Kelompok B-7
Ketua: Sekretaris: Teguh Jaya Sakti Fadhilah Vania Fildza Muhammad Guruh Susanto Nursyifa Yusena Riezky Trinawati Rosa Ismasari Hosniputri Rindayu Ambarsih Tamimiah Aini Wisuda Arafat SB 1102009282 1102008331 1102009291 1102010180 1102010213 1102010240 1102010256 1102010242 1102010277 1102010292
SASARAN BELAJAR
Memahami dan menjelaskan anatomi sistem reproduksi wanita eksterna dan interna
Makroskopik Mikroskopik
SKENARIO 1
KEPUTIHAN
Pasien wanita, umur 26 tahun, ibu rumah tangga, baru 2 bulan menikah datang berobat kedokter dengan keputiha yang banyak, cair, berbau anyir yang kadang-kadang disertai gatal sejak 3 minggu yang lalu. Penderita memiliki siklus menstruasi yang normal dan tidak menggunakan kontrasepsi. Suami penderita bekerja sebagai supir dan riwayat melakukan hubungan seksual dengan wanita lain disangkal. Pada pemeriksaan genetalia eksterna : labium mayus dan minus tampak eritema dan sedikit erosi. Pada pemeriksaan inspekulo didapatkan : discharge vagina homogen, keabu-abuan dan tampak melekat pada dinding vagina. Pasien disarankan melakukan pemeriksaan PAPsmear.
Vagina Bentuk tabung muskular, muali servix sampai genitalia externa. Panjang antara 8-12 cm. Bagian distal cervix menonjol ke dalam rongga vagina disebut portio vaginalis Cervicis uteri. Bagian cervix proximalnya disebut portio supra vaginalis cervicis uteri. Rongga vagina yang mengelilingi portio vaginalis cervicis disebut fornix yang dapat dibedakan fornix lateralis dextra dan sinistra, fornix anterior dan posterior. Tunika mukosa membentuk rugae yang transversal pada dinding ventral dan dorsal disebut columna rugarum.
Fascia endopelvis memadat menjadi ligamentum fasialis yang berfungsi menunjang servix dan vagina. Ligamentum-ligamentum yang ikut memfiksasi uterus diantaranya : Lig.Cardinale (Mackenrodts)/lig.cervicalis lateralis : melewati sebelah lateral servix dan bagian atas vagina ke dinding pelvis. Lig.utero-sacrale/lig.recto uterina : melewati bagian belakang servix dan fornix vagina ke fascia yang melapisi sendi sacro-iliaca. Mulai dari isthmus ke jaringan pengikat disebelah lateral dari rectum setinggi vertebrata sacralis III, mengandung otot polos. Lig.puboservicale : meluas ke anterior dari lig.cardinale ke pubis (puboprostatica pada pria). Lig.pubovesicale : dari belakang symphisis pubis menuju collumvesica urinaria. Fiksasi yang utama pada uterus ke vagina adalah : lig.cardinale & uterosacrale.
A.uterina pergi ke ventrocaudal setinggi isthmus uteri, membelok ke medial berjalan di pangkal lig.latum, cranial lig.cardinale uteri membentuk cabang a.vaginalis ke dinding vagina, pangkalnya kearah fundus kemudian bercabang-cabang menjadi :
r. Ovaricus, melalui lig.ovarii proprium menuju ovarium. A.ligamenti teretis uteri, mengikuti lig.teres uteri.
Saraf-saraf otonom system urogenitale wanita : N.Pudendus, meninggalkan pelvis melalui foramen infrapiriformis, dorsal spina ischiadica, masuk ke foramen ischiadicum minus sebagai n.clitoridis. Cabang yang lain : n.hemorrhoidalis inferior untuk sphincter ani externus dan ke kulit pada regio analis. N.perinealis berakhir sebagai n.labialis untuk labium majus, ia memberi ke rr.cutanei ke kulit.
Lanjutan..
