Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN STUDY WISATA KE JAKARTA SMP N 2 PANGGANG GUNUNGKIDUL Selasa-Kamis / 19-21 Juni 2012-06-24

DISUSUN OLEH: KELOMOK MAWAR BUS 1


ANJAR WANI NURUL ANIFAH PUJI FIRULIYATI RISKA DWI SETYAWATI SUTARIYANTI

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGAPEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL SMP NEGERI 2 PANGGANG

2012

Kunjungan ke Obyek Wisata


Lubang Buaya

Lubang Buaya adalah sebuah tempat di kawasan Pondok Gede, Jakarta yang menjadi tempat pembuangan para korban Gerakan 30 September pada 30 September 1965. Secara spesifik, sumur Lubang Buaya terletak di Kelurahan Lubang Buaya di Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Lubang Buaya pada terjadinya Gerakan G30S saat itu merupakan pusat pelatihan milik Partai Komunis Indonesia (PKI). Saat ini di tempat tersebut berdiri Lapangan Peringatan Lubang Buaya yang berisi Monumen Pancasila, sebuah museum diorama, sumur tempat para korban dibuang, serta sebuah ruangan berisi relik. Nama Lubang Buaya sendiri berasal dari sebuah legenda yang menyatakan bahwa ada buaya-buaya putih di sungai yang terletak di dekat kawasan itu. Di dalam Museum Lubang buaya terdapat patung elang yang sangat besar, patung

pahlawan, rumah ketujuh pahlawan revolusi disiksa dan dibunuh serta mobil yang di gunakan untuk mengangkut orang orang.

MUSEUM PENGHIANATAN PKI


Museum Pengkhianatan PKI (Komunis) berada dalam satu kompleks dengan Monumen Pancasila Sakti yang berada di Jl. Raya Pondok Gede, Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, beberapa ratus meter dari Asrama Haji Pondok Gede. Museum Pengkhianatan PKI ini dikelola oleh Pusat Sejarah TNI, Departemen Pendidikan, serta Departemen Kebudayaan Pariwisata, memiliki ratusan benda bersejarah terkait dengan peristiwa pemberontakan G30SPKI

Museum Pengkhianatan PKI pada diorama teror Gerombolan Ce Mamat, gembong komunis 1926, Ketua Komite Nasional Indonesia Serang. Ia menuduh pemerintah RI Banten sebagai kelanjutan kolonial, juga menghasut rakyat agar tidak mempercayai pejabat pemerintah. Pada 17 Oktober 1945 Ce Mamat membentuk Dewan Pemerintahan Rakyat Serang, merebut pemerintahan Karesidenan Banten, menyusun pemerintahan

model Soviet. Ce Mamat beserta pengikutnya, diantaranya Laskar Gulkut, melakukan aksi teror, merampok, menculik membunuh pejabat pemerintahan. Ketika Presiden Sukarno serta Wakil Presiden Moh. Hatta berkunjung ke Banten, dengan alasan dipanggil Presiden, Ce Mamat dengan anak buahnya menjemput R. Hardiwinangun, Bupati Lebak, dari rumahnya di Rangkasbitung dan membawanya ke desa Panggarangan. Keesokan paginya, 9 Desember 1945, mereka membunuh R. Hardiwinangun dengan menembaknya di atas jembatan sungai Cimancak lalu melempar mayatnya ke sungai.

Museum Pengkhianatan PKI memperlihatkan tindak kekerasan Pasukan UbelUbel di Sepatan, Tangerang, pada 12 Desember 1945. Dimulai pada 18 Oktober 1945, Badan Direktorium Dewan Pusat pimpinan Ahmad Khairun dengan dukungan gembong komunis bawah tanah berhasil mengambil alih kekuasaan pemerintah RI Tangerang dari Bupati Agus Padmanegara. Mereka membubarkan aparatur pemerintah tingkat desa sampai kabupaten, menolak mengakui pemerintah pusat RI, membentuk Laskar Hitam atau Laskar Ubel-Ubel karena berpakaian serba hitam memakai ubel-ubel (ikat kepala). Laskar Ubel-Ubel melakukan aksi teror dengan membunuh merampok harta penduduk Tangerang dan sekitarnya, seperti Mauk, Kronjo, Kresek, Sepatan.

Pada 12 Desember 1945, dibawah pimpinan Usman, Laskar Ubel-Ubel merampok penduduk Desa Sepatan, melakukan pembunuhan, termasuk membunuh tokoh nasional Oto Iskandar Dinata di Mauk.

Museum Pengkhianatan PKI melukiskan peristiwa revolusi sosial Langkat pada 9 Maret 1946. Peristiwa ini bermula karena berdirinya Republik Indonesia belum diterima sepenuhnya oleh kerajaan-kerajaan Sumatera Timur. Ketidakpuasan sebagian rakyat yang menuntut penghapusan kerajaan dimanfaatkan PKI serta Pesindo untuk mengambil alih kekuasaan secara kekerasan. Revolusi sosial dimulai pada 3 Maret 1946, selain untuk menghapus kerajaan juga merampok harta benda serta membunuh raja-raja beserta keluarganya. Tindakan teror pembunuhan terjadi di Rantau Prapat, Sunggal, Tanjung Balai dan Pematang Siantar pada hari itu. Pada 5 Maret 1946 Kerajaan Langkat secara resmi dibubarkan dan ditempatkan dibawah pemerintahan RI Sumatera Timur, namun tetap saja pada malam 9 Maret 1946 massa PKI pimpinan Usman Parinduri dan Marwan menyerang Istana Sultan Langkat Darul Aman di Tanjung Pura. Istana diduduki massa PKI, beberapa keluarga Sultan dibunuh, Sultan beserta keluarganya dibawa ke Batang Sarangan.

