Anda di halaman 1dari 20

PEMANFAATAN Azolla microphylla, Khauf.

SEBAGAI BIOAKUMULATOR UNTUK MENURUNKAN KADAR KARBOFURAN

Tesis untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister of Science

Program Magister Program Studi Biologi

Disusun oleh SULISTYO 07/ 261370/ PBI/ 819

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2009

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadlirat ALLAH SWT yang telah memberi kekuatan dan kelancaran sehingga dapat menye lesaikan naskah tesis ini. Dengan selesainya naskah tesis ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : Dr. Suwarno Hadisusanto, selaku Dosen Pembimbing/Penguji, Prof. Dr. S. Djalal Tandjung, M.Sc, dan Dr. Diah Rachmawati, M. Si selaku Dosen Penguji, Pengelola Pascasarjana Fakultas Biologi UGM Yogyakarta beserta staf, Rektor UGM Yogyakarta beserta jajarannya, Direktur Administrasi Akademik UGM Yogyakarta beserta staf, Dekan Fakultas Biologi UGM Yogyakarta beserta staf, Dirjen Pendidikan Islam Departemen Agama R.I. beserta staf, Kepala UPT LPPT UGM Yogyakarta beserta staf, Kepala UPT Perpustakaan Pusat UGM Yogyakarta beserta staf, Kepala Perpustakaan Fakultas Biologi UGM Yogyakarta beserta staf, Kepala Perpustakaan PSLH UGM Yogyakarta beserta staf, Kepala BBTKL dan PPM Yogyakarta beserta staf, Direktur Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta, seluruh Dosen, Guru dan Ustadz, rekan sobat sekalian yang tak dapat saya sebutkan satu per satu. Semoga bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari ALLAH SWT. Penulis mengharapkan sumbangan pemikiran dan saran dari berbagai pihak yang dapat menunjang perbaikan naskah ini. Semoga naskah ini dapat bermanfaat bagi para pengguna.

Yogyakarta,

Desember 2009

Penulis

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pemah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, clan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pemah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta,

IV

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................ HALAMAN PENGESAHAN .......................................................... KATA PENGANTAR ...................................................................... HALAMAN PERNYATAAN .......................................................... DAFTAR ISI ..................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................. DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... INTISARI ........................................................................................... ABSTRACT ...................................................................................... BAB I PENDAHULUAN ................................................................. A. Latar Belakang ................................................................... B. Permasalahan .. C. Tujuan ................................................................................ D. Manfaat .............................................................................. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Indikator Pencemaran . B. Azolla microphylla ............................................................. 1. Klasifikasi A. microphylla ............................................ 2. Deskripsi A. microphylla ............................................. C. Fiksasi Nitrogen ................................................................ D. Pestisida .............................................................................. E. Hipotesis ..... BAB III METODE PENELITIAN ... A. Tahap Persiapan .... B. Tahap Pelaksanaan C. Tahap Tabulasi dan Analisis Data BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . BAB V PENUTUP ..............................

i ii iii iv v vii viii ix x 1 1 2 2 2 3 5 8 8 8 9 10 11 12 12 12 22 23 42

A. Kesimpulan ............................... B. Saran ................................. DAFTAR PUSTAKA ................................ LAMPIRAN .......................................................................................

42 42 43 46

vi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Hasil Pemecahan Bahan Buangan Oleh Mikroorganisme ............ 2. Rancangan Percobaan 6 22

vii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman 47

1. Data hasil pengukuran parameter ............................................................. 2. Hasil Pengaruh Kedua Perlakuan dan Keempat Konsentrasi Karbofuran Terhadap Rata-rata Hasil Pengukuran Beberapa Parameter . 3. Hasil Analisis Statistik Pengukuran Kadar Zat Padat Terlarut (TDS)....... 4. Hasil Analisis Statistik Pengukuran Kadar Zat Padat Tersuspensi (TSS).. 5. Hasil Analisis Statistik Pengukuran Kadar Oksigen Terlarut (DO) .......... 6. Hasil Analisis Statistik Pengukuran Tingkat Keasaman (pH) ................... 7. Hasil Analisis Statistik Pengukuran Kadar Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD) ......................................................................................... 8. Hasil Analisis Statistik Pengukuran Kadar Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) .............................................................................................. 9. Hasil Analisis Statistik Pengukuran Kadar Nitrat ...................................... 10. Hasil Analisis Statistik Pengukuran Kadar Amonia ................................... 11. Hasil Analisis Statistik Pengukuran Kadar Karbofuran