Labium Majus Pudendi Suatu lipatan kulit, ke dorsocaudal berhubungan satu dengan yang lain membentuk comissura posterior labiorum majorum, ventrocranial membentuk comissura anterior labiorum majorum. Dapat dibedakan : Facies lateralis : mempunyai rambut dan banyak pigmen.
Facies medialis : mempunyai gld.sebacea yang besar & tidak mempunyai rambut.
Celah yang dibatasi oleh kedua labia majora disebut rima pudendi.
Lanjutan..
Labium Minor Pudendi Suatu lipatan kulit. Kedorso caudal membentuk frenulum labiorum minorum. Ke ventrocranial membentuk preputium clitoridis menutupi glands clitoridis dari ventrocranial.
Banyak Pembuluh darah, gld sebacea, jaringan lemak, tidak terdapat folikel rambut.
Lanjutan..
Germinativum Epithelium : Merupakan lapisan dari epitel selapis gepeng atau selapis kuboid yang melapisi permukaan ovarium. Tunica Albuginea : Merupakan kapsul yang berwarna keputih-putihan dari jaringan ikat padat irregular yang terletak pada bagian dalam terhadap germinativum epithelium. Ovarian Cortex : Merupakan daerah yang agak ke bagian dalam tunica albuginea. Ovarian cortex tersusun atas folikel ovarium yang dikelilingi oleh jaringan ikat padat irregular yang tersusun atas sel-sel otot polos yang menyebar. Ovarian Medulla : Terletak bagian dalam terhadap ovarian cortex dengan anayaman vaskular luas didalam jaringan ikat longgar.
Tepi antara cortex dan medulla tidak begitu jelasbatsannya. Dapat dibedakan dengan yang lain, bahwa medulla tersusun oleh jaringan ikat yang lebih longgar dan mengandung pembuluh darah, pembuluhlymphatic, dan saraf.
Lanjutan..
Ovarian Follicle : Terletak di cortex dan tersusun atas oosit dalam tahapan perkembangan tertentu, ditambah sel-sel yang mengelilingi ovarian follicle. Ketika mengelilingi, sel-sel tersebut membentuk single layer, yang disebu sel-sel folikular. Adapun pada perkembangan selanjutnya, sel-sel akan mengelilingi dengan membentuk beberapa layer yang disebut sel granulosa. Mature (graffian) Follicle : Merupakan suatu bentuk folikel yang besar yang berisi penuh cairan yang siap untuk pecah dan mengeluarkan oosit sekundernya melalui proses ovulasi. Corpus luteum : Merupakan sisa (bekas) dari folikel graff setelah ovulasi. Corpus luteum menghasilkan progesteron, estrogen, relaksin, dan inhibin hingga corpus luteumtersebut bergenerasi menjadi jaringan fibrous yang disebut corpus albicans
Tuba uterina
Tersusun atas 3 lapisan, yaitu : Mucosa : Memiliki lipatan panjang yang paling banyak dijumapi di ampula. Terdiridari epithelium (sel-sel epitel selapis columnar besilia) dan lamina propria yang terdiri dari jaringa ikat longgar. Fungsi dari epithelium adalah sebagai cilliary conveyor belt yang untuk membantu perpindahan fertilisasi ovum sepanjang tubeuterine terhadap uterus. Adapun yang tidak bersilia, yang maemiliki microvilli dan mensekresi cairan yang memberi nutrisi untuk ovum. Pada potongan melintang, lumen bagian ampula menyerupai labirin. Lipatan ini makin mengecil pada segmen tuba yang berada dekat dengan uterus. Lapisan Tengah (Muscularis) : Tersusun atas otot polos yang tebal berbentuk cincin (pada bagian dalam) dan otot polos longitudinal (pada bagian luar). Kontraksi peristaltic pada muscularis dan aksi cilliata pada mucosa membantu berpindahnya ovum atau oosit yang terfertilisasi ke uterus Lapisan Luar (Serosa) : Terdapat fimbriae yang berfungsi mengelilingi ovary ketika ovulasi, menyapu oosit sekunder dari rongga pelvis ke tube uterine.
