ini berguna untuk memberikan

alternatif-alternatif yang dibutuhkan bilamana terjadi kegagalan dalam implementasi

2. Policy maintenance, merupakan suatu kegiatan untuk menjamin tidak terjadi

perubahan-perubahan kebijakan dengan sembarangan, serta mencatat perubahanperubahan untuk diidentifikasi dan dipertimbangkan selama program.
3. Monitoring Kebijakan, merupakan proses identifikasi vaiabel-variabel kunci yang

didapat setelah implementasi program. 4. Evaluasi ex-post, merupakan suatu proses yang mengukur tingkat keberhasilan suatu program dengan informasi data kuantitatif dan kualitatif. Hal ini berguna untuk menentukan apakah suatu kebijakan ini dapat diteuskan atau dihentikan. Evaluasi ex-post merupakan evaluasi yang paling menentukan kelanjutan kebijakan dan pogram yang telah diimplementasikan. Dalam bab ini, penulis juga menjelaskan berbagai pendekatan dasar untuk melakukan evaluasi kebijakan dalan tahap evaluasi expost. Pendekatan-pendekatan tersebut antara lain :

1. Pendekatan perbandingan sebelum dan sesudah (before and after comparisons),

pendekatan dengan perbandingan sebelum dan sesudah ini merupakan metode yang umum digunakan. Pendekatan ini dilakukan dengan membandingkan kondisi sebelum diimplementasikannya suatu kebijakan dengan sesudah diimplementasikannya suatu kebijakan.
2. Pendekatan perbandingan dengan dan tanpa (with and without comparisons),

merupakan pendekatan yang dilakukan dengan cara membandingkan suatu lokasi yang direncanakan (dengan program) dengan lokasi tersebut jika tidak direncanakan (tanpa program), dan keduanya juga dibandingkan sebelum dan sesudah diimplementasikan.
3. Pendekatan perbandingan kinerja aktual versus rencana, merupakan pendekatan

yang dilakukan dengan cara membandingkan data-data aktual dengan sasaransasaran yang ingin dicapai pada periode sebelumnya, biasanya ini dilakukan sebelum implementasi dilakukan. Dengan begitu analis dapat menyusun targettarget secara lebih terperinci. 4. Pendekatan model eksperimental, merupakan metode yang dilakukan dengan cara menguji individu-individu atau kelompok yang menjadi target dari suatu kebijakan dan dibuat suatu perbandingan. Metode ini merupakan suatu tindak lanjut dari pendekatan before and after yang sederhana. 5. Model quasi-eksperimental, pendekatan ini berguna untuk evaluasi langsung jika dalam kenyataanya suatu pengalaman tidak dijalankan, yaitu bila tidak bisa mengendalikan pelaku kebijakan, atau kebijakan tersebut tidak tepat sasaran.
6. Pendekatan evaluasi cost-oriented, pendekatan ini dapat dilakukan dengan

mengasumsikan bahwa pemerintah dan instansi terkait memiliki anggaran yang terbatas untuk melaksanakan program atau kebijakan. Ada dua tipe model adalam cost-oriented antara lain : 1. Analisis cost-benefit 2. Analisis efektifitas biaya Berbagai pendekatan dijeaskan oleh penulis dengan cukup baik, kini pertanyaanya adalah metode pendekatan mana yang baik untuk digunakan? Untuk menjawab itu penulis

menjelaskan bahwa semua pendekatan itu baik dilakukan, asalkan dapat tepat sasaran dan dapat menjadi masukan untuk membangun kebijakan yang lebih baik. Penulis juga menjelaskan prinsip-prinsip analisis cepat dan untuk memaksimalkan hasil evaluasi, antara lain : 1. Tentukan fokus evaluasi 2. Tentukan data apa saja yang diproduksi 3. Tentukan perubahan apa saja yang akan diukur 4. Identifikasi tindakan kebijakan atau intervensi apa yang akan dievaluasi 5. Gunakan berbagai metode pengukuran 6. Rancanglah evaluasi yang mampu merespon perubahan-perubahan program 7. Rancanglah evaluasi yang sedang berjalan hingga akhir 8. Libatkan staf program dalam evaluasi 9. Kenali politik dalam evaluasi 10. Buatlah temuan-temuan preliminary 11. Lakukan presentasi hasil evaluasi dengan baik Dengan memahami prinsip-prinsip dasar di atas untuk melakukan evaluasi program maka kita dapat berharap terjadi perubahan yang lebih baik dari kebijakan-kebijakan yang kurang atau tidak tepat sasaran.

