Anda di halaman 1dari 9

J. Adm. Kebijak. Kesehat., Val. 1, No.

2, Mei 2003: M-92

Rasionalisasi Tarif Rawat lnap Rumah Sakit melalui Analisis Biaya Satuan, Kemampuan dan Kemauan Pasien Membayar (Studi Kasus di Rumah Sakit Umum Kabupaten Majene)
Rationalizing Hospital Inpatients Fee through Unit Cost Analysis, Ability and Patients' Willingness to Pay (A Case Study At General Hospital Of Majene Regency)
MNWR UA A*
SlRADJUDDlN BEKU" ALlMlN MAIDIN** * Dinas Kesehatan Kabupaten Majene Fakulfas Kesehalan Masyarakat Universiles Hasmuddin.

'

ABSTRACT
Theobjective ofthissfudyk to obtain lhereai unit cost (RUCJ of inpatients, the abilily lo pay (ATP), the willingness lo pay W P ) , and the cost recovery rate (CRRJ at General Hospital of Majene Regency (GHMR). For the purpose of andping the RUC, data were coliected from theyear of 2001, cansistingof fivedcosls, semi-vanable ~o~t~andvariabiec~~k. Soreadsheetanddoubiedi~Vib~6onmethad .rss Lrcotuanaipamc cos, Pop.i~tonior ATPano . t I P . v z s l ~ ~ llcm toe lolal nLmo?r 01opat eo:s o one morln p?rod. .:,utc ATP wasobtainedfrom the totalMlueofnan-essentiathousehoIdexpenses made during oneyear, and WTP wasobtainedfromlhetalaireaiheallh care exoenses in one . a r NVTP actuall, another amount was w . celc~lalca ,'hTP n ~ r m a .e, namcl/ rhe a l i o m t 1hb:par enis ivc. 9 t ream /pay tor rho nealrh sem ces tne, ha,f yoten conesponmg to theirperception. A descrlptlve analysis was made to get the average ATr: while correlation analysis was used to see the relation between ATP and WTP To acquire the rational tariff, the unit cosl is based on formula Ill (rC=VC). The resuil of this study showed that in the VIP rooms with unit cost Rp30.474.00, ATP Rp3.862.830,OO and WTP Rp57.500.00 with average lengthofstay (ALSJof5,7days, the rational tariff should be fixed at Rp56.OOO.00 per day care. In the Fimt Class rooms wi(h unit cosl Rp15.174.00, ATP Rp2.236.750.00, WTP Rp22.000.00 and ALS of 5.9 days, the tariff should be Rp25.000.00 oerdavcare. In theSecondClassrooms with unitcasfofRo12.619.00. . . . AIPRp866.19(100. :/IPRpl3CO7 C O a o o I ~ S o l 5 . 1 oa;s loo rmli s h o ~ be Rp14 000 03per da) care. In tre rn ro Ctssr rooms .I rh o ~.wcostRp77s9,01), P Ro382 820.00 .VIP Rp5730 00aodhLSof IT 5.2 days, the lived tariff was amsocial" tariff of Rp6000,OO per day care.Basedon the abovementionedtariffs, CRRof VIPRooms: 184%. CRR ofFirst Class rooms: 165%. CRRofSecond Classrooms: 111%. and CRR of Third Class rooms: 77%. Atlhough in the Third Class rooms. CRR was less than 100%(deficit), lhe loss could be remedied by developing a cross subsidy from VIP and First Ctass rooms revenues. Basedon the calculated "rational" t a m , total CRR for the facitlN will be 111%. orhioherlhao the CRR based on entire in~atient
~ ~~~ ~~~~ ~~ ~~ ~

Key words: Unit Cosl, Cost Recovery Rate. Abilily to Pay, Wllliogness to Pay, Rational Tariff.

Correspondence: Munawar, Oinas Kesehatan Kab. Maiene, JI. RA Kartini no 18, Maiene 9141 1 Sulawesi Selatan, Indonesia