Uterus
a.Lapisan paling dalam; epitel selapis columnar (bersilia dan sel sekretory) melapisi lumen
b.Endometrial stroma; daerah lamina propria yang sangat tebal c.Endometrial glands; berkembang sebagai invaginasi luminal epithelium dansebagian besar memanjang ke miometrium. Endometrium terbagi menjadi 2 lapisan : Stratum fungsional ; melapisi rongga uterine dan yang ikut meluruh bersama pembuluh darah ketika menstruasi. Stratum basalis (paling dalam ) ; dekat dengan miometrium. Bersifat permanent dan membentuk stratum fungsional baru ketika setelah menstruasi.
Vagina
Terdiri dari epitel bertingkat gepeng nonkeratin dan jaringan ikat longgar yang melapisi lipatan-lipatan transverse yang disebut rugae. Dinding vagina terdiri atas 3 lapisan, yaitu:
Lapisan mukosa; merupakan epitel berlapis gepeng dengan tebal 150200 m. Sel-selnya mengandung sedikit keratohialin. Mukosa vagina mengandung penyimpanan glikogen besar (dalam pengaruh estrogen ) yang menghasilkan lingkungan yang acidic sehingga menyebabkan pH rendah yang berfungsi memperla mbat pertumbuhan microbial, tapi juga membahayakan sperma. Lamina propria mukosa vagina terdiri dari jaringan ikat longgar dengan banyak seratelastin. Diantara sel-sel yang ada, terdapat cukup banyak limfosit dan netrofil. Selama fase tertentu dari siklus menstruasi, kedua jenis sel leukosit tersebut menembus epitel dan masuk ke dalam lumen vagina. Lapisan Muscularis : Tersusun atas lapisan outer circular dan lapisan inner longitudinal otot polos yang meregang. Fungsinya adalah untuk menyesuaikan diri terhadap penis ketika berhubungan seksual dan lahirnya anak. Lapisan Adventitia ; merupakan lapisan permukaan vagina yang tersusun atas jaringan ikat longgar.
Lanjutan..
Klitoris : Klitoris itu padan penis tetapi tidak sama benar. Ia terdiri atas dua bahan erektil yangberakhir di dalam kepala klitoris atau glans klitoridis yang kecil. Di luarnya diliputiepitel berlapis gepeng tipis yang dilengkapi dengan ujung saraf sensorik khusus. Labium minus : Berupa lipatan mukosa yang membentuk dinding lateral vestibulum. Epitelnya berupaepitel berlapis gepeng dan bagian tengahnya terdiri atas jaringan ikat yang berlimpahpembuluh darah. Terdapat papila tinggi menjorok jauh ke dalam epitel. Kelenjarsebasea terdapat pada kedua permukaannya dan tidak berlengkapan folikel rambut. Labium mayus : Berwujud lipatan kulit yang menutupi labium minus. Permukaan dalamnya halustidak berambut. Permukaan luarnya diliputi epidermis dengan lapisan tanduk danmempunyai banyak rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea. Bagian tengahsetiap bibir mengandung cukup banyak jaringan lemak dan sedikit serat otot polos.
Lanjutan..
Vestibulum : Tempat bermuaranya vagina dan ureter, dilapisi epitel berlapis gepeng khusus yangbanyak mengandung banyak kelenjar kecil yaitu kelenjar vestibulum minor, yangterutama terletak disekitar muara ureter dan di dekat klitoris. Mereka bersesuaiandengan kelenjar Littre. Kelenjar vestibuler mayor (kelenjar Bartholin), beranalogdengan kelenjar bulbourenil pada pria dan terletak di dalam dinding lateralvestibulum. Mereka berwujud kelenjar tubuloalveolar yang menggetahkan lendir.Saluran keluarnya bermuara di dekat pangkal himer.