Evaluasi Program dengan Menggunakan Pendekatan Perbandingan Before and After

Program : Urban Development of Leipzig City 2020 A. Gambaran Umum Program Program pembangunan Kota Leipzig diawali oleh krisis besar-besaran pada era perang dingin, di mana pada saat itu Kota Leipzig masuk dalam regional Jerman Timur. Kemerosotan jumlah penduduk berawal dari tragedi Monday Demonstration yang menuntut penanganan kemiskinan dan pekerjaan. Setelah itu kondisi Kota Leipzig terus merosot, kondisi sektor industri yang menjadi sektor basis mengalami colapse karena tidak ada pekerja dan kondisi perukiman merosot drastis. Dan pada tahun 1998 merupakan titik terendah dari jumlah penduduk yang tinggal di kota. Untuk membangun kembali Kota Leipzig, pemerintah jerman merencanakan Urban Development dengan sasaran menumbuhkan kembali jumlah penduduk serta menghidupkan kembali Kota Leipzig. Rencana yang mulai dilaksanakan pada tahun 2000 dan berakhir tahun 2020 telah mengalami perkembangan. Sasaran rencana tersebut adalah pekerja pabrik yang meninggalkan kota. Komponen yang terkandung dalam program ini antara lain :
1. Pembangunan kawasan industri untuk meningkatkan perekonomian

2. Pembangunan infrastruktur dan permukiman

3. Pembangunan kawasan hijau Saat ini Kota Leipzig dalam tahap madya, namun sudah tampak perubahan yang signifikan. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi untuk meninjau tingkat keberhasilan program-program yang telah dijalankan.

B.

Pertanyaan Evaluasi Dalam proses evaluasi ini muncul bebeapa pertanyaan terkait program pembangunan

Kota Leipzig, antara lain : 1. Bagaimanakah kondisi kawasan Kota Leipzig setelah dilaksanakanya program pembangunan kawasan perkotaan ? 2. Sejauh mana perubahan yang terjadi dalam Kota Leipzig setelah dijalankanya program pembangunan? 3. Apakah program-program yang dijalankan sesuai dengan rencana yang telah dibuat?

C.

Tujuan Evaluasi Evaluasi ini memiliki tujuan antara lain :


1. Untuk membandingkan kondisi kawasan sebelum dan sesudah dijalankannya

program 2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari suatu program 3. Untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan program 4. Untuk memberikan suatu rekomendasi yang bermanfaat untuk kelangsungan program

D.

Metodologi Evaluasi

Metode evaluasi yang digunakan adalah pendekatan before and after comparisons. Metode tersebut dilakukan dengan cara membandingkan kondisi-kondisi sebelum dilaksanakanya program tersebut dengan kondisi setelah dijalankanya program tersebut. Dengan membandingkan kondisi sebelum dan sesudah program dapat dicapai tingkat keberhasilan dan kesuaian program dengan rencana.

E.

Prosedur Evaluasi Evaluasi kebijakan merupakan suatu proses yang tidak mudah, oleh sebab itu dalam

mengevaluasi kebijakan sebaiknya mengikuti prosedur-prosedur yang sesuai dengan metode/pendekatan yang kita gunakan. 1. Tentukan fokus evaluasi 2. Tentukan data apa saja yang diproduksi 3. Tentukan perubahan apa saja yang akan diukur 4. Identifikasi tindakan kebijakan atau intervensi apa yang akan dievaluasi 5. Gunakan berbagai metode pengukuran 6. Rancanglah evaluasi yang mampu merespon perubahan-perubahan program 7. Rancanglah evaluasi yang sedang berjalan hingga akhir 8. Libatkan staf program dalam evaluasi 9. Kenali politik dalam evaluasi

F.

Langkah-langkah Evaluasi Dalam mengevaluasi suatu kebijakan ada baiknya kita mengikuti langkah-langkah

dalam evaluasi, agar evaluasi yang dilakukan sesuai dengan yang diharapkan. Adapun langkah-langkah tersebut antara lain :

1. Menentukan fokus evaluasi 2. Menentukan data apa saja yang diproduksi 3. Menentukan perubahan apa saja yang akan diukur 4. Mengidentifikasi tindakan kebijakan atau intervensi apa yang akan dievaluasi 5. Mengukur dengan menggunakan berbagai metode pengukuran 6. Merancang evaluasi yang mampu merespon perubahan-perubahan program 7. Merancang evaluasi yang sedang berjalan hingga akhir

G.