PENDAHULUAN
lndeks Pembangunan Manusia (HDl) lndonesia rnasih jauh terbelakang dibandingkan sebagian besar negara lain di dunia. Hal itu terkait erat dengan rendahnya pernbiayaan pelayanan kesehatan baik oieh pernerintah dan swasta rnaupun masyarakat (Thabrany, 2002). Alokasi umurn biaya kesehatan hanya sebesar 2,5% dari seluruh anggaran pemerintah. Biaya kesehatan ini terbagi atas sektor kesehatan 30% dan sektor nonkesehatan 70%. Dari 30% anggaran sektor kesehatan ini, pengeluaran pemerintah untuk pelayanan rumah sakit hanya sekitar 20%. Anggaran ini sebagian besar diberikan dalam bentuk subsidi ke pemberi pelayanan dalam bentuk anggaran rutin (gaji) dan pembangunan. Dengan kata lain pola pembiayaan yang berlangsung selama ini tidak secara langsung diarahkan untuk masyarakat yang kurang mampu (Astuti, 1999). Bank Dunia pada tahun 1987 rnemperkirakan hanya 40% dari kebutuhan riil biaya

operasional dan perneliharaan untuk rumah sakit tipe C di lndonesia yang terpenuhi. Rumah sakit pemerintah yang mempunyai struktur fixed cost (biaya tetap) yang tinggi, menghadapi problem dalarn investasi dan pengembangan program. Problem ini terjadi karena daya subsidi pernerintah makin berkurang, sehingga subsidi yang terus-rnenerus tidaklah dapat diandalkan untuk rnenutupi biaya yang diperlukan dalam rnernproduksijasa pelayanan rurnah sakit. Biaya produksi pelayanan rumah sakit terus rnengalarni kenaikan dari tahun ke tahun. Hal itu disebabkan oleh meningkatnya harga obat-obatan, penggunaan teknologi canggih, dan rneningkatnya demand (perrnintaan) rnasyarakat. Akibatnya, terjadi berbagai problem ekonorni yang berkaitan dengan tarif rumah sakit pemerintah. Dengan struktur tarif yang ada, cost recoveryrate (CRR) sukar untuk mencapai nilai yang ideal, sementara kebutuhan untuk berkembang

Rasionalisasi Tatif Rawat lnap Rumah Sakit (Munawar)

sernakin tinggi karena persaingan antarrumah saki? semakin besar. CRR rumah sakit pemerintah di Indonesia pada tahun 1995 termasuk sangat rendah, yaitu hanya 20%, padahal berdasarkan laporan Bank Dunia, pada akhir tahun 1980-an, CRR rurnah sakit pernerintahdi shanghai sudah mencapai 85% (Pudjirahardjo, 1998). Rendahnya CRR ini disebabkan antara lain oleh tarif yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan biaya satuan (unit cost). Artinya pemerintah memberikan subsidi yang cukup besar kepada setiap pasien yang berobat ke rurnah sakit pemerintah.Tarif di rumah sakit pernerintah ditetapkan berdasar SK Menteri Kesehatan ataupun Peraturan Daerah. Di banyak rurnah sakit. Perda tersebut sangat jarang disesuaikan dengan kondisi ekonorni yang sebenarnya ada di rnasyarakat. Ada Perda tarii yang rnasih berlaku sejak 10 tahun yang ialu, walaupun seiarna kurun waktu tersebut telah terjadi inflasi biaya yang sangat tinggi (Gani, 2001). Apabila tarif dengan CRR rendah tersebut diberiakukan di kelas pelayanan bawah (seperti kelas iii) ha1 tersebut adalah sesuatu yang layak. Akan tetapi jika tarif tersebut berlaku pula di kelas VIP rnisainya, rnaka yang terjadi adalah pernberian subsidi untuk rnasyarakat atas. Dengan mengetahui biaya satuan, kernarnpuan dan kemauan rnembayar (ATP dan WTP) masyarakat, maka rurnah sakit dapat rneningkatkan upaya pernerataan (equity) dengan rnengatur besaran subsidi dan sasaran yang akan mendapat subsidi. Bila kelornpok pengguna terdapat kelornpok relatif rnampu, rumah sakit dapat mencoba rnengernbangkan rnekanisrne subsidi silang. Peningkatan pendapatan dari kelornpok pengguna yang rnampu (kelas VIP, kelas utarna misalnya) dapat dimanfaatkan untuk subsidi silang kelornpok yang tidak mampu (keias 111 ) Seiain biaya satuan (unit cost) serta ATP dan W F T masyarakat, faktor lain yang perlu dipettimbangkan untuk rnenetapkan tarif pelayanan di rurnah sakit adalah tarif pelayanan pesaing serta tingkat pemanfaatan oleh konsumen. Namun, dalam penelitian ini fokus perhatian diarahkan secara khusus pada biaya satuan pelayanan serta ATP dan WTP pasien masing-masing kelas perawatan pada lnstalasi Rawat hap Rumah Sakit Urnurn (RSU) Kabupaten Majene. Tujuan penelitian ini secara urnurn adalah menghitung tarif rasional pelayanan rawat inap pada RSU Kabupaten Majene. Sedangkan tujuan khusus penelitian adalah (a) rnenghitung jumlah biaya yang dikeiuarkan instalasi rawat inap kelas Vie kelas I, kelas II dan kelas Ill setiap satu satuan produk pelayanan; (b) mengukur ATP dan WTP masyarakat pengguna fasilitas pelayanan rawat inap kelas VIP, kelas I, kelas il, dan kelas Ill; (c) rnernperoieh garnbaran besarnya potensi masyarakat untuk mernbayar jasa pelayanan rawat inap di RSU Kabupaten Majene;(d) membandingkan CRR instalasi rawat inap berdasar tarif Perda dengan yang berdasar tarif rasional.