Definisi
Keputihan/flour albus adalah cairan yang keluar dari vagina yang bersifat berlebihan. Cairan atau sekret dapat bervariasi dalam konsistensi warna dan bau. Keadaan ini dapat bersifat fisiologis ataupun patologis. Keputihan bukan merupakan penyakit melainkan salah satu tanda dan gejala dari suatu penyakit organ reproduksi wanita.
Klasifikasi
A. Keputihan fisiologis Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri serta metabolitnya, sel sel epitel vagina yang terlepas dan sekresi kelenjar Bartholini dan kelenjar Skene. Fungsi: 1. Untuk membersihkan diri 2. Sebagai pelicin
Lanjutan..
Penghasilan secret Vulva: Sekret dalam ulva dihasilkan oleh kelenjar kelenjar Bartholini dan skene Vagina: Vagina tidak mempunyai kelenjar dan dibasahi oleh cairan transudat lendir dari cervix. Cervix Uterus: Bagian ini mengandung mucus yang disekresikan oleh kelenjar tubular yang dilapisi oleh epitel kolumner dan dipenuhi oleh sel silia Corpus uteri: Hanya menghasilkan sekret pada fase post ovulatoar Tuba: Walaupun jarang mengeluarkan flour albus, kadang kadang terjadi pada hydrosalpinx profluens.
Lanjutan..
Keadaan-Keadaan yang Menginduksi Keputihan: 1. Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
2. Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen. Leukore disini hilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya.
3. Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina. 4. Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjarkelenjar serviks uteri menjadi lebih encer. 5. Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah padawanita dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri. 6. Pada saat kehamilan dan kontrasepsi hormonal
Lanjutan..
B. Keputihan patologis Keputihan patologis merupakan keputihan tidak normal yang terjadi karena infeksi pada vagina, adanya benda asing pada vagina atau adanya keganasan. Infeksi bisa diakibatkan oleh virus, bakteri, parasit, dan jamur.dapat pula disebabkan oleh iritasi saat berhubungan seks, penggunaan tampon dan alat kontrasepsi. Keputihan ini berupa cairan berwarna kekuningan hingga kehijauan, jumlahnya banyak bahkan sampai keluar dari celana dalam, lengket, berbau sangat tidak sedap, menimbulkan gatal yang sangat hebat dan panas, dan dapat menimbulkan luka di daerah mulut vagina. Keputihan patologis harus diwaspadai, karena menjadi salah satu indikasi gejala adanya kanker serviks.
Etiologi
Fluor albus fisiologik pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada daerah porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan anterior vagina. Fluor albus fisiologik ditemukan pada : a) Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin. b) Menjelang atau setelah haid.
c) Wanita dewasa apabila dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina. Hal ini berkaitan dengan kesiapan vagina untuk menerima penetrasi pada senggama.
d) Ovulasi, sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer.
e) Kehamilan
f) Stres, kelelahan g) Pemakaian Kontrasepsi Hormonal
Keputihan patologis
Gonococcus Penyebab Gonococcus adalah coccus gram negative Neisseria gonorrhoeae. Bakteri gonokokkus tidak tahan terhadap kelembaban, yang cenderung mempengaruhi transmisi seksual. Bakteri ini bersifat tahan terhadap oksigen tetapi biasanya memerlukan 2-10% CO2 dalam pertumbuhannya di atmosfer. Cara penularan penyakit ini adalah dengan senggama. Chlamidia trachomatis Bakteri ini sering menyebabkan penyakit mata yang dikenal dengan penyakit traukoma. Bakteri ini juga dapat ditemukan pada cairan vagina yang berwarna kuning seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal.
Gardanerrella vaginalis
Gardanerrella menyebabkan peradangan vagina yang tidak spesifik dan kadang dianggap sebagai bagian dari mikroorganisme normal dalam vagina karena seringnya ditemukan. Bakteri ini biasanya mengisi penuh sel epitel vagina dengan membentuk bentukan khas dan disebut clue cell.
