Anda di halaman 1dari 5

ABSTRAK

Makalah ini berjudul Pelangi, Ditinjau dari Sudut Pandang Mitologi dan Ilmu Pengetahuan. Makalah ini dilatarbelakangi oleh keingintahuan penulis tentang apa saja mitos tentang pelangi dari berbagai kalangan masyarakat dunia dan apa sebenarnya yang melatarbelakangi terjadinya pelangi ditinjau dari sudut pandang ilmu pengetahuan alam. Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah, apa saja cerita-cerita mitos tentang terjadinya pelangi? bagaimana terjadinya pelangi ditinjau dari sudut pandang ilmiah? Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui cerita-cerita mitos tentang terjadinya pelangi dan untuk mngetahui proses terjadinya pelangi ditinjau dari sudut pandang ilmiah. Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah, menambah wawasan kita mengenai salah satu kejadian alam di langit, yaitu pelangi, mengetahui cerita-cerita apa saja yang terdapat tentang munculnya pelangi di langit, menambah wawasan mengenai pandangan ilmiah tentang pelangi. Kemudian, dari pembahasan yang dijabarkan didapatlah kesimpulan, terdapat berbagai mitos tentang pelangi yang berbeda-beda di setiap daerah, misalnya tentang pelangi sebagai jalan menuju Surga, Pelangi merupakan jalan bidadari ketika akan mandi di Bumi, dan lain sebagainya. Pelangi tersusun atas tujuh warna ( merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu) terjadi karena cahaya matahari yang menembus butiranbutiran air hujan yang sedang turun. Air tersebut berfungsi sebagai prisma kaca yang memisahkan cahaya. Dua pelangi dapat muncul sekaligus. Pelangi bagaian atas adalah pantulan dari pelangi bawah sehingga warnanyapun muncul dalam urutan yang berlawanan, yaitu berkas warna ungu di atas dan berkas warna merah di bawah.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Di dalam kehidupan sehari-hari, kita tentunya tidaklah terlepas dari berbagai macam kejadian dan peristiwa. Baik itu kejadian yang menyenangkan, menyedihkan, memalukan, kejadian yang terduga, maupun yang tidak kita duga. Allah swt, pemilik alam semesta ini tentunya menyimpan berbagai macam kejadian yang akan ditunjukkan kepada hamba-Nya. Dewasa ini banyak sekali kejadian-kejadian aneh atau pun kejadian yang tidak kita duga. Kejadian-kejadian tersebut banyak membuat orang tercengang, kagum, bingung, dan berbagai ekspresi lainnya. Hal tersebut dikarenakan kejadian tersebut terjadi di luar nalar atau tidak biasa. Sebagian orang emandang kejadian-kejadian aneh itu sebagai perwujudan mitos nenek moyang. Akan tetapi, ada juga yang memandangnya dari sisi ilmiah atau berdasarkan pengetahuan alam secara sistematis dan ilmiah. Tanpa harus mengambil contoh dari kejadian yang sangat aneh seperti hujan ikan, hujan darah, air terjun darah, dan lain sebagainya, peristiwa yang umum dan sering terjadi saja masih memiliki cerita mitos atau anggapan praduga tentang kejadian alam tersebut. Contoh umum adalah pelangi. Pita tujuh warna yang sering muncul setelah hujan ini ternyata memiliki otos

yang berbeda-beda. Padahal pelangi sangat sering terjadi dah tidaklah terlalu aneh untuk masyarakat pada umumnya. Berdasarkan alasan tersebut, penulis merasa tertarik untuk meninjau dan membahas lebih dalam lagi tentang pelangi ditinjau daru sudut pandang mitologi maupun ilmiah. 1.2 Batasan Masalah Untuk membuat pembahasan tentang pelangi yang jelas dan sistematis, dibutuhkan batasan masalah. Adapun batasan masalah dalam penulisan ini adalah: Apa saja cerita-cerita mitos tentang terjadinya pelangi? Bagaimana terjadinya pelangi ditinjau dari sudut pandang ilmiah? Tujuan Adapun tujuan penulisan ini adalah: Untuk mengetahui cerita-cerita mitos tentang terjadinya pelangi. Untuk mngetahui proses terjadinya pelangi ditinjau dari sudut pandang ilmiah. Manfaat Manfaat penulisan ini adalah: Menambah wawasan kita mengenai salah satu kejadian alam di langit, yaitu pelangi. Mengetahui cerita-cerita apa saja yang terdapat tentang munculnya pelangi di langit.

1. 2. 1.3 1. 2. 1.4 1. 2.