48 49 56 63 70

77

84 91 98

pada Sampel Air Uji ................................................................................... 106 12. Hasil Analisis Statistik Pengukuran Kadar Karbofuran pada A. microphylla..................................................................................... 113 13. Hasil Pengukuran Kadar Karbofuran pada Sampel Air Uji ....................... 120 14. Hasil Pengukuran Kadar Karbofuran pada A. microphylla ....................... 133

viii

PEMANFAATAN Azolla microphyla, Khauf. SEBAGAI BIOAKUMULATOR UNTUK MENURUNKAN KADAR KARBOFURAN Sulistyo 07/261370/PBI/819

INTISARI A. microphylla dapat berperan sebagai water purifier untuk memisahkan atau menghancurkan polutan sebagai nutriennya dan mengubah atau menghilangkan polutan ini dari air. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui manfaat A. microphylla dalam menurunkan kadar karbofuran dan dampaknya terhadap proses fiksasi N2 . Penelitian dilakukan dengan pemberian karbofuran dengan konsentrasi 0 ppm, 100 ppm, 200 ppm dan 400 ppm pada sebuah bak yang berisi air 10 L dan A. microphylla 5 g. Parameter yang diukur meliputi TSS, TDS, pH, DO, BOD, COD, kandungan nitrat dan amonia, serta kandungan karbofuran pada air dan A. microphylla. Pengukuran parameter dilakukan sebelum dan sesudah pemberian A. microphylla. Percobaan ini menggunakan desain 2 x 4 faktorial dengan tingkat signifikansi 95%. Hasil yang didapat A. microphylla mampu menyerap dan mengurangi kadar karbofuran pada air. Hasil uji parameter TDS, TSS, BOD, COD, kadar amonia mengalami kenaikan, sedangkan nilai DO dan kadar nitrat turun. Proses fiksasi nitrogen juga tidak mengalami gangguan. Kata kunci : A. microphylla, Karbofuran, water purifier

ix

THE USE OF Azolla microphyla, Khauf AS BIOACCUMULATOR TO REDUCE CARBOFURAN CONTENT

Sulistyo 07/261370/PBI/819

ABSTRACT A. microphylla can serve as water purifier due to function of green plant to decompose or destruct pollutants. The study was conducted to identify the benefits of A. microphylla in reducing carbofuran content and its impacts of N2 fixation process. This study was carried out by applying carbofuran with concentration of 0 ppm, 100 ppm, 200 ppm and 400 ppm in a container containing 10 L of water and 5 g of A. microphylla. Parameters measured involved TSS, TDS, pH, DO, BOD, COD, nitrate and ammonia content, and carbofuran content in water and A. microphylla. Measurements of parameters were performed at pre- and post A. microphylla applications. This study was used 2 x 4 design factorial with 95% confidence interval Results showed that A. microphylla was capable to absorb and reduce the carbofuran content from water. Results of parameter tests on TDS, TSS, BOD, COD, and ammonia contents increased, while DO value and nitrate content reduced. The N2 -fixation process per se was not disrupted. Keywords: A. microphylla, Kabofuran, water purifier.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kebutuhan manusia akan air selalu meningkat dari waktu ke waktu yang disebabkan oleh pertumbuhan penduduk, adanya peningkatan intensitas dan jenis kebutuhan manusia, sehingga kualitas air semakin banyak mendapat perhatian. Oleh karena pencemaran lingkungan mempunyai dampak yang sangat besar dan merugikan manusia maka perlu diusahakan pengurangan pencemaran. Pestisida merupakan substansi kimia yang digunakan untuk

membunuh atau mengendalikan berbagai hama ternyata menimbulkan akibatakibat samping yang merugikan kesejahteraan manusia. Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana akan menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan lingkungan pada umumnya. Penggunaan Furadan (Karbofuran) dalam penelitian ini karena pemanfaatannya yang begitu luas dengan harga yang sangat terjangkau. Sehubungan dengan kegunaannya sebagai penjernih air, A.

microphylla berperan dalam proses biofiltrasi yang pada dasarnya merupakan proses penyerapan dan akumulasi zat- zat polutan dan zat- zat lain yang terkandung dalam air ke dalam struktur tubuh tumbuhan. A. microphyla merupakan salah satu jenis tumbuhan air yang baik untuk teknik biofiltrasi ini.