Museum Pengkhianatan PKI memperlihatkan pengacauan Surakarta pada 19 Agustus 1948, sebagai salah satu upaya pengalihan perhatian pemerintah RI terhadap persiapan kegiatan pemberontakan PKI Madiun. PKI membakar ruang pameran Jawatan Pertambangan ketika berlangsung pasar malam Sriwedari dalam rangka hari ulang tahun kemerdekaan RI. Rembetan api dapat dicegah, namun timbul kepanikan pengunjung sehingga 22 orang menderita luka-luka.

Museum Pengkhianatan PKI menampilkan pemberontakan PKI Madiun pada 18 September 1948. Gagal menjatuhkan kabinet Hatta dengan cara parlementer, komunis membentuk Front Demokrasi Rakyat, melakukan aksi-aksi politik serta tindak kekerasan.

Musso (Muso Manowar), atau Paul Mussotte, yang baru kembali dari Moskow dan mengambil alih pimpinan PKI, menuduh Soekarno-Hatta menyelewengkan perjuangan bangsa Indonesia. Ia menawarkan Jalan baru Untuk Republik Indonesia. Pada saat perhatian pemerintah dan Angkatan Perang terpusat untuk menghadapi Belanda, PKI melakukan kampanye menyerang politik pemerintah, melakukan aksi-aksi teror, mengadu domba kekuatan bersenjata, juga sabotase ekonomi. Dini hari 18 September 1948, ditandai 3 letusan pistol, PKI memulai pemberontakan Madiun. Pasukan Seragam Hitam menyerbu, menguasai tempattempat penting dalam kota, termasuk gedung Karesidenan Madiun. Di gedung ini PKI mengumumkan berdirinya Soviet Republik Indonesia serta membentuk Pemerintahan Front Nasional. Sejumlah petinggi militer, pejabat pemerintah dan tokoh masyarakat pun dibunuh.

Museum Pengkhianatan PKI menggambarkan saat Musso tertembak mati pada 31 Oktober 1948. Pada 1 Oktober 1948, TNI menguasai Dungus yang dijadikan PKI sebagai basis setelah kekalahan mereka di Madiun. Pemimpin dan pasukan PKI lari ke arah selatan, berusaha menguasai Ponorogo, namun gagal. Musso dan Amir Sjarifuddin lari menuju gunung Gambes, dikawal oleh dua batalyon yang cukup kuat. Mereka berpisah di tengah perjalanan.

Musso bersama dua orang pengawalnya menyamar sebagai penduduk desa, tiba di Balong pada pagi 31 Oktober 1948, ia menembak mati seorang anggota Polisi yang memeriksanya. Dengan naik dokar rampasan diiringi pengawal bersepeda, hari itu juga ia tiba di desa Semanding, Kecamatan Somoroto. Ia menembak seorang perwira TNI yang mencegatnya, namun tidak mengenai sasaran. Karena tidak bisa menjalankan kendaraan TNI rampasan, Musso lari masuk desa, bersembunyi di sebuah blandong (tempat mandi) milik seorang penduduk. Pasukan TNI yang mengepungnya memerintahkan supaya ia menyerah, namun Musso melawan. Ia mati tertembak dalam peristiwa.

Museum Pengkhianatan PKI saat pengunjung mengamati diorama penangkapan Amir Sjarifuddin pada 29 November 1948. Setelah berpisah dari Musso, melalui perjalanan panjang dan sulit, Amir Sjarifuddin tiba di daerah Purwodadi dan bersembunyi di gua Macan di Gunung Pegat, Kecamatan Klambu. Semula polisi keamanan yang menjaga garis demarkasi Demak-Dempet-Gendong, tidak jauh dari tempat persembunyiannya, adalah orang-orang komunis, sehingga ia merasa aman. Setelah TNI melucuti Polisi Keamanan itu dan melancarkan operasioperasi pembersihan di sekitar daerah Klambu, posisi Amir Sjarifuddin pun terjepit. Pada 22 Nopember 1948 pasukan pengawalnya menyerah, dan Senin sore 29 Nopember 1948 tempat persembunyiannya dikepung TNI. Amir Sjarifuddin dan beberapa tokoh PKI lainnya pun menyerah dan diserahkan kepada komandan Brigade-12 di Kudus.

Museum Pengkhianatan PKI pada diorama yang melukiskan serangan PKI ke asrama polisi di Tanjung Priok pada 6 Agustus 1951. Sesudah Pengakuan Kedaulatan RI, sisa-sisa PKI membentuk gerombolan bersenjata Sunari di Jawa Timur, Merapi-Merbabu Compleks di Jawa Tengah, dan gerombolan Eteh di Jakarta. Pada 6 Agustus 1951 pukul 19.00 WIB, gerombolan bersenjata Eteh berkekuatan puluhan orang dengan memakai ikat kepala bersimbol burung merpati dan palu arit menyerang asrama Mobile Brigade Polisi di Tanjung Priok untuk merebut senjata. Dua anggota polisi mengalami luka-luka parah dan seorang wanita penghuni asrama juga menderita luka-luka. Gerombolan Eteh berhasil merampas 1 bren, 7 karaben mauser dan 2 pistol.

Museum Pengkhianatan PKI pada diorama penangkapan D.N. Aidit yang terjadi pada 22 November 1965 di Museum Pengkhianatan PKI.