Lanjutan..
Candida albicans Cairan yang dikeluarkan biasanya kental, berwarna putih susu seperti susu pecah atau seperti keju, dan sering disertai gatal, vagina tampak kemerahan akibat proses peradangan. Trichomonas vaginalis Parasit ini berbetuk lonjong dan mempuyai bulu getar dan dapat bergerak berputar-putar dengan cepat. Cara penularan penyakit ini dengan senggama, ditularkan melalui perlengkapan mandi seperti handuk atau bibir kloset.
Lanjutan..
Iritasi o Sperma, pelicin, kondom
o
o o o o o
Benda asing
Radiasi Fistula
Patofisiologi
Ekosistem vagina merupakan lingkaran kehidupan yang dipengaruhi oleh dua unsur utama, yaitu estrogen dan bakteri Lactobacillus atau bakteri baik. Di sini estrogen berperan dalam menentukan kadar zat gula sebagai simpanan energi dalam sel tubuh (glikogen). Glikogen merupakan nutrisi dari Lactobacillus, yang akan dimetabolisme untuk pertumbuhannya. Sisa metabolisme kemudian menghasilkan asam laktat, yang menentukan suasana asam di dalam vagina, dengan pH di kisaran 3,8-4,2. Dengan tingkat keasaman ini, Lactobacillus akan subur dan bakteri patogen akan mati. Dalam kondisi ekosistem vagina seimbang, bakteri patogen tidak akan mengganggu. Bila keseimbangan itu terganggu, misalnya tingkat keasaman menurun, pertahanan alamiah akan turun, dan rentan mengalami infeksi. Ketidakseimbangan ekosistem dapat dipengaruhi di antaranya kontrasepsi oral, penyakit diabetes melitus, antibiotika, darah haid, cairan sperma, penyemprotan cairan ke dalam vagina (douching), dan gangguan hormon seperti saat pubertas, kehamilan, atau menopause
Manifestasi klinis
Penyebab (Anak-anak) Benda asing Infeksi Penemuan klinis Pendekatan diagnosis Keluar cairan vagina Evaluasi klinis bau busuk dan bercak Pruritus, cairan vagina, eritem dan udem vulva, disuria Nyeri vulva vagina, vagina berdarah, bau busuk, lelah, nyeri perut, perubahan prilaku (amarah) Mikroskopis dan kultur
Pelecehan sexual
Evaluasi kultur seksual langkah2 untuk memastikan keselamatan anak dan lapor polisi jika diduga kekerasan
Penemuan klinis Bau amis, discharge abu-abu, pruritus dan iritasi, eritema dan edema tidak biasa
Pendekatan diagnosis Kriteria 3 dari 4 -discharge abuabu -PH> 4,5 -Bau amis -Clue Cell
Infeksi kandidiasis
Infeksi vulva dan iritasi vagina, edema pruritus, discharge keju cottage melekat dinding vagina, memburuk setelah sex dan sebelum mens
Infeksi Trichomonas
Cairan kuning-hijau, vagina berbusa, nyeri,eritema,edema,kadang2 disuria, dispareunia,belang2/bintik2, merah strawberry dinding vagina/serviks Cairan sangat bau busuk, sering berlimpah,eritema,disuria,dispareumia kadang-kadang,obyek terlihat
Benda asing
Lanjutan..
Pemeriksaan fisik dan genital Pemeriksaan fisik secara umum harus dilakukan untuk mendeteksi adanya kemungkinan penyakit kronis, gagal ginjal, ISK, dan infeksi lainnya yang mungkin berkaitan dengan fluor albus. Pemeriksaan khusus yang juga harus dilakukan adalah pemeriksaan genetalia yaitu meliputi:
Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna Pemeriksaan spekulum untuk melihat vagina dan serviks Pemeriksaan pelvis bimanual
Untuk menilai cairan dinding vagina, hindari kontaminasi dengan lender vagina. Dan dapat disesuaikan dari gambaran klinis sehingga dapat diketahui kemungkinan penyebabnya.