Tumbuhan A. microphylla digunakan sebagai bioakumulator dalam penelitian ini dengan alasan bahwa pertumbuhannya sangat cepat, kapasitas penyerapan terhadap unsur hara sangat tinggi, mudah dipanen dan memiliki potensi ekonomis. B. Permasalahan 1. Bagaimana pengaruh perlakuan A. microphylla dalam menurunkan kadar karbofuran 2. Apakah terjadi gangguan fiksasi N2 pada A. microphylla.

C. Tujuan 1. Mengetahui pengaruh perlakuan A. microphylla dalam menurunkan kadar karbofuran. 2. Mengetahui dampak karbofuran terhadap proses fiksasi nitrogen pada A. microphylla.

D. Manfaat Mengusahakan pengurangan kadar karbofuran beserta dampaknya dengan memanfaatkan potensi A. microphylla untuk proses pur ifikasi secara alamiah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hakekat pengelolaan lingkungan selain mengatur lingkungan juga mengatur dan mengendalikan berbagai kegiatan manusia agar berlangsung dan berdampak dalam batas kemampuan dan keterbatasan lingkungan yang mendukungnya (Darsono, 1995). Dalam UU No. 23 Tahun 1997 Pasal 1 disebutkan, bahwa pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup (Anonim, 1997). Menurut Wardhana (1995) komponen pencemar air dapat

dikelompokkan sebagai bahan buangan padat, organik, anorganik, olahan bahan makanan, berminyak, kimia, dan berupa panas. Nilai ambang batas merupakan batas tertinggi dan terendah dari kandungan zat-zat, makhluk hidup, atau komponen-komponen lain dalam setiap interaksi yang berkenaan dengan lingkungan, khususnya yang mempengaruhi mutu lingkungan. (Darsono, 1995). Menurut Keputusan Menteri Negara KLH No. Kep.

03/MenKLH/II/1991, baku mutu air pada sumb er air atau baku mutu air adalah batas keadaan yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat dalam air, namun air tetap berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Sedangkan, baku mutu limbah cair adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan

pencemar untuk dibuang dari sumber pencemaran ke dalam air pada sumber air, sehingga tidak menyebabkan dilampauinya baku mutu air. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. KEP.03/MenKLH/II/1991 menyebutkan bahwa pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkanya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Pengambilan air dari sumber air tidak boleh mengganggu keseimbangan air lingkungan karena berkaitan dengan jumlah volume air yang digunakan dan supaya tetap terjaga agar air lingkungan tidak menyimpang dari keadaan normalnya. Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui perubahan suhu air, pH atau konsentrasi ion Hidrogen, warna, bau, rasa, timbulnya endapan, koloidal dan bahan pelarut, adanya mikroorganisme serta meningkatnya radioaktifitas air lingkungan (Wardhana, 1995). Sedangkan bahan-bahan polutan yang dapat menyebabkan pencemaran air, baik dalam bentuk fisik, kimia maupun biologis menurut Daryanto (1995) dapat dibagi menjadi agen penyebab penyakit, limbah penghabis oksida, bahan kimia yang larut dalam air, pupuk anorganik, bahan kimia organik, bahan sedimen atau suspensi, bahan-bahan radioaktif, dan panas. Darsono (1995) membedakan polutan air menjadi dua, yaitu buangan yang dapat terurai dan tidak dapat terurai. Buangan yang dapat terurai yaitu

buangan yang dapat terdekomposisi atau dapat dihilangkan dari pengairan melalui proses biologi alamiah misalnya limbah domestik dan nutrien tanaman, sedangkan buangan ya ng tidak dapat terurai adalah buangan yang tidak dapat dihilangkan dari perairan dengan proses biologi alamiah misalnya buangan radioaktif dan senyawa organik. Mahida (1993), menyatakan bahwa zat organik dalam limbah yang secara umum mewakili bagian yang mudah menguap daripada seluruh benda padat, terdiri dari bahan-bahan yang bersifat nitrogen, karbohidrat, lemak dan minyak mineral. Pembuangan bahan kimia limbah maupun pencemar lain ke dalam air akan mempengaruhi kehidupan dalam air itu. Bila air tercemar maka ada kemungkinan akan terjadi pergeseran-pergeseran dari jumlah spesies yang banyak dengan ukuran populasi yang sedang kepada jumlah spesies yang sedikit tetapi berpopulasi tinggi (Daryanto, 1995).