Evaluasi Secara Umum Berikut evaluasi secara umum untuk program-program yang telah dijalankan di Kota

Leipzig, Jerman.

Pembahasan evaluasi ini akan dijabarkan sesuai dengan komponen-

komponen pembangunan (poin A). 1. Pembangunan kawasan industri untuk meningkatkan perekonomian Pembangunan kawasan industri ini bertujuan untuk meningkatkan kembali kehidupan masyarakat di Kota Leipzig, yang sebelum ini meninggalkan kota akibat merasa tidak sejahtera. Dengan begitu pemerintah Jerman membangun kawasan industri baru yang sesuai dengan sektor basis dari ekonomi kota tersebut. Pada mulanya, Leipzig memang diperuntukan sebagai kawasan industri. Namun setelah masa Perang Dunia II dan terbaginya Jerman menjadi dua bagian, Kota Leipzig mengalami kemrosotan drastis. Kesejahteraan pekerja menurun sehingga banyak masyarakat atau pekerja yang mogok kerja. Dengan begitu banyak pabrik-pabrik besar di kota itu mengalami kebangkrutan. Pada tahun 1989 merupakan awal dari titik balik kondisi Kota Leipzig yang berupa demonstrasi besar-beasaran, Monday Demonstration, oleh warga kota. Setelah kejadian itu jumlah penduduk Kota Leipzig mengalami penurunan drastis dan tenaga kerja pun ikut merosot hingga tahun 1998 jumlah penduduk kota kurang lebih 550.000 jiwa. Namun setelah dibangunya kawasan industri baru menstimulasi pertumbuhan

penduduk karena telah menyerap tenaga kerja sedikit demi sedikit. Pembangunan kawasan industri baru terus berkembang, dengan konsep yang matang dan lokasinya jauh dari pusat kota menjadikan para investor tertarik untuk membangun usaha di kota trsebut. Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Tenaga Kerja

2. Pembangunan infrastruktur dan permukiman Pembangunan kawasan permukiman merupakan tindak lanjut untuk mengentaskan masalah-masalah yang terjadi di lingkungan permukiman. Kondisi permukiman pada masamasa kemerosotan penduduk cukup parah. Banyak bangunan-bangunan yang rusak dan infrastruktur pendukung juga mengalami kerusakan. Namun setelah dilakukan pembangunan, kini kondisi permukiman di Kota Leipzig kian membaik. Mereka menggunakan konsep konservasi dengan membangun kembali bangunan dengan bentuk yang sama dengan dulu untuk mempertahakan citra kota. Infrastruktur yang dibangun merupakan infrastruktur hijau yang ramah lingkungan, sebab tujuan pembangunan utama adalah sektor industri sebagai basis ekonomi, oleh sebab itu perlu adanya pembangunan yang bersifat ramah lingkungan untuk mengurangi dampak dari industri tersebut. Dengan dibangunnya sarana permukiman yang layak kini masyarakat di Kota Leipzig dapat tinggal dengan layak pula. Ditambah lagi kini jumlah penduduk kota kian bertambah seiring dilaksaakannya pembangunan kota tersebut.

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Penduduk Kota Leipzig

3. Pembangunan kawasan hijau Pembangunan kawasan hijau merupakan gagasan yang berguna untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh kawasan industri di Kota Leipzig. Sebelum ini belum ada konsep kawasan hijau, sehingga terjadilah degradasi lingkungan. Menanggapi hal tersebut pemerintah Jerman mencanangkan pembangunan kawasan hijau untuk mengatasi masalah tersebut. Pembangunan kawasan hijau ini berkonsepkan sebagai sabuk yang mengitari kawasan industri dan seolah melindungi pusat kota. Pembangunan ini sedikit mengalami kendala pada proses pembebasan lahan, namun kini sedikit demi sedikit mulai terbangun.

Gambar 3. Konsep Kawasan Hijau Kota Leipzig

Surat Pernyataan
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam proses pengerjaan tugas ini, saya tidak bekerja sama dengan rekan satu kelas saya. Dengan begitu saya bisa memastikan bahwa tugas saya adalah asli karya saya sendiri.

Sleman, 19 Oktober 2012

Arviandi Antariksa NIM. 09/284439/TK/35316

Anda mungkin juga menyukai