Lanjutan..
Pemeriksaan laboratorium Pengukuran pH
Lanjutan..
Pewarnaan gram
Neisseria Gonorhoea memberikan gambaran adanya gonokokus intra dan ekstra seluler.
Gardnerella vaginalis memberikan gambaran batang-batang berukuran kecil gram negative yang tidak dapat dihitung jumlahnya dan banyak sel epitel dengan kokobasil, tanpa ditemukan laktobasil.
Kultur Dengan kultur akan dapat ditemukan kuman penyebab secara pasti, tetapi seringkali kuman tidak tumbuh sehingga harus hati-hati dalam penafsiran.
Pemerikasaan serologis Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendeteksi Herpes Genitalis dan Human Papiloma Virus dengan pemeriksaan ELISA.
Lanjutan..
Penilaian sediaan basah Penilaian diambil untuk pemeriksaan sedian basah dengan KOH10% dan NaCl 0.9%. Cairan dapat diperiksa dengan melarutkan sampel dengan 2 tetes larutan NaCl 0,9% diatas objek glass dan sampel kedua di larutkan dalam KOH10%. Penutup objek glass ditutup dan diperiksa di mikroskop. Trikomonas vaginalis akan terlihat jelas dengan NaCl 0.9% sebagai parasit berbentuk lonjong dengan flagelanya dan gerakannya yang cepat. Candida albicans akan terlihat jelas degan KOH 10% tampak sel ragi (blastospora) atau hifa semu. Vaginitis non spesifik yang disebabkan oleh Gardnerella vaginalis pada sediaan dapat ditemukan beberapa kelompok basil, lekosit yang tidak seberapa banyak dan banyak sel-sel epitel yang sebagian besar permukannya berbintik-bintik. Sel-sel ini disebut clue cell yan merupakan ciri khas infeksi Gardnerella vaginalis.
Lanjutan..
Papsmear: Pemeriksaan ini ditujukan untuk mendeteksi adanya keganasan pada serviks, infeksi Human Papiloma Virus, peradangan, sitologi hormonal, dan evaluasi hasil terapi. Alasan harus dilakukan papsmear : 1. Menikah pada usia muda (dibawah 20 tahun)
Persiapan papsmear :
Menghindari persetubuhan, penggunaan tampon, pil vagina, ataupun mandi berendam dalam bath tub, selama 24 jam sebelum pemeriksaan, untuk menghindari kontaminasi ke dalam vagina yang dapat mengacaukan hasil pemeriksaan
Tidak sedang menstruasi, karena darah dan sel rahim dapat mengganggu keakuratan hasil papsmear Alat yang dibutuhkan :
1. Formulir konsultasi sitologi 2. Spatula ayre yang dimodifikasi atau cytobrush 3. Kaca benda atau gelas objek yang pada satu sisinya telah diberikan label 4. Speculum cocor bebek kering 5. Tabung berisi larutan fiksasi sediaan dikaca benda yaitu alkohol 95%
Cara pengambilan : Tuliskan data klinis pasien yang jelas pada lembar permintaan konsultasi Pasang speculum cocor bebek agar dapat melihat kedalam vagina sehingga tampak terlihat serviks Spatula dengan ujung pendek diusap 360 derajat permukaan serviks Geserkan spatula pada kaca benda yang telah diberikan label dengan pinsil gelas pada sisi kirinya sepanjang setengah panjang gelas dan geserkan sekali saja agar tidak terjadi kerusakan sel Spatula ayre yang telah dimodifikasi dengan ujung yang panjang agar bisa mencapai sambungan skuamokolumner atau kapas lidi diusap 360 derajat pada permukaan endoserviks, kemudian digeserkan pada setengah bagian sisanya. Masukkan dalam larutan fiksasi alkohol 95% lalu dikeringkan
Interpretasi : Negatif => Tidak ditemukan sel ganas. Ulangi pemeriksaan sitologi 1 tahnun lagi Inkonklusif => Sediaan tidak memuaskan. Bisa disebabkan fiksasi tidak baik, tidak ditemukan sel endoserviks, gambaran sel radang yang menutupi. Ulangi pemeriksaan setelah diberikan pengobatan radang.