A. Indikator Pencemaran Kemajuan industri dan teknologi seringkali berdampak terhadap keadaan air lingkungan. Menurut Wardhana (1995), pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat rendah karena oksigen terlarut di manfaatkan mikroorganisme untuk memecah atau mendegradasikan bahan buangan organik sehingga menjadi bahan yang mudah menguap. Selain itu, bahan buangan organik juga dapat berreaksi dengan oksigen terlarut mengikuti reaksi oksidasi. Makin banyak bahan buangan organik yang ada di dalam air, makin

sedikit sisa kandungan oksigen yang terlarut di dalamnya. Dengan melihat kandungan oksigen terlarut dapat ditentukan seberapa jauh tingkat pencemaran air lingkungan telah terjadi. Menurut Wardhana (1995) apabila kandungan oksigen dalam air lingkungan menurun maka akan menurunkan kemampuan bakteri aerobik untuk memecah bahan buangan organik. Sehingga bakteri anaerobik akan mengambil alih tugas untuk memecah bahan buangan yang ada dalam air lingkungan. Hasil pemecahan bahan buangan oleh mikroorganisme yang memerlukan oksigen dan tanpa oksigen hasilnya akan berbeda, yaitu :

Tabel 1. Hasil Pemecahan Bahan Buangan oleh Mikroorganisme Kondisi aerobik Kondisi anaerobik C CO2 C- CH4 N NH3 + HNO3 N NH3 + amin S H2 SO4 S H2 S P H3 PO4 P PH3 + komponen pospor

Bila oksigen bebas dalam air itu habis atau sangat berkurang, maka yang bekerja atau tumbuh dan berkembang adalah bakteri anaerobik. Bakteri anaerobik akan mengubah persenyawaan organik menjadi bentuk persenyawaan sederhana dengan disertai bau yang tidak enak. Pada tekanan tertentu, kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu, riak air dan luas permukaan air yang terbuka. Oleh karena terbatasnya kelarutan oksigen dalam air, maka kemampuan air untuk membersihkan diri juga terbatas, sehingga diperlukan pengolahan air limbah untuk mengurangi bahan-bahan penyebab pencemaran (Darsono, 1995). Menurut Wardhana (1995), pengamatan indikator dan komponen pencemaran air lingkungan dapat digolongkan menjadi pengamatan secara fisik,

yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat kejernihan air, perubahan suhu air, perubahan rasa dan warna air, pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat kimia yang terlarut dan pH, dan pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan mikroorganisme yang ada di dalam air terutama ada tidaknya bakteri patogen. Dalam penggunaannya dibidang industri, A. microphylla berperan sebagai water purifier. Bermacam organisme akuatik lainya juga dapat digunakan untuk memisahkan atau menghancurkan polutan ionik sebagai nutriennya dan mengubah atau menghilangkan ion logam dari air (Khan, 1988). Adanya A. microphylla pada lahan pertanian dapat digunakan untuk mereduksi

perkembangan gulma, membatasi evapotranspirasi, mereduksi volatilisasi penggunaan pupuk N dan purifikasi air (van Hove dan Lejeune, 2002). A. microphylla dapat digunakan untuk pengolahan air limbah, dapat menghasilkan panenan yang melimpah, mampu toleran terhadap herbisida pada kadar tinggi tanpa menimbulkan akibat pada pertumbuhannya (Kumar dan Jayakumar, 2003). A. microphylla dapat digunakan untuk mengendalikan polusi air dengan cara mengakumulasi makro dan mikroelemen dari limbah cair dan air yang tercemar, sehingga A. microphylla dapat digunakan sebagai dekontaminan air limbah (Anonim, 1988). Selain itu, A. microphylla juga mampu beradaptasi dan berkembang biak dalam air limbah yang mengandung ion- ion logam dan logam berat, senyawa alkali dan senyawa kimia lainnya. A. microphylla juga toleran terhadap kadar garam yang tinggi. Dengan demikian A. microphylla dapat

berperan sebagai bioherbisida dan dapat mengakumulasi berbagai nutrien (Watanabe et. al., 1992).