Pada 1 Oktober 1965 tengah malam, Ketua CC PKI D.N.Aidit melarikan diri ke Jawa Tengah yang merupakan basis utama PKI. Tanggal 2 Oktober 1965 ia berada di Yogyakarta, dan berpindah-pindah tempat ke Semarang dan Solo untuk menghindari operasi pengejaran oleh RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat, sekarang Kopassus). Ia bersembunyi di sebuah rumah di kampung Sambeng Gede yang merupakan basis Serikat Buruh Kereta Api (SBKA), organisasi massa di bawah pengaruh PKI. Tempat persembunyian D.N. Aidit ini akhirnya diketahui oleh ABRI melalui operasi intelijen. Pada 22 Nopember 1965 pukul 01.30 pagi rumah persembunyian D.N. Aidit digrebek oleh anggota Komando Pelaksanaan Kuasa Perang (Pekuper) Surakarta. Penangkapan hampir gagal ketika pemilik menyatakan D.N. Aidit telah meninggalkan rumahnya. Kecurigaan timbul setelah anggota Pekuper menemukan sandal yang masih baru, koper dan radio. Setelah penggeledahan dilanjutkan, dua orang Pekuper menemukan D.N. Aidit yang bersembunyi di balik lemari, dan ia pun dibawa ke Markas Pekuper di Loji Gandrung, Surakarta.

Museum Pengkhianatan PKI dengan diorama yang menunjukkan proses lahirnya Sura Perintah 11 Maret 1966. Pada 11 Maret 1966 Kabinet Dwikora bersidang di Istana Negara, ditengah memuncaknya demonstrasi mahasiswa yang menuntut pembubaran PKI, pembersihan kabinet dari oknum-oknum G.30.S/PKI dan penurunan harga.

Presiden Soekarno yang mendapat laporan bahwa istana dikepung oleh pasukan tidak dikenal, segera meninggalkan sidang dan berangkat ke Istana Bogor. Tiga orang perwira tinggi TNI Angkatan Darat, yaitu Mayjen Basuki Rachmat, Brigjen M. Yusuf dan Brigjen Amir Machmud menyusul ke Bogor setelah melapor kepada Men/Pangad Letjen Soeharto. Mereka meyakinkan Presiden bahwa tidak benar ada pasukan tanpa identitas mengepung Istana dan menyampaikan pesan Letjen Soeharto yang sanggup mengatasi keadaan apabila Presiden memberinya kepercayaan untuk tugas itu. Dari laporan itu lahir ide untuk memberikan Surat Perintah kepada Letjen Soeharto. Presiden Soekarno memerintahkan ketiga perwira tinggi itu menyusun konsep surat perintah. Konsep itu kemudian dibaca oleh tiga orang Wakil Perdana Menteri yang juga berada di Istana Bogor. Surat perintah yang kemudian dikenal dengan Surat Perintah 11 Maret 1966 atau Supersemar berisi pemberian wewenang kepada Letjen Soeharto untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu guna terjaminnya keamanan dan ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintahan dan jalannya revolusi. Malam itu juga SP 11 Maret disampaikan kepada Letjen Soeharto di Jakarta.

Museum Pengkhianatan PKI dengan diorama yang menunjukkan saat masyarakat Jakarta menyambut keputusan pembubaran PKI pada 12 Maret 1966. Pada malam tanggal 11 Maret 1966 Menteri/Panglima Angkatan Darat

(Men/Pangad) Soeharto menerima Surat Perintah yang dikenal sebagai Surat Perintah 11 Maret dari Presiden Soekarno, yang berisi wewenang untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu guna menjamin keamanan dan ketertiban. Pada tanggal 12 Maret 1966 Letjen Soeharto atas nama Presiden Panglima Tertinggi ABRI/Mandataris MPRS/Pimpinan Besar Revolusi mengeluarkan keputusan tentang Pembubaran PKI dan organisasi-organisasi massanya yang seazas, bernaung dan berlindung di bawah PKI, dan PKI dinyatakan sebagai organisasi yang terlarang di seluruh wilayah kekuasaan Republik Indonesia. Keputusan itu diumumkan melalui RRI pada pukul 06.00 tanggal 12 Maret 1965. Massa rakyat Jakarta mengadakan pawai kemenangan di jalan-jalan dan membawa poster-poster sebagai ungkapan rasa gembira dan terima kasih.

Museum Pengkhianatan PKI dilihat dari balkon setelah keluar dari ruangan museum. Setelah gedung Museum Pengkhianatan PKI, terdapat Museum Monumen Pancasila Sakti, yang diresmikan pada 1 Oktober 1981. Di museum ini terdapat diorama rapat persiapan pemberontakan PKI, latihan sukarelawan PKI di Lubang Buaya (5 Juli 30 September 1965), penculikan Men/pangad Letjen TNI A Yani, penganiayaan di Lubang Buaya (1 Oktober), pengamanan lanuma Halim Perdana

Kusuma (2 Oktober), Pengangkatan Jenazah (4 Oktober), Proses Lahirnya Supersemar (11 Maret 1966), dan beberapa diorama lainnya.

Memorabilia Kapten Pierre Andreas Tendean yang disimpan di sebuah Ruang Relik Museum Monumen Pancasila Sakti. Kapten Pierre Andreas Tendean menjadi salah satu korban pembunuhan G30S-PKI di Lubang Buaya dan dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi.

Beberapa pengunjung remaja tampak tengah mengamati pakaian Kol. Katamso dan Mayjen Suprapto saat dibunuh di Lubang Buaya, serta foto kenangan dan perlengkapan yang dimiliki almarhum. Di Museum Monumen Pancasila Sakti terdapat ruangan teater yang menyajikan pertunjukan VCD berisi rekaman pengangkatan jenazah Pahlawan Revolusi, pemakaman di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Sidang Mahmilub, dan

pengangkatan Jenderal Soeharto sebagai Pejabat Presiden RI pada 12 Maret 1967, dengan durasi 30 menit.

Sebuah Panser bertipe PCMK-2 Saraceen buatan Inggris yang terletak tidak jauh dari Gedung Museum Pengkhianatan PKI. Panser ini dipakai untuk mengangkut jenazah para korban G30S-PKI dari Lubang Buaya ke RSPAD Gatot Subroto Jakarta guna pemeriksaan visum et repertum. Panser itu juga pernah dipakai untuk mendukung operasi militer di Timor Timur pada 1976, sebelum akhirnya ditarik pada Juli 1985 dan dijadikan monumen.