Dysplasia => Terdapat sel-sel diskariotik pada pemeriksaan mikroskopik. Derajat ringan, sedang sampai karsinoma in situ. Diperlukan konfirmasi dengan kolposkopi dan biopsy. Lakukan penanganan lebih lanjut dan harus mengamati minimal 6 bulan berikutnya. Positif => Terdapat sel-sel ganas pada pengamatan mikroskopik. Harus dilakukan biopsy untuk memastikan diagnosis. Penanganan harus dilakukan di rumah sakit rujukan dengan orang ahli onkologi.
HPV => Pada infeksi virus ini dapat ditemukan sediaan negatif atau dysplasia. Dilakukan pemantauan ketat dan konfirmasi kolposkopi dan ulangi papsmear.
Diagnosis banding Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina merupakan suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering kali muncul dan sebagian besar perempuan pernah mengalaminya dan akan memberikan beberapa gejala fluor albus: Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri. Sekret vagina yang bertambah banyak Rasa panas saat kencing Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal
Penatalaksanaan
Preventif Pencegahan ini juga bisa dengan berbagai cara sepeti memakai alat pelindung, pemakaian obat atau cara profilaksis atau melakukan pemeriksaan secara dini. 1) Alat pelindung
Memakai alat pelindung terhadap kemungkinan tertularnya PHS dapat dilakukan dengan menggunakan kondom. Kondom cukup efektif mencegah terjadinya penularan PHS termasuk AIDS.
2) Pemakaian obat atau cara profilaksis
Pemakaian antiseptik cair untuk membersihkan vagina pada hubungan yang dicurigai menularkan penyakit kelamin relative tidak ada jika tidak disertai dengan pengobatan terhadap microorganism penyebab penyakitnya. Pemakaian obat antibiotik dengan dosis profilaksis atau dosis yang tidak tepat juga merugikan karena selain kuman tidak terbunuh juga terdapat kemungkinan kebal terhadap obat jenis tersebut. Pemakaian obat yang mengandung estriol baik krem maupun obat minum bermanfaat pada pasien menaupose dengan gejala yang berat.
Lanjutan..
Pemeriksaan secara dini Kanker serviks dapat dicegah secara dini dengan melakukan Pap smear secara berkala. Dengan pemeriksaan Pap smear dapat diamati adanya perubahan sel-sel normal menjadi kanker yang terjadi berangsur-angsur, bukan secara mendadak. Kanker leher rahim memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat mengandung darah atau hitam serta berbau busuk. Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan:
1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan. 2. Setia kepada pasangan.
3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak. 4. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke belakang. 5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih vagina. 6. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi. 7. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.
Kuratif Fisiologis: Tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan untuk menghilangkan kecemasannya. Patologis: Terapi fluor albus harus disesuaikan dengan etiologinya.
Bakteri
Gonorhoea : Tiamfenikol 3,5 gram oral Ofloksasin 400 mg/oral Kanamisin 2 gram im Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau Amoksisiklin 3 gr IM Ampisiillin 3,5 gram im atau Ditambah : Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
Klamidia trakomatis :
Ceftriakson 125 mg SD IM
Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10 hari
Gardnerella vaginalis :
metronidazol 500mg, SD selama 7 hari klindamisin cream 2%, intra vaginal, 5 gr, selama 7 hr metronidazol gel 0,75 % intravag. 2 x sehari, 5 hr Alternatif lain : metronidazol 2 gr, oral, SD, atau klindamisin 300 mg, oral, 2x /hr, 7 hr
Jamur
Untuk mencegah timbulnya residif tablet vaginal mikostatin ini diberikan seminggu sebelum haid selama beberapa bulan.