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Rurnah Sakit


WHO rnernberikan batasan mengenai rurnah sakit sebagai berikut. "The hospital is an integral par7 of a social and rnedical organization, the function of which is to provide for the population complete health care, both curative and preventive and whose outpatient senfices reach out to the family and its home environment, the hospital is also a centre for training of health workers and for biosocial research" (Soeprapto, 1985: 3). Rumah sakit adalah bagian integral dari organisasi kesehatan rnasyarakat yang berfungsi (a) menyediakan pelayanan kesehatan paripurna, baik preventif maupun kuratif bagi keluarga dan rnasyarakat, (b) sebagai pusat pendidikan tenaga kesehatan ,dan (c) penelitian biososiai. Menurut Rhea (1988,) "Hospital is a health care facility with an organized medical and profesionalstaff,and with inpatientbeds available 24 hours a day, whose primaly function is to provide diagnostic and therapeutic inpatient medical, nursing, and other health-related services to patients for a variety of surgical and medical conditions". Berdasarkan definisi di atas, kegiatan utama rurnah sakit adalah perawatan yang meiiputi rawat jalan dan rawat inap, gawat darurat dan penunjang medis.

Macam Rurnah Sakit Rurnah sakit dapat digolongkan menurut jenis pelayanan dan pemilik atau pengelolanya. Menurut jenis pelayanannya, rumah sakit dapat digolongkan dalarn rumah sakit urnum dan rumah sakit khusus. Menurut pengelola atau perniliknya, rurnah sakit digolongkan (a) rumah sakit vertikal (rnilik Departemen Kesehatan), (b) rurnah sakit Pemda Tk. I, (c) rurnah sakit Pernda Tk. II, (d) rurnah sakit ABRI, (e) rurnah sakit depattemen lain dan BUMN, dan (f) rumah sakit swasta. Rumah Sakit Sebagai Lembaga Sosio-Ekonomi Tujuan pelayanan kesehatan sebenarnya mencakup tercapainya equity. Tujuan ini sangat penting, karena kesehatan adalah hak asasi yang paling rnendasar bagi setiap indiv~du.Equity yang dirnaksudkan adalah egalitarian equity dan social equity (keadiian sosial yang adil dan merata). EgalitarianEquity pada dasarnya merupakan paham bahwa setiap orang harus dapat rnenerirna pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan rnedis (rnedical needs) orang tersebut, bukan sesuai dengan kernarnpuannyh membayar.(Thabrani ,2002) Rumah sakit merupakan lembaga yang dapat menerapkan prinsip bisnis dengan tidak melanggar etika kedokteran dan meiindungi orang miskin. Kata-kata pernuasan kebutuhan customer dalarn definisi di atas, rnempunyai rnakna kebutuhan yang ditetapkan berdasarkan indikasi rnedik. Penanganan orang rniskin merupakan tindakan yang mernpunyai return non-

Rasionalisasi Tatif Rawat lnap Rumah Sakit (Munawar)

Tabel 5. Hasil Perhitungan CRR rnenurut Kelas Perawatan, Agustus 2002 Kelas ~erawatan Kelas VIP Kelas I Kelas II Kelas Ill CRR Total Biava total ITC) ~, (Rp) 17.430.996 11.441.564 19.900.303 57.265.067 106.037.931
Ttmf Perda TRI (RP)