Museum Purna Bakti Pertiwi

Ukuran pratayang ini: 726 600 piksel. Resolusi lain: 291 240 piksel | 581 480 piksel | 930 768 piksel | 1.239 1.024 piksel. Resolusi penuh (2.268 1.874 piksel, ukuran berkas: 1,05 MB, tipe MIME: image/jpeg)

Sejarah
Museum Purna Bhakti Pertiwi (MPBP) ini diresmikan pada tanggal 23 Agustus 1993 oleh Bapak Soeharto, Presiden ke-2 Republik Indonesia. Peresmian MPBP bertepatan dengan hari ulang tahun ke-70 Ibu Tien Soeharto, Pembangun dan Pemrakarsa museum ini. Luas bangunan MPBP 25.095 meter persegi di atas tanah seluas 19,7 hektar. Museum Purna Bhakti merupakan wahana pelestarian benda-banda bersejarah tentang perjuangan dan pengabdian Bpk. Soeharto dan Ibu Tien Soeharto kepada bangsa Indonesia. Pengabdian dan perjuangan beliau sejak masa perang kemerdekaan hingga masa pembagunan.

Sebagai obyek wisata edukasi yang bermatra sejarah, museum ini juga menyimpan benda-benda seni bermutu tinggi, yang diperoleh Bapak Soeharto dan Ibu Tien Soeharto dari berbagai kalangan, baik rekan maupun sahabat sebagai cenderamata. MPBP memiliki koleksi kurang lebih 13.000 -an, koleksi tersebut memiliki hubungan dengan peran sejarah pengabdian Bapak Presiden Soeharto. Sebelumnya sebagian besar koleksi ini dirawat dan disimpan Ibu Tien Soeharto sebagai pendamping setia Pak Harto. Kemudian, Ibu Tien menyadari bahwa pengalaman hidup Pak Harto bukanlah hanya milik keluarga. Pak Harto adalah milik bangsa Indonesia. Maka, koleksi barang-barang pribadi dan cenderamata yang dimilikinya harus dinikmati oleh khalayak ramai. Tentu, tempat yang paling baik untuk itu adalah di museum.

Arsitektur dan Koleksi


Memasuki bangunan yang arsitekturnya mirip nasi tumpeng atau gunungan (sebagai kelengkapan inti upacara tradisional) itu -melambangkan rasa syukur, keselamatan dan keabadian- pengunjung disambut dua patung Panyembrama, patung selamat datang. Patung karya seniman Dewa Made Windia sumbangan Ny Siti Hardiyanti Rukmana ini, terbuat dari lempengan uang kepeng dengan tinggi 240 sentimeter. Panyembrama adalah tarian Bali yang biasa diperagakan untuk penyambutan tamu-tamu terhormat. Bangunan museum dikelompokkan dalam dua kategori, yakni bangunan utama dan bangunan penunjang. Bangunan utama berfungsi sebagai ruang pamer bendabenda koleksi seluas 18.605 meter persegi terdiri enam lantai dengan tinggi 45 meter sampai puncak ornamen lidah api berwarna keemasan di atas kerucut terbesar, dikelilingi sembilan kerucut kecil. Ruang Utama diapit empat tumpengan warna kuning. Ruang terdepan adalah Ruang Perjuangan, dikitari Ruang Khusus, Ruang Asthabrata, dan Ruang Perpustakaan. Ruang Perjuangan berbentuk kerucut berukuran sedang seluas

1.215 meter persegi terletak di bagian barat kelompok Ruangan Utama. Ruang Khusus seluas 567 meter persegi terletak di bagian utara. Ruang Asthabrata seluas 1.215 terletak di bagian timur. Dan, Ruang Perpustakaan seluas 567 meter persegi di bagian selatan. Di Ruang Utama tersimpan berbagai ragam cinderamata persembahan Tamu Negara RI, kenalan atau sahabat Presiden Soeharto. Tetapi juga ada cinderamata persembahan tamu-tamu atau pejabat dalam negeri. Semua cinderamata tersimpan dalam kotak kaca. Di antaranya, cinderamata pemberian PM Kamboja Hun Sen dan PM Malaysia Mahathir Mohamad masing-masing berupa tempat sirih terbuat dari perak. Dari PM Belanda Lubbers berupa patung burung dara terbuat dari perak, Presiden Meksiko Carlos Salinas de Gortari berupa kerajinan perak berbentuk labu, dan Presiden Kazakstan Nursultan Nazarbayev berupa seperangkat piring perak. Masih banyak lagi. Cinderamata pemberian pejabat atau rekan kerja mantan Presiden Soeharto maupun Ny Tien Soeharto, semisal sebuah kerajinan batu hias berupa mangkuk persembahan istri Bupati Tulungagung. Pada cinderamata itu tertulis:

"Dipersembahkan kepada Ibu Tien Soeharto dari Ny Hardjanti Poernanto". Pengusaha Sudwikatmono mempersembahkan ukiran kayu Johar (Cassia Siamea) berupa pasangan suami-istri yang "dikerubuti" 11 anak mereka. Pada keterangan patung yang diberi nama Menbrayut karya I Ketut Modern itu tertulis: "Zaman dahulu orang percaya banyak anak banyak rejeki. Saat ini kita percaya, banyak anak banyak masalah". Masih di Ruang Utama berbentuk lingkaran dan luas itu, terdapat replika Peraduan Putri Cina. Replika ini terbuat dari batu giok-jadeite berwarna hijau dan berasal dari Propinsi Yunan, Cina. Konon replika dengan ukuran panjang 2,77 meter, lebar 2,14 meter, dan panjang 3,04 meter itu meniru peraduan putri Cina pada masa Dinasti Sung (960-1279) dan Dinasti Ming (1384-1644).