Parasit Pada infeksi Trikomonas vaginalis diberikan Harus diberikan pd yg bergejala maupun tidak Metronidazol 2 gr dosis tunggal, atau metronidazol 2x 500 mg, 7 hr.
Pencegahan
Pencegahan ini juga bisa dengan berbagai cara sepeti memakai alat pelindung, pemakaian obat atau cara profilaksis atau melakukan pemeriksaan secara dini. Alat pelindung: Memakai alat pelindung terhadap kemungkinan tertularnya PHS dapat dilakukan dengan menggunakan kondom Pemakaian obat atau cara profilaksis: Pemakaian antiseptik cair untuk membersihkan vagina pada hubungan yang dicurigai menularkan penyakit kelamin Pemeriksaan secara dini: Kanker serviks dapat dicegah secara dini dengan melakukan Pap smear secara berkala.
Prognosis
Prognosis flour albus baik karena infeksinya dapat disembuhkan walaupun dapat timbul kembali pada 20-30% wanita walaupun tidak menunjukkan gejala. Pengobatan ulang dengan antibiotik yang sama dapat dipakai. Dilaporkan terjadi perbaikan spontan pada lebih dari 1/3 kasus. Dengan pengobatan yang tepat dapat memberi angka kesembuhan yang tinggi (84-96%).
Lanjutan..
Mani pria pada seorang lelaki dalam kondisi sehat berwarna putih kental yang menyembur dengan cara berdenyut ketika keluar. Keluarnya disertai syahwat, dinikmati, dan disusul perasaan lesu sesudahnya. Baunya seperti bau mayang kurma yang dekat dengan bau adonan roti. Jika kering baunya seperti bau telur. Kadangkadang beberapa ciri ini tidak terealisasi padahal air tersebut adalah air mani yang mengharuskan mandi, misalnya bersifat encer dan berwarna kuning karena ada penyakit, atau keluar tanpa perasaan syahwat dan nikmat karena kendornya kantung mani, atau berwarna merah karena kebanyakan berhubungan sex sehingga menjadi seperti air daging, dan kadang-kadang keluar berupa darah kental yang dihukumi suci dan mengharuskan mandi.
Lanjutan..
Perlu kita ketahui,bahwa Keputihan Tidak termasuk haid. Cairan putih sebab keputihan hukumnya najis, karena keluar dari dalam kemaluan. Untuk masalah shalat bagi wanita yang menderita keputihan, apabila cairan itu keluar terus menerus seperti orang beser, maka berlaku hukum seperti orang yang beser. Cara yang harus dilakukan adalah dengan mensucikan kemaluan setelah itu disumbat dengan pembalut atau kapas. Barulah kemudian berwudlu dengan menyegerakan shalat. Penderita keputihan dan orang yang beser tidak boleh menunda-nunda shalat setelah berwudlu, kecuali untuk kemaslahatan shalat seperti menjawab adzan atau menunggu jamaah.
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, D. Fluor Albus in Penyakit Menular Seksual. 2003.LKiS : Jogjakarta Anderson, JR. Genital Tract Infections in women. Med Clin North Am,1995;79;1271-98 Anindita, Wiki. Santi Martini. 2006. Faktor Resiko Kejadian Kandidiasis vaginalis pada akseptor KB. Fakultas Kesehatan Masyarakat. UNAIR. Surabaya. Aulia A. Keputihan Suatu Keluhan Pasien dalam Praktek Sehari-hari. 2001. Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta. Setiabudi R. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Sudoyo, Aru W. Ilmu Penyakit Dalam. 2007. Balai Penerbit FKUI : Jakarta. A. Price Sylvia, M. Wilson Lorraine, Patofisiologi, Konsep Klinis ProsesProses Penyakit, Buku 2, EGC, Jakarta, 1995. Chandran, L. Cervicitis. eMedicine Journal 2002;3(4). www.syariahonline.com