B. Azolla microphylla 1. Klasifikasi A. microphylla Klasifikasi A. microphylla menurut Khan (1988) adalah sebagai berikut : Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Pteridophyta : Filicopsida : Salviniales : Azollaceae : Azolla : A. microphylla Khaulf.

2. Deskripsi A. microphylla A. microphylla merupakan tumbuhan paku kecil berdiameter kira-kira 12 cm mengapung di atas air secara individu atau bekelompok. Pada tumbuhan A. microphylla terdapat akar kecil yang keluar dari ketiak daun menggantung lurus ke bawah dan berfungsi dalam pengambilan air dan mineral- mineral nutrisi. Daun tersusun dalam dua baris, imbrikata, berbentuk oval, halus dan bermembran. Tangkai daun kecil, berwarna kecoklatan, dan mudah rapuh. Sporangium terdapat di dalam sporokarp. Tumbuhan A. microphylla terlihat triangular atau poligonal dan mempunyai warna yang bervariasi dari hijau tua sampai kemerah- merahan (Khan, 1988).

Daun terdiri atas dua lobus, lobus dorsal tebal, berongga, berpapila, serta mengandung klorofil sehingga berfungsi dalam proses fotosintesis. Daun dorsal mengandung koloni A. azollae yang mampu mengikat N2 udara bebas dalam jumlah besar (Khan, 1988). Lobus ventral tipis atau transparan, tidak mengandung klorofil. Fungsi utama lobus ventral adalah memberi daya apung pada tumbuhan dan berfungsi dalam proses absorbsi (Lumpkin dan Plucknett, 1982). Agar tidak basah, tumbuhan A. microphylla dilindungi suatu papila pada permukaan daunnya (Eames, 1936). Permukaan daunnya diselubungi oleh lapisan kutikula untuk melindungi kehilangan air yang berlebihan dan pengaruh fisik dari luar.

C. Fiksasi Nitrogen Nitrogen merupakan unsur yang diperlukan untuk membentuk senyawa penting di dalam sel. Fiksasi N2 dilakukan karena beberapa tumbuhan tidak dapat menggunakan N atmosfir secara langsung. Di lingkungan perairan, kelompok sianobakteri yang melakukan fiksasi N2 adalah Anabaena, Nostoc, Gloeotrichia, Oscillatoria, Lyngbya, dan lain- lain. Komponen yang berperan dalam fiksasi N tersebut adalah heterocyst yang memerlukan banyak energi dalam bentuk ATP dan koenzim. Perubahan N2 dari udara menjadi amonia dibantu oleh enzim nitrogenase. Ketersediaan sumber energi (C organik) merupakan faktor utama yang menentukan jumlah nitrogen yang dihasilkannya. Mekanisme fiksasi nitrogen secara biologis dapat digambarkan melalui persamaan berikut :

10

N2 + 8 H+ + 8 e- + 16 ATP D 2 NH3 + H2 + 16 ADP + 16 Pi Reaksi ini dilakukan oleh bakteri prokaryot dengan menggunakan suatu kompleks enzim nitrogenase. Enzim ini mengandung dua molekul protein yaitu satu molekul protein besi dan satu molekul protein molibden-besi. Reaksi ini berlangsung ketika molekul N2 terikat pada kompleks enzim nitrogenase. Protein Fe mula-mula direduksi oleh elektron yang diberikan oleh ferredoksin. Kemudian protein Fe terreduksi mengikat ATP dan mereduksi protein molibden-besi yang memberikan elektron kepada N2 , sehingga menghasilkan NH=HN. Pada dua daur berikutnya proses ini NH=HN direduksi menjadi H2 N-NH2 dan selanjutnya direduksi menjadi NH3 (Deacon, 2005).

D. Pestisida Menurut PP No. 7/1973, definisi pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil- hasil pertanian, memberantas rerumputan, mengatur atau merangsang pertumbuhan yang tidak diinginkan, memberantas atau mencegah hama- hama luar pada hewan peliharaan dan ternak, memberantas atau mencegah hama-hama air, memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam bangunan rumah tangga, alat angkutan, dan alat-alat pertanian, memberantas atau mencegah binatang-binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan tanaman, tanah, dan air.

Anda mungkin juga menyukai