Di Ruang Khusus, tersimpan tanda-tanda kehormatan yang pernah diberikan kepada Presiden Soeharto. Untuk menyebut beberapa, misalnya Bintang RI Adipura I yang diberikan pemerintah RI (1968), Bintang Mahaputra Adipurna (1968), dan Bintang Gerilya (1965). Tanda kehormatan dari beberapa negara sahabat, dari Uni Emirat Arab, Brunei Darussalam, Singapura, Jepang, dan lain-lain. Di Ruang Khusus ini pula tersimpan koleksi pedang kehormatan yang di antaranya dipersembahkan oleh Pemimpin PLO Yasser Arafat dan pedang kristal dari Presiden Kroasia Franjo Tudman.

Taman

Mini

Indonesia

Indah

Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan suatu kawasan taman wisata bertema budaya Indonesia di Jakarta Timur. Area seluas kurang lebih 150 hektar[1] atau 1,5 kilometer persegi ini terletak pada koordinat 6186.8LS,1065347.2BT. Taman ini merupakan rangkuman kebudayaan bangsa Indonesia, yang mencakup berbagai aspek kehidupan sehari-hari masyarakat 26 provinsi Indonesia (pada tahun 1975) yang ditampilkan dalam anjungan daerah berarsitektur tradisional, seta menampilkan aneka busana, tarian dan tradisi daerah. Disamping itu, di tengah-tengah TMII terdapat sebuah danau yang menggambarkan miniatur kepulauan Indonesia di tengahnya, kereta gantung, berbagai museum, dan Teater IMAX Keong Mas dan Teater Tanah Airku), berbagai sarana rekreasi ini menjadikan TMIII sebagai salah satu kawasan wisata terkemuka di ibu kota.

Sejarah
Gagasan pembangunan suatu miniatur yang memuat kelengkapan Indonesia dengan segala isinya ini dicetuskan oleh Ibu Negara, Siti Hartinah, yang lebih dikenal dengan sebutan Ibu Tien Soeharto. Gagasan ini tercetus pada suatu pertemuan di Jalan Cendana no. 8 Jakarta pada tanggal 13 Maret 1970. Melalui miniatur ini diharapkan dapat membangkitkan rasa bangga dan rasa cinta tanah air pada seluruh bangsa Indonesia.[2] Maka dimulailah suatu proyek yang disebut Proyek Miniatur Indonesia "Indonesia Indah", yang dilaksanakan oleh Yayasan Harapan Kita. TMII mulai dibangun tahun 1972 dan diresmikan pada tanggal 20 April 1975. Berbagai aspek kekayaan alam dan budaya Indonesia sampai pemanfaatan teknologi modern diperagakan di areal seluas 150 hektar. Aslinya topografi TMII agak berbukit, tetapi ini sesuai dengan keinginan perancangnya. Tim perancang memanfaatkan ketinggian tanah yang tidak rata ini untuk menciptakan bentang alam dan lansekap yang kaya, menggambarkan berbagai jenis lingkungan hidup di Indonesia.

Logo dan maskot


TMII memiliki logo yang pada intinya terdiri atas huruf TMII, Singkatan dari "Taman Mini Indonesia Indah". Sedangkan maskotnya berupa tokoh wayang Hanoman yang dinamakan NITRA (Anjani Putra). Maskot Taman Mini "Indonesia Indah" ini diresmikan penggunaannya oleh Ibu Tien Soeharto, bertepatan dengan dwi windu usia TMII, pada tahun 1991.

Tari Jaipongan di Anjungan Jawa Barat TMII.

Rumah gadang di Anjungan Sumatera Barat

Anjungan Daerah
Di Indonesia, hampir setiap suku bangsa memiliki bentuk dan corak bangunan yang berbeda, bahkan tidak jarang satu suku bangsa memiliki lebih dari satu jenis bangunan tradisional. Bangunan atau arsitektur tradisional yang mereka buat selalu dilatarbetakangi oleh kondisi lingkungan dan kebudayaan yang dimiliki. Di TMII, gambaran tersebut diwujudkan melalui Anjungan Daerah, yang mewakili suku-suku bangsa yang berada di 33 Provinsi Indonesia. Anjungan provinsi ini dibangun di sekitar danau dengan miniatur Kepulauan Indonesia, secara tematik dibagi atas enam zona; Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa

Tenggara, Maluku dan Papua. Tiap anjungan menampilkan bangunan khas setempat. Anjungan ini juga menampilkan baju dan pakaian adat, busana pernikahan, baju tari, serta artefak etnografi seperti senjata khas dan perabot sehari-hari, model bangunan, dan kerajinan tangan. Semuanya ini dimaksudkan untuk memberi informasi lengkap mengenai cara hidup tradisional berbagai suku bangsa di Indonesia. Setiap anjungan provinsi juga dilengkapi panggung, amfiteater atau auditorium untuk menampilkan berbagai tarian tradisional, pertunjukan musik daerah, dan berbagai upacara adat yang biasanya digelar pada hari Minggu. beberapa anjungan juga dilengkapi kafetaria atau warung kecil yang menyajikan berbagai Masakan Indonesia khas provinsi tersebut, serta dilengkapi toko cinderamata yang menjual berbagai kerajinan tangan, kaus, dan berbagai cinderamata. Sejak tahun 1975 hingga tahun 2000 rancangan asli TMII terdiri atas anjungan rumah adat dari 27 provinsi di Indonesia, termasuk Timor Timur. Akan tetapi setelah Timor Leste merdeka dan memisahkan diri dari Indonesia pada tahun 2002, status anjungan Timor Timur berubah menjadi Museum Timor Timur. Selain itu karena kini Indonesia terdiri atas 33 provinsi, anjungan-anjungan provinsi baru seperti Bangka Belitung, Banten, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Gorontalo, Kepulauan Riau, dan Papua Barat telah dibangun di sudut Timur Laut TMII, walaupun ukuran dan luas anjungan provinsi baru ini jauh lebih kecil dari anjungan provinsi yang telah dibangun sebelumnya.