ISI DAN PEMBAHASAN


2.1 Mitos tentang Pelangi Mitologi Cina mengatakan bahwa pelangi merupakan torehan yang dibuat oleh Dewi Nuwa dengan menggunakan batu dalam lima warna. Sedangkan pada mitologi India dikenal bahwa pelangi merupakan busur panah Sang Rama sebagai reinkarnasi Wisnu. Orang Yunani, berkata di ujung pelangi terdapat sebuah kendi berisi emas. Orang Romawi berpendapat pelangi merupakan jembatan antara dunia dan surga. Cerita lain datang dari masyarakat Lio. Padan 11 Juni 1855, dua ilmuwan Jerman, yaitu Gustav Kirchoff dan Robert Bunsen berhasil memisahkan spektrum warna yang menyusun cahaya matahari dengan menggunakan prisma. Pemisahan warna-warna matahari ini juga terjadi secara alami ketika munculnya pelangi setelah terjadinya hujan. Pelangi merupakan hasil proses pemisahan warna-warna matahari oleh tetesan-tetesan air. Jauh sebelumnya, tahun 1700-an, Newton telah menemukan konsep tentang spektrum cahaya, yaitu bahwa cahaya putih ternyata merupakan gabungan dari spektrum yang terdiri dari warna-warni pelangi. Fenomena munculnya pelangi tentu merupakan sesuatu hal yang biasa dalam bidang teknologi. Kendati demikian, dalam pandangan orang Lio, munculnya pelangi merupakan peristiwa yang sangat mendatangkan berkah. Pelangi dalam bahasa Lio (Flores NTT) sering disebut Nipa Moa. Nipa berarti Ular dan Moa berarti Haus (kehausan) Jauh sebelum mengenal teknologi canggih, masyarakat Lio kerap melihat Nipamoa sebagai fenomena alam yang sangat luar biasa dipandang sehingga masyarakat beranggapan bahwa kemunculannya sebagai berkah yang diberihkan Yang Maha Kuasa untuk kesuburan tanah disekitar. Dari berbagai sumber legenda yang masih samar, acap kali muncul pula cerita magis mengenai kehadiran nipamoa dalam tataran kehidupan sosial

budaya masyarakat Lio. Sejak Ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu, masyarakat Lio sering mengkaitkan dan menghubungkan nipamoa dengan tata cara bercocok tanam agar mendatangkan hasil yang melimpah dari sawah dan ladang. Sehingga kadang masyarakat beranggapan bahwa Nipamoa sebagai sesosok mahluk yang berwujud mirip ular dalam pewayangan yang turun dari langit. Lain halnya dengan mitos yang datang dari Indonesia. Mungkin bagi orang indonesia cerita tetang Joko tarub sudah tidak asing lagi, dongeng yang mengisahkan tujuh bidadari dari kayangan yang turun ke bumi untuk mandi. Tujuh bidadari tersebut memiliki tujuh warna yang berbeda. Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Saat mereka turun ke bumi, mereka menggunakan pelangi sebagai tangganya. Dan ketika mereka sedang mandi, ternyata ada seorang pemuda yang bernama Joko Tarub yang mengintip mereka, Joko Tarub terkesima dengan kecantikan mereka, dan Joko Tarub membawa salah satu selendang milik bidadari tersebut. Ketika ketujuh bidadari itu sadar bahwa ada yang mengintip mereka, mereka bergegas terbang, namun salah satu dari mereka yaitu Nawangwulan tidak dapat terbang karena ternyata selendangnyalah yang dicuri Joko Tarub. Sesampainya di kayangan, keenam bidadari tersebut baru sadar bahwa Nawangwulan tertinggal di bumi, dan ke tujuh bidadari tersebut menangis, dan tangisan para bidadari tersebut menjadi hujan yangt turun ke bumi. Cerita tersebut merupakan mitos yang tersebar di Indonesia sejak lama. Itulah beberapa mitos tentang pelangi dari berbagai daerah. 2.2 Tinjauan Terjadinya Pelangi secara Ilmu Pengetahuan Alam Pelangi merupakan fenomena optik dan meteorologi yang menyebabkan spektrum cahaya muncul di langit ketika matahari bersinar pada tetesan uap air di atmosfer bumi. Ini mengambil bentuk busur warna-warni. Pelangi disebabkan oleh sinar matahari selalu muncul di bagian langit tepat di seberang matahari. Dalam ilmu fisika, pelangi dapat dijelaskan sebagai sebuah peristiwa pembiasan alam. Pembiasan merupakan proses diuraikannya satu warna tertentu menjadi beberapa warna lainnya (disebut juga spektrum warna), melalui suatu media/ medium tertentu pula. Pada pelangi, proses berurainya warna terjadi ketika cahaya matahari yang berwarna putih terurai menjadi spektrum warna melalui media air hujan. Adapun spektrum warna yang terjadi terdiri atas warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Ketika sinar matahari melalui tetesan air, cahaya tersebut dibengkokkan sedemikian rupa sehingga membuat warna-warna yang ada pada cahaya tersebut terpisah. Tiap warna dibelokkan pada sudut yang berbeda, dan warna merah adalah warna yang paling terakhir dibengkokkan, sedangkan ungu adalah yang paling pertama.