CRRl 164% 132% 95% 77% 101%

Tarlf raslonal TR2 (RP) 32.032.000 18.850.000 22.078.000 44.340.000 107.300.000

CRR2 184% 165% 111% 77% 111%

28.600.000 15.080.000 18.924.000 44.340.000 106.944.000

Besar biaya satuan per hari rawat rnasing-masing kelas perawatan pada instalasi rawat inap RSU Kabupaten Majene tahun 2001 berdasarkan hasil perhitungan distribusi ganda adalah a. berdasarkan rurnus I (TC = FC+SVC=VC), biaya satuan kelas VIP sebesar Rp163.281, kelas I sebesar Rp134.598, kelas II sebesar Rp79.608, dan kelas Ill sebesar Rp37.134; biaya satuan b. berdasarkan rumus II (lC=SVC+VC), kelas VIP sebesar Rp147.608, kelas I sebesar Rp117.997, kelas II sebesar Rp70.463, dan kelas Ill sebesar Rp33.464; c. berdasarkan rumus Ill FC=VC), biaya satuan kelas VIP sebesar Rp30.474, kelas I sebesar Rp15.174, kelas II sebesar Rp12.619, dan kelas Ill sebesar Rp7.749. Besar kemarnpuan membayar rata-rata rumah tangga pasien rawat inap berdasarkan 5% dari total pengeluaran nonrnakanan adalah Rp421.870 di kelas VIP, Rp244.920 di kelas I, Rp216.690 di kelas II, dan Rp85.150 d i kelas Ill. Apabila dihitung dari total pengeluaran nonesensial, maka kernarnpuan rnernbayar rata-rata pasien di kelas VIP sebesar Rp3.862.830, kelas I sebesar Rp2.236.750, kelas II sebesar Rp886.190, dan kelas Ill sebesar Rp382.820. Dengan demikian, kemampuan membayar berdasarkan pengeluaran nonesensial lebih potensial rnendapatkan consumer surplus dibandingkan kernarnpuan membayar yang dihitung berdasarkan 5% dari total oenaeluaran nonmakanan. 3. Kemauan rnembayar aktual rata-rata rurnah tangga pasien jauh lebih rendah dari kemarnpuan rnembayar, ha1 ini disebabkan karena sebagian besar anggota keluarga responden hanya membayar biaya rawat jalan di Puskesmas dan praktek perawat. Namun, analisis korelasi rnenunjukkan bahwa makin besar kemampuan membayar makin besar pula kernauan rnembayar aktual. 4. Kemauan rnembayar norrnatif rata-rata rurnah tangga pasien di kelas VlFl kelas I, dan kelas II, lebih besar dari tarif yang berlaku, akan tetapi kemauan mernbayar normatif rata-ratadi kelas Ill berada di bawah tarif yang berlaku, meskipun pelayanan ditingkatkan.

5. Tarif rasional masing-masing kelas perawatan sedikit lebih besar dari kemauan membayar normatif, tetapi tidak rnelarnpaui kemarnpuan membayar. 6. CRR total rawat inap berdasarkan tarif rasional sebesar 111% lebih tinggi dari CRR berdasarkan tarif perda (101%)

SARAN
1. Pemda dapat menyesuaikan tarif pelayanan rawat inap rnenurut tarif rasional. Dengan tarif baru ini rumah sakit akan memperoleh cukup pendapatan khususnya dari pelayanan kelas VIP dan kelas I sehingga rumah sakit dapat lebih rneningkatkan kualitas pelayanannya secara mandiri, sekaligus melakukan subsidi silang untuk membantu masyarakat di kelas Ill. 2. Analisis biaya satuan, kemarnpuan dan kemauan rnembayar pasien untuk penetapan tarif rasional seyogyanya dilakukan secara reguler sesuai dengan fluktuasi inflasi biaya kesehatan. 3. Perhitungan elastisitas permintaan perlu dilakukan untuk mengetahui perubahan tingkat utilisasi kelas perawatan yang disebabkan oleh perubahan tarif. 4. Untuk mernbantu pembiayaan rurnah sakit, penggalian dana dapat dilakukan, seperti: usaha kantin dan jasa telekomunikasi (wartel).

DAFTAR PUSTAKA Astuti, S.S., Suparmanto. 1999. Kebijakan Departemen Kesehatan di Bidang Perurnahsakitan di Indonesia dalam Menghadapi Krisis Ekonomi. IRSJAM, Edisi 4930-14 Gafni,A. 1991. The Willingness T Pay for Medical Care Evidence o from Developing Countries. Press Baltimore Maryland: The John Hopkins University. Gani, A. 1996. Pembiayaan Kesehatan di Indonesia. Makalah disajikan dalam Seminar Pembayaran Kapitasi, FKM UI Jakarta, 28 Maret 1996. Gani, A. 1997. Analisis Data Susenas untuk Perencanaan Kesehatan Dafi N. Modul Latihan P2KI Jakarta: Depkes dan FKM Ui.

Anda mungkin juga menyukai