Bangunan keagamaan
Bangunan keagamaan diwakili oleh beberapa rumah ibadah agama resmi yang diakui di Indonesia, hal ini untuk menggambarkan toleransi dan keselarasan hubungan antar agama di Indonesia. Bangunan-bangunan keagamaan antara lain:

Masjid Pangeran Diponegoro Gereja Katolik Santa Catharina Gereja Protestan Haleluya

Pura Penataran Agung Kertabhumi Wihara Arya Dwipa Arama Sasana Adirasa Pangeran Samber Nyawa Kuil Konghucu Kong Miao

Sarana rekreasi

Istana Anak-anak Indonesia

Keong Mas

Istana Anak-anak Indonesia Kereta gantung Perahu Angsa Arsipel Indonesia Taman Among Putro Taman Ria Atmaja Desa Wisata Kolam renang Snow Bay

Taman
Di TMII terdapat sepuluh macam taman yang menunjukkan keindahan flora dan fauna Indonesia:

Kubah Taman Burung.


Taman Anggrek Taman Apotek Hidup Taman Kaktus Taman Melati Taman Bunga Keong Emas Akuarium Ikan Air Tawar Taman Bekisar Taman Burung Taman Ria Atmaja Park, panggung pagelaran musik Taman Budaya Tionghoa Indonesia (tengah dibangun)

Museum

Purna Bhakti Pertiwi Museum berbentuk Tumpeng.

Museum Indonesia berarsitektur Bali.


Museum yang ada diperuntukkan untuk memamerkan sejarah, budaya, flora dan fauna, serta teknologi di Indonesia. Terdapat 14 museum di TMII:

Museum Indonesia Museum Purna Bhakti Pertiwi Museum Keprajuritan Indonesia Museum Perangko Indonesia Museum Pusaka Museum Transportasi Museum Listrik dan Energi Baru Museum Telekomunikasi Museum Penerangan Museum Olahraga

Museum Asmat Museum Komodo dan Taman Reptil Museum Serangga dan Taman Kupu-Kupu Museum Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Museum Minyak dan Gas Bumi Museum Timor Timur (bekas Anjungan Timor Timur)

Teater atau bioskop

Teater IMAX Keong Emas yaitu teater dengan layar berukuran raksasa, jauh lebih besar daripada layar bioskop ukuran normal. Di Teater IMAX Keong Mas diputar berbagai film mulai dari film bertemakan lingkungan dan kebudayaan nusantara sampai film-film box office yang resolusinya diubah menjadi khusus untuk teater IMAX. Film IMAX yang diputar antara lain Indonesia Indah II, Force of Nature, T-Rex, Blue Planet, Arabia, Journey to Mecca, dll. Beberapa film box office yang pernah diputar disini diantaranya adalah Final Destination (17 Maret 2000), Final Destination 2 (31 Januari 2003), Final Destination 3 (10 Februari 2006), The Final Destination (28 Agustus 2009) dan Final Destination 5 (12 Agustus 2011).

Teater Tanah Airku Teater 4D

Galeri

Anjungan Kalimantan Selatan

Gerbang Anjungan Bali

Rumah adat Batak di Anjungan Sumatera Utara

Rumah adat Karo di Anjungan Sumatera Utara

Rumah adat Nias di Anjungan Sumatera Utara

Rumah adat Baluk di Anjungan Kalimantan Barat

Anjungan Jambi

Rumah Limas, Anjungan Sumatera Selatan

Anjungan Riau

Taman

Impian

Jaya

ANCL

Taman Impian Jaya Ancol merupakan sebuah objek wisata di Jakarta Utara. Sebagai komunitas pembaharuan kehidupan masyarakat yang menjadi kebanggaan bangsa. Senantiasa menciptakan lingkungan sosial yang lebih baik melalui sajian hiburan berkualitas yang berunsur seni, budaya dan pengetahuan, dalam rangka mewujudkan komunitas 'Life Re-Creation' yang menjadi kebanggaan bangsa.

Sejarah
Sejak awal berdirinya pada tahun 1966, Ancol Taman Impian atau biasa disebut Ancol sudah ditujukan sebagai sebuah kawasan wisata terpadu oleh Pemerintah Propinsi DKI Jakarta. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Pemda DKI menunjuk PT Pembangunan Jaya sebagai Badan Pelaksana Pembangunan (BPP) Proyek Ancol yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan peningkatan perekonomian nasional serta daya beli masyarakat. Sejalan dengan perkembangan perusahaan yang semakin meningkat pada tahun 1992 status Badan Pelaksana Pembangunan (BPP) Proyek Ancol diubah menjadi PT Pembangunan Jaya Ancol sesuai dengan akta perubahan No. 33 tanggal 10 Juli 1992 sehingga terjadi perubahan kepemilikan dan prosentase kepemilikan

saham, yakni 20% dimiliki oleh PT Pembangunan Jaya dan 80% dimiliki oleh Pemda DKI Jakarta. Pada 2 Juli 2004 Ancol melakukan go public dan mengganti statusnya menjadi PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk., dengan kepemilikan saham 72% oleh Pemda DKI Jakarta dan 18% oleh PT Pembangunan Jaya dan 10% oleh masyarakat. Langkah go public ini dilakukan untuk lebih meningkatkan kinerja perusahaan, karena akan lebih terkontrol, terukur, efisien dan efektif dengan tingkat profesionalisme yang tinggi serta menciptakan sebuah Good & Clean Governance. Kinerja dan citra yang positif ini akan menjadikan perusahaan terus tumbuh dan berkembang secara sehat pada masa depan. PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk juga melakukan upaya repositioning dengan diluncurkannya logo Ancol yang baru pada 10 Juli 2005. Perubahan tersebut tidak semata mengganti logo perusahaan, tetapi juga untuk memacu semangat dan budaya perusahaan secara keseluruhan.