Fenomena pelangi yang paling menakjubkan akan terjadi apabila udara sedikit mendung dan terjadi hujan rintik-rintik. Saat berdiri membelakangi cahaya matahari, kita akan mengamati pelangi dengan latar belakang awan mendung, warna-warnanya akan tampak jelas dan tegas. Fenomena pelangi dapat pula terjadi di sekitar air terjun. Percikan air di sekitar air terjun menjadi media untuk menguraikan warna dari cahaya matahari yang bersinar. 1.1 Jenis Pelangi 1. Classic Rainbows

Pelangi Alam terdiri dari enam warna: merah, oranye, kuning, hijau, biru dan ungu. Intensitas warna masing-masingnya tergantung berbagai kondisi atmosfer dan waktu. 2. Circular Rainbows Pelangi ini benar-benar terlihat seperti busur lingkaran sempurna (dengan radius tepat 42 derajat, menurut Descartes). 3. Secondary Rainbows Pelangi primer, sering disertai dengan pelangi sekunder biasanya tipis dan redup daripada pelangi primer. Pelangi sekunder terkenal dengan karakteristik tertentu, spektrum ditampilkan dalam urutan terbalik dari sebuah pelangi primer. 4. Red Rainbows Red Rainbows biasanya terlihat saat fajar atau senja ketika ketebalan filter atmosfir bumi menjadi biru, terlihat lebih merah atau seperti tetesan cahaya oranye mencerminkan dan membiaskan air. Hasilnya adalah pelangi dengan spektrum ujung merah. 5. Sundogs Yang paling sering terlihat rendah di langit di hari musim dingin yang cerah, sundogs terjadi ketika matahari bersinar melalui kristal es yang tinggi di atmosfer. Sundogs berwarna merah di bagian dalam dan ungu di bagian luar dengan sisa spektrum ramai di antaranya. Semakin tebal konsentrasi kristal es di udara, semakin tebal pula strukturnya. 6. Fogbows Fogbows lebih jarang terlihat daripada pelangi biasa, karena parameter tertentu yang harus disesuaikan untuk menciptakan mereka. Misalnya, sumber cahaya harus berada di belakang pengamat dan membumi. Juga, kabut di belakang pengamat harus sangat tipis sehingga sinar matahari yang dapat bersinar melalui kabut tebal di depan. 7. Waterfall Rainbows Kabut air terjun bercampur ke dalam aliran udara konstan atmosfer terus menerus, terlepas dari cuaca. Hal ini membuat sebuah foto air terjun yang sangat baik untuk pelangi. 8. Fire Rainbows Pelangi ini bukan terbuat dari api, nama untuk efek optik yang indah ini adalah circumhorizontal arc. Fenomena ini hanya dapat dilihat dalam kondisi spesifik tertentu: awan cirrus, yang bertindak seperti prisma harus setidaknya berada di ketinggian 20.000 kaki dan matahari harus menyorot ketika mereka berada di ketinggian 58-68 derajat. Rainbow Fire tidak pernah terlihat di lokasi lebih dari 55 derajat utara atau selatan. 9. Moonbows Moonbows adalah mitra untuk pelangi lunar. Mereka juga jauh lebih sulit dilihat karena badai hujan harus berlalu dan, idealnya, bulan purnama yang terang tidak terhalang oleh awan. Pelangi ini terjadi saat butiran-butiran air hujan yang jatuh bukannya memisahkan cahaya matahari, melainkan memisahkan cahaya bulan. KESIMPULAN Berdasarkan penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat berbagai mitos tentang pelangi yang berbeda-beda di setiap daerah.

2. Pelangi tersusun atas tujuh warna ( merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu) terjadi karena cahaya matahari yang menembus butiran-butiran air hujan yang sedang turun. Air tersebut berfungsi sebagai prisma kaca yang memisahkan cahaya. 3. Dua pelangi dapat muncul sekaligus. Pelangi bagaian atas adalah pantulan dari pelangi bawah sehingga warnanyapun muncul dalam urutan yang berlawanan, yaitu berkas warna ungu di atas dan berkas warna merah di bawah.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.shvoong.com/exact-sciences/astronomy/2190504-pengertian- pelangi/#ixzz1pRrbH9HF http://sosbud.kompasiana.com/2010/04/07/mitos-pelangi-nipamoa-dalam-masyarakat-lio/ http://www.inertseven.info/2011/04/berbagai-jenis-dan-proses-terjadinya.html http://blog-indonesia.com/blog-archive-7142-3513.html Oliver, Clare. 2004. 100 Pengetahuan tentang Cuaca. Jakarta: Pakar Raya

Anda mungkin juga menyukai