Pembangunan
Sejak awal berdirinya pada tahun 1966, Ancol Taman Impian Ancol) sudah ditujukan sebagai sebuah kawasan wisata terpadu oleh Pemerintah Propinsi DKI Jakarta. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Pemda DKI menunjuk PT Pembangunan Jaya sebagai Badan Pelaksana Pembangunan (BPP) Proyek Ancol yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan peningkatan perekonomian nasional serta daya beli masyarakat. Sejalan dengan peningkatan kinerja, pada tahun 1992 status Badan Pelaksana Pembangunan (BPP) Proyek Ancol diubah menjadi PT Pembangunan Jaya Ancol sesuai dengan akta perubahan No. 33 tanggal 10 Juli 1992, sehingga terjadi perubahan kepemilikan dan prosentase kepemilikan saham, yakni 20% dimiliki oleh PT Pembangunan Jaya dan 80% dimiliki oleh Pemda DKI Jakarta.

Pada 2 Juli 2004, Ancol melakukan go public dan mengganti statusnya menjadi PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk. dengan status kepemilikan saham 72% oleh Pemda DKI Jakarta dan 18% oleh PT Pembangunan Jaya dan 10% oleh masyarakat. Langkah go public ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan serta menciptakan sebuah Good & Clean Governance. Kinerja dan citra yang positif ini akan memacu perusahaan untuk terus tumbuh dan berkembang secara sehat pada masa depan. PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk. juga melakukan upaya repositioning dengan diluncurkannya logo baru Ancol pada 10 Juli 2005. Perubahan tersebut tidak semata mengganti logo perusahaan, tetapi juga untuk memacu semangat dan budaya perusahaan secara keseluruhan.

Objek wisata di Ancol


Dikelola oleh anak perusahaannya terutama oleh PT Taman Impian Jaya Ancol (TIJA) yang meliputi pengelolaan kawasan pariwisata (rekreasi dan resor) dan kegiatan usaha penunjang: entertainment, konvensi dan wisata belanja. PJAA mengelola area pariwisata terintegrasi seluas 552 Ha, lokasi dekat pantai, terbaik di Jakarta dengan kemudahan akses melalui jalan tol, busway dan kereta api.

Pantai dan Taman


Taman dan pantai merupakan wahana hiburan yang menawarkan kesegaran suasana pantai bagi semua kalangan dan usia. Pantai dan Taman memiliki 5 pantai (Pantai Festival, Indah, Elok, Ria dan Carnival Beach Club) dan Danau Impian, sepanjang kurang lebih 5 km, dengan promenade sepanjang 4 km.

Dunia Fantasi
Dunia Fantasi yang dibuka untuk umum pada 29 Agustus 1986, dan popular dengan sebutan Dufan, merupakan theme park pertama yang dikembangkan oleh Ancol. Dufan merupakan pusat hiburan outdoor terbesar di Indonesia yang memanjakan pengunjung dengan Fantasi Keliling Dunia, melalui berbagai content wahana permainan berteknologi tinggi, yang terbagi dalam 8 kawasan, yaitu: Indonesia, Jakarta, Asia, Eropa, Amerika, Yunani, Hikayat dan Balada Kera. Perseroan juga menjadikan Dufan sebagai salah satu pusat edutainment yang ada di Ancol yakni dengan dibukanya Fisika Dunia Fantasi (Fidufa) dan Pentas Prestasi. Dufan telah memiliki sertifikat ISO 9001:2008 sejak 2009.

Atlantis Water Adventure


Atlantis Water Adventure (AWA) merupakan theme park kedua yang dikembangkan oleh Ancol dan berdiri diatas lahan seluas 5 hektar. AWA merupakan hasil revitalisasi Taman Rekreasi Air Gelanggang Renang Ancol yang akan memberi pengunjung petualangan wisata air dengan 8 kolam utama, yaitu: Poseidon, Antila, Plaza Atlas, Aquarius, Octopus, Atlantean, dan Kiddy Pool.

Gelanggang Samudra
Gelanggang Samudra Ancol ("Samudra") merupakan theme park ketiga yang dikembangkan oleh Anco. Samudra merupakan edutainment theme park bernuansa konservasi alam yang memberikan pengalaman kepada pengunjung untuk mengenal lebih dekat dan menyayangi aneka satwa, antara lain lumbalumba, paus putih, anjing laut, dan sinema 4D. Di Sinema 4D atau pertunjukan 4 dimensi, Anda harus mengantri untuk masuk ke dalam bangunan teater ini. Di dalam, petugas akan membagikan kacamata 3 dimensi. Setelah menunggu beberapa lama di depan pintu, penonton akan masuk ke dalam teater. Film yang disajikan berdurasi kurang lebih 15 menit. Dengan memakai kacamata 3 dimensi,

Anda akan merasakan gambar ada di depan Anda dan seolah dapat disentuh, ditambah dengan kursi yang dapat bergoyang-goyang dan semburan air atau angin pada adegan tertentu sehingga Anda dapat mesakana suasana sesungguhnya. Ada 5 pilihan jadwal pada hari Senin sampai Sabtu dan 2 kali ekstra pertunjukan pada hari Minggu dan hari Libur. Tapi, Anda hanya dapat menontonnya satu kali karena untuk masuk ke dalam wahana ini harus menggunakan tiket yang terdapat pada tiket masuk.

Sea World
Sea World adalah underwater aquarium pertama dan satu-satunya di Indonesia, dengan area seluas 2 Ha (dikelola dengan format BOT).

Putri Duyung Cottages


Penginapan tepi pantai bergaya unik berbentuk cottages dengan 133 kamar ini memiliki berbagai fasilitas khusus, seperti : ruang serba guna, ruang rapat dan lokasi pesta pantai. Putri Duyung juga menawarkan fasilitas olahraga, seperti kolam renang, tenis meja, sepeda, lapangan tenis, serta lapanan voli pantai. Arsitektur artistik Putri Duyung Ancol kental dengan perpaduan gaya posmo dan romantisme Indonesia Timur, ditata selaras dengan lingkungan pantai untuk menciptakan suasana yang berselera dan eksotik.

Padang Golf Ancol


Padang Golf bernuansa pantai di tengah-tengah kawasan wisata yang memiliki 18 hole dengan desain lapangan unik. Lokasinya strategis dan mudah dicapai dari seluruh penjuru Jakarta.

Marina
Dermaga kapal pesiar (speed boat dan yacht) bergaya kosmopolitan yang pertama dan terlengkap di Indonesia, dirancang untuk tempat berlabuh kapal

pesiar berbagai ukuran. Marina juga berfungsi sebagai pusat olahraga laut, ski air, wind surfing, diving, sailing, serta pelabuhan kapal pesiar untuk menuju Kepulauan Seribu. Marina dilengkapi dengan fasilitias dermaga, marine band, pompa bensin, dermaga bongkar muat, agen perjalanan wisata dan olahraga bahari.

Pasar Seni
Pasar Seni merupakan pusat kegiatan seni dan kerajinan yang memberikan inspirasi serta wawasan bagi penikmat dan kolektor seni. Pasar seni merupakan wujud nyata kepedulian Ancol atas kelangsungan hidup para seniman berbakat. Pasar Seni juga dilengkapi dengan Galeri Pameran (North Art Space/NAS), Toko Cinderamata, Plaza dan Panggung Pertunjukkan Seni.

Pulau Bidadari
Sebuah pulau untuk kalangan menengah di Kepulauan Seribu yang dapat ditempuh dalam waktu 20 menit dari Marina. Pulau Bidadari memiliki 49 cottages yang terdiri dari 23 unit tipe deluxe, 20 unit tipe family, 3 unit tipe family suite, dan 3 unit tipe suite serta memiliki sarana olahraga, 2 aula serba guna, restoran, bar dan toko cinderamata. Sebuah atraksi unik, yakni wahana berenang bersama dengan lumba-lumba (swimming with the dolphin), bisa dinikmati di Pulau Bidadari.

Ritel
Lebih dari 30 kios penjualan souvenir, makanan dan minuman

Hailai Executive Club


Hailai merupakan klub eksekutif bertaraf internasional yang dilengkapi dengan restoran yang menyediakan 3.000 kursi, sarana olahraga, dan hiburan.

Hailai dikelola oleh PT Philindo Sporting Amusement and Tourism Corporation yang bekerja sama dengan PT Sarana Ria.

Kereta Gantung
Gondola (sky lift) merupakan kereta gantung yang menghubungkan tempat wisata satu dengan yang lainnya di kawasan Ancol yang terbentang sepanjang kurang lebih 2,4 km dari Pantai Festival hingga area parker AWA. Gondola Ancol memiliki 37 unit gondola dengan kapasitas enam orang per gondola dan tiga stasiun pemberhentian. Dengan ketinggian 21 meter di atas permukaan laut, perjalanan dengan Gondola memakan waktu 20 menit. Gondola Ancol merupakan unit usaha hasil kerjasama Ancol dengan PT Karsa Surya Indonesia (KSI).

Monumen Pancasila Sakti

Monumen Pancasila Sakti. Di bawahnya terdapat 7 orang perwira yang menjadi korban Gerakan 30 September 1965. Foto: wordpress.com Monumen ini dibangun di atas tanah seluas 14,6 hektar atas prakarsa Presiden ke2 RI, Soeharto. Dibangun untuk mengingat perjuangan para Pahlawan Revolusi yang berjuang mempertahankan ideologi negara Republik Indonesia, Pancasila dari ancaman ideologi komunis. Monumen ini terdapat di sebuah Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Di sebelah selatannya terdapat markas besar Tentara Nasional Indonesia, Cilangkap, sebelah utaranya adalah Lapangan Udara Halim Perdanakusuma, sebelah timurnya adalah Pasar Pondok Gede, dan sebelah baratnya, Taman Mini Indonesia Indah.

Sumur Tua Lubang Buaya, yang dijadikan sebagai tempat pembuangan jenazah Pahlawan Revolusi. Foto: Mabesad.mil.id

Sebelum menjadi sebuah museum sejarah, tempat ini merupakan tanah atau kebun kosong yang dijadikan sebagai pusat pelatihan milik Partai Komunis Indonesia. Kemudian, tempat itu dijadikan sebagai tempat penyiksaan dan pembuangan terakhir para korban Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI). Di kawasan kebun kosong itu terdapat sebuah lubang sumur tua sedalam 12 meter yang digunakan untuk membuang jenazah para korban G30S/PKI. Pada masa itu, tanah di seputar bibir sumur tua berdiameter 75 centimeter itu berwarna merah kecokelatan dan kering. (Whuuuaaah.... kecil dan dalam sekaliiiiii !!! )

Sumur Tua Lubang Buaya dari kejauhan. Foto: jakarta.go.id Bagian terdekatnya diberi terali besi bercat merah putih. Di sekelilingnya dipakaikan lantai marmer putih, dan tepat di atas lubang sumur itu tedapat cermin bergantung. Lewat cermin inilah pengunjung bisa menatap dasar sumur yang diberi lampu kecil (pelita). Nah, setelah dibangun dan diperbaiki, Lubang Buaya dijadikan sebagai museum sejarah, yang di dalamnya terdapat Monumen Pancasila Sakti, museum diorama (miniatur 3D untuk menggambarkan figur para pahlawan revolusi), sumur tua, sebuah ruangan relik, dan lapangan peringatan peristiwa

Anda mungkin juga menyukai